Anda di halaman 1dari 4

secara umum bisa dikatakan gempa terjadi ketika batuan patah, baik itu patah dan naik, patah

dan
bergeser, maupun patah dan turun.Patahan terjadi dikarenakan batuan mengalami tekanan ataupun tarikan
secara terus menerus. Apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan
energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Disaat menerima tekanan batuan akan terbengkokkan, dan
setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuknya semula, ini dikenal dengan
“ElasticRebound Theory. Pada saat energi tekanan semakin besar dan elastisitas batuannya sudah jenuh
maka dia akan patah untuk melepaskan energi tekanan tersebut, Jadi gempa terjadi “BUKAN” karena
tumbukan dua lempeng seperti 2 mobil yang saling bertabrakan yang asalnya saling jauh kemudian secara
tiba-tiba saling bertabrakan sehingga terjadi crash, memang untuk subduction zone gempa terjadi karena
interaksi antara dua lempeng yang saling menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar,
gempanya sendiri terjadi karena kondisi batuan pada lempeng (crust) maupun/ataupun pada lithosphere
patah untuk melepaskan energi tekanan yang sudah tertumpuk disana selama kurun waktu tertentu.

Proses Terjadinya Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat oleh pergerakan
lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi
saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua. Ketika lempeng
saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi

-TUJUAN DAN FILOSOFI PERENCANAAN


 Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah yang rawan terhadap gempa
 Kondisi alam tersebut menyebabkan perlunya

1. antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya gempa dan cara penanganannya

2 pemenuhan kaidah-kaidah perencanaan/ pelaksanaan sistem struktur tahan gempa


 Meminimalisir kerugian akibat efek gempa
-FILOSOFI BANGUNAN TAHAN GEMPA

 Bila terjadi gempa ringan, bangunan tidak mengalami kerusakan baik pada komponen non-
struktural maupun komponen struktural .

 Bila terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen non-struktural
tetapi komponen struktural tetap utuh.

 Bila terjadi gempa besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada komponen non-struktural
maupun komponen struktural, akan tetapi tersedia selang waktu bagi evakuasi penghuni bangunan
tersebut untuk keluar sebelum bangunan runtuh sebagian atau seluruhnya.

-KERUSAKAN STRUKTUR AKIBAT GEMPA

 Sistem bangunan tidak sesuai dengan tingkat kerawanan daerah terhadap gempa

 Rancangan struktur kurang memadai

 Kualitas material dan praktik konstruksi kurang baik

 Pengawasan dan kontrol pelaksanaan pembangunan kurang memadai

-HIPOSENTRUM DAN EPISENTRUM

Hiposentrum adalah sumber gempa di kedalaman bumi tertentu. Lokasi pusat gempa
ditentukan berdasarkan pengukuran gelombang seismik. Sedangkan Episentrum adalah
gempa bumi yang terjadi di luar permukaan bumi.
-Untuk membuat bangunan tahan gempa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Karakteristik gempa
 Karakteristik tanah
 Karakteristik struktur bangunan

-Berdasarkan kedalaman, gempa bumi dibagi menjadi tiga, yaitu:


 Gempa dangkal, fokus gempa terletak pada kedalaman 0-70 km
 Gempa menengah, fokus gempa terletak pada kedalaman 70-300 km
 Gempa dalam, fokus gempa terletak pada kedalaman di atas 300 km
-LIQUIFIKASI

 Liquefaction (likufaksi keadaan dimana kekuatan dan keakuan tanah berkurang dikareakan gempa
atau pergerakan tanah lainnya. Ifat tanah berubah menjadi cair

 Mengakibatkan Hancurnya bgunan struktur saat gempa, longsor, penurunan tanah, terjadinya
kehilanngan daya dukung lateral tanah,hilangnya daya dukung tanah.

-Besaran untuk mengukur gempa bumi, pada umumnya dipakai :

 Magnitude, adalah ukuran besar energi yang dilepaskan oleh fokus atau hypocentre.

