Anda di halaman 1dari 44

REKAYASA

GEMPA

Febry Mandasari
Definisi dan Deskripsi Gempa Bumi
 Teknik Gempa dapat didefinisikan sebagai cabang dari teknik yang ditujukan
untuk mengurangi bahaya gempa.
 Dalam arti luas Teknik Gempa meliputi penyelidikan dan penyelesaian
masalah yang dibuat olehgempa bumi yang merusak, yang meliputi
perencanaan , perancangan, pembangunan dan pengolahan struktur tahan
gempa dan fasilitasnya.
 Gempa Bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi
pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan.
 Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi)
secara tiba-tiba (sudden slip). Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena
adanya sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam
maupun dari bantuan manusia (artificial earthquakes). Penyebab lain adalah
getaran yang sifatnya lebih halus (mikroseismisitas) yang sulit dirasakan
manusia, seperti getaran yang disebabkan oleh lalu lintas, mobil, kereta api,
tiupan angin pada pohon.
Proses Terjadinya Gempa Bumi
 Gempa Bumi, disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan
yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
 Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan (Indonesia
letak geografisnya berada di pertemuan perbatasan 3 lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Australia, Lempeng Pacifik, dan Lempeng Eurosia)
 Gempa Bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan
kompresional dan translasional. Kemungkinan ini terjadi karena materi lapisan
litosfer yang terjepit ke dalam mengalami transisi fase pada kedalaman > 600
km. Beberapa gempa bumi juga disebabkan oleh pergerakan magma di dalam
gunung berapi.
 Beberapa gempa bumi (namun jarang terjadi) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti DAM Karibia
di Zambia, Afrika. Selain itu, gempa bumi dapat terjadi akibat adanya injeksi
atau ekstrasi cairan dari/ke dalam bumi seperi pada beberapa pembangkit
listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak.
 Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia dinamakan seismisitas
terinduksi.
Teori Lempeng Tektonik

 Gempa bumi sering terjadi karena adanya


pergerakan di antara dua lapisan batu tebal.
 Lapisan terluar bumi adalah litosfer. Di  Gerakan batu itu juga bisa terjadi karena ada
bawah permukaan listosfer terdapat tekanan dari permukaan bumi selama
lapisan yang menyerupai kerang yang bertahun-tahun.
terdiri dari 7 batu piringan tebal.  Pergeseran ini yang membuat gempa bumi
sering terjadi dan sering disebut sebagai
 Tebal batu tersebut sekitar 100 km yang gempa tektonik.
bisa bergerak sepanjang 10 cm tiap tahun.
 Potensi gempa di Indonesia memang terbilang besar, hal ini disebabkan
karena Indonesia berada dalam pertemuan sejumlah lempeng tektonik
besar yang aktif bergerak.
 Interaksi lempeng India-Australia, Eurasia dan Pasifik yang bertemu di Banda
serta pertemuan lempeng Pasifik-Asia di Sulawesi dan Halmahera.
 Terjadinya gempa juga berkaitan dengan sesar aktif. Sesar (patahan)
merupakan fraktur planar ata diskontinuitas dalam volume batuan, dimana
telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan.
 Sesar-sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya
lempeng tektonik, dengan yang terbesar membentuk batas-batas antara
lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.
 Energi yang dilepaskan menyebabkan gerakan yang cepat pada sesar aktif
yang merupakan penyebab utama gempa bumi. Sesar terjadi ketika batuan
mengalami tekanan dan suhu yang rendah seg=hingga sifatnya menjadi
britlle (rapuh).
 Bidang Sesar adalah bidang yang mewakili permukaan fraktur pada patahan.
Sebuah jejak sesar (fault trace) atau garis sesar (fault line) adalah
perpotongan dari bidang sesar dengan permukaan tanah. Sebuah jejak sesar
biasa diplot pada peta geologi untuk mewakili suatu patahan
Bentuk Pergerakan Batas Pelat
1. Divergent Plate Boundaries (saling menjauh)
Proses dimana pergerakan pelat tektonik yang saling menjauh sehingga
terbentuk lembah pada boundary (Rift valley), yang memungkinkan terbukanya
mantle dan magma di dalamya terdorong keluar.
2. Convergent Plate Boundaries (saling mendekat)
Proses pergerakan pelat tektonik yang saling mendekat, pelat tektonik yang satu
akan menelusup di bawah pelat tektonik yang lainnya, yang memungkinkan
terbentuknya gelombang tsunami.
3. Transform Plate Boundaries (bergeser)
Proses pergerakan pelat tektonik yang saling bergeser, pelat tektonik yang satu
akan saling bergeser dalam arah samping atau bawah pelat tektonik yang lainnya
yang memungkinkan terbentuknya gelombang tsunami.
Gelombang Gempa
• Pada saat terjadi gempa bumi, di pusat gempa akan terjadi getaran yang besamya
tergantung dari energi yang dilepas di pusat gempa. Getaran ini kemudian
menyebar ke daerah sekitamya termasuk sampai ke permukaan bumi. Secara
umum gelombang yang menjalar tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu
gelombang yang menjalar didalam tanah, dan gelombang yang menjalar
dipermukaan tanah.

