PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam paham multikulturalisme, kesederajadan, dan atau kesetaraan sangat
dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya
merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya
budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting
sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia.
Adanya perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa
dan ras, agama dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan, serta situasi ekonomi dalam
masyarakat menjadi sesuatu yang dapat memunculkan konflik diantara masyarakat
itu, dalam perbedaan dan keragaman yang ada itu, manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki yang secara tidak langsung
membuat
masyarakat
hidup
rukun
dan
berdampingan.
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke
sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya pengelompokan
besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang sama seperti rambut,
warna kulit, ukuran-ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya.
Masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah kebawah serta
merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, dan strata
sosial yang hierarkis. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan
yang tak dapat dihindari lagi.
1
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di
Bidang Ilmu Sosial Budaya Dasar dan menambah pemahaman tentang kemajemukan
diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
1. Pengertian Keragaman
Keragaman berasal dari kata ragam. Keragaman adalah suatu kondisi dalam
masyarakat dimana terdapat perbedaaan perbedaan dalam berbagai bidang terutama
suku, bangsa, ras, agama, ideologi, dan budaya. Keragaman dalam masyarakat adalah
sebuah keadaaan yang menunjukkan perbedaan yang cukup banyak macam atau
jenisnya dalam masyarakat.
Ada tiga macam istilah yang digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang
majemuk yang terdiri dari ras, agama, bahasa dan budaya yang berbeda yaitu :
Pluralitas adalah mengendalikan hal-hal yang lebih dari satu (many).
Heterogen adalah menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu
berdeda-beda, macam-macam dan bahkan tidak dapat di samakaan.
Multikultural adalah inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa memperdulikan perbedaan
budaya, etnik, genger, bahasa maupun agama. Multikuturalisme memberikan
penegasan bahwa dengan segals perbedaannya itu mereka itu adalah sama di
ruang publik, menekankan pengakuan dan penghargaan pada perbedaan.
Ada banyak cara mengelola keragaman antara lain yang dapat di lakukan yaitu :
1. Untuk mendekonstruksi stereotip dan prasangka terhadap identitas lain
2. Untuk mengenal dan berteman dengan sebanyak mungkin orang dengan
identitas yang berbeda dan bukan sebatas kenal nama dan wajah tetapi
mengenali latar belakang, karakter, ekspetasi, ddl.
3. Untuk mengembangkan ikatan-ikatan (pertemanan,bisnis,dll) bersifat inklusif
dan lintas identitas, bukan yang bersifat eksklusif.
4. Untuk mempelajari ritual dan falsafah identitaslain
Keragaman ini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana
terdapat perbedaan-perbedaan dalam bidang, terutama suku bangsa dan ras,agama
dan keyakinan, ideologi, adat kesopanan serta situasi ekonomi. Sedangkan
kesederajan memiliki makna sebagi suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan
keragaman yang dimiliki ada pada manusia tetap memiliki suatu kedudukan yang
sama dan satu tingkatan hirarki.
Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat :
1. Etnik dan suku bangsa
F. Baart (1988) menyatakan bahwa
Tatakrama dalam bahasa jawa berarti adat sopan santun dan basa basi , pada
dasarnya ialah segala tindakan, prilaku, adat-istiadat, tegur sapa, ucap dan
cakap sesuai kaidah norma tertentu.Tatakrama berfungsi mengikat masyarakat
masyarakat tersebut, sedangkan kesopanan berasal dari masyarakat itu sendiri
yang dapat menilai baik dan buruknya sikap lahir dan tingkah laku manusia.
6.
Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian negara berkembang, perekonomian akan menjadi salah satu
perhatian yang terus ditingkatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada
di golongan tingkat ekonomi menengah kebawah. Hal ini tentu saja menjadi
sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tak dapat dihindari lagi.
7.
Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan
bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial yang hierarkis. Hal ini dapat
terlihat dan dirasakan dengan jelas yaitu adanya penggolongan orang
berdasarkan kasta. Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial
yang tidak saja dapat menyakitkan, namun juga membahayakan bagi
kerukunan masyarakat. Tak hanya itu, bahkan bisa menjadi sebuah pemicu
perang antar etnis atau suku
2. Pengertian Kesetaraan
2.2
1. Makna Keragaman
Keragaman menunjukkan adanya banyak macam atau banyak jenis. Keragaman
manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada
karena manusia adalah makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri-ciri khas
tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalnya sikap,
watak, kelakuan, temperamen, dan hasrat.
