Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANUSIA KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar dengan
Dosen Pembimbing Ibu Fendria Sativa, S.PM.Si.

 Dibuat oleh :

ALIF IRFAN RAMADHAN (D1B021120)

FIRLI ANISTIA SARI (D1B021122)

LIKHAWAN RIFA ALFIN UFFIDIN MASRUR (D1B021117)

JURUSAN AGRIBISNIS

 FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

Jl. Jambi - Muara Bulian No.KM. 15, Mendalo Darat, Kec. Jambi Luar Kota,

Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.


2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Manusia
Keragaman Dan Kesetaraan”.

Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Universitas
Indraprasta PGRI Fakultas Pendidikan Ekonomi. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini, dan kami
harapkan kedepannya dapat lebih baik.

Jambi, 08 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia........................................3
2.2 Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya.....................................4
2.3 Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Bangsa...........7
BAB III PENUTUP.........................................................................................10
3.1. Kesimpulan.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keragaman Manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang


sangat rumit. Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia
merupakan makhluk monodualis jiwa raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki
cipta, rasa, dan karsa sehinga dalam tingkah lakunya mampu
mempertimbangkan.

Nilai-nilai yang terkandung dalam keragaman dan kesederajatan


manusia akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk yang paling
sempurna. Dengan keistimewaan yang dimiliki menyebabkan manusia perlu
keseragaman dan kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah
yang bermoral di muka bumi ini.

ISBD bukanlah suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, melainkan


hanyalah suatu pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang
ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya, dan
masalah-masalah yang terwujud daripadanya. Memberikan landasan dan
wawasan yang luas, serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif untuk
memahami keragaman, kesetaraan, dan kemartabatan manusia dalam
kehidupan bermasyarakat selaku individu dan makhluk sosial yang beradab
serta bertanggungjawab terhadap sumber daya dan lingkungannya.

Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas


yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki
manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang
melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi
manusia. Kesetaraan dalam derajat kemanusiaan dapat terwujud dalam
praktik nyata dengan adanya pranata-pranata sosial, terutama pranata hukum,
yang merupakan mekanisme kontrol yang secara ketat dan adil mendukung
dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan dalam kehidupan
nyata.

Kebudayaann Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh


kebudayaan Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia
pada tahun 1945. Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas
perbedaan, dari seluruh prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia,
baik ilmu ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Pancasila yang digali dan
dirumuskan para pendiri bangsa ini adalah sebuah rasionalitas yang telah
teruji. Pancasila adalah rasionalitas kita sebagai sebuah bangsa yang
majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras yang
bernama Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk membahas tentang persatuan Indonesia dengan mengangkat tema


kemajemukan budaya di Indonesia terdapat rumusan masalah sebagai
berikut :

a. Makna apa yang terdapat dalam keragaman dan kesetaraan


manusia?

b. Bagaimana Kemajemukan dalam dinamika sosial budaya?

c. Apa saja yang terjadi dalam kemajemukan dan kesetaraan social


budaya bangsa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia

A. Makna Keragaman Manusia

Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan


adanya banyak macam, banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan
bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena
manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri
khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi,
misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat (Setiadi,2006).

Menurut Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si, dalam bukunya yang


berjudul “Ilmu Sosial & Budaya Dasar” mengatakan bahwa Manusia pada
hakikatnya merupakan makhluk individu atau pribadi yang memiliki
perbedaan satu sama lain. Adanya perbedaan itulah yang melahirkan
keragaman.

Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam


layaknya binatang atau tumbuhan. Keragaman manusia dimaksudkan
adalah setiap manusia memiliki perbedaan. (Herimanto, 2009: 97)

Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang


membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan
hidup juga beragam. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda
dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam ras, suku, agama,
budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, jenis tempat tinggal. Hal-hal
demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman
dalam masyarakat. Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi
dari kedudukan manusia,baik sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.

B. Makna Kesetaraan Manusia

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau


kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain
(Mauliana,2015).

Kesederajatan berasal dari kata sederajat atau setara yang menurut


KBBI artinya adalah sama tingkatan atau pangkat, kedudukan. Dengan
demikian konteks kesederajatan di sini adalah suatu kondisi dimana dalam
perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki. (Setiadi, 2006: 141).

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk


Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan Tuhan
manusia memiliki kesamaan derajat dan kedudukan. Yang membedakan
hanyalah tingkat ketakwaan manusia terhadap Tuhan. (Herimanto, 2009:
98).

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk


Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia
diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia
dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua
manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang
membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan

Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya


persamaan kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap
mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban sebagai sesama manusia (Iqbal, 2011).

2.2 Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya

Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia


melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak
ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society)
pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa
ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang
berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung
dalam sebuah satuan politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia
masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan
komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama (Setiadi,2006).

Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu


kota berdasarkan dua hal yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan
vertikal. Secara Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan
berdasarkan :

a. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.

b. Bahasa daerah

c. Adat istiadat atau perilaku


d. Agama

e. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :

a. Penghasilan atau ekonomi

b. Pendidikan

c. Pemukiman

d. Pekerjaan

e. Kedudukan sosial politik.

Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-


unsur seperti ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan
sebagainya.

1. Ras

Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama
kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog Prancis, untuk
mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori
atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah.

Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia


dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk
wajah,rambut,tinggi badan, dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah
perbedaan manusia menurut atau berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi
membuat klasifikasi ras atas tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan
Mongoloid. Sedangkan Koentjaraningrat (1990) membagi ras dunia ini
dalam 10 kelompok,yaitu Kaukasoid, Mongoloid, Negroid, Australoid,
Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan Bushmen. Orang-
orang yang tersebar di wilayah Indonesia termasuk dalam rumpun
berbagai ras. Orang-orang Indonesia bagian barat termasuk dalam ras
Mongoloid Melayu, sedangkan orang-orang yang tinggal di Papua
termasuk ras Melanesia.

2. Etnik atau Suku Bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai


kelompok social atau kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem
interaksi, yang ada karena kontinuitas dan rasa identitas yang
mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan
sendiri.

F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok


masyarakat yang sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak
dan bertahan, mempunyai nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan
dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi
sendiri, dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok
lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur


suku bangsa bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas
(kelahira) atau hubungan darah,kesamaan bahasa,kesamaan adat
istiadat,kesamaan kepercayaan (religi),kesamaan mitologi,kesamaan
totemisme.
Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah.
Klasifikasi dari suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem
lingkaran hukum adat. Van Vollenhoven mengemukakan adanya 19
lingkaran hukum adat (Koentjaraningrat,1990). Jadi berdasarkan
klasifikasi etnik secara nasional, bangsa Indonesia adalah heterogen.

2.3 Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa

A. Kemajemukan sebagai kekayaan Bangsa Indonesia

Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan


etnik, disebut juga suku bangsa. Ada juga keragaman dalam hal
ras,agama,golongan,tingkat ekonomi, dan gender. Masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang multikultural artinya memiliki banyak budaya.

Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang


lebih dari satu. Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di
Papua tersebut antara lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat,
Mamberamo, dan suku Sentani. Beberapa suku merupakan suku
mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku minoritas seperti
suku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.

Etnik atau suku merupakan ide,jhnntitas social budaya seseorang.


Artinya, identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya,
kepercayaan, dan pranata yang dijalani yang bersumber dari etnik
darimana ia berasal. Tetapi, dalam perkembangan berikutnya, identitas
social budaya seseorang tidak semata-mata ditentukan dari etniknya.
Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan ekonomi, status
sosial, tingkat pendidikan, profesinya. Identitas etnik lama-kelamaan bisa
hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur dan mobilitas yang
tinggi.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural


artinya jamak, banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan masyarakat
Indonesia adalah suatu kenyataan atau fakta yang justru kita terima
sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.

Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya


sudah tercermin dengan baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu
Bhineka Tunggal Ika. Bhineka artinya aneka,berbeda-beda,banyak ragam.
Tunggal Ika menunjukkan semangat akan perlunya persatuan dari
keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah kenyataan (das sein) sedang Ika
adalah keinginan (das sollen). Kemajemukan adalah karakteristik sosial
budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik Indonesia yang lain
adalah :

1. Jumlah penduduk yang besar

2. Wilayah yang luas

3. Posisi silang

4. Kekayaan alam dan daerah tropis

5. Jumlah pulau yang banyak

6. Persebaran pulau

B. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia


Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara
yuridis diakui dan dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara
tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama dan budayanya diperlakukan
sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.

Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan


sama untuk warga Negara memilih dan dipilih,berkesempatan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik Negara.

Persamaan di depan hukum atau equality before of law


mengharuskan setiap warga Negara diperlakukan sama dan adil. Prinsip
persamaan warga negara di depan hukum atau equality before of law
adalah jaminan atas harkat dan martabatnya sebagai manusia. Hukum
bertujuan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban.

Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara


mendapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan
ekonomi.Warga negara yang kurang mampu, negara wajib memberikan
bantuan agar bisa hidup sejahtera. Demokrasi ekonomi mengharapakan
distribusi yang adil dalam hal pendapatan dan kekayaan.

Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama,


pendidikan, kesehatan, kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga
negara di bidang sosial budaya berarti warga negara memiliki kesempatan,
hak dari pemerintah. Negara tidak membeda-bedakan kelas sosial, status
sosial, ras, suku, dan agama dalam memberikan pelayanan.

Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga


negara memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum,
pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan
kedudukan warga negara tersebut terutama dalam hal kesempatan.
Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam berbagai
bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur-unsur primodial dari
warga negara itu sendiri. Primodial artinya hal-hal yang berkaitan dengan
asal atau awal seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok, sejarah.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki


perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang
setiap individu memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama
ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen,
dan hasrat.

Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau


kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang
sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.

Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk


Tuhan memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Semua manusia
diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan
tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan, semua manusia
sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah
tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal, Muhammad.2011. Hakikat Keragaman Dan Kesetaraan


Manusia. http://iqbalpersada.blogspot.com/2013/03/hakikat-
keragaman-dan- kesetaraan.html. Diakses pada 7 April 2019 Pukul
21.15 WITA.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata.

Mauliana, Anisa Medika.2015. Materi Antropologi Kelas XII:


Kesetaraan dan Hubungannya dengan Perubahan Sosial Budaya.
http://blog.unnes.ac.id/annisamedika/2015/12/17/materi-
antropologi-kelas-xii-kesetaraan-dan-hubungannya-dengan-
perubahan-sosial-budaya/. Diakses pada 7 April 2019 Pukul 21.25
WITA.

Setiadi Elly M, Kama A. Hakam, Ridwan Efendi.2006. Ilmu sosial dan


budaya dasar. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandir

Anda mungkin juga menyukai