Gelombang yang menjalar di dalam tanah:


 Gelombang Primer sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.8 (a) adalah
gelombang yang menjalar dan mengembang searah dengan arah rambatan
longitudinal. Gelombang ini mirip dengan gelombang suara dengan kecepatan
merambat gelombang antara 1.4 sampai 6.4 km/detik.
 Gelombang Sekunder sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.8 (b), adalah
gelombang yang menjalar secara transversal, disertai dengan putaran. Kecepatan
merambat gelombang ini sekitar 2/3 kali kecepatan merambat gelombang
primer. Secara umum gelombang sekunder lebih membahayakan dari pada
gelombang longitudinal.
Gambar 1 Gelombang yang menjalar dalam tanah [www.geo.mtu.edu]
Gelombang Yang Menjalar Dipermukaan
Tanah
 Gelombang Rayleigh sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.9 (a),
adalah gelombang yang menjalar dengan butir-butir tanah bergerak elips
seperti putaran roda dengan arah gerakan pada bidang vertikal.
 Gelombang Love sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.9 (b), adalah
gelombang yang menjalar dengan butir-butir tanah permukaan

Gambar 2 Gelombang yang menjalar di permukaan tanah [www.geo.mtu.edu]


Getaran di Permukaan Tanah
Getaran dipermukaan tanah pada saat terjadi gempa sangat tergantung
pada kondisi geologi tanah setempat antara lain:
 panjang lapisan tanah di atas batuan,
 tebal lapisan dan jenis tanah di atas batuan,
 kemiringan lapisan-lapisan tanah endapan,
 perubahan jenis tanah,
 topografi batuan dasar maupun tanah yang ada di atasnya,
 retakan di dalam batuan.
Jarak dan Lokasi Pusat Gempa
Jarak dari pusat gempa ke suatu tempat dapat dibagi 3 sebagaimana dapat
dilihat pada Gambar 1.10 sebagai berikut.
 Jarak hypocenter, adalah jarak dari suatu tempat ke pusat gempa.
 Jarak epicenter, adalah jarak dari suatu tempat kepusat gempa yang
diproyeksikan kepermukaan bumi.
 Kedalaman gempa, adalah jarak dari permukaan bumi ke pusat gempa.
Gambar 3 Jarak pusat gempa ke suatu tempat
[www.johnmartin. com].
Cara Menentukan Pusat Gempa
 Cara yang dilakukan dalam menentukan pusat gempa adalah dengan melihat
perbedaan waktu datang antara gelombang primer dan gelombang sekunder.
 Kedua gelombang tersebut mempunyai kecepatan merambat yang berbeda.
Dengan diketahuinya perbedaan waktu datang ini, maka jarak dari lokasi
pencatat gempa ke sumber gempa dapat diperkirakan. Kemudian jika dari
beberapa stasion jarak ke pusat gempa dapat diperkirakan, maka pusat gempa
dapat ditentukan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.11.
 Pada gambar tersebut dimisalkan ada tiga stasion yaitu A, B, dan C yang
memperkirakan jarak gempa dari masing-masing stasion, yaitu LA, LB dan LC.
 Jika jarak-jarak tersebut dibuat lingkaran, maka pusat gempa adalah disekitar
pertemuan ketiga lingkaran tersebut. Kemudian pusat gempa tersebut akan
dilaporkan atau diberitakan dalam bentuk GPS (Global Position System) yaitu
berupa Bujur Timur dan Lintang Selatan atau Lintang Utara.
Gambar 4 Menentukan lokasi pusat gempa.
Skala Kekuatan Gempa
Besaran kekuatan gempa biasanya diukur dengan menggunakan tiga macam
skala, sebagai berikut.
 Berdasarkan besarnya energi yang dilepas di pusat gempa dengan
menggunakan skala Richter (R).
 Berdasarkan tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh gempa atau intensitas
lokal dengan skala Modified Mercalli (MM).
 Berdasarkan percepatan permukaan tanah dengan skala g (gravitasi
bumi, m/detik ).
Skala Richter
 Skala Richter adalah ukuran kekuatan gempa berdasarkan besamya energi
yang dilepas pada sumber gempa. Hubungan antara besamya energi yang
dilepas dan skala Richter diekspresikan dengan persamaan sebagai berikut:

