Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman, tidak hanya
terdiri dari pulau-pulau saja tetapi juga dalam segi budaya, bahasa, tradisi, agama, ras
etnis nya pun sangat majemuk. Di Indonesia kita mengenal adanaya etnis Jawa, Sunda,
Ambon, Minang, Batak dan lain sebagainya. Keberadaan kelompok etnis tersebut tidak
selamanya ada dan bahkan seringkali hilang karena adanya asimilasi dan amalgamasi.
Yang dimaksud asmilasi adalah pemcampuran dua kebudayaan asli sehingga melahirkan
kebudayaan baru. Sedangkan yang dimaksud dengan amalgamasi adalah perkawinan
antar etnis. Etnisitas dan hubungan antar kelompok etnis dipandang memiliki hubungan
erat dengan masalah-masalah pembangunan masyarakat Indonesia. Keberagaman budaya
yang dimiliki masyarakat Indonesia pada dasarnya adalah sebuah potensi untuk
membentuk identitas kita sebagai bangsa Indonesia (Huntington, 1997 dalam Wirutomo
dkk, 2012). Tidak hanya etnik namun agama-agama besar di Indonesia pun beragam yaitu
ada 5 Agama yang dianut seperti agama Islam, Kristen Katholik-Protestan, Hindu,
Buddha, dan Konghuchu. Faktor mendasar yang mempengaruhi relasi antarkomunitas
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah pengaruh agama dan etnis. Pluralitas
agama dan kepercayaan di Indonesia meniscayakan ruang ekspresi keberagamaan yang
setara, non diskriminatif, dan tanpa kekerasan. Karena itu, negara melalui konstitusinya,
menjamin setiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama
dan kepercayaannya itu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar agama dalam kajian relasi etnis dan integrasi bangsa ?
1.2.2 Bagaimana konsep dasar etnis dalam kajian relasi etnis dan integrasi bangsa ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep dasar agama dalam kajian relasi etnis dan integrasi
bangsa.
1.3.2 Untuk mengetahui konsep dasar etnis dalam kajian relasi etnis dan integrasi
bangsa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Etnis


1. Definisi Etnis
Secara etimologis, kata etnis (ethnic) berasal dari Bahasa
Yunani ethnos, yang merujuk pada pengertian bangsa atau
orang. Acap kali ethnos diartikan sebagai setiap kelompok sosial
yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma
budaya, dan lain-lain yang pada gilirannya mengindikasikan
adanya kenyataan kelompok yang minoritas atau mayoritas
dalam suatu masyarakat. Istilah etnis mengacu pada suatu
kelompok yang sangat fanatik dengan ideologi kelompoknya dan
tidak mau tahu dengan ideologi kelompok lain.
Didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
bahwa istilah etnis atau etnik memiliki makna sebagai suatu
kelompok sosial masyarakat yang berada dalam sebuah sistem
sosial atau kebudayaan yang menjadi pedoman. Kelompok sosial
ini memiliki peran dan kedudukan tertentu berdasar pada faktor
genetik, adat maupun tradisi, agama dan kepercayaan, sistem
bahasa dan lain sebagainya.
 Pandangan etnis dari beberapa para ahli:
a. Menurut Narroll yang dikutip Ali Liliweri kelompok etnis
dikenal sebagai suatu populasi yang:
1) Secara biologis mampu berkembang-biak dan bertahan.
2) Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar
akan rasa kebersamaan
dalam bentuk budaya.
3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri,
dan
4) Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima
oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok
populasi lain.

2
b. Sedangkan Thomas Sowell yang menulis tentang Ethnic
of America berpendapat bahwa: “Kelompok etnis
merupakan sekelompok orang yang mempunyai
pandangan dan praktik hidup yang sama atas suatu nilai
dan norma. Misalnya kesamaan agama, negara asal, suku
bangsa, kebudayaan, bahasa dan lain-lain yang
semuanya berpayung pada satu kelompok yang disebut
kelompok etnis.”
c. Pendapat lain tentang etnis dikemukakan oleh Fredrick
Barth dan Zatrow yang mengatakan bahwa etnis
adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama,
asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori
tersebut yang terikat pada sistem nilai budayanya.
Sementara Koentjaraningrat memaknai etnis sebagai
kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang
mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang
mengatur interaksi tersebut. Adanya kontinuitas dan rasa
identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
d. Tidak jauh berbeda dengan pengertian etnis oleh para
ahli di atas, kemudian Joe R. Feagin mengatakan
bahwa: “Kelompok etnis adalah sebuah kelompok sosial
yang dapat dibedakan sebagian atau bahkan seluruhnya
dengan orang lain atau dari kalangan mereka sendiri;
yang pertama dan utama terletak pada kebudayaan dan
karakteristik nasionalitas.”
e. Senada dengan Feagin, Martin Bulmer pun
mengemukakan:
“Etnis atau yang selalu disebut kelompok etnis adalah
suatu kelompok kolektif manusia dalam penduduk yang
luas yang memiliki menyataan atau ceritera asal-usul
yang sama, mempunyai kenangan terhadap masa lalu
yang terfokus pada suatu unsur simbolik atau lebih yang

