Anda di halaman 1dari 11

Nama: Prasetyana Jannatul Fitri

NPM: 211107010683
A. Cabang – Cabang Ilmu Sosiologi

a. Sosiologi Pendidikan
Secara etimologis (asal-usul kata), “sosiologi pendidikan” berasal dari kata
‘sosiologi’ dan ‘pendidikan.’ ‘Sosilogi’ berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yakni
kata ‘socius’ dan ‘logos’. ‘Socius’ (Yunani) yang berarti ‘kawan’, ‘berkawan’,
ataupun ‘bermasyarakat’, sedangkan ‘logos’ berarti ‘ilmu’ atau bisa juga ‘berbicara
tentang sesuatu’. Dengan demikian secara harfiah istilah “sosiologi” dapat diartikan
ilmu tentang masyarakat. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.1
Sementara istilah pendidikan, secara etimologis mempunyai padanan kata
education dalam bahasa Inggris, dan al-tarbiyah, alta’lîm, al-ta’dîb, dan al-riyādah,
dalam bahasa Arab. Walau setiap term tersebut mempunyai makna yang berbeda,
karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, namun dalam beberapa hal, term-term
tersebut mempunyai kesamaan makna. Dalam definisi ini buku ini diambil sisi
kesamaannya. Pengertian ‘pendidikan’, secara sederhana, adalah proses pengubahan
sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia
melalui pengajaran dan pelatihan.2
Dapat ditarik kesimpulan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan yang
sangat fundamental. Secara terminologis (istilah), menurut Zainuddin Maliki,
sosiologi pendidikan adalah kajian bagaimana institusi dan kekuatan sosial
mempengaruhi proses dan outcome pendidikan dan begitu pula sebaliknya.3 Menurut
definisi ini terdapat hubungan timbal-balik antara pendidikan dan perkembangan
sosial. Pendidikan akan melahirkan perubahan sosial, begitu juga perubahan sosial
mempengaruhi arah pendidikan, sehingga antara pendidikan dan perubahan sosial
terdapat hubungan simbiosis-mutualisme.

b. Sosiologi Agama
Menurut Goddjin & W.Goddjin yang dikutip Hendropuspito (1984), Sosiologi
Agama merupakan bagian dari dari Sosiologi Umum yang sama-sama mempelajari
ilmu budaya empiris (ada dalam fakta), profan dan positivistik yang berorientasi
kepada kaidah-kaidah ilmu pengetahuan murni. Dengan kata lain, Sosiologi Agama
sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat beragama secara sosiologis guna
mencapai penjelasan ilmiah yang pasti untuk kepentingan masyarakat agama dan
masyarakat luas pada umumnya.

1
Made Pidarta, Landasan Kependidikan (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),145.
2
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Prenada, 2011), 8.
3
Zainuddin Maliki, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), 5.
Di samping itu, Joachim Wach (1989), memberikan tambahan penjelasan definisi
Sosiologi Agama, yaitu suatu studi deskriptif tentang pengelompokan keagamaan,
persekutuan dan jamaat keagamaan, individual, tipologis, dan komperatif. Lebih
sederhananya, Sosiologi Agama adalah ilmu yang membahas tentang interaksi agama
dan masyarakat dalam perspektif sosiologis. Secara teoritik, Sosiologi Agama dapat
dipahami sebagai ilmu yang mempelajari kehidupan sosial manusia beragama dalam
konteks kehidupan kolektif. Ilmu ini juga memusatkan kajiannya pada kehidupan
kelompok dan tingkah laku sosial keagamaan sekaligus produk-produk kehidupan
para pemeluk agama. Sosiologi Agama tidak menfokuskan pada hal-hal sifatnya kecil
dan pribadi, sebaliknya, ia tertarik pada problematika sosial keagamaan yang berskala
besar dan substansial dalam konteks budaya yang lebih luas. Dengan demikian,
sumbangan berharga dari Sosiologi Agama, terletak pada kemampuannya
menjelaskan hal-hal yang sifatnya partikuler atau tidak umum ke dalam konsep yang
lebih sederhana dan mudah diambil manfaatnya.4

