Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH REKAYASA GEMPA

“diajukan sebagai Ujian Tengah Semester Ganjil”

Dosen Pengampu :
Iman Handiman, S.T., M.T.

Disusun oleh :

Muhammad Arkan Galang


NPM. 177011058
Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
nikmat serta hidayat sehingga penulis dapat menuntaskan makalah mata kuliah
Rekayasa Gempa ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai Ujian
Tengah Semester Ganjil mata kuliah Rekayasa Gempa yang diampu oleh Bapak
Iman Handiman, S.T., M.T., dan sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang Rekayasa Gempa.

Penulis menyadari akan kekurangan kemampuan dalam menulis. Maka dari itu
penulis meminta kritik dan saran bilamana terdapat kesalahan dan kekurangan
yang tertulis di dalam makalah ini.

Tasikmalaya, 24 November 2020

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gempa bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada
kerak bumi. Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu
faktor yang utama adalah benturan pergesekan kerak bumi yang mempengaruhi
permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut faultzone. Kejutan yang berkaitan
dengan benturan tersebut akan menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini
menyebabkan permukaan bumi dan bangunan diatasnya bergertar. Pada saat
bangunan tersebut bergetar, timbul gaya-gaya pada struktur bangunan karena
adanya kecenderungan massa bangunan untuk mempertahankan dirinya dan
gerakan.

Kerusakan akibat gempa tergantung dari besar dan lamanya gempa, atau
banyaknya getaran yang terjadi. Desain struktur dan material yang digunakan untuk
konstruksi bangunan, juga akan berpengaruh terhadap intensitas kerusakan akibat
gempa. Tingkat kekuatan gempa memiliki banyak variasi mulai dari getaran yang
ringan, sedang, sampai getaran kuat yang dapat dirasakan sampai ribuan kilometer.
Gempa menyebabkan perubahan fisik permukaan bumi, meyebabkan runtuhnya
struktur bangunan, atau menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang besar
(tsunami). Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa kan menyebabkan
jatuhnya korban jiwa dan kerugian berupa harta benda dalam jumlah banyak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu gempa bumi?
2. Apa saja klasifikasi gempa bumi?
3. Apa saja Bencana yang ditimbulkan Gempa?
4. Apa yang menjadi penyebab terjadinya gempa bumi?
5. Apa saja parameter-parameter gempa?
1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah mengetahui definisi gempa bumi,
klasifikasi gempa bumi, dan konstruksi bangunan yang dapat menahan gempa.

2
1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan wawasan tentang gempa
bumi, dan memberikan edukasi kepada pembaca agar dapat melakukan tindakan
preventif bilamana terjadi gempa bumi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gempa Bumi

Gempa bumi adalah suatu gejala fisik yang ditandai dengan getarnya bumi
dengan berbagai intensitas. Getara dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
peristiwa vulkanik, yaitu getaran tanah yang disebabkan oleh aktivitas desakan
magma ke permukaan bumi atau meletusnya gunung berapi. Gempa yang terjadi
akibat aktivitas vulkanik disebut gempa vulkanik. Gempa vulkanik terjadi di daerah
sekitar aktivitas gunung berapi, dan akan menyebabkan mekanisme patahan yang
sama dengan gempa teknonik.

Getaran gempa dapat juga diakibatkan oleh peristiwa tektonik, yaitu getaran
tanah yang disebabkan oleh Gerakan atau benturan antara lempeng-lempeng
tektonik yang terdapat di dalam lapisan permukaan bumi. Gempa yang terjadi
akibat aktivitas tektinik ini disebut gempa tektonik.

Selain gempa vulkanik dan gempa tektonik, terdapat juga gempa runtuhan,
gempa imbasan, dan gempa buatan. Gempa runtuhan disebabkan ileh runtuhnya
tanah di daerah pegunungan, sehingga akan terjadi getaran disekitar runtuhan
tersebut. Gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam,
sedangkan gempa buatan adalah gempa yang sengaja dibuat oleh manusia seperti
ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik
jauh lebih besar dibadingkan dengan jenis gempa lainnya, sehingga efeknya lebih
banyak terhadap bangunan.

Gerakan atau getaran tanah yang terjadi akibat gempa disebabkan oleh
terlepasnya timbunan energi yang tersimpan di dalam bumi secara tiba-tiba. Energi
yang terlepas ini dapat berbentuk energi potensial, energi kinetik, energi kimia, atau
energi regangan elastis. Pada umumnya gempa-gempa yang merusak lebih banyak
diakibat oleh terlepasnya energi regangan elastis di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Energi gempa ini merambat ke segala arah. dan juga
kepermukaan tanah sebagai gelombang gempa sehingga akan menyebabkan
permukaan bumi bergetar.