LogE = 11.4 + 1.5R (1.1)

dimana E = energi yang dilepas (erg atau dyne-cm), R = skala Richter.

 Ukuran kekuatan gempa dengan skala Richter ini kurang cocok digunakan
dalam bidang struktur karena meskipun gempa yang terjadi besar (dengan
skala Richter besar), namun kalau terjadinya cukup dalam dan jauh maka
tidak akan begitu terasa dipermukaan.
Intensitas lokal
adalah besar kecilnya getaran permukaan tanah di daerah yang dilanda gempa.
Skala intensitas lokal dibagi menjadi dua belas skala dengan angka romawi
sebagai berikut.
I. Tidak terasa oleh orang, hanya tercatat oleh alat pencatat gempa yang peka.
II. Terasa oleh orang yang sedang istirahat, terutama orang yang berada di
lantai dua dan di atasnya.
III. Benda-benda yang tergantung bergoyang, bergetar ringan.
IV. Getaran seperti truk lewat, jendela, pintu, dan barang pecah belah
bergemerincing,
V. Terasa oleh orang di luar gedung dan orang tidur terbangun. Benda-benda
tidak stabil di atas meja terguling atau terjatuh. Pintu bergerak menutup-
membuka.
VI. Terasa oleh semua orang. Banyak orang takut dan keluar rumah. Berjalan kaki
sulit, kaca jendela dan pintu pecah. Meja kursi bergerak, plester dan tembok
mutu D retak-retak.
VII. Sulit berdiri, terasa oleh pengendara sepeda motor dan mobil. Tembok mutu C
retak, rawa dan kolom bergelombang. Longsor kecil pada lereng-lereng pasir
dan kerikil.
VIII. Pengemudi mobil terganggu, tembok mutu C rusak, tembok mutu B retak-
retak, tetapi tembok mutu A masih baik. Menara air jatuh, gedung berportal
bergerak bila tidak diangker dengan fondasinya. Tanah basah retak-retak,
terutama pada lereng yang curam.
VIII. Semua orang panik, tembok mutu C rusak berat, beberapa runtuh, tembok
mutu B rusak. Portal gedung bila tidak diangker lepas dari fondasinya, pipa-
pipa dalam tanah patah.
IX. Sebagian besar konstruksi portal dan temboknya rusak beserta fondasinya.
Beberapa bangunan kayu dan jembatan rusak. Banyak terjadi tanah longsor,
air sungai dan kolam muncrat ke tepinya. Tanggul dan bendungan rusak berat,
di daerah yang datar pasir dan lumpur bergerak-gerak, rel kereta api bengkok
sedikit.
X. Rel kereta api rusak berat, pipa dalam tanah rusak berat.
XI. Terjadi kerusakan total, batu-batu besar berpindah tempat. Benda-benda
terlempar ke udara.
Mutu Tembok
Pada keterangan di atas yang dimaksud tembok mutu A, B, C dan D adalah
 Tembok mutu A adalah tembok dari bata, mortel dan pembuatannya
baik. Diberi baja tulangan dan direncanakan kuat menahan beban
horisontal.
 Tembok mutu B adalah tembok dari bata, mortel dan pembuatannya
cukup baik. Diberi baja tulangan, tetapi tidak di detail dengan baik untuk
menahan beban horizontal.
 Tembok mutu C adalah bata, mortel dan cara pembuatannya cukup baik.
Hubungan di sudut dengan kolom dan pintu/jendela cukup baik (juga ada
angkemya), tetapi tidak diberi baja tulangan dan tidak pula diperhitungkan
untuk menahan beban horizontal.
 Tembok mutu D dipakai bahan-bahan mutu rendah (bata tidak dibakar,
mortel dari tanah hat, dan sebagainya). Cara pengerjaan juga kurang baik.
Sangat lemah untuk menahan beban horizontal.
Skala Intensitas Lokal
 Skala intensitas lokal ini mempunyai nilai besar pada daerah pusat gempa,
dan mengecil pada jarak yang semakin jauh dari pusat gempa sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 1.12.
 Dari penjelasan di atas tampak bahwa penggunaan skala ini hanya cocok
digunakan untuk menggambarkan tingkat kerusakan struktur yang
diakibatkan oleh gempa. Akan tetapi skala ini tidak dapat digunakan untuk
perencanaan.
Gambar 5 Skala intensitas lokal atau Modified Mercalli [www.johnmartin.com].
Skala Percepatan Permukaan Tanah
 Skala percepatan permukaan tanah atau PGA (Peak Ground Acceleration)
menggambarkan berapa percepatan tanah maksimum yang terjadi pada saat
gempa.
 Skala ini biasanya di ekspresikan dalam g (percepatan gravitasi bumi). Jadi
kalau percepatan permukaan tanah adalah 1 g artinya percepatan permukaan
tanah maksimum adalah 10 m/detik2.
 Seperti skala intensitas lokal, percepatan permukaan bumi juga besar didaerah
pusat gempa dan semakin kecil pada daerah yang makin jauh dari pusat gempa
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.13.
Gambar 6 Skala percepatan permukaan tanah (www.johnmartin.com)
Alat Pencatat Gempa
 Berbeda dengan kedua skala lainnya, percepatan permukaan merupakan
skala yang dapat diukur langsung dengan alat seperti terlihat pada Gambar
1.14.
 Sebenarnya alat ini tidak hanya mencatat percepatan tanah maksimum saja
tetapi mencatat percepatan tanah selama terjadinya gempa sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 1.15.
 Catatan gempa ini nantinya digunakan dalam analisis beban gempa.
Gambar 7 Alat pencatat gempa atau seismograph (www.johnmartin.com)
Gambar 8 Catatan percepatan permukaan tanah di beberapa stasion gempa [www.quake.usgs.gov].
Hubungan Antara Skala Ricter, Intensitas Lokal dan Percepatan
Permukaan Tanah
 Meskipun ketiga skala gempa berbeda-beda dimensinya dan cara
pengukurannya, namun ketiga skala tersebut mempunyai hubungan atau dapat
dikorelasikan sebagai berikut.
 Hubungan antara skala Richter dan percepatan permukaan tanah maksimum
dapat dicari dengan rumus Donovan (1973):