c. Sosiologi Hukum
Dari sudut sejarah, sosiologi hukum untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
seorang Itali yang bernama Anzilotti, pada tahun 1882.Sosiologi hukum pada
hakekatnya lahir dari hasil-hasil pemikiran para ahli, baik di bidang filsafat hukum,
ilmu maupun sosiologi (Yesmil Anwar dan Adang,2008,109). Sosiologi hukum saat
ini sedang berkembang pesat. Ilmu ini diarahkan untuk menjelaskan hukum positif
yang berlakuartinya isi dan bentuknya berubahubah menurut waktu dan tempat,
dengan bantuan faktor kemasyarakatan.
Menurut C.J.M Schuyt, salah satu tugas Sosiologi Hukum adalah mengungkapkan
sebab atau latar belakang timbulnya ketimpangan antara tata tertib masyarakat yang
dicita-citakan dengan keadaan masyarakat yang ada di dalam kenyataan.5

d. Sosiologi Keluarga
Sosiologi keluarga merupakan suatu cabang ilmu sosiologi yang memberikan
penjelasan mengenai realitas interaksi social, pola, bentuk sosialisasi, dan beragam
perubahan sosial yang berada dalam lembaga keluarga. Sosiologikeluarga ini
diartikan sebagai bentuk kajian mengenai hubungan-hubungan dalam masyarakat
yang bisa berakibat disintegrasi keluarga atau sebaliknya yakni, integrasi keluarga.
Adapun pengertian sosiologi keluarga menurut para ahli adalah sebagai berikut
(Sunaryo, 2014:53-54):
1. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya
Definisi sosiologi keluarga adalah studi pengetahuan yang fokus pada kajian interaksi
keluarga dalam perannya masing-masing sehingga menimbulkan konsekuensi untuk
mempertahankan kebudayaan melalui lembaga terkecil dalam masyarakat yaitu
keluarga.
2. E.M.Duval
4
M. Yusuf Wibisono, Sosiologi agama (Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2020)
5
Dr. Fithriatus Shalihah, S.H,. M.H, Sosiologi Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2017)
Arti sosiologi keluarga ialah ilmu pengetahuan yang mengulas tentang aspek dan
steep by steep dalam kehidupan keluarga, yaitu dari fase pacaran (menjalin
hubungan) dan pemilihan jodoh, pembentukan keluarga (menikah) sampai
memberikan fungsi keluarga secara menyeluruh dalam perubaban sosial di
masyarakat.
3. Sigmund Freud
Sosiologi keluarga dalam pandangan Freud adalah ilmu yang mempelajari tentang
terbentuknya keluarga karena adanya perkawinan pria dan wanita yang secara sah di
mata
hukum agama serta negara memlakukan peranannya untuk pembentukan generasi
dengan perkawainan.6

e. Sosiologi Industri
Sosiologi industri ialah suatu cabang ilmu sosial yang membahas karakter dan arti
dunia kerja serta kehidupan manusia yang terlibat di dalamnya. Permasalahan yang
berhubungan dengan industri tidak hanya segala sesuatu yang berhubungan langsung
dengan kegiatan kerjanya tapi juga banyak hal lain yang secara tidak langsung akan
mempengaruhi aktivitas kerja dalam industri tersebut.
Sosiologi industri yang disebut juga sebagai sosiologi organisasi, membahas sikap
dan ideologi setiap pimpinan pada suatu tingkat dalam struktur organisasi dan juga
membahas apa saja yang dilakukan individu di dalam organisasi. Adanya suatu
keterkaitan antara perpindahan kerja dengan kebiasaan did alam bekerja yang dialami
oleh orang-orang, yang merupakan suatu landasan utama, baik bagi konflik maupun
konsensus dalam suatu organisasi. Sosiologi industri membahas pula tentang jenis-
jenis masyarakat yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung, di dalam
aktivitas dan eksistensi organisasi.7

