Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

“Problematika Lingkungan Sosial Budaya Yang Dihadapi Perawat”

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Mutiara Khadijah 2010913320006
Basid Noor Anugrah 2010913310003
Fajar Az-zahrawi 2010913310031
Syawaliah Fitri 2010913220027
Ni Made Dwi Armawati 1810913320013
Asima Novelina Sari Purba 2010913320022
Nadya Regita Ariyanti 2010913320024
Puput Arianto Hakim 1810913310029
Halimah Assa'diah 2010913120009
Annisa Rizky Saputri 2010913220010
Nur Syifa Laila 2010913120019
Betty Norhidayah 2010913220013
Muthmainnah 2010913320011
Muhammad Rifky Furwanda 2010913210004
Riska Apriliyanti 2010913120004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada hakikatnya, manusia dan lingkungan sangat berhubungan erat,


manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya apabila tidak ada lingkungan.
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada
lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan
hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan
lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Lingkungan dapat berbentuk lingkungan fisik dan nonfisik.
Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik. Sedangkan lingkungan
nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana manusia itu berada.
lingkungan sosial merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan
manusia.
Lingkungan sosial diartikan sebagai tempat berlangsungnya berbagai
kegiatan dan interaksi sosial antar individu.Lingkungan sosial manusia dapat
berupa lingkungan keluarga, masyarakat dan lain sebagainya. Manusia ketika
lahir langsung berada ditengah-tengah lingkungan sosialnya yaitu keluarga.
Kehidupan dilingkungan sosial manusia beragam bentuk dan aktivitas, banyak
pranata sosial, aneka bentuk interaksi dan lain sebagainya. Terkait dengan
problematika yang dihadapi masyarakat selalu terkait dengan tindakan
masyarakat yang bertentangan dengan norma atau hukum atau segala sesuatu
yang bersifat merusak.
1.2 Rumusan Masalah

1 Apa hakikat dan makna lingkungan bagi manusia ?


2 Bagaimana hubungan penduduk dengan lingkungan dan kesejahteraan?
3 Bagaiman problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat?
4 Apa hubungan lingkungan sosial budaya dengan perawat?
5 Bagaimana hubungan problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi
perawat?
1.3 Tujuan
Dengan membaca latar belakang makalah ini serta rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui hakikat dan makna lingkungan bagi manusia.


2. Untuk mengetahui hubungan penduduk dengan lingkungan dan
kesejahteraan.
3. Untuk mengetahui problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi
masyarakat.
4. Untuk mengetahui hubungan lingkungan sosial budaya dengan perawat.
5. Untuk mengetahui hubungan problematika lingkungan sosial budaya yang
dihadapi perawat.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
• Diharapkan dapat menambah wawasan tentang arti dan pentingnya
lingkungan bagi manusia.
• Diharapkan dapat lebih mengerti mengenai hubungan antara penduduk
dengan lingkungan dan kesejahteraan.
• Diharapkan dapat memahami problematika-problematika yang ada di dalam
lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat.
• Diharapkan dapat lebih mengerti mengenai hubungan antara lingkungan
sosial budaya dengan perawat.
• Diharapkan dapat memahami problematika-problematika yang ada di dalam
lingkungan sosial budaya yang dihadapi perawat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat dan Makna Lingkungan Bagi Manusia


Masyarakat dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat Perilaku dan tindakan manusia dalam kehidupan keseharian
berpengaruh pada kualitas lingkungan dimana ia tinggal. Berkaitan dengan
masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari lingkungan, perspektif sosiologis tidak
dapat dipungkiri menjadi sangat penting dalam kajian tentang lingkungan. Selain
bersinggungan dengan kondisi geografis, biologis, teknologi, maupun ekonomi,
kajian lingkungan tidak dapat dilepaskan dari fenomena sosial budaya sebuah
masyarakat. Inilah mengapa kajian lingkungan selalu menjadi kajian yang
interdisipliner (Indah, 2019).