3
mendefinisikan identitas kelompok seperti kekerabatan,
agama, bahasa, pembagian wilayah, tampilan
nasionalitas dan fisik (suku bangsa dan fisik), yang
anggotanya sadar bahwa mereka merupakan anggota
dari kelompok tersebut.”
f. Selanjutnya Koentjaraningrat (2007) juga menjelaskan
bahwa etnis dapat ditentukan berdasarkan persamaan
asal-usul yang merupakan salah satu faktor yang dapat
menimbulkan suatu ikatan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan
bahwa etnis atau kelompok etnis adalah pertama, suatu
kelompok sosial yang mempunyai tradisi kebudayaan dan
sejarah yang sama, dan karena kesamaan itulah mereka
memiliki suatu identitas sebagai suatu subkelompok dalam
suatu masyarakat yang luas. Kelompok etnis bisa mempunyai
bahasa sendiri, agama sendiri, adat-istiadat sendiri yang
berbeda dengan kelompok lain. Yang paling penting para
anggota dari kelompok etnis itu mempuyai perasaan sendiri
yang secara tradisional berbeda dengan kelompok sosial lain.
Kedua, suatu kelompok individu yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda, namun diantara para anggotanya merasa
memiliki semacam subkultur yang sama. Ketiga, etnis
merupakan suatu kelompok yang memiliki domain tertentu
yang kita sebut dengan ethnic domain.1
2. Keberagaman Etnis
Dibawah ini merupakan dua keberagaman atau penggolongan
etnis, yaitu:
1) Garis keturunan
Keanggotaan pada arti suku bangsa tertentu secara
mendasar ditentukan menurut garis keturunan. Misalnya saja
suku batak dengan garis keturunan bapak atau sering
diistilahkan dengan patrilineal, berbeda hal nya dengan suku
1
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik Komunikasi Lintas Budaya Masyarakar Multikultural, PT.LKIS Pelangi
Aksara, Yogayakarta, 1996, hal.8-11

4
minang dengan garis keturunan ibu yang disebut dengan
istilah matrilineal.
Selain itu penggolongan Etnis menurut agamanya,
misalnya ada istilah Etnis Melayu di Malaysia untuk orang
bumiputera yang mayoritas muslim, sedangkan Etnis Serani
yang beragama Nasrani dengan karakteristik peranakan
Portugis seperti orang Tugu yang melekat dan sebagainya.
2) Suku bangsa campuran
Suku bangsa campuran menunjukkan keberagaman etnis,
yaitu keberdaan suku bangsa dengan berdasarkan
percampuran ras, misalnya saja orang peranakan yang
merupakan perpaduan Etnis Melayu dengan Tionghoa, Etnis
Mestis yang merupakan istilah untuk perpaduan Hispanik
dengan bumiputra, Etnis Mulato yang merupakan perpaduan
Ras Negroid dengan Ras Kaukasoid, dan lain sebagainya.2
3. Karakteristik Etnis
Berikut ini terdapat beberapa karakteristik etnis, yaitu sebagai
berikut :
1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh desa atau lebih.
2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang
mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa.
3. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah
geografis yang merupakan kesatuan daerah secara fisik.
4. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
5. Kesatuan masyarakat dengan pendudukan yang mengalami
suatu pengalaman sejarah yang sama
6. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi
interaksinya satu dengan yang lain merta tinggi
7. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

4. Struktur Etnis
Berikut ini terdapat beberapa struktur etnis, yaitu sebagai
berikut :
2
Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2007, hal.87

5
1. Inti dari sebuah kelompok etnis, yang ditandai dengan hidup
kompak di daerah tertentu.
2. Peripherals adalah bagian dari kelompok yang secara
geografis terpisah dari inti.
3. Diaspora ini adalah bagian dari populasi yang secara
geografis, termasuk, mungkin diperlukan wilayah masyarakat
etnis lainnya.

