Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gempa bumi merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia, oleh sebab itu
gempa bumi harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan stuktur terutama bangunan
gedung sehingga mampu bertahan ketika terjadi gempa bumi dan tidak terjadi kerusakan
berat pada struktur bangunan. Dalam perancangan struktur bangunan gedung harus
memperhatikan beberapa kriteria perancangan seperti dalam segi biaya harus ekonomis,
memiliki nilai estetika yang baik, fungsional dan yang paling penting adalah kekuatan dari
struktur bangunan gedung itu sendiri. Dari segi kekuatan suatu struktur harus mampu
menahan beban sendiri bangunan, beban hidup dan beban gempa. Beban gempa merupakan
beban yang paling berpengaruh terhadap struktur bangunan tinggi, oleh karena itu diperlukan
analisis gempa.
Perancangan bangunan tahan gempa sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang
muncul akibat kondisi geografis yang memiliki resiko gempa sangat tinggi, oleh sebab itu
bangunan harus dapat menerima beban lateral berupa gempa dengan baik karena semakin
tinggi suatu bangunan simpangan lateral yang terjadi akan semakin besar pula. Salah satu
cara yang digunakan untuk mengurangi simpangan yang terjadi adalah dengan pemasangan
dinding geser. Dinding geser merupakan struktur vertikal yang digunakan pada bangunan
tingkat tinggi berupa beton bertulang yang berfungsi menahan gaya geser dan gaya lateral
akibat beban gempa bumi. Dinding geser juga akan membuat kaku suatu bangunan sehingga
memiliki fleksibilitas yang cukup atau tidak terjadi goyangan yang berlebihan. Selain
membuat bangunan lebih kaku dinding geser juga bisa menambah kekuatan struktur sehingga
elemen struktur yang lainnya dapat dibuat lebih efisien. Penempatan posisi dinding geser
juga harus diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap perilaku bangunan yang dibebani
beban lateral berupa gempa sehingga apabila posisi dinding geser berada pada posisi yang
sesuai maka fungsi dari dinding geser tersebut akan lebih optimal.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu bumi
 Sebab-sebab terjadinya gempa bumi
 Bagaimana Kegempaan di Indonesia
 Pengaruh gempa pada struktur
 Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi
 Kegagalan struktur
1.3 Tujuan
Tujuan dari dibuat makalah Rekayasa Gempa Bumi adalah :
 Untuk mengetahui apa itu gempa bumi
 Untuk mengetahui Sebab-sebab terjadinya gempa bumi
 Untuk mengetahui Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengenalan Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api.
Gempa bumi juga bisa diartikan sebagai suatu peristiwa bergetarnya bumi akibat
pelepasan energi di dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan
batuan pada kerak bumi. Frekuensi gempa bumi di suatu wilayah mengacu pada jenis dan
ukuran gempa bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa bumi diukur dengan
menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di
mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan
oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitudo.
Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. Gempa 3 magnitudo atau lebih
sebagian besar hampir tidak terlihat dan besarnya 7 kali lebih berpotensi menyebabkan
kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.
Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9 skala rickter, meskipun tidak
ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0
magnitudo yaitu gempa di Jepang pada tahun 2011 , dan itu adalah gempa Jepang terbesar
sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

 Jenis-Jenis Gempa Bumi

Jenis-jenis gempa bumi dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan penyebab dan


kedalamannya. Berikut ini merupakan penjelasannya :

Berdasarkan penyebab:

 Gempa Vulkanik

 GempaTektonik

 Gempa Runtuhan atau Terban

Berdasarkan Kedalaman:

 Gempa bumi dalam


 Gempa bumi menengah
 Gempa bumi dangkal
1.2 Penyebab Terjadinya Gempa Bumi

Penyebab gempa bumi yang paling umum terjadi adalah karena pergeseran kerak bumi
atau lempengan bumi. Selain itu, gempa juga dapat terjadi karena adanya aktivitas sesar di
permukaan bumi, pergerakan geomorfologi secara lokal, contohnya terjadi runtuhan tanah,
aktivitas gunung api, dan ledakan nuklir.

