DISUSUN OLEH :
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari kelompok
etnis yang beragam (Hidayat, 2013:89). Salah satu wujud keragaman bangsa
Indonesia terlihat dari keragaman suku bangsa, etnis, agama dan budaya. Keragaman
ini dapat memunculkan kebudayaan (culture) yang berbeda-beda sehingga Indonesia
termasuk salah satu negara multikultural terbesar di dunia (Kosim, 2009:150).
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa
yang memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Dari catatan yang ada, di Indonesia ini
terdapat 656 suku bangsa dengan bahasa lokal 300 macam. Keanekaragaman tersebut
merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan
sehingga mampu memberikan warna ketentraman dan kedamaian bagi rakyat
Indonesia agar ke depan tidak banyak menimbulkan persoalan yang mengancam
disintegrasi bangsa. Selain itu, kebudayaan masyarakat juga mengalami dinamika
perubahan yang cukup pesat karena berbagai macam perkembangan teknologi dan
modernitas global (Umanailo,2015:10). Keberagaman bangsa yang berkesetaraan
akan kekuatan bagi kemajuan dan kesejahteraan negara bangsa Indonesia. Negara
bangsa yang beragam yang tidak berkesetaraan, lebih-lebih yang diskriminatif, akan
menghadirkan kehancuran (Rusdiana 2013: 127).
Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan.
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat. Selain makhluk
individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok persekutuan
hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam. Masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam
ras, suku, agama. budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, jenis tempat tinggal.
Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam
masyarakat Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan
manusia, baik sebagai makhluk individu dan makhluk sosial (Nasution,2015: 94)
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama itu
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah diciptakan
dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya
dibanding makhluk lain. Dihadapan Tuhan, semua manusia adalah sama derajat,
kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan nantinya adalah tingkatan
ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan (Nasution,2015: 95)
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia dengan
lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai anggota
masyarakat memiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun terhadap
pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam
perundang-undangan atau Konstitusi. Undang-undang itu berlaku bagi semua orang
tanpa terkecuali dalam arti semua orang memiliki kesamaan derajat (Nasution,2015:
102)
Berbagai keragaman masyarakat Indonesia terwadahi dalam bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang terbentuk dengan karakter utama
mengakui pluralitas dan kesetaraan warga bangsa. Cita-cita yang mendasari
berdirinya NKRI yang dirumuskan para pendiri bangsa telah membekali bangsa
Indonesia dengan konsepsi normatif negara bangsa Bhinneka Tunggal Ika, membekali
hidup bangsa dalam keberagaman, kesetaraan, dan harmoni. Hal tersebut merupakan
kesepakatan bangsa yang bersifat mendasar (Rusdiana 2013:122)
Persamaan kedudukan atau tingkatan manusia ini berimplikasi pada adanya
pengakuaan akan kesetaraan atau kesederajatan manusia. Jadi, kesetaraan atau
kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan kedudukan manusia.
Kesetaraan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak,
dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud hakikat keragaman dan kesetaraan manusia?
2. Bagaimana kemajemukan dalam dinamika sosial budaya?
3. Bagaimana keragaman dan kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya?
4. Apa saja solusi problematika keragaman dan kesetaraan?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. RAS
Ras adalah perbedaan manusia menurut atau berdasarkan ciri fisik biologis: bentuk
wajah, rambut, tinggi badan,warna kulit, mata, hidung dan karakteristik fisik lainnya.
2. ETNIK ATAU SUKU BANGSA
kelompok sosial yang memiliki sistem interaksi yg ada krn kontinuitas dan rasa
identitad yg mempersatukan semua anggota dan memiliki sistem kepemimpinan
sendiri (Koentjaraningrat :1990). kelompok masyarakat yang sebagian besar
mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk
budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan menentukan
sendiri ciri kelompok yang di terima kelompok lain dan dapat di bedakan dari
kelompok populasi lain ( Barth : 1988 ). Keanekaragaman kelompok etnik
memunculkan keanekaragaman di kebudayaan di Indonesia. Jadi berdasarkan
klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. Masalah
Di tengah pandemi COVID-19, representasi perempuan dalam sistem kesehatan masih
rendah
Bidang kesehatan merupakan salah satu sektor pekerjaan yang identik dengan
perempuan. Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019, menunjukkan dua per tiga
sumber daya manusia di sektor kesehatan global adalah perempuan, dan 90 persennya adalah
perawat. Di Indonesia, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, jumlah tenaga medis
pada 2019 mencapai 1.244.162 orang, dengan persentase perempuan lebih dari 70 persen.