5. Identitas Etnis
Ada beberapa alasan yang orang tertentu dapat dikaitkan
dengan kelompok etnis tertentu. Perlu dicatat bahwa
karakteristik ini sendiri anggota masyarakat menganggap
mereka penting, mereka adalah dasar dari identitas mereka.
Berikut adalah kelompok etnis utama:
1) Hubungan darah dan perkawinan
2) Sejarah umum asal dan pengembangan
3) Dasar teritorial, yang mengikat area spesifik, wilayah
4) Bahasa umum
5) Karakteristik budaya dan tradisi.

6. Jenis-Jenis Etnis
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis etnis, yaitu sebagai
berikut :
 Rod, yaitu tidak lain, sebagai sebuah komunitas dekat
kerabat darah. Suku beberapa genera, yang dihubungkan
oleh tradisi umum, agama, sekte atau dialek umum.
 Nasionalisme, yaitu kelompok etnis tertentu, yang dibentuk
secara historis dan bersatu dengan satu bahasa, budaya,
iman, dan wilayah umum.
 Bangsa, yaitu bentuk tertinggi dari komunitas etnis, yang
ditandai dengan umum wilayah, bahasa, budaya dan
pengembangan hubungan ekonomi.3
7. Contoh Etnis yang ada di Indonesia
3
Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 56

6
Ada lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di
Indonesia, atau tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus
BPS tahun 2010. Suku Jawa adalah kelompok suku terbesar di
Indonesia dengan jumlah mencapai 41% dari total populasi.
1) Etnis Jawa
a. Pengertian
Etnis Jawa adalah kelompok etnis di Indonesia yang awalnya hidup di
pulau Jawa bagian tengah dan timur. Pusat kebudayaan Jawa terletak di
daerah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta dan Magelang. Daerah-
daearah ini disebut “Kejawen” (Kodiran dikutip Martaniah, 1998)
kebudayaan ini berpusat pada kerajaan-kerajaan di daerah tersebut.
Keraton merupakan pusat kebudayaan yang menjadi kiblat penduduk
yang berada di bawah wilayah kekuasaannya. Semula di Jawa digunakan
empat bahasa yang berbeda. Bagian tengah dan selatan Jawa Barat
dengan bahasa Sunda. Jawa Timur, dihuni oleh imigran-imigran dari
Madura yang tetap mempertahankan bahasa mereka. Dataran-dataran
rendah pesisir utara Jawa Barat dan Banten sampai Cirebon, cukup
berbeda dengan bahasa Jawa dalam arti yang sebenarnya. Bahasa Jawa
dalam arti yang sebenarnya dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Orang Jawa sendiri dibedakan atas dua golongan sosial:
1. Wong cilik (orang kecil) yang terdiri dari sebagian besar massa
petani dan mereka yang berpendapatan rendah di kota;
2. Kaum priyayi, termasuk kaum pegawai dan orang-orang intelektual.
Di samping lapisan-lapisan sosial ekonomi masih, dibedakan dua
kelompok atas dasar keagamaan, “Kejawen” yaitu, golongan yang
dalam kesadaran dan cara hidupnya lebih ditentukan oleh tradisi-tradisi
Jawa pra Islam, dan “Santri” yaitu, golongan yang memahami diri
sebagai orang Islam dan berusaha hidup menurut ajaran Islam (Suseno,
dalam Endraswara, 2003). Jadi, etnis Jawa adalah seseorang yang
memiliki bahasa ibu Jawa dan yang berasal dari bagian tengah dan
timur pulau Jawa, baik dari kaum priyayi, wong cilik, santri maupun
kejawen.
b. Karateristik Etnis Jawa