Jenis-jenis gempa bumi dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan penyebab dan


kedalamannya. Berikut ini merupakan penjelasannya :

 Berdasarkan Penyebabnya
Menurut penyebab terjadinya, gempa bumi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a) Gempa bumi vulkanik, adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung
berapi. Contoh : gempa G. Bromo, gempa G. Una-Una, gempa G. Krakatau.

b) Gempa tektonik, adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi
akibat lepasnya energi di zone penunjaman. Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan
yang cukup dahsyat. Contoh : gempa Aceh, Bengkulu, Pangandaran.

c) Gempa runtuhan atau terban, adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah
longsor, gua-gua yang runtuh, dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini hanya berdampak
kecil dan wilayahnya sempit.

d) Aktivitas tektonik, adalah pergeseran lempeng-lempeng tektonik secara mendadak


yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Aktivitas
tektonik menyebabkan gempa bumi tektonik yang menimbulkan kerusakan atau bencana
alam. Getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa
tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat
lepasnya energi di zone penunjaman. Gempa bumi tektonik memiliki kekuatan yang
cukup dahsyat. Contoh : gempa Aceh, Bengkulu, Pangandaran.

e) Aktivitas meteor, Gempa bumi ini disebabkan oleh tumbukan meteor atau asteroid
yang jatuh ke bumi. Jenis gempa bumi ini jarang terjadi.

f) Aktivitas di daerah pertambangan, Gempa bumi ini disebut juga sebagai gempa bumi
runtuhan yang terjadi karena adanya aktivitas di daerah kapur atau pertambangan.
Gempa bumi jenis ini jarang terjadi dan bersifat local

g) Aktivitas manusia, Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh
aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit serta nuklir atau palu yang dipukulkan
ke permukaan bumi.
h) Aktivitas gunung berapi, Gempa bumi vulkanik (gunung api) disebabkan oleh aktivitas
magma yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin
tinggi, ledakan akan terjadi sehingga menimbulkan gempa bumi. Gempa bumi vulkanik
hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.

i) Akibat pergerakan lempeng bumi, Gempa bumi yang diakibatkan oleh pergerakan
lempengan bumi dibagi menjadi dua yaitu gerakan saling menjauh dan mendekat.
Gerakan saling menjauh adalah saat terjadinya pembentukan lempeng baru di antara
kedua lempeng yang berjauhan. Lempeng baru memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil
dari berat jenis lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk akan mendapatkan
tekanan yang besar dari dua lempeng lama, sehingga akan bergerak ke bawah dan
menimbulkan pelepasan energi yang juga sangat besar. Sementara gerakan saling
mendekat terjadi saat dua lempeng yang saling bergerak mendekat dan berdampak pada
terbentuknya gunung, contohnya Gunung Everest. Gunung tersebut terus tumbuh tinggi
akibat gerak lempeng di bawahnya yang semakin mendekat dan saling bertumpuk.(OL-
5)

 Berdasarkan Kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, jenis-jenis gempa bumi juga dibedakan menjadi 3, yaitu :

a) Gempa bumi dalam


Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada
lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi
dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.

b) Gempa bumi menengah


Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km
sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya
menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

c) Gempa bumi dangkal


Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60
km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang
besar.

 Berdasarkan kekuatan atau magnitude (M), gempa bumi dapat digolongkan menjadi
beberapa jenis, yaitu: 

1. Gempa bumi sangat besar dengan magnitude lebih besar dari 8 SR.
2. Gempa bumi besar magnitude antara 7 hingga 8 SR. 
3. Gempa bumi merusak magnitude antara 5 hingga 6 SR.
4. Gempa bumi sedang magnitude antara 4 hingga 5 SR.
5. Gempa bumi kecil dengan magnitude antara 3 hingga 4 SR. 6. Gempa bumi mikro
magnitude antara 1 hingga 3 SR. 
6. Gempa bumi ultra mikro dengan magnitude lebih kecil dari 1 SR.
 Parameter-parameter Gempa Bumi 

Terdapat beberapa parameter gempa bumi, antara lain yaitu: 

1. Waktu terjadinya gempa bumi. Waktu terjadinya gempa bumi menunjukkan waktu
terlepasnya akumulasi energi dari sumber gempa bumi. 
2. Episentrum (Epicenter). Epicenter merupakan titik di permukaan bumi yang merupakan
refleksi tegak lurus dari kedalaman sumber gempa bumi (hiposentrum). Posisi episentrum
dibuat dalam sistem koordinat bola bumi atau sistem koordinat geografis dan dinyatakan
dalam derajat lintang dan bujur. 
3. Kedalaman sumber gempa. Kedalaman sumber gempa bumi merupakan jarak yang
dihitung tegak lurus dari permukaan bumi. Kedalaman gempa dibagi menjadi tiga zona
yaitu dangkal, menengah, dan dalam. 
4. Magnitudo gempa. Magnitudo gempa merupakan kekuatan gempa bumi yang
menggambarkan besarnya energi yang terlepas pada saat gempa bumi terjadi dan
merupakan hasil pengamatan seismograf. Satuan yang umum digunakan di Indonesia
adalah skala Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Umumnya magnitudo
diukur berdasarkan amplitude dan periode fase gelombang tertentu.

