Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TAZKIAH KHOEROTUNNISA

NIM : E2115401027

KELAS : 2B

RANGKUMAN BAB 5

MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN

A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia


1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan KBBI ragam berarti (1) sikap,
tingkah laku, cara; (2) macam, jenis; (3) music, lagu, langgam; (4) warna, corak; (5) laras
(tata bahasa). Merujuk pada arti nomor 2 diatas, ragam berarti jenis, macam. Keragaman
menunjukkan adanya banyak macam, banyak jenis.
Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-
jenis seperti halnya binatang dan tumbuhan. Manusia sebagai makhluk Tuhan tetaplah
berjenis satu. Keragaman manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki
perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang yang setiap
individu memiliki ciri-ciri khas sendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat
pribadi, misalnya sikap, watak, kelakuan, tempramen, dan hasrat. Manusia juga makhluk
sosial yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup
manusia juga beragam.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut
kesederajatan. Menurut KBBI, sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat).
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkat
atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau
kedudukan yang sama itu bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa
dibedakan adalah diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia
dan tinggi derajatnya disbanding makhluk lain.
B. Kemajukan Dalam Dinamika Sosial Budaya
Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat
majemuk (plural society) pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang
mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok
yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan sosial dan tergabung
dalam sebuah satuan politik.
Secara horizontal, masyarakat majemuk, dikelompokkan berdasarkan :
1) Etnik dan ras atau asal usul keturunan
2) Bahasa daerah
3) Adat istiadat atau perilaku
4) Agama
5) Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya.

Secara vertical, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:

1) Penghasilan atau ekonomi


2) Pendidikan
3) Pemukiman
4) Pekerjaan
5) Kedudukan sosial politik
C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bangsa
1. Kemajukan sebagai Kekayaan Bangsa Indonesia
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Kemajemukan bangsa
terutama karena adanya kemajemukan etnik, disebut juga suku bangsa atau suku.
Keragaman etnik di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai Negara yang paling
heterogen didunia, selain India. Jumlah etnik atau suku bangsa di Indonesia menyebar
dibanyak wilayah dengan memiliki ciri dan karakter tersendiri. Menurut para ahli, jumlah
etnik atau suku bangsa di Indonesia mencapai sekitar 400 suku. Hampir setiap pulau-
pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu. Bahkan, di Papua ditemukan
kurang lebih 30 suku (Sugeng H.R., 2006).
Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia. Selain kemajemukan,
karakterisitik Indonesia yang lain adalah sebagai sebagai berikut (Sutarno, 2007).
a. Jumlah penduduk yang besar
b. Wilayah yang luas
c. Posisi silang
d. Kekayaan alam dan daerah tropis
e. Jumlah pulau yang banyak
f. Persebaran pulau
2. Kesetaraan sebagai Warga Bangsa Indonesia
Sebagai warga Negara Indonesia maka manusia Indonesia adalah setara atau
sederajat dalam arti setiap warga Negara memiliki persamaan kedudukan, hak dan
kewajiban sebagai warga bangsa dan warga Negara Indonesia. Dalam Negara demokrasi
diakui dan dijamin pelaksanaannya atas persamaan kedudukan warga Negara naik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara yuridis maupun politis, segala warga Negara memiliki persamaan
kedudukan, baik dalam bidang politik, hukum, pemerintah, ekonomi, dan sosial. Negara
tidak boleh membeda-bedakan kedudukan warga Negara tersebut terutama dalam hal
kesempatan. Kesempatan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial hendaknya diberi
peluang yang sama. Kesempatan yang sama bagi semua warga Negara tersebut dalam
berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur-unsur primordial dari
warga Negara itu sendiri. Primordial artinya hal-hal yang berkaitan dengan asal atau awal
seseorang, misalnya suku, agama, ras kelompok, sejarah, dan sebagainya. jadi, tidak
boleh membedakan warga Negara berdasarkan ras, suku, agama, adat, budaya, daerah
atau sejarah orang tersebut.
D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan
1. Problema Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehidupan
Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M.Setiadi (2006) menjelaskan
bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat
dasar sebagai berikut.
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali memiliki
kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi kedalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus diantara para anggota masyarakat tentang
nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satu dengan
yang lainnya.

Konflik atau pertentangan terdiri atas dua fase, yaitu fase disharmoni dan fase
disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan pandangan tentang ujuan,
nilai, norma dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi merupakan fase dimana sudah
tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma dan tindakan kelompok yang
menyebabkan pertentangan antar kelompok.

Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan


masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit budaya inilah yang ditengarai bisa memicu konflik antarkelompok
masyarakat di Indonesia. Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrisme stereotip,
prasangka, rasisme, diskriminasi dan scape goating (Sutarno, 2007). Selain
menghilangkan penyakit tersebut terdapat bentuk solusi lain. Elly M.Setiabudi dkk
(2006) mengemukakan ada hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah
yang diakibatkan oleh pengaruh negative dari keragaman yaitu :

1) Semangat religious
2) Semangat nasionalisme
3) Semangat pluralism
4) Semangat humanism
5) Dialog antarumat beragama
2. Problem Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah menuculnya sikap dan
perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
antarmanusia atau antarwarga. Perilaku yang membedakan-bedakan orang disebut
diskriminasi. Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang
bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Diskriminasi
bertolak belakang dengan prinsip kesetaraan, bahkan menjadi problema utama wujudnya
kesetaraan dan kesederajatan manusia. Diskriminasi merupakan tindakan yang melanggar
hak asasi manusia. Diskriminasi juga merupakan bentuk ketidakadilan.
Program Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009
memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk sebagai program
pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil adalah :
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskiriminasi termasuk
ketidakadilan gender bahwa setiap warga Negara memiliki kedudukan yang sama
dihadapan hukum tanpa terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hukum yang
professional, bersih dan berwibawa.

Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan didepan hukum dan


penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat Bukti
Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan Presiden No.56
Tahun 1996 dan Intruksi Presiden No.4 Tahun 1999. Disamping itu, ditetapkannya Imlek
sebagai hari libur Nasional menunjukkan perkembangan upaya penghapusan diskriminasi
rasial telah berada pada arah yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai