Anda di halaman 1dari 11

Nama : Aji Nurdin

NPM : 053118094
Mata Kuliah : Rekayasa Gempa
Hari/Tanggal : Rabu 20 April 2022
UTS Semester Genap 2021/2022
Program Studi Teknik Sipil

KERUSAKAN INFRASTRUKTUR PADA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DI


INDONESIA
(Studi Kasus : Gempa Bumi Tektonik di Palu Sulawesi Tengah 2018)

Aji Nurdin 053118094


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Pakuan

ABSTRAK
Rekayasa gempa sangat ditingkatkan dengan memodelkan cara di mana jenis struktur tertentu
akan merespons aktivitas gempa. Kerusakan struktur dapat dikurangi secara signifikan
melalui prediksi yang kuat  tentang kemungkinan gempa bumi di masa mendatang yang dapat
terjadi selama umur struktur dan melalui  pemodelan yang akurat dari perilaku nonlinier
struktur di bawah beban gempa. Rekayasa gempa telah berevolusi dari penggunaan
seperangkat ketentuan preskriptif  yang secara tidak langsung ditujukan untuk memberikan
keselamatan jiwa menjadi suatu pendekatan berbasis kinerja.
Pada paper ini akan dibahas mengenai kerusakan-kerusakan yang terjadi pada struktur
bangunan akibat bencana gempa bumi di Indonesia yang terjadi di Palu Sulawesin Tengah
2018

I. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Gempa Bumi adalah peristiwa guncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan
antar lempeng bumi, aktivitas sesar (patahan), aktivitas gunung api atau runtuhan bangunan.
Selain itu gempa bumi juga bisa terjadi karena letusan gunung api. Jenis bencana ini bersifat
merusak, dapat terjadi setiap saatdan berlangsung dalam waktu singkat. Indonesia merupakan
daerah kepulauan yang diapit lempeng Pasifik dan Philipine di bagian Timur – Utara.
Pergeseran di antara lempeng tersebut dapat mengakibatkan proses gempa terjadi di suatu
titik kedalaman dan menjabar sepanjang patahan. Jika bidang secara vertical maupun
horizontal. Bahkan jika gempa yang terjadi magnitude nya besar .
I.2 Rumusan Masalah
 Seberapa besar kerusakan infrastruktur akibat gempa bumi?
 Dampak dari infrastruktur yang disebabkan oleh gempa bumi?
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan penulisan ini adalah :
 Untuk mengedukasi para perencana tentang bangunan tahan gempa
 Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai akibat gempa pada
infrastruktur.

II. PEMBAHASAN
2.1 Gempa Bumi Palu Sulawesi Tengah 2018
Gempabumi tektonik telah terjadi di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada hari
Jumat, 28 September 2018, jam 17.02.44 WIB dengan M 7.7 Lokasi 0.18 LS dan 119.85BT
dan jarak 26 km dari Utara Donggala Sulawesi Tengah, dengan kedalaman 10 km.

Berdasarkan hasil pemodelan tsunami dengan level tertinggi siaga (0.5m-3m) di Palu dan
estimasi waktu tiba jam 17.22 WIB sehingga BMKG mengeluarkan potensi tsunami.
Estimasi ketinggian tsunami di Mamuju menunjukkan level wasapada yaitu estimasi
ketinggian tsunami kurang dari 0.5m. Setelah dilakukan pengecekan terhadap hasil observasi
tide gauge di Mamuju, tercatat adanya perubahan kenaikan muka air laut setinggi 6 cm pukul
17.27 WIB. Jarak antara Palu dan Mamuju adalah 237 km. Berdasarkan hasil update
mekanisme sumber gempa yang bertipe mendatar (strike slip) dan hasil observasi ketinggian
gelombang tsunami, serta telah terlewatinya perkiraan waktu kedatangan tsunami maka
Peringatan Dini Tsunami (PDT) ini diakhiri pada pukul 17.36.12 WIB.

Dari hasil monitoring BMKG hingga Pukul 02.55 WIB, telah terjadi 76 Gempabumi susulan
yang tercatat, dengan magnitude terbesar M6,3; dan terkecil M2.9. BMKG terus memonitor
perkembangan gempabumi susulan dan hasilnya akan diinformasikan kepada masyarakat
melalui media.

2.2 Kerusakan Infrastruktur


Berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan
bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya. Diperkirakan puluhan hingga ratusan
orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura, ambruk. Hotel Roa-Roa
berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura, Kota Palu, rata dengan tanah. Dilaporkan,
di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76 kamar yang sedang terisi oleh tamu hotel
yang menginap.
Sejumlah pelabuhan mengalami kerusakan. Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, rusak paling
parah. Quay crane atau kran peti kemas yang biasanya digunakan untuk bongkar muat peti
kemas roboh. Di Pelabuhan Wani, bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. KM Sabuk
Nusantara 39 terhempas tsunami ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga.
III. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


 Para perencana struktur harus merencanakan bangunan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan pada SNI 1726 : 2019
 Kerusakan bangunan yang terjadi di Lombok diakibatkan oleh tidak memenuhinya
syarat dalam merencanakan sebuah bangunan.
 Kurangnya pemahaman dari para pelaksana maupun perencana dalam memahami
standar bangunan tahan gempa.

REFERENSI

Website
https://www.bmkg.go.id/press-release/?lang=ID&p=gempabumi-tektonik-m7-7-
kabupaten-donggala-sulawesi-tengah-pada-hari-jumat-28-september-2018-berpotensi-
tsunami&tag=press-release
KERUSAKAN INFRASTRUKTUR PADA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DI
INDONESIA
(Studi Kasus : Gempa Bumi Vulkanik Gunung Anak Krakatau)

Aji Nurdin 053118094


Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Pakuan

ABSTRAK
Gempa vulkanik merupakan salah satu jenis gempa bumi yang dibedakan berdasarkan proses
terjadinya. Gempa bumi merupakan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi.
Gempa bumi bisa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi. Selain itu,
gempa bumi bisa disebabkan oleh letusan gunung api. gempa vulkanik merupakan getaran
mikro pada kerak bumi lokal yang diakibatkan oleh kegiatan magma atau erupsi gunung api.
Gempa bumi jenis ini dapat terjadi sebelum, selama, atau sesudah erupsi gunung api.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh kegiatan gunung api.
Magma yang berada pada kantong di bawah gunung tersebut mendapat tekanan dan
melepaskan energinya secara tiba‐tiba sehingga menimbulkan getaran tanah. Selain itu,
pelepasan energi stres tersebut juga menyebabkan gerakan magma secara perlahan. Aktivitas
gempa bumi tektonik dapat memicu aktivitas gempa bumi vulkanik.

1.2 Rumusan Masalah

 Seberapa besar kerusakan akibat gempa bumi vulkanik?


 Dampak yang disebabkan oleh gempa bumi vulkanik?
II. PEMBAHASAN

2.1 Gempa Bumi Anak Krakatau


Pada Desember 2019, Gunung Anak Krakatau sempat mengalami erupsi yang
diawali dengan gempa vulkanik selama kurang lebih 3 bulan, yaitu dari Oktober
sampai Desember. Gempa vulkanik terjadi dengan berbagai variasi, yaitu gempa
vulkanik dangkal, vulkanik dalam, dan tremor. Angka kejadian per harinya pun
fluktuatif. Hal ini juga berpengaruh pada tipe erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada 30
dan 31 Desember 2019, gunung ini hanya mengalami erupsi eksplosif lemah. Erupsi
Anak Krakatau kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal,
mengarah ke Timur dan terekam di seismogram dengan amplitudo maksimal 50 mm
dsm, durasinya sekitar 2 menit 49 detik. Kemudian gempa bumi terjadi di 7.48
Lintang Selatan (LS), 105.92 Bujur Timur (BT), di kedalaman 10 km. Lokasi gempa
berada di 71 Km Barat Daya Bayah, 71 Km Tenggara Muara Binuangeun, 88 Km
Barat Daya Sukabumi, 154 Km Serang dan 176 Km Barat Daya Jakarta.

2.2 Dampak Gunung Anak Krakatau


Ledakan saat Gunung Anak Krakatau meletus merupakan hasil dari
pemeriksaan material vulkanik dari pulau-pulau terdekat, dan melihat karakteristik
fisik, kimia serta mikroteksturnya. Para peneliti mencari petunjuk dengan
menggunakan materila vulkanik yang ada untuk menentukan apakah letusan kuat dan
eksplosif yang diamati sesaat setelah keruntuhan itu memicu tanah longsor dan
tsunami. Disimpulkan bahwa letusan eksplosif besar yang terkait dengan keruntuhan
justru disebabkan oleh sistem magmatik yang menjadi tidak stabil sesaat setelah
longsoran berlangsung. Ini berarti sangat kecil kemungkinannya, bencana di
penghujung 2018 lalu disebabkan oleh magma yang memaksa naik ke permukaan
dan memicu tanah longsor.
III. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :


 Letusan eksplosif besar yang terkait dengan keruntuhan justru disebabkan
oleh sistem magmatik yang menjadi tidak stabil sesaat setelah longsoran
berlangsung
 Kurangnya informasi ke warga sekitar mengakibatkan kerusakan rumah dan
fasilitas di pesisiran pantai

REFERENSI

Website

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220204184637-20-755257/erupsi-
gunung-anak-krakatau-dan-gempa-banten-selisih-3-menit

Anda mungkin juga menyukai