f. Sosiologi Pembangunan
Pembangunan dalam sosiologi adalah cara menggerakkan masyarakat untuk
mendukung pembangunan, sedangkan masyarakat merupakan tenaga pembangunan
dan dampak pembangunan. Dengan kata lain, masyarakat adalah subjek sekaligus
objek dalam pembangunan. Mengapa? Sebab, pembangunan pada hakikatnya
merupakan usaha meningkatkan taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih baik,
lebih sejahtera, lebih tenteram, serta lebih menjamin kelangsungan hidup di hari
depan. Dalam konteks ke-Indonesia-an, harapan tersebut diwujudkan dengan kata
“adil” dan “makmur”.
Dalam konteks ini, tentu saja setiap pembangunan menghendaki adanya
perubahan dan perubahan merupakan proses dan usaha yang diarahkan dengan
maksud mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian, proses atau usaha

6
Dr. Evi Clara, M.Si. dan Ajeng Agrita Dwikasih Wardani,M.Si. Sosiologi Keluarga (Jakarta Timur:Universitas Negeri
Jakarta, 2020)
7
pembangunan memiliki arti humanisasi, yaitu memanusiakan manusia atau
masyarakat (Arbi Sanit, 1987: 112).8

g. Sosiologi Politik
Sosiologi politik merupakan kajian interdisiplin, irisan dua bidang ilmu, yakni
sosiologi dan politik. Apabila sosiologi mengkaji mengenai masyarakat, lalu politik
mengkaji kekuasaan para pengambil keputusan, maka sosiologi politik mengkaji
relasi antara kehidupan masyarakat dengan keputusan- keputusan yang diambil oleh
penguasa. Konsep-konsep sosiologi politik bersifat dinamis dan mengikuti
perkembangan zaman sehingga menarik perhatian siapa saja yang mengikuti
dinamika politik. Manfaat terbesar dari bidang sosiologi politik adalah mencerdaskan
pembaca dalam menganalisis situasi sosial politik yang ada di sekitarnya.9

h. Sosiologi Pedesaan dan Perkotaan


Sosiologi pedesaan adalah salah satu cabang dari sosiologi yang berkembang
setelah adanya perhatian masyarakat di bidang pertanian. Sosiologi pedesaan adalah
suatu studi yang mempelajari kehidupan masyarakat dipedesaan, yaitu mengenai
perilaku, struktur sosial, organisasi social, lembaga, adt, kebiasaan dan perubahan
social serta bagaimana memecahkan persoalan di pedesaan. Fokus kajian sosiologi
pedesaan adalah mengkaji persoalan yang berhubungan dengan masyarakat pedesaan
yaitu hubungan anggota masyarakat didalam dan diantara kelompok di lingkungan
pedesaan.10
Kompleksitas pertanyaan “apa itu kota?” dalam bahasa Indonesia telah dirasakan
sejak di tingkat semantik. Hal ini disebabkan karena khasanah bahasa Indonesia
hanya mengenal dikotomi desa dan kota. Dalam bahasa Inggris pengertian kota lebih
jelas. Mereka mempunyai 3 kata yang menunjuk pada pengertian kota, yaitu town,
city, dan urban. Town dan city menunjukkan batasan teritorial yang bercirikan kota,
sedangkan urban adalah kualitas kehidupan yang bercirikan kota. Town dan city
dibedakan atas dasar besarannya, dalam hal ini city (kota besar) lebih besar dari town
(kota kecil). Sedangkan urban menunjuk pada ciri dan cara hidup yang khas memiliki
suasana kehidupan dan penghidupan modern dapat disebut daerah perkotaan. Oleh
karena itulah, dalam literatur bahasa Inggris, Sosiologi Perkotaan diberi nama Urban
Sociology dan bukan City Sociology. Bahkan dalam beberapa literatur disebutkan
bahwa tidak semua city (apalagi town) mempunyai kehidupan urban atau tidak semua
wilayah city bersifat urban. Umumnya, ciri-ciri urban terdapat di pusat-pusat city.11