Lingkungan merupakan salah satu dari sedikit kekuatan yang telah terbukti
digdaya dalam mengintegrasikan bangsa dan manusia dari berbagai ras ke dalam
satu kesatuan hubungan global yang lebih konstruktif. Hampir secara aklamasi,
semua pemangku kepentingan utama dalam sebuah masyarakat politik negara, civil
society dan economic society menyepakati lingkungan sebagai salah satu inti utama
konstitusi global. Hampir setiap bangsa menempatkan lingkungan sebagai bahasa
bersama dalam mata rantai politik yang menghubungkan sebuah bangsa dengan
komunitas global. Lingkungan dengannya, telah menjadi ideologi humanisme di
antara bangsa komunitas dan individu dari sembarang ras, ideologe, kebudayaan
dan tingkatan ekonomi. Ia menjadi titik episentrum paling netral paling kuat, tetapi
sekaligus paling subyektif dari masyarakat manusia. Di dalam isu lingkungan
melekat kepentingan subyektif makluk manusia: masa depan bersama dari bukan
saja sebuah bangsa tetapi setiap komunitas dan individu pembentuk bangsa (Indah,
2019).
Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh
semua manusia yang ada di muka bumi dewasa ini. Masalah lingkungan hidup
adalah merupakan masalah yang kompleks dan harus diselesaikan dengan berbagai
pendekatan multidisipliner. Industrialisasi merupakan keberhasilan pembangunan
untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga
mengandung resiko lingkungan, yang memberi resiko pula pada kehidupan
manusia. Persoalan lingkungan adalah bukan persoalan teknis dan bilogis semata,
tapi menjadi persoalan sosial yang harus didekati dengan kajian sosial-budaya
masyarakat. Dengan kajian sosiologi lingkungan, permasalahan lingkungan dapat
dikaji secara lebih komprehensif (Indah, 2019).

B. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan


Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam perjalanan
hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan. Manusia membuat, menciptakan,
mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang ditujukan untuk kepentingan
hidupnya. Penduduk pada dasarnya adalah orang-orang yang tinggal di suatu
tempat yang secara Bersama-sama menyelenggarakan kehidupannya.
Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sebagai modal
dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran
pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku. Pembangunan pada dasarnya
dilakukan oleh penduduk negara dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan
kesejahteraan penduduk yang bersangkutan. Hal yang berkaitan dengan penduduk
negara melipitu:
a. Aspek kualitas penduduk, mencakup tingkat pendidikan, keterampilan,
etos kerja dan kepribadian
b. Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk di setiap
wilayah negara
Kualitas penduduk merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup.
Kesejahteraan hidup penduduk negara sangat ditentukan oleh kualitas penduduk
yang bersangkutan. Kualitas penduduk mencerminkan kualitas penduduk yang
bersangkutan. Kualitas penduduk mencerminkan kualitas sumber daya tersebut
dipengaruhi beberapa factor, antara lain tingkat pendidikan, keterampilan,
Kesehatan, etos kerja, dan karakter atau kepribadian (Sriningsih, 2017)

C. Problematika lingkungan Sosial Budaya yang Dihadapi Masyarakat


Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya berbagai
kegiatan dan interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta perantaranya
dengan simbol dan nilai serta terkait dengan ekositem (sebagai komponen
lingkungan alam) dan tata ruang peruntukan ruang (sebagai bagian dari
lingkungan buatan). Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan sosial.

1. Interaksi dalam Lingkungan Sosial


Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan timbal balik antara perorangan, antara kelompok
manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia dalam
bentuk akomodasi kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
Interaksi sosial berbentuk hubungan pengaruh yang tampak dalam
kehidupan bersama. Tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan
masyarakat. Interaksi sosial terjadi antara seseorang dengan orang lain,
antara seseorang dengan kelompok sosial, antara seseorang dengan
kelompok sosial, antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
2. Problema dalam Kehidupan Sosial
Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata
kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat
merusak. Problema sosial menyangkut ninilai sosial dan moral yang
menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan mungkin
untuk dihilangkan.
Problema sosial yang terjadi dan dihadapi masyarakat banyak
ragamnya. Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya maka problema
sosial ka diklasifikasikan sebagai berikut (Soerjono Soekamto, 1982).

a. Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan,


kelaparan dan pengangguran.
b. Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit.
c. Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit
jiwa dan disorganisasi.
d. Problema sosial karena kebudayaan seperti perceraian, kejahatan,
kenakalan anak konflik ras dan konflik keagamaan.