Profesi yang didominasi oleh perempuan adalah dokter umum, ahli gizi, dokter spesialis anak,
perawat, bidan, dan bantuan tenaga kesehatan lainnya.
Di ranah global, dalam laporannya WHO juga menyebutkan bahwa, tak hanya terjadi
ketimpangan gender dalam persentase pemimpin perempuan di sektor kesehatan. Tenaga
kesehatan perempuan juga mendapatkan upah 28 persen lebih rendah dibanding laki-laki.
Mereka lebih banyak menghadapi hambatan dan kesulitan diangkat menjadi pegawai tetap
maupun naik jabatan. Hal ini menjadi bukti bahwa perempuan di bidang kesehatan masih
dinomorduakan. Dalam laporan WHO tersebut, ketimpangan gender dalam sistem kesehatan
kembali diungkapkan. Hanya sedikit perawat perempuan yang mendapatkan kesempatan yang
sama dengan laki-laki untuk menduduki posisi kepemimpinan dalam sistem kesehatan. Ini
menunjukkan bahwa sistem kesehatan adalah sebuah sistem yang patriarkis. Perempuan dicap
sebagai kelompok lemah yang tidak seharusnya menjadi pemimpin. Di Indonesia, perempuan
juga belum banyak diakomodasi dalam pengambilan keputusan di sistem kesehatan.
Sementara pemimpin laki-laki memiliki kesempatan yang lebih besar untuk naik ke posisi
jabatan lebih tinggi setingkat kepala bidang hingga kepala dinas.
Senada dengan Dumilah, Ade W. Prastyani, peneliti dari Center for Public Mental
Health, Universitas Gadjah Mada, menulis dalam artikelnya di The Conversation bahwa peran
gender tradisional yang dilekatkan pada perempuan sangat berpengaruh pada karier mereka di
dunia kesehatan. Menurutnya, jalur karier tenaga medis perempuan setelah pendidikan dan
kewajiban dinas dipengaruhi oleh tuntutan sosial, termasuk besarnya peran gender yang
mereka hadapi. Tenaga kesehatan perempuan cenderung tidak bisa begitu bebas memilih
lokasi tempat kerja. Apalagi jika lokasinya terpencil dan jauh dari keluarga, tulisnya.
B. Analisis masalah
Berbagai upaya pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan
kualitas manusia, baik perempuan maupun laki-laki, ternyata belum memberikan
manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Hal ini tidak saja berarti bahwa
hak-hak perempuan untuk memperoleh manfaat secara optimal dari pembangunan
belum terpenuhi, tetapi juga karena masih belum temanfaatkannya kapasitas
perempuan, sebagai sumber daya manusia, secara optimal. Disamping itu, rendahnya
kualitas perempuan juga dapat mempengaruhi kualitas generasi penerusnya,
mengingat bahwa mereka mempunyai fungsi reproduksi dan sangat berperan dalam
mengembangkan sumber daya manusia masa depan.
Sementara itu, kesetaraan dan keadilan gender belum sepenuhnya dapat
diwujudkan di segala bidang karena masih kuatnya pengaruh nilai sosial budaya yang
patriarki, yang menempatkan laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran
yang berbeda dan tidak setara. Di lain pihak, pada saat ini masih banyak kebijakan,
program, proyek, dan kegiatan pembangunan, baik di tingkat nasional maupun
ditingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang belum peka gender, yaitu belum
mempertimbangkan perbedaan pengalaman, aspirasi, dan kepentingan antara
perempuan dan laki-laki, serta belum menerapkan kesetaraan dan keadilan gender
sebagai sasaran akhir dari pembangunan.