Selain makhluk individu, manusia juga makhluk sosial yang membentuk
kelompok persekutuan hidup. Tiap kelompok persekutuan hidup juga beragam.
Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada
perbedaan, misalnya dalam ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status sosial, jenis
kelamin. Hal-hal demikian dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk
keragaman dalam masyarakat. Konsep keragaman mengandaikan adanya hal-hal
yang lebih dari satu, keragaman menunjukan bahwa keberadaan yang lebih dari satu
itu berbeda-beda, heterogen bahkan tidak bisa disamakan.
2. Makna Kesetaraan
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai mahluk tuhan
memiliki tingkat atau kedudukan yang sama. Tingkatan atau kedudukan yang sama
yang bersumber dari pandangan bahwa semua manusia tanpa dibedakan adalah
diciptakan dengan kedudukan yang sama yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi
derajatnya dibanding makhluk lain, dihadapan Tuhan , semua manusia adalah sama
derajat, kedudukan atau tingkatannya. yang membedakannya adalah tingkat
ketaqwaan manusia tersebut terhadap Tuhan.
Kesetaraan atau kesederajatan tidak sekedar bermakna adanya persamaan
kedudukan manusia. Kesederajatan adalah suatu sikap mengakui adanya persamaan
derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia.
2.3
10
11
kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain
dengan standar budayanya sendiri.
Stereotip adalah pemberian tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang
bersifat subjektif. Pemberian sifat itu bisa positif maupun negatif. Allan G
Johnson menegaskan bahwa stereotip adalah keyakinan seseorang untuk
menggeneralisasikan sifat-sifat tertentu yang cenderung negatif tentang orang lain
karena dipengaruhi oelh pengetahuan dan pengalaman tertentu. Keyakinan ini
menimbulkan penilaian yang cenderung negatif atau bahkan merendahkan
kelompok lain. Yang termasuk problematika yang perlu diatasi adalah stereotip
yang negatif atau memandang rendah kelompok lain. Konsep stereotip ini dalam
bentuk lain disebut stigma atau cacat. Stigmatisasi oleh sekelompok orang kepada
kelompok lain cenderung negatif.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Semangat religious
Semangat nasionalisme
Semangat pluralisme
Semangat humanism
Dialaog antar umat beragama
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
12
13
program pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, arah kebijakan yang diambil
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk
ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan
yang sama dihadapan hukum tanpa terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokum yang
professional, bersih, dan berwibawa.
Faktor penyebab diskriminasi adalah;
1. Persaingan yang ketat dalam kehidupan, permasalahan ekonomi, tekanan
dan intimidasi.
2. Ketidak berdayaan golongan miskin.
Penghapusan diskriminasi dilakukan melalui pembuatan peraturan perundangundangan yang anti diskriminitif serta pengimplementasiannya di lapangan.
Contohnya adalah Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi atas
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Dikriminasi
Terhadap Perempuan. Contoh lain adalah dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 29 Tahun 1999 yang merupakan ratifikasi atau Konvensi
Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.
Pada tataran operasional, upaya mewujudkan persamaan di depan hokum dan
penghapusan diskriminasi rasial antara lain ditandai dengan penghapusan Surat
Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) melalui Keputusan
Presiden No. 56 Tahun 1996 dan Instruksi Presiden No. 4 Tahun 1999.
Untuk mencegah terjadinya perilaku diskriminatif dalam rumah tangga, antara
lain telah ditetapkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
tingkatan hierarki.
Unsur-unsur Keragaman dalam Masyarakat Indonesia yaitu Suku Bangsa dan
Ras, Agama dan Keyakinan, Ideologi dan Politik, Tata Krama, Kesenjangan
Ekonomi serta Kesenjangan Sosial
3.2
Saran
Perbedaan itu ada karena manusia adalah makhluk individu yang
setiap individu memiliki ciri-ciri khas sendiri tapi dari perbedaan tersebut kita harus
bisa salig menghargai satu sama lain agar terjadi hubungan yang baik. Dan
berpegangan pada lambang Bhineka Tunggal Ika untuk mencapai tujuan bersama
dalam menjalin suatu hubungan dengan individu lainnya . Dalam hubungan ini,
pengukuhan ide Bhineka Tunggal Ika yang dirumuskan dalam wawasan Nusantara
dengan menekankan pada aspek persatuan di segala bidang merupakan tindakan yang
16
positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal Ika harus benar-benar dipahami
dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA
17
18