Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Ilmu Alamiah Sosial Budaya Dasar”

Dosen Pengampu :
Dra. Yoyoh Fathurrohmah, M.Pd

Disusun Oleh :
Pipin Wukiriyanto
NIM. 2274201047

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022
MANUSIA, KERAGAMAN DAN
KESETARAAN

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1. Hakikat Keragaman
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman menunjukkan adanya banyak
macam, banyak jenis. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu
memiliki ciri-ciri khas tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi,
misalnya sikap, watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat (Setiadi,2006).
Menurut Drs. Herimanto, M.Pd., M.Si, dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Sosial
& Budaya Dasar” mengatakan bahwa Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk
individu atau pribadi yang memiliki perbedaan satu sama lain. Adanya perbedaan itulah
yang melahirkan keragaman.
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam layaknya binatang
atau tumbuhan. Keragaman manusia dimaksudkan adalah setiap manusia memiliki
perbedaan. (Herimanto, 2009: 97)
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk kelompok
persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam. Masyarakat sebagai
persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam ras,
suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis kelamin, jenis tempat tinggal. Hal-hal
demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat.
Keragaman individual maupun sosial adalah implikasi dari kedudukan manusia,baik sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.

2. Makna Kesetaraan Manusia


Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Kesetaraan atau kesederajatan
menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau
tidak lebih rendah antara satu sama lain (Mauliana,2015).
Kesederajatan berasal dari kata sederajat atau setara yang menurut KBBI artinya
adalah sama tingkatan atau pangkat, kedudukan. Dengan demikian konteks kesederajatan di
sini adalah suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap
memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki. (Setiadi, 2006: 141).
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki
tingkat atau kedudukan yang sama. Di hadapan Tuhan manusia memiliki kesamaan derajat
dan kedudukan. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan manusia terhadap Tuhan.
2
(Herimanto, 2009: 98).
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu
sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya dibanding makhluk lain. Di hadapan Tuhan,
semua manusia sama derajatnya,kedudukan atau tingkatannya. Yang membedakan adalah
tingkat ketakwaan manusia tersebut terhadap Tuhan
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan derajat,
persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia (Iqbal, 2011).

B. Kemajemukan Dalam Dinamika Sosial Budaya

Keragaman yang terdapat dalam lingkungan sosial manusia melahirkan


masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam,beraneka,berjenis-jenis. Konsep
masyarakat majemuk (plural society) pertama kali dikenalkan oleh Furnivall tahun 1948
yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara
berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan
tergabung dalam sebuah satuan politik. Konsep ini merujuk pada masyarakat Indonesia
masa kolonial. Masyarakat Hindia Belanda waktu itu dalam pengelompokkan
komunitasnya didasarkan atas ras,etnik,ekonomi,dan agama (Setiadi,2006).

Usman Pelly (1989) mengategorikan masyarakat majemuk disuatu kota


berdasarkan dua hal yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal. Secara
Horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :

a. Etnik dan rasa tau asal usul keturunan.

b. Bahasa daerah

c. Adat istiadat atau perilaku

d. Agama

e. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara Vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan :

a. Penghasilan atau ekonomi

b. Pendidikan

c. Pemukiman

3
d. Pekerjaan

e. Kedudukan sosial politik.

Keragaman atau kemajemukan masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti


ras,etnik,agama,pekerjaan,penghasilan,pendidikan,dan sebagainya
.
1. Ras
Kata ras berasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah
ras diperkenalkan Franqois Bernier,antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan ketegori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah.
Berdasarkan karakteristik biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan
dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah,rambut,tinggi badan,
dan karakteristik fisik lainnya. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut atau
berdasarkan cirri fisik biologis.
Di dunia ini dihuni berbagai ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat
klasifikasi ras atas tiga kelompok,yaitu Kaukasoid,Negroid,dan Mongoloid. Sedangkan
Koentjaraningrat (1990) membagi ras dunia ini dalam 10 kelompok,yaitu Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid, Australoid, Polynesia, Melanisia, Micronesia, Ainu, Dravida, dan
Bushmen. Orang-orang yang tersebar di wilayah Indonesia termasuk dalam rumpun
berbagai ras. Orang-orang Indonesia bagian barat termasuk dalam ras Mongoloid
Melayu, sedangkan orang-orang yang tinggal di Papua termasuk ras Melanesia.

2. Etnik atau Suku Bangsa

Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social


atau kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena
kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki
sistem kepemimpinan sendiri.

F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang


sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai
nilai budaya sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya,
membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, dan menentukan sendiri ciri
kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi
lain.
4
Identitas kesukubangsaan antara lain dapat dilihat dari unsur-unsur suku
bangsa bawaan (etnictraits). Ciri-ciri tersebut meliputi natalitas (kelahiran) atau
hubungan darah,kesamaan bahasa,kesamaan adat istiadat,kesamaan kepercayaan
(religi),kesamaan mitologi,kesamaan totemisme.

Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah. Klasifikasi dari
suku bangsa di Indonesia biasanya didasarkan sistem lingkaran hukum adat. Van
Vollenhoven mengemukakan adanya 19 lingkaran hukum adat
(Koentjaraningrat,1990). Jadi berdasarkan klasifikasi etnik secara nasional, bangsa
Indonesia adalah heterogen.

C. Kemajemukan dan Kesetaraan dalam Sosial Budaya


1. Kemajemukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut
juga suku bangsa. Ada juga keragaman dalam hal ras,agama,golongan,tingkat
ekonomi, dan gender. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural
artinya memiliki banyak budaya.
Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari
satu. Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua tersebut antara
lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat, Mamberamo, dan suku Sentani.
Beberapa suku merupakan suku mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku
minoritas seperti suku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.
Etnik atau suku merupakan ide,jhnntitas social budaya seseorang. Artinya,
identifikasi seseorang dapat dikenali dari bahasa, tradisi, budaya, kepercayaan, dan
pranata yang dijalani yang bersumber dari etnik darimana ia berasal. Tetapi, dalam
perkembangan berikutnya, identitas social budaya seseorang tidak semata-mata
ditentukan dari etniknya. Identitas seseorang mungkin ditentukan dari golongan
ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, profesinya. Identitas etnik lama-
kelamaan bisa hilang, misalnya karena adanya perkawinan campur dan mobilitas
yang tinggi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural artinya jamak,
banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah suatu
kenyataan atau fakta yang justru kita terima sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah

5
tercermin dengan baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Bhineka artinya aneka,berbeda-beda,banyak ragam. Tunggal Ika menunjukkan
semangat akan perlunya persatuan dari keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah
kenyataan (das sein) sedang Ika adalah keinginan (das sollen). Kemajemukan adalah
karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan, karakteristik Indonesia
yang lain adalah :

1. Jumlah penduduk yang besar

2. Wilayah yang luas

3. Posisi silang

4. Kekayaan alam dan daerah tropis

5. Jumlah pulau yang banyak

6. Persebaran pulau

2. Kesetaraan dalam Sosial Budaya


Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis
diakui dan dijamin oleh Negara melalui UUD 1945. Warga Negara tanpa dilihat
perbedaan ras, suku, agama dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam
Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
Persamaan di bidang politik misalnya memperoleh kesempatan sama untuk
warga Negara memilih dan dipilih,berkesempatan untuk berpartisipasi dalam
kehidupan politik Negara.
Persamaan di depan hukum atau equality before of law mengharuskan setiap
warga Negara diperlakukan sama dan adil. Prinsip persamaan warga negara di depan
hukum atau equality before of law adalah jaminan atas harkat dan martabatnya
sebagai manusia. Hukum bertujuan untuk menegakkan keadilan dan ketertiban.
Persamaan di bidang ekonomi adalah setiap warga negara mendapat
kesempatan yang sama untuk mendapatkan kesejahteraan ekonomi.Warga negara
yang kurang mampu, negara wajib memberikan bantuan agar bisa hidup sejahtera.
Demokrasi ekonomi mengharapakan distribusi yang adil dalam hal pendapatan dan
kekayaan.
Persamaan di bidang social budaya itu meliputi bidang agama, pendidikan,
6
kesehatan, kebudayaan, seni dan iptek. Persamaan warga negara di bidang sosial
budaya berarti warga negara memiliki kesempatan, hak dari pemerintah. Negara
tidak membeda-bedakan kelas sosial, status sosial, ras, suku, dan agama dalam
memberikan pelayanan.
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warga negara
memiliki persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik, hokum, pemerintahan,
ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh membeda-bedakan kedudukan warga
negara tersebut terutama dalam hal kesempatan. Kesempatan yang sama bagi semua
warga negara tersebut dalam berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan
unsur-unsur primodial dari warga negara itu sendiri. Primodial artinya hal-hal yang
berkaitan dengan asal atau awal seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok,
sejarah.