7
Koentjaraningrat (2007) menyatakan bahwa dalam hal sosialisasi etnis
Jawa memiliki sistem orientasi sebagai berikut:
1. Orang Jawa pada dasarnya menganggap hidup sebagai rangkaian
peristiwa yang penuh dengan kesengsaraan yang harus dijalani
dengan tabah dan pasrah, sehingga hidup harus diterima sebagai
nasib.
2. Rakyat kecil biasanya akan mengatakan bahwa mereka bekerja
hanya untuk sekedar makan saja (ngupaya upa) sehingga muncul
ungkapan aja ngaya, aja ngangsa dalam menjalani hidup.
3. Mereka berusaha untuk hidup selaras dengan alam beserta
kekuatannya.
4. Tingkah laku dan adat sopan santun orang Jawa terhadap sesamanya
sangat berorientasi kolateral dan mereka mengembangkan sikap
tenggang rasa dan mengintensifkan solidaritas.
5. Setiap orang dalam berbicara dan membawa diri harus menunjukkan
sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan
kedudukannya dalam masyarakat.
6. Orang Jawa lebih suka mencari jalan tengah karena memungkinkan
untuk bisa merangkul banyak pihak.
7. Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang harus terjadi dalam
kehidupan seseorang, meskipun secara ekonomi belum memadai.
2) Etnis Sunda
a. Pengertian
Secara etimologi, menurut Rouffaer menyatakan bahwa
kata Sunda berasal dari akar kata Sund atau kata Suddha
dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian
bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872). Orang
sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter
Kasundaan, sebagai jalan menuju keutaman hidup.
Karakter orang sunda yang dimaksud adalah cageur
(sehat), bageur (baik), wanter (berani), pinter (cerdas).
Hubungan antar manusia dengan sesama dalam
masyarakat sunda pada dasarnya harus dilandasi oleh

8
sikap “Sillih Asah, Silih Asuh, Silih Asih”, artinya harus
saling mengasah atau mengajari, saling mengasuh atau
membimbing dan saling mengasihi.
b. Karakteristik Etnis Sunda
1. Ramah, sopan dan murah senyum
Dalam diri orang sundaada filosofi “Soméah Hadé ka
Sémah” yang artinya ramah, bersikap baik, menjaga,
menjamu dan membahagiakan setiap tamunya.
2. Humoris
Selera humor orang Sunda itu tinggi, banyak sekali
banyolan-banyolan dalam bahasa Sunda, seperti
bodoran wayang golek, cangehgar, lawakan kang ibing,
dongeng sunda, si Ijem, ceramah jujun, lawakan Ohang
dll.
3. Mempunyai nama yang unik dan sama
Kebiasaan orang tua jaman dahulu lebih senang
memberi nama anak mereka dengan mengulang nama,
seperti Asep Surasep dll.4

2.2 Konsep Dasar Agama


1. Pengertian agama
Agama adalah ciri utama kehidupan manusia dan dapat dikatakan sebagai satu
kekuatan paling dahsyat dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Albright and
Ashbrook (2001) menyebutkan bahwa manusia dapat disebut sebagai makhlus
religius (Homo religious) karena agama telah hadir sepanjang kehadirannya sebagai
Homo sapiens. Selanjutnya Emmons & Polutzian (2003) menyebutkan bahwa agama
merupakan kekuatan sosial yang penting dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap
lingkungan sosial.
 Secara Etimologi
Banyak ahli menyebutkan agama berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu
“a” yang berarti tidak dan “gama” yang berarti kacau. Maka agama berarti
tidak kacau (teratur). Dengan demikian agama itu adalah peraturan, yaitu

4
https//wikipedia.org

9
peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun mengenai sesuatu yang
gaib, mengenai budi pekerti dan pergaulan hidup bersama.
Ada beberapa istilah lain dari agama, antara lain religi, religion (Inggris),
religie (Belanda) religio/relegare (Latin) dan dien (Arab). Kata religion (Bahasa
Inggris) dan religie (Bahasa Belanda) adalah berasal dari bahasa induk dari
kedua bahasa tersebut, yaitu bahasa Latin “religio” dari akar kata “relegare”
yang berarti mengikat. Menurut Cicero, relegare berarti melakukan sesuatu
perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis laku peribadatan yang
dikerjakan berulang-ulang dan tetap. Lactancius mengartikan kata relegare
sebagai mengikat menjadi satu dalam persatuan bersama.
Dalam Bahasa Arab, agama di kenal dengan kata al-din dan al-milah.
Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Dalam Al-Qur’an disebut Din’
yang diulang sebanyak 92 kali. Menurut asal usul kata (etimologi) mengandung
pengertian menguasai, ketaatan dan balasan. Sedangkan menurut istilah atau
terminologi, Din’ diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, hukum dan norma
yang akan mengantarkan manusia kepada kebahagiaan hidup di dunia dan
akherat.5
 Secara Terminology
Beberapa definisi agama secara terminology, diantaranya Menurut
Departemen Agama, pada masa Presiden Soekarno pernah diusulkan definisi
agama adalah jalan hidup dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang berpedoman pada kitab suci dan dipimpin oleh seorang Nabi. Ada empat
hal yang harus ada dalam definisi agama, yakni:
 Agama merupakan jalan hidup.
 Agama mengajarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Agama harus mempunyai kitab suci (wahyu).
 Agama harus dipimpin oleh seorang nabi dan rasul.

