Anda di halaman 1dari 7

BAB II

Pembahasan
A.           HAKIKAT KERAGAMAN DAN KESETARAAN MANUSIA
1.      Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak macam,
banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-
ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak,
kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam. Masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam ras, suku,
agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, jenis tempat tinggal. Hal-hal demikian
dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat. Keragaman
individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial.
2.      Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak
lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu
sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua
manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan
manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.

B.            KEMAJEMUKAN DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA


Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan masyarakat
majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan
bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan
secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia masa kolonial.
Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan komunitasnya didasarkan
atas ras, etnik, ekonomi, dan agama.
Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua
hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.

      Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :


1.    Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.
2.    Bahasa daerah
3.    Adat istiadat atau perilaku
4.    Agama
5.    Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.
      Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :
1.    Penghasilan atau ekonomi
2.    Pendidikan
3.    Pemukiman
4.    Pekerjaan
5.    Kedudukan sosial politik.
Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti
Ras, Etnik, Agama, Pekerjaan, Penghasilan, Pendidikan,dan sebagainya.
1.    Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah Ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang
pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau karakteristik, warna kulit dan bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam
berbagai Ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, tinggi badan, dan karakteristik
fisik lainnya. Jadi, Ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai Ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi
ras atas tiga kelompok, yaitu Kaukasoid,Negroid, dan Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat
(1990) membagi ras dunia ini dalam 10 kelompok, yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid,
Australoid, Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen. Orang-orang yang
tersebar di wilayah Indonesia termasuk dalam rumpun berbagai ras. Orang-orang Indonesia
bagian barat termasuk dalam ras Mongoloid Melayu, sedangkan orang-orang yang tinggal di
Papua termasuk ras Melanesia.
2.    Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau kesatuan
hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas
yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar
secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya sama dan sadar
akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi
sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan
dari kelompok populasi lain.
Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku bangsa
bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau hubungan
darah, kesamaan bahasa, kesamaan adat istiadat, kesamaan kepercayaan (religi), kesamaan
mitologi,kesamaan totemisme.
Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah. Klasifikasi dari suku bangsa di
Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan
adanya 19 lingkaran hukum adat (Koentjaraningrat,1990). Jadi berdasarkan klasifikasi etnik
secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