D. Hubungan Lingkungan Sosial Budaya Dengan Perawat

Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari
unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar dari kegiatan manusia dilakukan secara
kelompok. Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia itu senang bergaul dan
berinteraksi dengan manusia lain di dalam kehidupan bermasyarakatnya, maupun
berinteraksi dengan lingkungannya.
Perawat dalam menjalankan tugasnya sering menghadapi klien yang
memiliki latar belakang etnik, budaya, dan agama yang berbeda. Untuk
menghadapi situasi ini penting bagi perawat untuk memahami bahwa klien
memiliki pendangan dan interpretasi mengenai penyakit dan kesehatan yang
berbeda. Pandangan tersebut didasarkan pada keyakinan sosial-budaya klien.
Pengakajian tentang budaya klien merupakan pengkajian yang sistematik dan
komprehensif dari nilai-nilai pelayanan budaya, kepercayaan, dan praktik
individual, keluarga, komunitas. Tujuan pengkajian budaya adalah untuk
mendapatkan informasi yang signifikan dari klien sehingga perawat dapat
menerapkan kesamaan budaya.
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan
dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling
berinteraksi. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang
berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam
masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial, individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
lingkungan sosial budayanya hal ini juga dikenal dengan teori keperawatan
transkultural. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai
dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut:
a. Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan


dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.
b. Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk


membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
c. Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

E. Problematika Lingkungan Sosial Budaya yang Dihadapi Perawat

Berkembangnya kehidupan masyarakat disisi lain memunculkan suatu


problematika sendiri. Perubahan sosial merupakan konsekuensi logis dari adanya
saling pengaruh mempengaruhi saat interaksi sosial terjadi dalam lingkungan sosial
budaya masyarakat maupun perawat: Problematika lingkungan sosial budaya yang
di hadapi perawat. Problema-problema sosial timbul dari kekurangan dalam diri
manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor ekonomi, biologis,
psikologis, dan kebudayaan. Setiap perawat memiliki norma-norma yang
menyangkut kesejahteraan, keberadaan, kesehatan, menghargai, dan penyesuaian
diri ketika bertemu pasien. Maka problem sosial dapat di klasifikasikan sebagai
berikut :
1. Problem sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan
pengangguran
2. Problem sosial karena faktor biologis, seperti wabah penyakit.
3. Problem sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan
disorganisasi, stress, dan kelelahan bekerja.
4. Problem sosial karena kebudayaan, seperti perceraian, kejahatan,
kenakalan remaja, kenakalan anak, konflik ras, dan konflik keagamaan.
Dan isu-isu penting dalam persoalan lintas budaya dan bangsa, isu tentang
lingkungan di antaranya :
1. Kekurangan pangan.
2. Kekurangan sumber air bersih.
3. Polusi atau pencemaran.
4. Perubahan iklim.
Dan isu-isu tentang kemanusiaan di antaranya :
1. Kemiskinan.
2. Konflik atau perang.
3. Wabah penyakit.
1. Kelestarian Lingkungan Hidup.
Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik (alam dan
buatan) maupun lingkungan sosial. Dan Hakekat makna lingkungan bagi manusia
pada mulanya, manusia selalu mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian
barulah manusia menyesuaikan dirinya dengan lingkunganya.

Karena lingkungan adalah suatu media dimana makhluk itu tinggal, mencari,
dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan makhluk hidup yang menempatinya. Kemudian kalau kita berbicara
mengenai hubungan lingkungan dengan kesejahteraan, bahwasanya lingkungan
dapat memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat hidup sejahtera.
Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang hidup.

Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan kesejahteraan dalam hidup


manusia.dan pengolahan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan.

Dan pengolahan lingkungan hidup memiliki tujuan sebagai berikut:


1. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
2. Mewujudkan manusia sebagai Pembina lingkungan hidup.
3. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup.

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan


asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan
memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995).
Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise
Model" yaitu :
a. Faktorteknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor social dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah:
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas
budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini
adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif
mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga
diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transcultural yaitu: gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi social
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidak patuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaandanpelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien
(Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan
dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu:
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya
klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien
dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa
tidakpercaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas
keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
a. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,
mengurangi budaya klien yang tidak
sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang
mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui
evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar
belakang budaya klien.
F. Contoh Problematika Lingkungan Sosial Budaya Yang Dihadapi Perawat