Lepas dari masalah pendapat mana yang benar, masyarakat beragama


pada umumnya memang memandang agama itu sebagai jalan hidup yang
dipegang dan diwarisi turun-temurun oleh masyarakat, agar hidup mereka
menjadi tertib, damai dan tidak kacau.

5
Wahyudin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, thn. 2009, cet. 1, Jakarta: Grasindo. Hlm. 12

10
 Menurut Para Ahli
Agama disebut Hadikusuma dalam Bustanuddin Agus sebagai ajaran yang
diturunkan oleh Tuhan untuk petunjuk bagi umat dalam menjalani
kehidupannya. Ada juga yang menyebut agama sebagai suatu ciri kehidupan
sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai
cara-cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi untuk disebut
“agama” yang terdiri dari tipe-tipe simbol, citra, kepercayaan dan nilai-nilai
spesifik dengan mana makhluk manusia menginterpretasikan eksistensi mereka
yang di dalamnya juga mengandung komponen ritual.
Sedangkan Glock dan Stark mendefinisikan agama sebagai sistem
simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan system perilaku yang terlembaga,
yang kesemuanya terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang
paling maknawi.
Menurut Hendro Puspito, agama adalah suatu jenis sistem sosial yang
dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan-kekuatan non
empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan
bagi mereka dan masyarakat pada umumnya.
2. Unsur agama
a. Keyakinan (credial, akidah), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan
supranatural yang diyakini pengatur dan pencipta alam.
b. Peribadatan (ritual, ibadah), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan
dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan
dan ketundukannya.
c. Sistem nilai (Value, sumber hukum, syari’at) yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia lainnya atau alam semesta yang dikaitkan dengan
keyakinan tersebut.
3. Pluralitas Agama di Indonesia
Bangsa lndonesia adalah bangsa yang majemuk. Salah satu sisi
kemajemukan bangsa Indonesia adalah adanya keragaman agama yang dipeluk
dan kepercayaan yang diyakini oleh penduduknya. Dengan kata lain agama dan
kepercayaan yang hidup dan berkembang di Indonesia tidaklah tunggal namun
beragam. Ada agama-agama besar seperti lslam, Kristen Katolik, Protestan
Hindu, Buddha, Konghucu, bahkan Yahudi. Agama-agama ini dipeluk dan
ajaran-ajarannya dijalankan oleh para pemeluknya di Indonesia.

11
Kenyataan sosial keagamaan yang demikian sebenarnya telah dipahami
para pendiri bangsa: bahwa beragama merupakan hak setiap penduduk dan hak
ini harus dijamin oleh Negara. Karena itulah mengapa datam undang-Undang
Dasar 1945 terdapat Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) yang menyatakan bahwa,
"Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa," , Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu," Baik Pancasila
maupun UUD 1945 sesungguhnya merupakan jaminan bagieksistensiagama dan
kepercayaan di Indonesia. Jaminan akan eksistensi agama dan kepercayaan
berarti bahwa setiap agama dan kepercayaan yang ada dan hidup di Indonesia
mestilah dijamin oleh Negara untuk menjalankan ajaran agama dan ajaran
kepercayaan serta beribadat menurut agama dan kepercayaan yang diyakininya.6
Pluralitas agama dan kepercayaan di Indonesia meniscayakan ruang
ekspresi keberagamaan yang setara, non diskriminatif, dan tanpa kekerasan.
Karena itu, negara melalui konstitusinya, menjamin setiap penduduk untuk
memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu.

6
Iskandar Zulkarnain, Hubungan Antarkomunitas agama di Indonesia: Masalah dan penanganannya, 2011, Vol.
16, No,4. Hlm. 682-683

12
BAB III

PENUTUP

4. Kesimpulan
Bangsa lndonesia adalah bangsa yang majemuk, kemajemukan bangsa Indonesia
ini tidak hanya pada budayanya saja namun juga ada etnik dari berbagai penjuru daerah
di Indonesia dan adanya keragaman agama yang dipeluk dan kepercayaan yang diyakini
oleh penduduknya yang mana Indonesia memiliki 5 agama yang diakui seperti lslam,
Kristen Katolik-Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu.
5. Saran
Dengan banyaknya keragaman yang dimiliki oleh Negara kita, sudah sepatutnya
kita menjaga apa yang menjadi ciri dari Negara kita dan harus memiliki sikap saling
toleransi, karena dengan adanya keragaman ini tidak menutup kemungkinan dengan
terhindarnya dari suatu konflik.

13

Anda mungkin juga menyukai