Anda di halaman 1dari 2

Nama : Prasetyana Jannatul Fitri

NPM : 211107010683
Kelas : Reguler 4B
Matkul : Analisis Kualitas Lingkungan

BENCANA GEMPA BUMI CIANJUR 21 NOVEMBER 2022


Tanggal 21 November 2022 siang hari (13:21:10 WIB) telah terjadi gempabumi Mw 5.6 di
daerah Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan data BMKG, hingga tanggal 22 November 2022 telah
tercatat 140 gempa-gempa susulan (aftershocks) dengan magnitudo 1.2-4.2 dan kedalaman
rata-rata sekitar 10 km, dimana 5 gempa diantaranya dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Gempabumi utama (mainshock) Mw 5.6 berdampak dan dirasakan di kota Cianjur dengan
skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Insensity).

A. Analisis Penyebab
Berdasarkan buku Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 (Irsyam dkk.,
2017), wilayah Cianjur dilintasi oleh Sesar Cimandiri segmen Rajamandala yang memiliki
mekanisme sesar geser mengiri (left-lateral strike-slip), sehingga menjadikan wilayah ini
rawan terhadap bahaya gempa bumi. Sesar Cimandiri memanjang dari Teluk Pelabuhan
ratu di Sukabumi hingga Padalarang di Kabupaten Bandung Barat, total panjangnya sekitar
100 km yang dibagi menjadi 3 segmen, yaitu segmen Cimandiri (mekanisme sesar naik),
segmen Nyalindung-Cibeber (mekanisme sesar naik), dan segmen Rajamandala.
B. Komponen yang terganggu
Akibat terjadinya Bencana gempa bumi mgnitudo yang terjadi hari senin 21
nopember 2022 yang melanda wilayah jawa barat yang bepusat di kabupaten cianjur
dengan berkekuatan 5,6 SR, komponen yang terganggu dan bedampak salah satunya
kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap harinya. Akibatnya dalam
peristiwa ini sehingga menyebabkan sumber mata air untuk masyarakat di wilayah tersebut
kekurangan, sumber air yang di gunakan untuk kebutuhan di setiap Rumahnnya. Dan
Badan Geologi mengatakan bencana gempa bumi yang terjadi di Cianjur berpotensi
mengakibatkan bahaya sesar permukaan dan bahaya ikutan (collateral hazard) yang berupa
retakan tanah, gerakan tanah, penurunan tanah, hingga likuefaksi.
C. Hal-hal yang harus dilakukan
1. Oleh karena daerah Kabupaten Cianjur tergolong rawan gempa bumi, maka harus
selalu ditingkatkan upaya mitigasi gempa bumi secara struktural dan non struktural.
Mitigasi struktural dilakukan dengan membangun bangunan tahan gempa bumi, tempat
dan jalur evakuasi. Mitigasi non struktural dilakukan dengan meningkatkan kapasitas
masyarakat dan aparat dalam menghadapi bencana gempa bumi di kemudian hari,
misalnya : sosialisasi, simulasi dan wajib latih.
2. Bangunan vital, strategis dan mengundang konsentrasi banyak orang agar dibangun
mengikuti kaidah – kaidah bangunan tahan gempa bumi; menghindari membangun
pada tanah rawa dan tanah urug yang tidak memenuhi persyaratan teknis karena rawan
terhadap guncangan gempa bumi; menghindari membangun pada bagian atas
punggungan, tebing lereng terjal yang telah mengalami pelapukan dan kondisi
tanahnya gembur karena akan berpotensi terjadinya gerakan tanah/ longsor yang dipicu
oleh guncangan gempa bumi maupun curah hujan tinggi.
3. Bangunan di Kabupaten Cianjur harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan
tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus
dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi.
4. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Cianjur memasukkan
materi kebencanaan geologi (gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan gerakan
tanah) ke dalam kurikulum pendidikan agar para guru dan pelajar dapat memperoleh
pengetahuan tentang mitigasi bencana geologi.
5.

Anda mungkin juga menyukai