i. Sosiologi Kesehatan

8
Dr. Adon Nasrullah Jamaludin, M.Ag. Sosiologi Pembangunan (Bandung, CV Pustaka Setia, 2016)
9
Susi Fitria Dewi, S.Sos., M.Si., Ph.D. Sosiologi Politik (Yogyakarta, Gre Publishing, 2017)
10
Nora Susilawati. Sosiologi Pedesaan (Padang, 2012)
11
Dr. Drajad Tri Kartono, M.Si. Pengertian dan Ruang Lingkup Sosiologi Perkotaan
Sosiologi kesehatan adalah suatu cabang ilmu dari sosiologi yang membahas
masalah kesehatan masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah kesehatan publik
(masyarakat umum) yang membahas kesehatan penduduk, kesehatan keluarga,
kesehatan rumah tangga, atau kesehatan subjek yang ada di dalam masyarakat. Jika
ada pernyataan yang mengatakan bahwa "kalau begitu cukup dengan ucapan
kesehatan masyarakat saja, tidak perlu harus
mengatakan sosiologi kesehatan". Pernyataan itu akan kita tepis dengan mengatakan
bahwa objek formal sosiologi adalah "interaksi". Interaksi menjadi objek formal tidak
akan terlepas dari interaksi dengan manusia atau lingkungan sekitarnya. Akibatnya
bisa menimbukan hal-hal yang negatif maupun hal-hal yang positif.12

B. Cabang-Cabang Ilmu Antropologi

a. Antropologi Fisik/Biologi/Paleoantropologi

Antropologi fisik atau antropologi biologi adalah cabang antropologi yang


memfokuskan kajiannya pada manusia sebagai organisme biologis, yang salah
satunya menekankan pada kajian masalah evolusi manusia.
Sementara kajian yang secara khusus meneliti sisa-sisa tubuh yang telah membatu
(fosil) yang ditemukan dalam lapisan-
lapisan tanah disebut paleoantropologi. Antropologi fisik ini mempelajari keragaman
manusia di dunia dilihat dari segi fisiknya. Ilmu ini mencoba untuk memahami
sejarah terjadinya keragaman makhluk manusia berdasarkan Ciri-ciri fisik atau
tubuhnya yang tampak secara lahiriah (fenotipik), seperti warna kulit, indeks
tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh,
Ciri-ciri fisik bagian “dalam” (genotipik) seperti golongan darah. Berdasarkan
klasifikasi di atas, manusia dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yang
disebut ras. Kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat beberapa kategori ras seperti ras
kaukasoid, melanesoid, negroid, dan sebagainya.
b. Antropologi Budaya
Antropologi Budaya adalah cabang antropologi umum yang berupaya
mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai
bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu
berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa. Fokus yang
dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah
lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar (sosialisasi)
dan pengalaman hidup.