4
Gempa-gempa yang terjadi di seluruh dunia telah menyebabkan kerusakan
properti dan kerusakan berbagai macam struktur bangunan. Antisipasi awal
terhadap bencana gempa seperti, pendidikan dan sosialisasi terhadap pemahaman
gempa, mitigasi, perkuatan struktur bangunan, perencanaan struktur bangunan
tahan gempa yang lebih fleksibel dan aman, dapat membatasi korban jiwa dan
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa.

Lapisan paling atas bumi yaitu crust atau lapisan litosfir merupakan batuan
yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di
bawah lapisan ini terdapat batuan yang jauh lebih panas yang disebut mantle.
Lapisan ini sedemikian panasnya sehingga senantiasa dalam keadaan tidak kaku
dan dapat bergerak sesuai dengan proses pendistribusian panas, yang kita kenal
sebagai aliran konveksi.

Pelat-pelat tektonik yang merupakan bagian dari lapisan litosfir padat dan
terapung di atas mantel ikut bergerak satu sama lainnya. Ada tiga kemungkinan
pergerakan yang dapat terjadi antara satu pelat tektonik relatif terhadap pelat
lainnya, yaitu :

 Spreading, jika kedua pelat tektonik bergerak saling menjauhi.


 Collision, jika kedua pelat tektonik bergerak saling mendekati.
 Transform, jika kedua pelat tektonik bergerak saling menggeser.

Jika dua buah pelat tektonik bertemu pada suatu daerah sesar atau patahan
(fault), keduanya dapat bergerak saling menjauhi, saling mendekati atau saling
bergeser. Umumnya gerakan dari pelat tektonik ini berlangsung sangat lambat dan
tidak dapat dirasakan oleh manusia, namun terukur sebesar 0 sampai 15 cm
pertahun. Kadang-kadang gerakan pelat tektonik macet dan saling mengunci,
sehingga terjadi pengumpulan energi yang berlangsung terus sampai pada suatu
saat batuan pada pelat tektonik tersebut tidak mampu lagi menahan gerakan
tersebut, sehingga terjadi pelepasan energi regangan secara mendadak. Mekanisme
pelepasan energi regangan ini yang kita kenal sebagai pemicu terjadinya gempa
tektonik.

5
Gempa dapat terjadi kapan saja, tanpa mengenal musim. Meskipun
demikian, konsentrasi gempa cenderung terjadi di tempat-tempat tertentu saja,
seperti di daerah pertemuan antara dua pelat tektonik. Gempa dapat terjadi
dimanapun di bumi ini, tetapi pada umumnya banyak terjadi di sekitar perbatasan
antara pelat-pelat tektonik.

2.2 Bencana yang Ditimbulkan Gempa

Gempa tektonik adalah gempa yang disebabkan oleh terlepasnya energi


regangan elastis pada formasi batuan yang ada dipermukaan bumi . Salah satu teori
yang dipakai untuk menjelaskan mekanisme terjadinya gempa tektonik adalah teori
Elastic Rebound yang dikemukakan oleh Prof. H. F. Reid. Teori ini dapat
dipaparkan secara sederhana, menurutnya di dalam permukaan bumi senantiasa
terdapat aktivitas geologis yang mengakibatkan pergerakan relatif suatu massa
batuan di dalam permukaan bumi terhadap massa batuan lainnya. Gaya-gaya yang
menimbulkan pergerakan batuan-batuan ini disebut gaya-gaya tektonik (tectonic
forces). Batuan-batuan ini bersifat elastis dan dapat menimbun regangan bilamana
ditekan atau ditarik oleh gaya-gaya tektonik. Ketika tegangan yang terjadi pada
batuan tersebut melampaui kekuatannya, maka batuan tersebut akan hancur di
daerah terlemah yang disebut patahan (fault). Batuan yang hancur tersebut akan
melepaskan sebagian atau seluruh tegangan untuk kembali ke dalam keadaan
semula yang bebas tegangan.

Gempa secara langsung tidak begitu membahayakan manusia. Ini berarti


bahwa korban jiwa tidak disebabkan karena adanya goncangan tanah yang
disebabkan oleh gempa. Kebanyakan dari bencana gempa yang menimbulkan
korban jiwa dan kerugian materi diakibatkan oleh struktur bangunan yang dibuat
oleh manusia. Bahaya yang sesungguhnnya disebabkan oleh keruntuhan dari
struktur bangunan, korban banjir yang disebabkan oleh jebolnya suatu bendungan
atau tanggul, longsoran batuan dan tanah pada tebing yang curam, dan kebakaran.