Skala magnitude dari Richter sering dipakai dan skala ini berguna bagi para ahli seismologi.

 Intensitas, Adalah besar kecilnya getaran permukaan di tempat konstruksi.

Secara kuantitatif intensitas gempa setempat dinyatakan dengan percepatan permukaan dengan
satuan gal (cm/dt2).

Skala ini digunakan bagi para inssinyur untuk pengaruhnya pada konstruksi. Skala yang digunakan
adalah skala Modified Mercalli Intensity scale. (MMI)

-Persyaratan Bangunan Sederhana

 Bangunan harus terletak di atas tanah yang stabil.


 Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris atau seragam.
 Pondasi harus diikat kaku dengan balok pondasi (sloof).
 Pada setiap luasan dinding 9 m2, harus dipasang kolom, dapat menggunakan bahan kayu,
beton bertulang, baja, pilaster ataupun bambu, kolom diikat kaku dengan sloof
 Harus dipasang balok keliling yang diikat kaku dengan kolom.
 Keseluruhan kerangka bangunan harus terikat secara kokoh dan kaku.
 Gunakan kayu kering sebagai konstruksi kuda-kuda, pilih bahan atap yang seringan mungkin,
dan ikat kaku dengan konstruksi kuda-kuda.
 Bahan dinding pilih yang seringan mungkin, papan, papan berserat, papan lapis, bilik, ikat
bahan dinding dengan kolom.

-Tipe-tipe Gempa Bumi


Ada beberapa jenis gempa bumi :
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang
biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di
sekitar gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempabumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang
kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang
terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan
tiba-tiba
3.Gempa reruntuhan

Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan.
Lereng gunung yang terjadi dan memiliki energi potensial yang besar ketika jatuh atau runtuh akan membuat
bergetarnya permukaan bumi. Inilah yang disebut gempa runtuhan.

Gempa Jatuhan

Seperti kita ketahui bumi merupakan salah satu planet bumi yang ada dalam susunan tata surya. Setiap hari
bumi menerima hantaman meteor atau benda langit lain. Namun ketika menerima meteor atau benda langit
lain yang besar bumi akan bergetar. Bergetar permukaan bumi disebabkan jatuhnya benda langit inilah yang
disebut gempa bumi jatuhan

-GELOMBANG GEMPA

Sejumlah energi yang dilepas karena adanya gangguan dari dalam kerak bumi.

a. Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan gelombang getaran gempa
yang merambat secara longitudinal, berasal dari hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan
4 �7 km/s.

b.Gelombang Sekunder ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah gelombang getaran
gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan kecepatan 2 � 5 km/s.

c.Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran yang gempa yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah. Gelombang ini lebih dikenal dengan
gelombang permukaan, karena rambatan getaran lebih terasa di lapisan permukaan bumi.

Proses terjadinya tsunami secara lebih jelas yaitu:

 Adanya gerakan vertikal pada lempeng yang berupa patahan


 Patahan menyebabkan dasar laut naik yag dinamakan gempa bumi
 Keseimbangan air terganggu
 Munculnya gelombang tsunami yang bergerak menuju pantai

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba,
yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang
mengakibatkan terjadinya tsunami.

Gempa yang menyebabkan tsunami

 Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 – 30 km)


 Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
 Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

-FUNGSI ATENUASI
Prediksi hubungan empiris untuk parameter gempa yang melemah sejalan dengan bertambahnya
jarak, seperti percepatan puncak dan kecepatan puncak, dikenal sebagai fungsi atenuasi (attenuation
relationship atau attenuation function)
Berikut ini ada prinsip- prinsip yang dipakai dalam perencanaan bangunan tahan gempa
Pondasi
Desain kolom
Denah bangunan
Bahan bangunan harus seringan mungkin
Struktur Atap
Konsep Desain Kapasitas

HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEMBANGUN


-Bangunan Harus tahan gempa
-pondasi baris berada di tanah keras
-detail penulangan yang baik
-harus dipertimbangkan adanya angin

Anda mungkin juga menyukai