12
Dr.A.Iskandar, Drs. M.Si. Sosiologi Kehatan Suatu Teori dan Telaah Empirik (Bogor, Institut Pertanian Bogor,
2012)
c. Antropologi linguistik
Cabang ilmu antropologi budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa
ini adalah antropologi linguistik (linguistic anthropology) atau etnolinguistik.
Manusia diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dalam
menciptakan simbol simbol yang terangkum dalam istilah bahasa. Bahasa sangat
penting sebagai media berkomunikasi sehingga interaksi antarindividu atau
antarkelompok akan menjadi lebih efektif.
Selain kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki insting
dalam berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Hanya bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan bahasa
seperti manusia. Bahasa merupakan lambang kepintaran yang dimiliki manusia yang
diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena itu, bahasa merupakan ciri dari
kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri dari kebudayaan manusia.
Bahasa yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh manusia pada akhirnya akan
berfungsi mengikat bagi manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Dalam hal ini,
bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri
yang berada “di luar” individu yang menggunakannya.
Sebagai contoh, jika Anda menemui ada individu sebagai anggota masyarakat di
mana Anda berada menggunakan bahasa dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan
yang berlaku maka pesan yang ingin disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti
oleh orang lain begitu pula oleh Anda sendiri.
Bahasa merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota masyarakat yang
menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk berkomunikasi saat ini telah
berkembang sangat kompleks, walau pun mungkin masih ada beberapa suku bangsa
yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa yang relatif sederhana, baik dalam
jumlah kata-kata atau pun tata bahasanya. Bahasa memiliki fungsi sebagai media
transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Karena fungsinya itu, bahasa menjadi salah satu unsur penting untuk
dipelajari oleh antropologi.
d. Antropologi Sosial atau Etnologi
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya
terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.
Antropologi dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar perbedaan fokus kajiannya.
Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik (kajian
dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama etnologi.
Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik (kajian
dalam aktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan antropologi sosial.
Di antara ahli antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik
adalah A.R. Radcliffe-Brown. Ia adalah seorang ahli antropologi Inggris yang
mencoba mencari asas-asas kebudayaan dan kaidah-kaidah yang mengatur
kehidupan masyarakat. Menurutnya, para ahli antropologi harus berbuat lebih dari
yang dilakukan oleh para ahli pada fase kedua, yaitu yang hanya puas dengan
mempelajari kebudayaan hanya untuk mengetahui sejarah dan persebaran
kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini.
e. Antropologi Etnopsikologi
Etnopsikologi atau antropologi psikologi adalah sebuah kajian antropologi yang
menggunakan konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya. Berkembang sekitar
awal abad ke 19 (tahun 1920-an) Kajian ini berkembang di Amerika dan Inggris
manakala ada kebutuhan untuk mengetahui , kepribadian bangsa, Peranan individu
dalam proses perubahan adat-istiadat, dan nilai universal dari konsep-konsep
psikologi.
Kebutuhan pertama muncul ketika hubungan antarbangsa mulai diperhatikan
demi kepentingan hubungan internasional terutama sejak Perang Dunia I.Sebetulnya
beberapa kajian tentang kepribadian suatu suku bangsa pernah dilakukan oleh