C.            KEMAJEMUKAN DAN KESETARAAN SEBAGAI KEKAYAAN SOSIAL BUDAYA


BANGSA
1.    Kemajemukan sebagai kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku
bangsa. Ada juga keragaman dalam hal ras,agama, golongan, tingkat ekonomi, dan gender.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural artinya memiliki banyak budaya.
Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu. Di Papua
ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua tersebut antara lain suku Biak, Hattam,
Mapia, Dani, Asmat, Mamberamo, dan suku Sentani. Beberapa suku merupakan suku
mayoritas, seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku minoritas seperti suku Badui di Jawa Barat
dan suku Kubu di Jambi.
Etnik atau suku merupakan identitas social budaya seseorang. Artinya, identifikasi
seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan pranata yang dijalani
yang bersumber dari etnik darimana ia berasal. Tetapi, dalam perkembangan berikutnya,
identitas social budaya seseorang tidak semata-mata ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang
mungkin ditentukan dari golongan ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, profesinya.
Identitas etnik lama-kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur dan
mobilitas yang tinggi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural artinya jamak, banyak ragam,
atau majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah suatu kenyataan atau fakta yang
justru kita terima sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin dengan baik
melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka artinya aneka, berbeda-
beda, banyak ragam. Tunggal Ika menunjukkan semangat akan perlunya persatuan dari
keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah kenyataan (das sein)sedang Ika adalah keinginan (das
sollen). Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,
karakteristik Indonesia yang lain adalah :
1.    Jumlah penduduk yang besar
2.    Wilayah yang luas
3.    Posisi silang
4.    Kekayaan alam dan daerah tropis
5.    Jumlah pulau yang banyak
6.    Persebaran pulau
2.    Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan dijamin
oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama dan
budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan sama untuk warga Negara
memilih dan dipilih, berkesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik Negara.
Persamaan di depan hukum atau equality before of lawmengharuskan setiap warga Negara
diperlakukan sama dan adil. Prinsip persamaan warga negara di depan hukum atau equality
before of law adalah jaminan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia. Hukum bertujuan
untuk menegakkan keadilan dan ketertiban.
Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara mendapat kesempatan yang
sama untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi. Warga negara yang kurang mampu, negara
wajib memberikan bantuan agar bisa hidup sejahtera. Demokrasi ekonomi mengharapakan
distribusi yang adil dalam hal pendapatan dan kekayaan.
Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama, pendidikan, kesehatan,
kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga negara di bidang sosial budaya berarti warga
negara memiliki kesempatan, hak dari pemerintah. Negara tidak membeda-bedakan kelas sosial,
status sosial, ras, suku, dan agama dalam memberikan pelayanan.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga negara memiliki persamaan
kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Negara tidak
boleh membeda-bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama dalam hal kesempatan.
Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam berbagai bidang kehidupan
berlaku tanpa membedakan unsur-unsur primodial dari warga negara itu sendiri. Primodial
artinya hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal seseorang, misalnya suku, agama, ras,
kelompok, sejarah.
D.          PROBLEMATIKA KERAGAMAN DAN KESETARAAN SERTA SOLUSINYA DALAM
KEHIDUPAN
1.    Problematika Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari bangsa. Van De
Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki
sifat-sifat dasar sebagai berikut :
a.         Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok yang sering kali memiliki kebudayaan yang berbeda.
b.        Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat
nonkomplementer.
c.         Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai social
yang bersifa dasar.
d.        Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan yang lain.
e.         Secara relative, integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan di dalam
bidang ekonomi.
f.         Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal
yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural. Tetapi, kondisi aneka budaya itu
sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitufase disharmoni dan fase
disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan tentang tujuan, nilai, norma, dan
tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukan
pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar
kelompok.
Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan masyarakat ini
adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut adalah
etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating.
Etnosentrisme atau sikap etnosentris diartikan sebagai suatu kecenderungan yang melihat
nilai atu norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang mutlak sereta menggunakannya sebagai
tolok ukur kebudayaan lain. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk menetapkan semua
norma dan nilai budaya orang lain dengan standar budayanya sendiri.
Stereotip adalah pemberian tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat
subjektif. Pemberian sifat itu bisa positif maupun negatif. Allan G Johnson menegaskan bahwa
stereotip adalah keyakinan seseorang untuk menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang
cenderung negatif tentang orang lain karena dipengaruhi oelh pengetahuan dan pengalaman
tertentu. Keyakinan ini menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan
merendahkan kelompok lain. Yang termasuk problematika yang perlu diatasi adalah stereotip
yang negatif atau memandang rendah kelompok lain. Konsep stereotip ini dalam bentuk lain
disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi oleh sekelompok orang kepada kelompok lain cenderung
negatif.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh
negatif dari keragaman, yaitu :
a.    Semangat religious
b.    Semangat nasionalisme
c.    Semangat pluralisme
d.   Semangat humanism
e.    Dialaog antar umat beragama
b.    Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan antaragama,
media massa, dan harmonisasi dunia.
2.    Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Kesederajatan atau kesetaraan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan
derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Indikator kesedarajatan adalah sebagai
berikut :
a.    Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan golongan
b.    Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang layak.
c.    Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap dan perilaku
untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar manusia atau antar
warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa diskriminasi adalah
setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi,
jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan,
atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam
kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hokum, social, budaya,
dan aspek kehidupan lainnya.
Program pembangunan jangka menengah nasional (RPJMM) 2004-2009 memasukkan
program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai program pembangunan
bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut :
a.    Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk ketidakadilan gender
bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum tanpa terkecuali.
b.    Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang professional, bersih, dan
berwibawa.
      Faktor penyebab diskriminasi adalah;
a.    Persaingan yang ketat dalam kehidupan, permasalahan ekonomi, tekanan dan intimidasi.
b.    Ketidak berdayaan golongan miskin.

Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan perundang-undangan


yang anti diskriminitif serta pengimplementasiannya di lapangan. Contohnya adalah Undang-
undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi atas Konvensi Internasional tentang Penghapusan
Segala Bentuk Dikriminasi Terhadap Perempuan. Contoh lain adalah dengan diberlakukannya
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atau Konvensi Internasional
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hokum dan penghapusan
diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti Kewarganegaraan
Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi
Presiden No. 4 Tahun 1999.
Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara lain telah
ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Bab III
Kesimpulan
a.         Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada
karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri.
Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan,
temperamen, dan hasrat.
b.        Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan
adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah
antara satu sama lain.
c.         Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat atau
kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai
makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia
sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah tingkat ketakwaan
manusia tersebut terhadap Tuhan.

Bab IV
Penutupan
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Kami sangat berharap untuk pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran  yang
membangun  untuk kami demi sempurnanya makalah ini dan dapat diberi kesempatan untuk
membuat makalah berikutnya. Semoga makalah ini berguna untuk kami khususnya juga para
pembaca yang budiman umumnya.

Daftar Pustaka

http://iqbalpersada.blogspot.com/2011/02/hakikat-keragaman-dan-kesetaraan.html
http://erfanm.blogspot.com/2011/04/surah-al-ala-yang-maha-tinggi-dengan.html
http://stkip.files.wordpress.com/2011/05/isbd.pdf
http://novitascorpiogirl.blogspot.com/2013/02/makalah-ilmu-sosial-budaya-dasar.html

Anda mungkin juga menyukai