1.3 Kegempaan Di Indonesia

Negara Indonesia tergolong rawan bencana geologi, khususnya bencana gempa bumi. Hal
ini berkaitan dengan keberadaan sumber gempa bumi yang terbentuk akibat interaksi empat
lempeng tektonik yang terdapat di Indonesia, yaitu : Lempeng Benua Eurasia yang bergerak
ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/ tahun, Lempeng Samudera Indo –
Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/ tahun, Lempeng
Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm/ tahun dan
Lempeng Laut Philiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm/
tahun (Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats, 1997). Pertemuan antar lempeng tersebut
mengakibatkan terbentuknya sumber gempa bumi yang terletak di laut dan di darat, serta
sumber pembangkit tsunami (tsunamigenic) baik tektonik maupun non tektonik.
Berdasarkan catatan dari Badan Geologi sejak tahun 2000 hingga 2022 telah terjadi
sebanyak 5 hingga 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia.
Kejadian gempa bumi merusak merupakan gempa bumi yang telah mengakibatkan terjadinya
korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan dan kerugian harta benda. Kejadian
gempa bumi merusak tahun 2022 tertinggi kedua setelah tahun 2021 dalam kurun waktu 22
tahun terakhir (Tabel 1).
 
Tabel 1. Kejadian gempa bumi merusak di Indonesia tahun 2000 hingga 2022.
Selama tahun 2022 Badan Geologi mencatat telah terjadi sebanyak 24 kejadian gempa bumi
merusak di Indonesia. Kejadian gempa bumi merusak tahun 2022 diawali dengan gempa
bumi di Halmahera, Provinsi Maluku Utara tanggal 10 Januari 2022 dan diakhiri oleh
kejadian gempa bumi Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 22 Desember 2022.
Kejadian gempa bumi merusak tersebut mengakibatkan jumlah korban jiwa 663 orang
meninggal dan 1.563 orang luka-luka. Selama tahun 2022 kejadian gempa bumi yang
mengakibatkan dampak besar adalah gempa bumi Cianjur tanggal 21 November 2022
dengan magnitudo (M 5,6), episenter terletak di darat pada kedalaman 10 km. Kejadian
gempa bumi Cianjur mengakibatkan 635 meninggal, 1.083 orang luka-luka dan
mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (retakan tanah, likuefaksi dan gerakan tanah).
Menurut data Badan Geologi berdasarkan hasil penyelidikan, pemetaan permukaan dan
bawah permukaan sumber gempa bumi Cianjur adalah sesar aktif berarah timur timur laut
dan barat barat daya yang terletak di daerah Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Kejadian gempa bumi merusak berikutnya yang mengakibatkan dampak besar adalah gempa
bumi Pasaman tanggal 25 Februari 2022 dengan magnitudo (M 6,2), episenter terletak di
darat yang bersumber dari Sesar Sumatera pada kedalaman 10 km. Kejadian gempa bumi
Pasaman mengakibatkan 27 meninggal, 457 orang luka-luka dan mengakibatkan terjadinya
bahaya ikutan berupa retakan tanah, likuefaksi dan gerakan tanah.
Kejadian gempa bumi merusak tahun 2022 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan
beberapa bersumber dari zona penunjaman. Ada hal menarik dari kejadian gempa bumi
merusak tahun 2021 yaitu terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang sumbernya belum
terdidentifikasi atau terpetakan yaitu : gempa bumi Halmahera Utara tanggal 10 Januari 2022
dan 18 April 2022, gempa bumi Pasaman tanggal 25 Februari 2022, gempa bumi Ketapang
tanggal 1 Juli 2022, gempa bumi Cianjur tanggal 21 November 2022, dan gempa bumi
Situbondo tanggal 23 November 2022. Kejadian gempa bumi merusak dan peta sebaran
lokasi pusat gempa bumi merusak tahun 2022 selengkapnya ditampilkan pada Tabel 2 dan
Gambar 6.
Kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan terutama dalam mengidentifikasi
karakteristik sumber – sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi atau terpetakan. Data
katalog kejadian gempa bumi merusak dari Badan Geologi akan sangat membantu dalam
mengidentifikasi sumber – sumber gempa bumi tersebut. Karakteristik sumber – sumber
gempa bumi tersebut harus dapat diidentifikasi sebagai masukan (input) untuk melakukan
pemutakhiran (updating) peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi dan juga
pemutakhiran peta sebaran serta karakteristik sesar aktif. Peta KRB Gempa Bumi dan
sebaran sesar aktif berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan
pada revisi penataan ruang.
Hanya dengan upaya mitigasi dan penataan ruang risiko dari kejadian gempa bumi yang
mungkin akan terulang di kemudian hari akan dapat diminimalkan. Selain itu upaya
penguatan regulasi kebencanaan di daerah (dalam bentuk Peraturan Daerah atau peraturan
lainnya) tentunya turut mendukung upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi.