Dari hasil penelitian tentang masalah di lingkungan kejadian kecelakaan


dalam pengaruh budaya berupa masyarakat datang untuk menonton dan hanya
mengerumuni pasien. Perawat merasa respon dari masyarakat saat terjadi kejadian
trauma secara budaya akan datang untuk melihat sedang terjadi apa kemudian
menonton dan mengerumuni. Hal ini yang diyakini perawat menjadi masalah
karena perawat harus mengurai kerumunan agar dapat mencapai pasien. . Karena
banyak masyarakat yang berkumpul dan perawat menjadi ragu terhadap kondisi
korban yang telah diberikan pertolongan oleh masyarakat sehingga mempengaruhi
penilaian status klinis kepada korban.
Keraguan perawat dalam melakukan penilaian kegawatan ini dapat
memperlama waktu pemberian penatalaksanaan. Karena penundaan waktu akan
dapat menyebabkan bertambahnya cedera sekunder, personil di pre-hospital secara
integral memiliki kompetensi untuk menentukan outcame dari pasien trauma
(Santana, 2012). Setibanya di tempat kejadian perawat harus mampu menilai
situasi, jenis dan metode cedera, dan respon pasien. Aktual dan potensi masalah
dapat diidentifikasi dan tujuan dapat ditetapkan mulai dari fase pre-hospital.
Setelah memakai alat pelindung diri seharusnya perawat melakukan penilain
lingkungan dengan menggunakan indera terlebih dahulu seperti melihat,
mendengar dan membau sesuatu yang dinilai dapat memberikan bahaya (Campbel,
2011).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal,
mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait
secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya.
Pada hakikatnya, manusia dan lingkungan sangat berhubungan erat,
manusia tidak mampu memenuhi kebutuhannya apabila tidak ada
lingkungan. Hal ini dikarenakan segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia,
karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan
untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi
manusia, yaitu meningkatkan kesejahteraan.terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan dan pengendalian
Lingkungan hidup. Di kehidupan manusia yang berhubungan dengan
lingkungannya, ada kalanya didalamnya mengalami suatu problem atau
masalah. Problematika lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat
bisa berupa dalam hal: interaksi dalam lingkungan sosial, pranata dalam
lingkungan sosial, dan problema dalam kehidupan sosial. Isu-isu penting
persoalan lintas budaya dan bangsa dibagi menjadi dua, yaitu isu tentang
lingkungan (kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi atau
pencemaran, dan perubahan iklim), dan isu tentang kemanusiaan
(kemiskinan, konflik atau perang, wabah penyakit).
Sebagai mahluk hidup harus dapat menjaga dan merawat
lingkungan karna sudah kita ketahui banyak bahaya yang dapat terjadi
apabila kita tidak merawat lingungan seperti: pencemaran, erosi, banjir,
penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk (seperti: diare,
batuk, gatal-gatal, dll), tanah longsor, kekeringan dan lain. Oleh karena itu
kita sebagai mahluk hidup harus menjaga dan melestarikan lingkungan
supaya bahaya itu tidak terjadi. Berkaitan dengan itu, maka lingkungan
perlu di kelola secara baik dan benar demi kemajuan dan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya.
B. SARAN
Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan
sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan
lingkungan. Kita sebagai manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait
dengan lingkungan yang mengitari kita. Kemampuan kita untuk menyadari
hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita sebagai manusia
dan lingkungan kita.
Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita
menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia harus mampu
menjaga eksistensinya dalam sosialisasi dengan manusia lain di
lingkungannya. Manusia juga memiliki problema dalam kehidupannya
sehingga manusia dituntut untuk mampu menangani problema tersebut.

REFERENSI
Mumtazinur. 2019. Ilmu sosial dan budaya dasar. Lembaga Kajian
Konstitusi Indonesia: Aceh
Indah, P. (2019) ‘Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia’, pp. 189–
190.

Sriningsih, K. (2016). Buku Ajar : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Denpasar:
Universitas Udayana.
Effendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kozier, Barbara et al. 2000. Fundamental of Nursing : The nature of nursing
practice in Canada. 1st Canadian Ed. Toronto: Prentice Hall Health.
Almasitoh, U. H. (2016). Stres kerja ditinjau dari konflik peran ganda dan
dukungan sosial pada perawat. Psikoislamika: Jurnal Psikologi dan Psikologi
Islam, 8(1).

Nugraheni, H., Wiyatini, T., & Wiradona, I. (2018). Kesehatan Masyarakat


dalam Determinan Sosial Budaya. Deepublish.
Prasetya, E., Winarni, I., & Haedar, A. (2015). Studi Fenomenologi:
Pengalaman Perawat di Lingkungan Tempat Kejadian Trauma Akut di
PreHospital Kota Malang. Medika Respati: Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(4).

Anda mungkin juga menyukai