Dalam mengatasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender diperlukan upaya
khusus untuk mengetahui adanya ketimpangan gender. Hal ini dapat diketahui antara
lain dengan melakukan analisis gender sebagai langkah awal untuk mengidentifikasi
adanya ketimpangan/kesenjangan gender. Analisis gender ini dilakukan pada awal
setiap kegiatan yang akan dilakukan dan hal ini merupakan rangkaian dari upaya
pengarusutumaan gender.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bangsa Indonesia adalah masyarakat yang terdiri dari beranekaragam budaya. Keragaman
ini dapat memunculkan kebudayaan yang berbeda-beda sehingga Indonesia termasuk salah
satu negara multikultural terbesar di dunia. Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, istilah masyarakat multikultural terdiri dari tiga kata yaitu masyarakat,
multi dan kultural. Masyarakat artinya adalah satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh perasaan
bersama. Multi berarti banyak atau beranekaragam. Sedangkan kultural berarti budaya. Jadi,
masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas banyak struktur
kebudayaan. Disebabkan banyaknya suku bangsa yang mempunyai struktur budaya sendiri,
yang berbeda dengan budaya suku bangsa lain. Pada hakikatnya, konsep masyarakat
multikultural adalah masyarakat yang mempunyai banyak suku bangsa dan budaya dengan
beragam adat istiadat. Meskipun beranekaragam masyarakat Indonesia menjadikan hal
tersebut sebagai kekuatan yang mampu menyatukan dan memperkaya budaya di Indonesia.
Kesetaraan Sosial adalah tata politik sosial di mana semua orang yang berada dalam suatu
masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama. Kesetaraan mencangkup hak
yang sama di bawah hukum, merasakan keamanan, memperoleh hak suara, memiliki
kebebasan dalam berbicara, dan hak lainnya yang sifatnya personal.
Masyarakat majemuk yaitu masyarakat yang berkehidupan secara berkelompok namun hal
tersebut di kesampingkan maka akan terciptanya masalah-masalah dari masing-masing
kelompok etnis, efek negatif tersebut muncul dalam bentuk gesekan-gesekan, pertentangan,
dan konflik terbuka antar kelompok masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya
kesadaran untuk menghargai, menghormati, serta menegakkan prinsip kesetaraan atau
kesederajatan antara masyarakat tersebut. Masing-masing warga daerah bisa saling mengenal,
memahami, menghayati, dan bisa saling berkomunikasi,sikap toleransi antar suku bangsa,
agama, dan antar golongan harus benar-benar dikembangkan.
B .Saran
Sebagai contoh mahasiswa harus menghargai dan menghormati sesama teman. Tidak
hanya dilingkuan kampus saling menghargai dan toleransi harus diterapkan tetapi dimana
saja dan kapan saja. Hal ini menjadi kewajiban kita sebagai generasi muda, generasi penerus
bangsa untuk memperkuat dan mempertahankan kesatuan Indonesia. Dengan sikap toleransi
sabagai sebuah kesadaran setiap masyarakat maka setiap etnis harus dapat menghargai setiap
perbedaan karena perbedaan adalah sebuah anugerah bukan musibah serta mengembangkan
nilai kemanusiaan yang mengikat suatu bangsa.
Daftar Pustaka
Sarinah, S. Ag, M. Pd. I. 2019. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Sleman: Deepublish
Fuadi Afnan. 2020. Keragaman Dalam Dinamika Sosial Budaya Kompetensi Sosial Kultural
Perekat Bangsa. Sleman: Deepublish
Tara (Def. 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diakses 22 Agustus
2021
Tune, S. 2015. Ilmplementasi Kesetaraan Gender dalam Bidang Pendidikan. MUSAWA, Vol.
7 No.1 Juni 2015 : 158 – 182
Pelly Usman. 1989. Kemajemukan dalam Dinamika Sosial Budaya. Retrieved from
https://drsuprobo.wordpress.com/2013/01/16/
Setiadi, M. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
https://theconversation.com/di-tengah-pandemi-covid-19-representasi-perempuan-dalam-sistem-
kesehatan-masih-rendah-137181
https://womenlead.magdalene.co/2021/01/28/tenaga-kesehatan-perempuan-sulit-naik-jabatan/
Analisis Cender dalam Pembangunan Kesehatan Aplikasi Gender Analysis Pathway (GAP) dan
Berbagi Pengalaman. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAppENAS) bekerjasama dengan
Development Planning Assistance (DPA) project ll - Canadian International Development Agency
(CIDA
Elly M. Setiadi, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media,
2006), h. 110.
Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
h. 117.
New ˅˅
Ridwan, 2015, Problematika Keragaman Kebudayaan dan Alternatif Pemecahan, ISSN
Jurnal Madaniyah Volume 2 Edisi IX
LAMPIRAN