D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan


1. Problematika Keragaman serta solusinya dalam kehidupan

Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari


bangsa. Van De Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat
yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok yang sering kali memiliki


kebudayaan yang berbeda.

2. Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang


bersifat nonkomplementer.

3. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakat tentang


nilai-nilai social yang bersifa dasar.

4. Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lain.

5. Secara relative, integrasi social tumbuh diatas paksaan dan saling ketergantungan
di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Keragaman budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan


menjadi modal yang berharga untuk membangun Indonesia yang multikultural.

7
Tetapi, kondisi aneka budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi
lahan subur bagi konflik dan kecemburuan sosial.

Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan
tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan
fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukan pandangan, nilai, norma, dan tindakan
kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.

Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan


masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit-penyakit budaya.
Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip, prasangka, rasisme,
diskriminasi, dan scape goating.

Etnosentrisme atau sikap etnosentris diartikan sebagai suatu kecenderungan


yang melihat nilai atu norma kebudayaan sendiri sebagai suatu yang mutlak sereta
menggunakannya sebagai tolok ukur kebudayaan lain. Etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan
standar budayanya sendiri.

Stereotip adalah pemberian tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori


yang bersifat subjektif. Pemberian sifat itu bisa positif maupun negatif. Allan G
Johnson menegaskan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain
karena dipengaruhi oelh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini
menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan merendahkan kelompok
lain. Yang termasuk problematika yang perlu diatasi adalah stereotip yang negatif
atau memandang rendah kelompok lain. Konsep stereotip ini dalam bentuk lain
disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi oleh sekelompok orang kepada kelompok lain
cenderung negatif.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan


oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :

a. Semangat religious
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralisme
d. Semangat humanism

8
e. Dialaog antar umat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.

2. Problematika Kesetaraan Serta Solusinya dalam Kehidupan


Kesederajatan atau kesetaraan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya
persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia. Indikator
kesedarajatan adalah sebagai berikut :

a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan

b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.

c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota


masyarakat.

d. Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap


dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan
kewajiban anatr manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan
orang disebut diskriminasi.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa


diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan
keyakinan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
hokum, social, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Program pembangunan jangka menengah nasional (RPJMM) 2004-2009


memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai
program pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil
adalah sebagai berikut :

9
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk
ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang
sama dihadapan hukum tanpa terkecuali.

b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang


professional, bersih, dan berwibawa.

Faktor penyebab diskriminasi adalah;

a. Persaingan yang ketat dalam kehidupan, permasalahan ekonomi, tekanan dan


intimidasi.

b. Ketidak berdayaan golongan miskin.

Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan


perundang-undangan yang anti diskriminitif serta pengimplementasiannya di
lapangan. Contohnya adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi
atas Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Dikriminasi
Terhadap Perempuan. Contoh lain adalah dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atau Konvensi Internasional
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.

Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hokum dan


penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat
Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden
No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999.

Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga,


antara lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Djambata.

Setiadi Elly M, Kama A. Hakam, Ridwan Efendi.2006. Ilmu sosial dan budaya
dasar. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

INTERNET
10
https://www.academia.edu/39677102/
MAKALAH_MANUSIA_KERAGAMAN_DAN_KESETARAAN Diakses Tgl 2 November
2022 pukul 14.00 WIB

11

Anda mungkin juga menyukai