Tabel 2. Kejadian gempa bumi merusak di Indonesia tahun 2022.


 
Gambar 1. Rumah penduduk rusak berat di Kampung Cisaat, Desa Tamanjaya, Kecamatan
Sumur, Kabupaten Pandeglang akibat gempa bumi tanggal 14 Januari 2022 dengan
magnitudo (M 6,6).

 
Gambar 2. Masjid rusak berat akibat gempa bumi tanggal 25 Februari 2022 di Kabupaten
Pasaman Barat dengan magnitudo (M 6,2) dan kedalaman 10 km.
 
Gambar 3. Rumah penduduk rusak berat akibat gempa bumi tanggal 8 Juni 2022 dengan
magnitudo (M 5,8) di Dusun Salunangka, Kelurahan Rengas, Kecamatan Simboro,
Kabupaten Mamuju.

 
 Gambar 4. Kerusakan SDN 2 Talagasari, Kampung Pasir Haur, Desa Talagasari, Kecamatan
Banjarwangi, Kabupaten Garut akibat kejadian gempa bumi tanggal 12 November 2022
dengan magnitudo (M 5,3).
 

 
Gambar 5. Retakan tanah berarah barat laut – tenggara akibat gempa bumi tanggal 21
November 2022 dengan magnitudo (M5,6) di Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang,
Kabupaten Cianjur.

 Gambar 6. Peta lokasi pusat gempa bumi merusak tahun 2022.


 Efek Terjadinya Gempa Bumi
 Akibat Gempa Bumi
Akibat yang ditimbulkan oleh gempa bumi diantaranya adalah :
a) Dampak fisik :
Bangunan banyak yang hancur atau roboh.
Tanah longor akibat goncangan.
Jatuhnya korban jiwa.
Permukaan tanah menjadi merekat, retak dan jalan menjadi putus.
Banjir karena rusaknya tanggul.
Gempa dasar laut dapat menyebabkan tsunami, dsb.
b) Dampak sosial :
Menimbulkan kemiskinan.
Kelaparan.
Menimbulkan penyakit.
Bila pada sekala yang besar (dapat menimbulkan tsunami yang besar), bisa
melumpuhkan politik, sistem ekonomi, dsb.

1.4 Pengaruh gempa pada struktur


1. Pengaruh Gempa Pada Konstruksi Bangunan
Pengaruh Gempa Pada Konstruksi Bangunan Dalam keadaan statis, sebuah bangunan
hanya memikul beban gravitasi yaitu beratnya sendiri dan beban hidup. Bila tanah bergetar,
bangunan ini mengalami pengaruh dari getaran itu yang diteruskan keatas melalui
pondasinya. Bila sangat kaku, bangunan itu sepenuhnya mengikuti gerakan dari permukaan
tanah. (Tular:1984). Namun pada kenyataanya suatu konstruksi bangunan tidak pernah
sangat kaku sehingga tidak dapat sepenuhnya mengikuti pergerakan tanah. Sehingga timbul
percepatan dan kecepatan yang berbeda dari tiap bagian bangunan.

Dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Tular menjelaskan ada
tiga gaya yang timbul pada bangunan yang terjadi selama gempa berlangsung, yaitu:

a. Gaya Inertia, yang terjadi akibat masa mengalami percepatan


b. Gaya Redaman, yang terjadi akibat masa mengalami kecepatan.
c. Gaya Pegas, yang terjadi akibat adanya perpindahan relatip diantara berbagai masa.