beberapa ahli terutama terkait dengan kepentingan untuk mengetahui
kepribadian penduduk di daerah jajahan, tetapi konsep-konsep dan istilah-istilah yang
digunakan tergolong masih kasar dan kurang cermat. Baru sekitar tahun 1920-an,
para ahli antropologi mempelajari masalah kepribadian suatu suku bangsa dengan
lebih cermat dan teliti dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori psikologi.
Dengan demikian, mereka dapat mendeskripsikan kepribadian suatu suku bangsa
dengan lebih objektif dan teliti untuk menemukan kepribadian umum warga suatu
bangsa atau suatu suku bangsa.
Pada tahun-tahun tersebut di Amerika Serikat juga dimulai suatu
kajian antropologi yang memfokuskan diri pada peranan individu dalam proses
perubahan adat-istiadat. Dalam kajian antropologi sebelumnya, pada umumnya
keberadaan individu yang berperilaku menyimpang tidak mendapat perhatian, karena
perhatian para ahli lebih terfokus pada pola-pola kehidupan yang telah mapan.
f. Antropologi Spesialisasi
Beragamnya keperluan dalam memahami suatu masalah kemasyarakatan
menyebabkan para ahli sosial, termasuk antropologi, mencoba lebih memfokuskan
pada bidang-bidang tertentu. Walaupun demikian, seorang ahli antropologi tetap akan
memahami bidang yang ditelitinya pada konteks keseluruhan aspek kemasyarakatan
(ingat pendekatan holistik). Kebutuhan pemecahan masalah pada bidang-bidang
tertentu tersebut menyebabkan munculnya kekhususan-kekhususan pada antropologi.
Beberapa perkembangan antropologi yang menjurus pada lahirnya bidang-bidang
spesial dari antropologi seperti antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi
kependudukan, dan lain-lainnya.
g. Antropologi Ekonomi
Pada tahun 1930-an, seorang ahli antropologi Inggris R. Firth memulai meneliti
gejala ekonomi pedesaan seperti masalah permodalan, pengerahan tenaga
kerja, sistem produksi, pemasaran sistem pertanian dan perikanan. Hal ini beliau
lakukan di wilayah Osenia dan Malaysia.
Apa yang telah dilakukan R. Firth ini kemudian banyak diikuti oleh murid-
muridnya bahkan para ahli antropologi lainnya yang mencoba mengadakan penelitian
di daerah lain. Bahkan metode dan pendekatan yang digunakan R. Firth terus
mengalami perkembangan sehingga menjadikan kajian antropologi terhadap
kehidupan ekonomi masyarakat menjadi semakin mantap. Kajian ini secara luas
dikenal dengan antropologi ekonomi.
Di Indonesia, beberapa kajian antropologi ekonomi cukup banyak
mendapat perhatian terutama yang berupa upayaupaya para ahli baik dari Eropa dan
Amerika maupun para sarjana antropologi Indonesia sendiri yang berusaha
memahami masalah perekonomian para petani, nelayan, masyarakat di sekitar hutan,
masyarakat meramu di Papua dan sebagainya.
h. Antropologi Politik
Perbedaan asas-asas dalam
menyelenggarakan pemerintahan dalam masyarakat modern (industri) dengan
masyarakat nonindustri menjadi perhatian para ahli antropologi yang secara khusus
memperhatikan masalah politik lokal (tradisional).
Perhatian ini sebenarnya telah lama berkembang sejalan dengan kebutuhan
para negara jajahan pada waktu itu untuk memahami pola pemerintahan (kekuasaan)
yang ada di negara-negara jajahannya.
Akhir-akhir ini para ahli antropologi lebih tertarik pada perilaku dan
budaya politik yang ternyata tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial
budaya, latar belakang sosial budaya, sistem nilai dan norma yang berlaku
di masyarakat di mana para pelaku politik tersebut berada.
Perhatian ahli antropologi terhadap gejala-gejala politik atau pemerintahan semacam
itu telah melahirkan satu kajian ilmu antropologi yang disebut antropologi politik.
Salah satu contoh dari kajian antropologi politik adalah masalah
demonstrasi. Perilaku para pendemo dan tokoh intelektual yang ada di belakangnya
menggambarkan bagaimana sistem nilai dan norma “bekerja” dalam kehidupan
politik masyarakat.