atau dengan rumus Matuschka (1980)


a = 119e0.81R (H + 25)-1.15 (1.3)
dimana a = percepatan maksimum permukaan tanah maksimum (cm/detik2), g
= bilangan natural (2.718 ....), H = jarak hypocenter (km), R = besar gempa pada
skala Richter.
 Hubungan antara percepatan permukaan tanah maksimum dengan
intensitas lokal adalah sebagai berikut:

Log a = ⅓ I − ½ (1.4)
atau
Log a = ¼ I + ¼ (1.5)

dimana I = intensitas lokal menurut skala Modified Mercalli (1 sampai 12).


Frekuensi Terjadinya Gempa
 Gempa berskala kecil lebih sering terjadi dibandingkan dengan gempa berskala
besar. Dalam pemakaian design struktur, frekuensi gempa atau kala ulang
gempa diekspresikan dalam satuan tahunan, dimana kekuatan gempa 500
tahunan jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan gempa 100 tahunan.
 Oleh Gutenberg, frekuensi terjadinya gempa dengan suatu skala Richter
tertentu dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
LogN=A - bR (1.6)
dimana N = jumlah rata-rata gempa dengan R skala Richter atau lebih, yang
terjadi pada suatu daerah pertahun, A dan b = konstante yang besarnya
menurut letak geografis seperti:
 Jepang timur laut : A = 6.88 dan b = 1.06
 Jepang barat daya : A = 4.19 dan b = 0.72
 Amerika barat : A = 5.94 dan b =1.14
 Amerika timur : A = 5.79 dan b = 1.38
Tingkat Resiko Gempa
 Dari frekuensi terjadinya gempa atau kala ulang gempa, dapat
diperhitungkan juga tingkat resiko gempa, yaitu kemungkinan suatu struktur
dilanda gempa yang lebih besar dari pada gempa rencana sebagai berikut:

(1.7)

dimana L = umur rencana bangunan (tahun), P = probabilitas atau


kemungkinan bangunan terlanda gempa yang lebih besar dari pada gempa
rencana (%), T = jangka waktu ulang gempa rencana (tahun).
KERUSAKAN STRUKTUR AKIBAT GEMPA
 Dalam perencanaan suatu struktur tahan gempa harus diketahui bahwa
kerusakan struktur akibat gempa dapat disebabkan oleh akibat langsung
dan akibat tidak langsung.
 Akibat langsung adalah kerusakan struktur yang disebabkan oleh:
1. kerusakan tanah seperti; tanah terbelah, liquefaction, tanah
ambles, perbedaan penurunan, tanah terbuka dan lain-lain.
2. getaran yang ditransmisikan dari tanah ke struktur,
 Sedangkan akibat tidak langsung adalah kerusakan struktur yang
diakibatkan oleh:
1. tsunami,
2. kelongsoran lereng,
3. banjir akibat adanya bendungan yang rusak,
4. kebakaran.
Kerusakan Struktur Akibat Langsung Dari Gempa

 Efek dari gempa yang biasanya diperhitungkan dalam perencanaan struktur


tahan gempa yang juga dijelaskan dalam peraturan adalah kerusakan struktur
akibat adanya getaran gempa pada fondasi.
 Namun demikian beberapa penyebab kerusakan lain sebagaimana disebutkan
di atas juga harus diperhatikan dan diantisipasi.
 Pada bab ini selanjutnya akan menerangkan kerusakan struktur akibat
langsung dari gempa, sedangkan kerusakan struktur akibat tidak langsung
dari gempa akan dibicarakan pada kesempatan lain.
Kerusakan Struktur Akibat Kerusakan Permukaan
Tanah
 Kerusakan permukaan tanah atau surface faulting dapat terjadi saat gempa
berlangsung sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.1.
 Gambar ini adalah suatu contoh kerusakan permukaan tanah saat terjadi gempa
dengan kekuatan 7.2 skala Richter di El Asnam tahun 1980. Kerusakan
permukaan tanah yang terjadi adalah sepanjang 30 km dengan perbedaan
penurunan vertikal rata-rata 1m dan horisontal 0.5 sampai 1 m.
 Kerusakan permukaan tanah ini dapat menyebabkan kerusakan struktur yang
ada di atasnya seperti rel kereta api, saluran irigasi, jembatan, gedung, dan pipa
dalam tanah sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Kerusakan struktur akibat kerusakan permukaan tanah
[http://nisee.berkeley.edu]
Kerusakan Struktur Akibat Liquefaction
 Saat terjadi gempa banyak kerusakan struktur yang terjadi tergantung dari
respon tanah yang terkena getaran gempa. Respon dari tanah sendiri
tergantung dari karakteristik mekanika lapisan tanah, tingginya muka air
tanah, serta intensitas dan lamanya getaran. Jika tanah berupa butiran lepas
seperti pasir, maka tanah tersebut dapat dipadatkan oleh adanya getaran
akibat gempa sehingga menimbulkan penurunan dan perbedaan penurunan
muka tanah yang cukup besar. Pemadatan tanah ini dapat disebabkan oleh
tekanan air pori hidrostatis yang berlebihan yang cukup untuk menyebabkan
terjadinya liquefaction yang dapat menyebabkan struktur ambles, miring atau
bahkan terguling sebagaiman dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 10 Kerusakan struktur akibat liquefaction
[http://nisee.berkeley.edu]
Kerusakan Struktur Akibat Getaran Permukaan
Tanah
 Pada saat terjadi gempa, permukaan tanah akan bergetar dan getaran ini akan
mengakibatkan struktur yang ada dipermukaan tanah tersabut juga ikut
bergetar.
 Respon dari struktur di atas tanah akan tergantung dari tipe fondasi,
konfigurasi struktur, material struktur, dan desain dari detail struktur.
 Kerusakan struktur yang terjadi akibat getaran permukaan tanah dapat dilihat
pada Gambar 11 dan 12
Gambar 11 Kerusakan struktur gedung akibat getaran permukaan tanah
[http://nisee.berkeley.edu]
Gambar 12. Kerusakan struktur jembatan akibat getaran permukaan tanah (www.johnmartin.com)

Anda mungkin juga menyukai