2. Pembebanan
Dalam merancang suatu struktur bangunan harus memenuhi beberapa syarat agar
tercipta struktur yang kokoh, aman serta memiliki durabilitas yang direncanakan.
Salah satu syarat yang harus terpenuhi salah satunya adalah dalam hal pembebanan yang
telah diatur dalam Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung yang terbit tahun 1987.
Beberapa beban tersebut diantaranya:
a. Beban Mati Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesinmesin serta peralatan
tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
b. Beban Hidup Beban hidup ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang
berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup
dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk beban hidup yang berasal
dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan jatuh (energy kinetik) butiran
air.
c. Beban Angin Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
d. Beban Gempa Beban gempa ialah semua beban static ekivalen yang bekerja pada gedung
atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam
hal pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik,
maka yang diartikan dengan beban gempa disini adalah gaya-gaya didalam struktur
tersebut yang terjadi oleh pergerakan tanah akibat gempa itu.
e. Beban Khusus Beban khusus ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan
pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup seperti gaya rem yang
berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta
pengaruh-pengaruh khusus lainnya.

1.5 Akibat-akibat Yang Ditimbulkan Oleh Gempa Bumi

1. Dampak Fisik
Melansir dari website resmi BPBD Kota Banda Aceh, bahwa akibat gempa bumi yang
pertama dan pasti terjadi ialah dampak fisik. Begitu banyak bangunan yang retak, roboh,
hingga hancur, terutama bagi wilayah yang terhitung dekat dengan pusat gempa. Selain
menyerang bangunan, akibat gempa bumi juga biasanya nampak pada retaknya jalan, tanah
menjadi meerkat, dan beberapa jembatan atau jalan yang terputus.

2. Dampak Sosial
Masih dari kutipan yang sama, bahwa akibat gempa bumi juga bisa menimbulkan kerugian
seperti, kemiskinan, kelaparan, dan warga yang sakit, baik dari penyakit maupun luka akibat
runtuhan. Selain itu, pada gempa bumi dengan skala besar bisa menganggu sistem ekonomi
dan politik.

3. Muncul Tsunami
Akibat gempa bumi selanjutnya yang biasanya disebabkan oleh gempa jenis tektonik, yakni
efek dari pergerakan lempeng. Pergerakan tersebut berasal dari dari adanya arus konveksi
yang terjadi dalam bumi, serta pusat titik gempanya ada di dasar lautan. Munculnya tsunami
tentu memberi kerugian yang lebih besar terhadap wilayah sekitar. Apabila sering terjadi,
bisa memberi dampak abrasi dan erosi pantai.
4. Menimbulkan Longsor
Akibat gempa bumi atau guncangan tanah tentu memberi peran pada tanah, serta massa
batuan untuk memaksa keluar. Akhirnya tidak dapat terhindari lagi menimbulkan longsor
pada lapisan tanah dan bebatuan yang berada di atasnya.

5. Banjir
Ternyata akibat gempa bumi juga bisa memunculkan bencana alam baru, yakni banjir.
Banjir bisa berasal dari sisa tsunami akibat gempa tadi. Selain itu gempa bumi yang
merusak waduk atau danau, menyebabkan air dengan mudahnya keluar dan tumpah
membanjiri wilayah terdekat. Air yang mengalir dengan intensitas besar, ada kemungkinan
membuat banjir. Berbagai akibat gempa bumi lain jadi lebih bertambah, dari segi sosial dan
fisik.

6. Rusaknya Lingkungan
Akibat gempa bumi berikutnya ternyata juga memberi nilai buruk pada rusaknya
lingkungan. Melalui getaran tanah gempa bisa mengakibatkan rusaknya fungsi lingkungan
hidup, ruang publik masyarakat, erosi, terkikisnya tanah, dan terkadang ada pencemaran
tanah yang membuat perubahan alam.

Selain itu, apabila gempa bumi terjadi di sekitar pantai atau lautan, bisa merusak fungsi
ekosistem terumbu karang.

7. Wabah Penyakit Akibat gempa bumi wabah penyakit termasuk pula dalam segi fisik.
Penyakit bisa timbul karena saluran air yang mungkin rusak akhirnya sanitasi menjadi buruk
dan susah mendapat air bersih.
Korban luka yang berjatuhan, ditambah penyakit yang timbul karena tempat pengungsian
dengan kebersihan yang kurang terjaga. Apalagi jika ditambah dengan banjir dan tsunami,
beberapa penyakit bisa timbul lebih mudah, seperti demam berdarah, diare, flu, dan sesak
nafas.

8. Kebakaran
Akibat gempa bumi selanjutnya ternyata juga bisa menyebabkan kebakaran. Inilah salah
satu alasan, setelah gempa bumi biasanya listrik dipadamkan sejenak untuk wilayah
tersebut. Goncangan gempa bumi bisa menjadi penyebab rusaknya bangunan hingga
memutus aliran listrik menjadi konsleting, serta rusaknya tabung gas. Keduanya disinyalir
mampu menimbulkan kebakaran pasca gempa.