i. Antropologi Pendidikan
Antropologi kependudukan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir
cukup baru, yaitu ketika dunia menganggap penting untuk mengatasi masalah-
masalah kependudukan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi mengkhawatirkan
sebagian pihak bahwa pada suatu saat akan terjadi kelaparan, karena semakin
menipisnya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya
muncul berbagai ide untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi dengan meluncurkan
program-program kependudukan di setiap negara yang pada intinya untuk menekan
tingginya tingkat pertambahan penduduk dunia.
Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program
kependudukan, seperti program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, telah
membawa para ahli antropologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan
kependudukan tersebut. Diketahui bahwa beberapa kendala yang menghambat
kelancaran program-program kependudukan tersebut adalah disebabkan oleh latar
belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Atas dasar ini berkembanglah
metode dan pendekatan antropologi yang secara khusus digunakan untuk memahami
gejala kependudukan. Spesifikasi baru dari antropologi ini dikenal dengan nama
antropologi kependudukan.
j. Antropologi Kesehatan
Antropologi Kesehatan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir cukup
baru, yaitu ketika masyarakat dunia sadar akan pentingnya upayaupaya untuk
mengatasi masalah-masalah kesehatan.Ledakan penduduk yang cukup tinggi diiringi
pula oleh munculnya masalah kesehatan, seperti masalah sanitasi lingkungan,
masalah penyakit epidemi, dan beberapa penyakit lain yang menjangkit ke sebagian
besar penduduk. Akhir-akhir ini diketahui bahwa masalah kesehatan bukan saja
menyangkut aspek medis tetapi juga terkait dengan kebiasaan, pola hidup, dan
kondisi lingkungan.
Wabah malaria misalnya sering kali terjadi di mana sebagian gejala ini
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik. Masih ditemui adanya
perbedaan pandangan antara masyarakat modern dan masyarakat tradisional dalam
memandang masalah sehat atau masalah penyakit. Akibatnya, metode, cara
dan konsep pengobatan tentang penyakit pun berbeda-beda pada setiap kebudayaan.
Perhatian yang serius dari kalangan ahli antropologi terhadap
masalah kesehatan ini memunculkan subdisiplin baru dalam antropologi yang disebut
antropologi kesehatan. Disiplin ini mencoba memahami gejala
kesehatan masyarakat dalam keterkaitannya dengan masalah adat-istiadat, nilai dan
norma serta keyakinan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan.
Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan
program kesehatan, seperti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia,
telah membawa para ahli antropologi dan sosiologi untuk
ikut membantu memecahkan persoalan kesehatan tersebut. Beberapa kendala yang
menghambat kelancaran program-program kesehatan tersebut adalah disebabkan oleh
latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya yang berbeda dalam
melihat konsep sehat bagi ibu dan anak.
k. Antropologi Terapan
Gejala pembangunan masyarakat sejak Perang Dunia II membutuhkan bantuan
berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi di dalamnya. Dalam antropologi,
antropologi pembangunan merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong ke
dalam antropologi terapan, bersama-sama dengan spesialisasi lain yang lebih khusus,
seperti misalnya antropologi ekonomi, antropologi kesehatan, dan antropologi
pendidikan.
Sebagai ilmu terapan, maka penggunaan metode-metode, konsep-konsep, dan
teori-teori antropologi, misalnya, diterapkan untuk lebih memahami masalah-masalah
pedesaan, masalah pendidikan, adopsi teknologi oleh para petani, masalah kehidupan
para buruh pabrik dan sebagainya.
Hasilnya adalah berupa data-data yang dapat digunakan sebagai masukan dalam
pembuatan kebijakan pemerintah. Mengenai relevansi antropologi bagi pemecahan
masalah-masalah sosial, adalah sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Julfita Rahardjo
dari LIPI berikut ini. 13
l. Antropologi Hukum
Antropologi hukum merupakan ilmu yang saat ini masih dalam masa
pertumbuhan. Ini mempelajari kekhasan bentuk hukum aktivitas manusia dalam
periode sejarah yang berbeda dan dalam keadaan yang sama sekali berbeda. Bagi
peneliti, pengembangan bidang ini sangat penting karena membantu mengenali
keragaman hukum dunia dan melihat hukum melalui perspektif persepsi perwakilan
berbagai bangsa dan budaya.14
m. Antropologi Perkotaan
Antropologi Perkotaan berasal dari dua istilah atau konsep, yaitu antropologi dan
perkotaan. Makna dari istilah atau konsep antropologi perkotaan adalah pendekatan
antropologi mengenai berbagai problematika kehidupan manusia sebagai kesatuan
sosieti (masyarakat) maupun komuniti di wilayah perkotaan. Problematika perkotaan
dimaksud merupakan permasalahan yang muncul dan berkembang dalam kehidupan
masyarakat kota, dan sekaligus menjadi ciri dari keberadaan kota itu sendiri yang
membedakannya dengan kehidupan masyarakat di wilayah perdesaan.15

n. Antropologi Kependudukan
Antropologi Kependudukan merupakan kajian yang mempelajari bagaimana cara
mengatasi masalah kependudukan. Beberapa masalah yang menghambat berjalannya
13
https://www.dictio.id/t/apa-saja-cabang-cabang-ilmu-antropologi/8331/2
14
https://hukum.uma.ac.id/2021/02/11/antropologi-hukum-ciri-struktur-dan-fungsi/
15
https://repository.unimal.ac.id/1910/1/MATERI%20AJAR%20ANTROPOLOGI%20PERKOTAAN_1.pdf
program kependudukan seperti latar belakang serta kondisi sosial dalam budaya
masyarakat.16

16
Ivandika Rahmad, Pembagian Antropologi Hukum (Universtas Ekasakti Padang)

Anda mungkin juga menyukai