2.2.1 Pengaruh Akibat Gocangan Tanah

Bencana pertama yang disebabkan oleh gempa adalah pengaruh dari


goncangan tanah. Struktur bangunan dapat mengalami kerusakan dan keruntuhan,

6
baik oleh goncangan itu sendiri maupun oleh lapisan tanah dibawahnya yang
mengalami penurunan elevasi (subsidence) saat terjadi gempa.

Struktur bangunan bahkan dapat ambles ke dalam tanah ketika terjadi


liquifaksi (liquefaction). Liquifaksi adalah peristiwa tercampurnya pasir atau tanah
berpasir dengan air tanah, selama terjadi goncangan gempa. Ketika air dan pasir
dicampur, lapisan ini menjadi sangat lunak dan berperilaku seperti pasir hisap. Jika
liquifaksi terjadi di bawah suatu bangunan, dapat menyebabkan longsoran atau
amblesan. Lapisan tanah bergerak ke atas lagi setelah gempa berlalu dan air tanah
kembali turun ke tempatnya yang semula. Peristiwa liquifaksi lebih berpengaruh
pada lokasi tanah berpasir dimana air tanah terletak cukup dekat dengan permukaan
tanah.

Gambar 2.1. Salah satu bagian jalan mengalami kerusakan


yang parah akibat Gempa Good Friday di Alaska, 1964.

7
Gambar 2.2. Keruntuhan bangunan akibat likuifaksi saat
terjadi gempa Kobe di Jepang, 1995.

Struktur banguan juga dapat mengalami kerusakan akibat gelombang


permukaan yang kuat yang berasal dari dorongan dan rekahan tanah. Struktur
bangunan apapun yang berada di alur gelombang permukaan ini dapat bergeser atau
roboh akibat dari pergerakan tanah. Goncangan tanah dapat juga menyebabkan
tanah longsor yang dapat merusak bangunan atau mencederai manusia.

2.2.2 Pergeseran Tanah

Bencana utama akibat gempabumi yang kedua adalah pergeseran tanah di


sepanjang patahan. Jika sebuah bangunan seperi gedung, jembatan atau jalan
dibangun melintasi daerah patahan, maka pergeseran tanah akibat gempa akan
sangat merusak dan bahkan akan meruntuhkan bangunan tersebut.

2.2.3 Banjir

Bencana yang ketiga yang dapat ditimbulkan gempa adalah banjir. Sebuah
gempa dapat merusak tanggul atau bendungan sepanjang sungai. Air yang berasal
dari sungai atau reservoir akan membanjiri daerah tersebut dan merusak bangunan
atau mungkin menghanyutkan dan menenggelamkan orang.

Tsunami dan seiche dapat juga menyebabkan banyak kerusakan.


Kebanyakan orang menyebut tsunami sebagai ombak pasang yang sangat besar,
tetapi ini tidak ada kaitannya dengan gelombang pasang air laut biasa. Tsunami
merupakan suatu gelombang yang sangat besar disebabkan oleh gempa yang terjadi
di bawah samudera. Tsunami dapat mencapai tinggi tiga meter dan mempunyai
kecepatan yang tinggi pada saat mencapai daerah pantai, sehingga dapat
menyebabkan kerusakan yang besar di daerah pantai. Seiche adalah gelombang air
sama seperti tsunami, tetapi dengan skala yang lebih kecil. Seiche terjadi pada
danau yang diakibatkan oleh gempa, dan pada umumnya hanya memiliki tinggi
setengah meter. Meskipun demikian, seiche juga dapat menyebabkan banjir.

2.3 Parameter-parameter Gempa

8
Suatu peristiwa gempa biasanya digambarkan dengan beberapa parameter,
sebagai berikut:

 Tanggal dan waktu terjadinya gempa


 Koordinat epicenter ( dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur
geografi)
 Kedalaman pusat gempa (focus)
 Magnitude dan Intensitas maksimum gempa

Pusat gempa atau focus adalah titik di bawah permukaan bumi di mana
gelombang gempa untuk pertama kali dipancarkan. Fokus biasanya ditentukan
berdasarkan perhitungan data gempa yang diperoleh melalui peralatan pencatat
gempa (seismograf). Lokasi sumber gempa pada umumnya terdapat diperbatasan
antara pelat-pelat tektonik, di mana pada tempat ini sering terjadi patahan bidang
permukaan bumi. Pada prinsipnya gempa adalah suatu peristiwa pelepasan energi
pada suatu tempat di perbatasan antara pelat-pelat tektonik.