 Cara Mengantisipasi Gempa Bumi

1. Buatlah bangunan rumah dengan pondasi yang kuat dengan konsultasi pada yang lebih ahli,
supaya kokoh dan aman dari guncangan gempa.
2. Letakkan perabot rumah dengan tepat, supaya tidak berbahaya ketika Anda berusaha
menyelamatkan diri keluar dari rumah.
3. Siapkan kotak P3K di rumah, senter, radio dengan baterai cadangan, serta alat komunikasi
yang tahan gempa bila ada.
4. Pajang nomor penting di rumah atau kantor Anda, apabila diperlukan ketika terdesak,
seperti rumah sakit dan pemadam kebakaran.
5. Pahami jalur evakuasi di wilayah tempat tinggal Anda, untuk berjaga-jaga ketika harus pergi
menyelamatkan diri.

1.6 Kegagalan Struktur

Seperti yang kita ketahui konsekuensi dari kegagalan struktur bangunan selain rusaknya
bangunan tetapi juga dapat menyebabkan kecelakaan yang timbulnya korban jiwa, cedera
dan lainya yang disebabkan oleh jatuhnya material . Kegagalan bangunan dapat berupa
bagian dari bangunan  yang  retak, misalnya struktur beton bertulang  yang suatu waktu bisa
saja mengalami keretakan yang serius atau lebih besar dan menyebabkan robohnya suatu
bangunan. Bayangkan saja andaikan orang-orang yang berada pada suatu bangunan yang
mengalami kegagalan struktur apalagi bangunan gedung tinggi maka hal buruk apapun bisa
terjadi.
Selain itu, kerusakan properti bekas keruntuhan bangunan perlu menghabiskan waktu
untuk membersihkan, memperbaiki dan memerlukan biaya untuk mengembalikan seperti
normalnya.

Definisi Kegagalan Struktur Bangunan

Undang-undang Jasa Konstruksi NO.18/1999 Pasal 1 menjelaskan bahwa kegagalan


bangunan adalah keadaan bangunan, yang setelah diserah terimakan oleh penyedia jasa
kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan tidak
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatan-
nya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa.

Dalam industri konstruksi beton telah muncul sebagai bahan bangunan yang paling
umum. Juga perlu dicatat bahwa bangunan yang menggunakan beton bertulang sangatlah
banyak. Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton bertulang
harus dipertimbangan dengan cermat.

Bahan konstituen untuk beton diantaranya semen, agregat halus, agregat kasar dan air.
Beton adalah material yang sangat bervariasi, memiliki berbagai kekuatan. Beton umumnya
meningkatkan kekuatannya dengan usia. Hubungan yang tepat akan tergantung pada jenis
semen yang digunakan. Merupakan hal yang penting bahwa agregat untuk membuat beton
harus bebas dari segala jenis kotoran. Dalam pelaksanaanya sangat penting untuk mengontrol
kualitas agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton. Yang paling penting, efek
dari kandungan lumpur/lempung pasir pada kekuatan tekan beton harus dikontrol.

 Penyebab Terjadinya Kegagalan Struktur Bangunan

Beberapa faktor penyebab umum bangunan gagal cenderung karena perencanaan yang
tidak benar dan pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai acuan yang ada. Penggunaan bahan
material yang tidak sesuai acuan dan kegagalan dalam desain yang timbul pada tahap pra-
konstruksi dan kesalahan operasional yang timbul pada saat fase konstruksi merupakan
salah satu dari banyaknya faktor. Kesalahan yang muncul dari pra-konstruksi dan selama
fase konstruksi memiliki pengaruh potensial terbesar pada hasil akhir proyek.

Kerusakan bangunan dapat terjadi karena tiga pihak yang terlibat yaitu Konsultan,
Kontraktor dan Pengembang/Pemilik. Dalam pelaksanannya bisa saja Konsultan dan
Kontraktor telah memberikan kontrol dan pengawasan operasi lapangan dan kontrol kualitas
yang tidak mencukupi, begitu juga kurangnya pengawasan pelaksanaan pekerjaan dari
pengawas owner sehingga terjadi penyimpangan kualitas bahan atau yang lainya.

Dibawah ini merupakan beberapa penyebab terjadinya kegagalan struktur:


1. Umur/Daya Layan Bangunan 
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan konstruksi bangunan
dimana jika umur suatu konstruksi bangunan melebihi dari umur yang direncanakan maka
dapat berpotensi menyebabkan kegagalan bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat
kekuatan bangunan mengalami penurunan selama umurnya serta kelelahan yang
menyebabkan daya layan berkurang.

2. Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang sulit untuk
diprediksi secara tepat, faktor bencana merupakan faktor yang sangat fatal terhadap
kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal ini dapat berupa bencana alam maupun akibat
faktor internal yang disebabkan oleh kelalaian manusia seperti bencana gempa,
tsunami, tanah longsor, badai topan, kebakaran, ledakan dan lainya sehingga menyebabkan
kegagalan pada struktur. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat risiko akibat faktor ini
maka pihak pengelola konstruksi mengalihkan risiko tersebut seperti mendaftarkan
ke asuransi.

3. Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan kualitas
produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem manajemen perawatan
bangunan. Biasanya seorang pengawas owner yang ditugasi untuk mengecek kondisi
bangunan, atau konsultas pengawas yang ditunjuk oleh owner. Jika tingkat frekuensi
perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap
meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan berfungsi untuk
mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik bangunan sehingga langkah perbaikan dapat
dilakukan sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk serta
pembengkakan biaya. 
Contoh dari perawatan ini seperti ketika konstruksi baja dibiarkan tidak dilakukan
perawatan dan pengecat-an maka lama-lama bisa berkarat, atau jembatan struktur baja tetapi
menggunakan pelat lantai yang terbuat dari bahan material kayu, karena seiring
bertambahnya umur jembatan, maka kayu juga bisa rusak dan lapuk, maka dengan adanya
perawatan, pelat yang terbuat dari kayu itu bisa di perbarui.

4. Kesalahan Dalam Perencanaan


Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat penting dan vital
dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan dilapangan,
jika dalam aspek perencanaan dan perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan
atau menganalisis maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan
sangat signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan,
seperti ketidaksempurnaan konstruksi dalam desain, seperti desain arsitektur yang kemudian
pada perhitungan struktur tidak direncanakan dengan baik dan benar, sehingga tidak sesuai
acuan yang berlaku dan menyebabkan kegagalan konstruksi, struktur menjadi tidak tepat
untuk maksud yang diusulkan. Desain struktural yang benar sangat penting untuk semua
bangunan, tetapi sangat penting untuk bangunan tinggi. Bahkan sedikit kemungkinan
kegagalan tidak dapat diterima karena hasilnya dapat menjadi bencana bagi kehidupan
manusia dan bangunan itu sendiri. Oleh karena itu, orang sipil harus sangat berhati-hati dan
metodis dalam memastikan desain bangunan yang sesuai yang dapat mempertahankan
beban yang diterapkan.

Tetapi dalam hal ini tidak hanya perencanan dalam hal desain tetapi
juga Perencanaan yang dapat berupa perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan
waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan perencanaan yang
mendukung terhadap produk konstruksi yang akan dihasilkan. Kesimpulan-nya semua mode
kegagalan perlu diperiksa dengan menggunakan perangkat lunak modern pada subjek.
Namun, seorang perancang dan pembangun tidak dapat sepenuhnya yakin tentang desain,
dan oleh karena itu faktor keamanan yang tepat dimasukkan pada perhitungan desain.

5. Kesalahan Operasional 
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada  pihak pemilik proyek konstruksi dalam tahap
penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut, dimana jika pihak pemilik
melakukan kesalahan dalam hal merubah dari fungsi awalnya maka dapat berpotensi
menimbulkan terjadinya kegagalan konstruksi, misalnya bangunan yang awalnya
diperuntukkan untuk gedung perkantoran diubah fungsi menjadi gudang atau menambah
jumlah tingkat bangunan yang dari perencanaan awalnya hanya diperuntukkan untuk satu
lantai atau pembangunan gedung yang setelah terealisasi tidak digunakan sama
sekali/ganggur,  serta perubahan-perubahan fungsi lainnya yang menyimpang dari fungsi
rencana awalnya juga berpotensi terhadap terjadinya kegagalan bangunan baik bersifat fisik
maupun nonfisik. 
6. Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan
Kesalahan dalam  tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup meluas ke
beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga. Dalam proses
pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu memperhatikan aspek-aspek secara
menyeluruh/komprehensif yang akan di proyeksikan ke depan baik pada tahap
pelaksanaan/konstruksi maupaun pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap
daerah di sekitarnya baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan
peraturan yang berlaku. Jadi pada tahap ini jika tidak dilakukan dengan cermat khusunya
bagi proyek yang berskala besar maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam
tahapan ke depannya yang tentunya merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kegagalan suatu konstruksi.

7. Kesalahan Dalam Pelaksanaan


Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan kontruksi,
dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting terhadap kegagalan
kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada  pihak pelaksana
proyek/kontraktor. Pekerjaan tenaga kerja tidak terampil pada pekerjaan konstruksi adalah
alasan lain untuk kegagalan struktural. Oleh karena itu, penting bahwa pemilik, perancang,
dan pembangun sepenuhnya sadar akan alasan kegagalan, dan melakukan semua tindakan
pencegahan.
Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut antara lain dapat dari segi metode
pelaksanaan yang salah, kualitas material yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan
perencanaan, penggunaan tenaga kerja yang kurang atau tidak ahli dan berpengalaman,
penggunaan peralatan yang tidak efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek
yang buruk.  Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat risiko
kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi. 

8. Kegagalan Pengerjaan Interior


Kegagalan karena pengerjaan inferior dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan
struktural. Pengerjaan yang buruk sering kali merupakan asal mula kegagalan konstruksi.
Bahkan material berkualitas tinggi, jika digunakan tidak sempurna, mungkin tidak berhasil
melayani fungsi yang direncanakan, atau tahan lama seperti yang dirancang.
Pengerjaan yang buruk adalah penyebab sebenarnya dari kebanyakan kegagalan
konstruksi. Kegagalan umum karena pengerjaan yang buruk bisa menyebabkan atap bocor,
ubin lantai yang retak, peluruhan cat, dan banyak masalah lainnya. Prosedur yang tepat telah
dibuat untuk hampir setiap operasi konstruksi, dan hanya implementasi yang diperlukan. Cat
berkualitas yang diterapkan pada permukaan yang tidak bersih kemungkinan akan gagal,
bukan karena bahannya di bawah standar, tetapi karena ia digunakan dengan kualitas kerja
yang buruk.

9.  Kegagalan Pondasi
Banyak pondasi bangunan tidak dirancang dan dibangun dengan baik untuk kondisi
tanah pada lokasi yang ada, misalnya tanahnya memiliki daya dukung yang jelek atau tidak
memadai untuk mendukung berat struktur.
Pergerakan pondasi dapat terjadi jika pelapisan dan pengeringan tanah tidak seragam,
seperti drainase yang tidak memadai, kebocoran pipa, dan evaporasi, dapat menyebabkan
variasi tanah. Lapisan tanah atas memberikan daya dukung untuk menahan struktur, dan
memastikan stabilitas pondasi. Jika tanah bantalan tidak dipadatkan dengan cukup
sebelum pelaksanaan konstruksi maka peluang terjadinya kegagalan struktur sangatlah
besar.

 Jenis Kegagalan Struktur Bangunan


Ada dua jenis kegagalan konstruksi, kegagalan laten dan kegagalan paten. Kegagalan
laten adalah kegagalan yang tersembunyi dan sering tidak jelas. Bahkan dengan inspeksi di
tempat yang paling komprehensif, kadang-kadang item yang mengalami kegagalan dapat
luput dari perhatian. Setelah konstruksi selesai, kegagalan laten tidak diketahui dan
umumnya tidak dapat ditemukan dan hanya akan muncul setelah berlalunya
waktu. Sementara Kegagalan paten adalah kegagalan yang diketahui bahkan mudah terlihat
pada pemeriksaan wajar atau normal.

Contoh Kegagalan Laten adalah:


 Tanah yang tidak dipadatkan dengan benar.
 Kurangnya penguatan pada pondasi beton struktural
 Sistem peredam cuaca yang tidak terpasang dengan benar.
 Sistem dinding eksterior EIFS tidak dipasang dengan benar
 Penguatan tidak sepenuhnya tertanam dalam struktur beton.

Contoh Kegagalan Paten adalah:


 Terjadi keretakan pada struktur beton
  Kurangnya ventilasi udara
 Tidak sesuianya kemiringan atap, sehingga terjadi kebocoran
 Tidak terpasangnya railing pada tangga.
 Pintu yang keluar dan tidak sejajar dengan frame kusen yang terpasang.
 Jendela tidak berfungsi
Arief, Nur Mustofa. 2010. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya. Jakarta: LIPI.
Noor. 2005. Geologi Lingkungan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/546876/ini-penyebab-terjadinya-gempa-
bumi

Anda mungkin juga menyukai