Dosen Pengampu :
Iman Handiman, S.T., M.T.
Disusun oleh :
Segala puji kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat serta hidayat sehingga penulis dapat menuntaskan makalah mata kuliah
Rekayasa Gempa ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian
Tengah Semester Ganjil mata kuliah Rekayasa Gempa yang diampu oleh Bapak
Iman Handiman, S.T., M.T., dan sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang Rekayasa Gempa.
Penulis menyadari akan kekurangan kemampuan dalam menulis. Maka dari itu
penulis meminta kritik dan saran bilamana terdapat kesalahan dan kekurangan
yang tertulis di dalam makalah ini.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu
faktor yang utama adalah benturan pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi
permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut faultzone. Kejutan yang berkaitan
dengan benturan tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan diatasnya bergertar. Pada saat
bangunan tersebut bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena
adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dan
gerakan.
Kerusakan akibat gempa tergantung dari besar dan lamanya gempa, atau
banyaknya getaran yang terjadi. Desain struktur dan material yang digunakan untuk
konstruksi bangunan, juga akan berpengaruh terhadap intensitas kerusakan akibat
gempa. Tingkat kekuatan gempa memiliki banyak variasi mulai dari getaran yang
ringan, sedang, sampai getaran kuat yang dapat dirasakan sampai ribuan kilometer.
Gempa menyebabkan perubahan fisik permukaan bumi, meyebabkan runtuhnya
struktur bangunan, atau menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang besar
(tsunami). Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa kan menyebabkan
jatuhnya korban jiwa dan kerugian berupa harta benda dalam jumlah banyak.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui definisi gempa bumi,
klasifikasi gempa bumi, dan konstruksi bangunan yang dapat menahan gempa.
2
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan wawasan tentang gempa
bumi, dan memberikan edukasi kepada pembaca agar dapat melakukan tindakan
preventif bilamana terjadi gempa bumi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Gempa bumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan getarnya bumi
dengan berbagai intensitas. Getara dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
peristiwa vulkanik, yaitu getaran tanah yang disebabkan oleh aktivitas desakan
magma ke permukaan bumi atau meletusnya gunung berapi. Gempa yang terjadi
akibat aktivitas vulkanik disebut gempa vulkanik. Gempa vulkanik terjadi di daerah
sekitar aktivitas gunung berapi, dan akan menyebabkan mekanisme patahan yang
sama dengan gempa teknonik.
Getaran gempa dapat juga diakibatkan oleh peristiwa tektonik, yaitu getaran
tanah yang disebabkan oleh Gerakan atau benturan antara lempeng-lempeng
tektonik yang terdapat di dalam lapisan permukaan bumi. Gempa yang terjadi
akibat aktivitas tektinik ini disebut gempa tektonik.
Selain gempa vulkanik dan gempa tektonik, terdapat juga gempa runtuhan,
gempa imbasan, dan gempa buatan. Gempa runtuhan disebabkan ileh runtuhnya
tanah di daerah pegunungan, sehingga akan terjadi getaran disekitar runtuhan
tersebut. Gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam,
sedangkan gempa buatan adalah gempa yang sengaja dibuat oleh manusia seperti
ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik
jauh lebih besar dibadingkan dengan jenis gempa lainnya, sehingga efeknya lebih
banyak terhadap bangunan.
Gerakan atau getaran tanah yang terjadi akibat gempa disebabkan oleh
terlepasnya timbunan energi yang tersimpan di dalam bumi secara tiba-tiba. Energi
yang terlepas ini dapat berbentuk energi potensial, energi kinetik, energi kimia, atau
energi regangan elastis. Pada umumnya gempa-gempa yang merusak lebih banyak
diakibat oleh terlepasnya energi regangan elastis di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Energi gempa ini merambat ke segala arah. dan juga
kepermukaan tanah sebagai gelombang gempa sehingga akan menyebabkan
permukaan bumi bergetar.
4
Gempa-gempa yang terjadi di seluruh dunia telah menyebabkan kerusakan
properti dan kerusakan berbagai macam struktur bangunan. Antisipasi awal
terhadap bencana gempa seperti, pendidikan dan sosialisasi terhadap pemahaman
gempa, mitigasi, perkuatan struktur bangunan, perencanaan struktur bangunan
tahan gempa yang lebih fleksibel dan aman, dapat membatasi korban jiwa dan
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa.
Lapisan paling atas bumi yaitu crust atau lapisan litosfir merupakan batuan
yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di
bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantle.
Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku
dan dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas, yang kita kenal
sebagai aliran konveksi.
Pelat-pelat tektonik yang merupakan bagian dari lapisan litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan
pergerakan yang dapat terjadi antara satu pelat tektonik relatif terhadap pelat
lainnya, yaitu :
Jika dua buah pelat tektonik bertemu pada suatu daerah sesar atau patahan
(fault), keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling
bergeser. Umumnya gerakan dari pelat tektonik ini berlangsung sangat lambat dan
tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun terukur sebesar 0 sampai 15 cm
pertahun. Kadang-kadang gerakan pelat tektonik macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu
saat batuan pada pelat tektonik tersebut tidak mampu lagi menahan gerakan
tersebut, sehingga terjadi pelepasan energi regangan secara mendadak. Mekanisme
pelepasan energi regangan ini yang kita kenal sebagai pemicu terjadinya gempa
tektonik.
5
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun
demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja,
seperti di daerah pertemuan antara dua pelat tektonik. Gempa dapat terjadi
dimanapun di bumi ini, tetapi pada umumnya banyak terjadi di sekitar perbatasan
antara pelat-pelat tektonik.
6
baik oleh goncangan itu sendiri maupun oleh lapisan tanah dibawahnya yang
mengalami penurunan elevasi (subsidence) saat terjadi gempa.
7
Gambar 2.2. Keruntuhan bangunan akibat likuifaksi saat
terjadi gempa Kobe di Jepang, 1995.
2.2.3 Banjir
Bencana yang ketiga yang dapat ditimbulkan gempa adalah banjir. Sebuah
gempa dapat merusak tanggul atau bendungan sepanjang sungai. Air yang berasal
dari sungai atau reservoir akan membanjiri daerah tersebut dan merusak bangunan
atau mungkin menghanyutkan dan menenggelamkan orang.
8
Suatu peristiwa gempa biasanya digambarkan dengan beberapa parameter,
sebagai berikut:
Pusat gempa atau focus adalah titik di bawah permukaan bumi di mana
gelombang gempa untuk pertama kali dipancarkan. Fokus biasanya ditentukan
berdasarkan perhitungan data gempa yang diperoleh melalui peralatan pencatat
gempa (seismograf). Lokasi sumber gempa pada umumnya terdapat diperbatasan
antara pelat-pelat tektonik, di mana pada tempat ini sering terjadi patahan bidang
permukaan bumi. Pada prinsipnya gempa adalah suatu peristiwa pelepasan energi
pada suatu tempat di perbatasan antara pelat-pelat tektonik.
9
Gempa dengan kedalaman fokus lebih besar dari 300 km disebut Gempa
Dalam.
10
Hasil ini dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dari seismograf ke
pusat gempa. Untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa dapat
dilakukan dengan menggunakan grafik seperti pada Gambar 2-11.
Gambar 2.5. Grafik untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa
Prosedur untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa adalah, sbb :
Mengukur jarak antara awal gelombang P dan gelombang S. Dalam hal ini,
awal gelombang P dan S adalah terpisah 24 detik. Plot 24 detik ini pada
grafik skala S-P, akan didapatkan jarak pusat gempa adalah 215 kilometer
(Gambar 2-11).
Ukur amplitudo maksimum dari gelombang gempa yang terekam pada
seismograf. Pada rekaman seismograf di dapat amplitudo maksimum adalah
23 mm (lihat Gambar 2-10)
Plot 23 mm ini pada grafik skala Amplitude yang sudah tersedia (Gambar
2-11).
Tarik garis lurus melalui dua yaitu titik 24 detik dan 23 mm, sehingga
memotong grafik skala Magnitude. Dengan membaca titik potong pada
grafik skala Magnitude, didapatkan besarnya magnitude gempa adalah M =
5 pada Skala Richter.
11
Gambar 2.6. Spektrum Respon Gempa Rencana
12
BAB III
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Gempa merupakan kejadian alam yang sangat merugikan dan tidak dapat
diperkirakan. Akibat dari gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian harta benda di tempat terjadinya gempa. Namun sebagai insiyur teknik
sipil, adalah kewajiban kita untuk menghitung bangunan struktur tahan gempa
untuk mengurangi akibat dari gempa yang terjadi di permukaan bumi.
13
Daftar Pustaka
Agus B Siswanto, Afif Salim, 2018, Rekayasa Gempa, Penerbit K-Media,
Yogyakarta.
Delfebriyadi, 2010, Rekayasa Gempa Teknik Sipil, CV. Ferila, Padang.
Departemen Pekerjaan Umum, (2004), “Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan
Beton Bertulang Akibat Gempa”, Departemen Pekerjaan Umum,
Bandung.
Hartuti, E.R., 2009, Buku Pintar Gempa, DIVA Press, Yogyakarta.
14