Episentrum (Epicenter) adalah titik pada permukaan bumi yang didapat


dengan menarik garis melalui focus, tegak lurus pada permukaan bumi. Episentrum
dapat ditentukan melalui peralatan pencatat gempa atau secara makroseismik.
Episentrum yang ditentukan melalui peralatan pencatat getaran gempa disebut
instrumental epicenter. Bilamana tidak ada hasil pencatatan getaran gempa,
episentrum ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap kerusakan pada suatu
daerah. Episentrum pada cara ini adalah titik di mana kerusakan terbesar terjadi,
dan disebut macroseismic epicenter.

Kedalaman focus adalah kedalaman jarak antara focus dengan epicentrum.


Berdasarkan kedalaman focus ini, suatu gempa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

 Gempa dengan kedalaman focus lebih kecil dari 70 km disebut Gempa


Dangkal.
 Gempa dengan kedalaman fokus antara 70 km sampai dengan 300 km
disebut Gempa Menengah

9
 Gempa dengan kedalaman fokus lebih besar dari 300 km disebut Gempa
Dalam.

Gambar 2.3 Focus Epicenter, seismic waves, dan fault.

2.3.1 Menentukan Letak Episentrum dan Magnitude Gempa

Untuk menentukan di mana gempa terjadi, perlu dipelajari data rekaman


gempa (seismogram) yang tercatat pada seismograf. Sekurang-kurangnya
diperlukan 2 seismograf yang berbeda untuk gempa yang sama. Gambar 2-10
menunjukkan contoh rekaman gempa yang tercatat pada seismograf. Jarak antara
awal permulaan gelombang P dan awal mula gelombang S menunjukkan berapa
detik gelombang tersebut terpisah.

Gambar 2.4. Rekaman gempa yang tercatat pada seismograf

10
Hasil ini dapat digunakan untuk memperkirakan jarak dari seismograf ke
pusat gempa. Untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa dapat
dilakukan dengan menggunakan grafik seperti pada Gambar 2-11.

Gambar 2.5. Grafik untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa

Prosedur untuk menentukan jarak episentrum dan magnitude gempa adalah, sbb :

 Mengukur jarak antara awal gelombang P dan gelombang S. Dalam hal ini,
awal gelombang P dan S adalah terpisah 24 detik. Plot 24 detik ini pada
grafik skala S-P, akan didapatkan jarak pusat gempa adalah 215 kilometer
(Gambar 2-11).
 Ukur amplitudo maksimum dari gelombang gempa yang terekam pada
seismograf. Pada rekaman seismograf di dapat amplitudo maksimum adalah
23 mm (lihat Gambar 2-10)
 Plot 23 mm ini pada grafik skala Amplitude yang sudah tersedia (Gambar
2-11).
 Tarik garis lurus melalui dua yaitu titik 24 detik dan 23 mm, sehingga
memotong grafik skala Magnitude. Dengan membaca titik potong pada
grafik skala Magnitude, didapatkan besarnya magnitude gempa adalah M =
5 pada Skala Richter.

11
Gambar 2.6. Spektrum Respon Gempa Rencana

Gambar 2.7. Peta Kegempaan Indonesia, terdiri dari 6 wilayah gempa

12
BAB III
PENUTUP

2.4 Kesimpulan
Gempa merupakan kejadian alam yang sangat merugikan dan tidak dapat
diperkirakan. Akibat dari gempa yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan dan
kerugian harta benda di tempat terjadinya gempa. Namun sebagai insiyur teknik
sipil, adalah kewajiban kita untuk menghitung bangunan struktur tahan gempa
untuk mengurangi akibat dari gempa yang terjadi di permukaan bumi.

2.5 Saran dan Pesan


Saran dari penulis, agar menambah ilmu pengetahuan tentang gempa dan rekayasa
bangunan tahan gempa agar dapat mengurangi kerusakan akibat gempa.
Penulis sadar akan kekurangan keterampilan dalam penulisan makalah ini. Maka
dari itu dibutuhkannya kritik dan saran, dan wawasan yang lebih luas agar dapat
menyempurnakan makalah ini.

13
Daftar Pustaka
Agus B Siswanto, Afif Salim, 2018, Rekayasa Gempa, Penerbit K-Media,
Yogyakarta.
Delfebriyadi, 2010, Rekayasa Gempa Teknik Sipil, CV. Ferila, Padang.
Departemen Pekerjaan Umum, (2004), “Pemeriksaan Awal Kerusakan Bangunan
Beton Bertulang Akibat Gempa”, Departemen Pekerjaan Umum,
Bandung.
Hartuti, E.R., 2009, Buku Pintar Gempa, DIVA Press, Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai