Anda di halaman 1dari 23

TUGAS REKAYASA GEMPA

“GEMPA BUMI”

Disusun oleh:

CANTIKA V. LAURIE
325180137

Program Studi Sarjana Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Tarumanagara
2021
1. GEMPA BUMI
1.1. DEFINISI
Gempa bumi adalah suatu peristiwa dimana terjadi guncangan di permukaan
bumi yang disebabkan oleh pergerakan lempeng bumi , atau kegiatan vulkanis.
Definisi dari gempa bumi sendiri dikemukakan oleh beberapa sumber dan ahli.
a. Bayong (2006)
Gempa bumi yaitu suatu gerakan atau getaran yang terjadi pada kulit
bumi yang dihasilkan dari tenaga endogen. Pengertian tenaga endogen
sendiri yaitu tenaga atau kekuatan perut bumi yang terjadi karena
adanya perubahan pada kulit bumi. Sifat tenaga endogen ini dapat
membentuk bumi menjadi tidak rata.
b. Howel dan Mulyo (2004)
Gempa bumi sebagai suatu getaran ataupun serentetan getaran yang
terjadi dari kulit bumi yang memiliki sifat sementara (tidak abadi) yang
kemudian getaran tersebut menyebar ke segala arah.
c. Wikipedia
Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba
yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan
oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi).
d. Abott (2004)
Gempabumi adalah getaran bumi. Gempa bumi dapat terjadi oleh
peristiwa letusan gunung api, benturan meteorit, tanah longsor, ledakan
bom, dan banyak lagi penyebab lainnya; namun umumnya mereka
disebabkan oleh gerakan mendadak kerak Bumi di sepanjang bidang
patahan.
e. Teori Elastic Rebound menyatakan bahwa gempa bumi merupakan
gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan elastis
batuan, yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada
lapisan litosfer.
Mekanisme gempa bumi dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut, jika terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah berlawanan
pada batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi, karena
batuan mempunyai sifat elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan
dalam waktu yang lama dan terus menerus, maka lama kelamaan daya
dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan akan mulai
terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan secara
tiba-tiba sepanjang bidang patahan . Setelah itu batuan akan kembali
stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi. Pada saat
batuan mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran batuan,
energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran
yang di kenal sebagai gempa bumi. Garis putus-putus merupakan garis
imajiner yang menunjukkan posisi batuan sebelum dan sesudah daya
dukung batuan terlampaui. Garis merah horizontal pada akhir proses
deformasi merupakan bidang sesar yang terjadi.

Setiap kejadian gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik


berupa rangkaian gelombang seismik yang dapat dicatat atau direkam
oleh seismograf. Rekaman rangkaian gelombang seismik disebut
dengan seismogram. Setelah melalui proses pengumpulan, pengolahan
dan analisis maka akan didapat parameter gempabumi. Parameter
gempabumi meliputi: waktu kejadian, lokasi episenter, kedalaman
sumber, dan magnitudo.
1.2. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA GEMPA BUMI
Gempa bumi dapat terjadi dikarenakan beberapa sebab yang melepaskan
energi di permukaan bumi, sebagaimana disimpulkan dari definisi gempa
bumi.
a. Pergeseran Lempeng Bumi
Gempa akibat pergeseran lempeng bumi adalah yang paling umum terjadi
dan sebenarnya terjadi setiap saat, tapi terkadang getarannya tidak terasa
sampai ke permukaan bumi. Gempa yang lebih kuat akan terjadi apabila dua
lempeng saling bertubrukan.
b. Aktivitas Vulkanik
Untuk daerah dengan banyak gunung api aktif maka hal ini pasti sering
terjadi. Pergerakan magma dalam gunung memicu terjadinya aktivitas
vulkanis yang melepaskan energi dan menghasilkan getaran di permukaan
bumi.
c. Longsor
Gempa bumi dapat terjadi akibat longsor atau runtuhnya tanah, misalnya
runtuhnya batuan-batuan pada daerah tambang.
d. Ledakan Besar
Ledakan besar merupakan campur tangan manusia, seperti penggunaan
bahan peledak saat menangkap ikan, peledakan tambang, uji coba bom,
ataupun pemasangan tiang pancang, dapat menimbulkan gempa bumi.
e. Jatuhnya meteor atau asteroid
Ketika asteroid atau meteor jatuh ke bumi dan menghantam permukaan
bumi, akan mengakibatkan gempa bumi.

1.3. KLASIFIKASI GEMPA


a. Berdasarkan penyebabnya

• Gempa tektonik, yaitu gempa yang disebabkan oleh pergeseran lempeng


bumi.
• Gempa vulkanik,yaitu gempa yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik.
• Gempa guguran (gempa runtuhan), yaitu disebabkan oleh runtuhnya tanah
atau gua.
• Gempa tumbukan, yaitu gempa yang disebabkan oleh meteor atau asteroid
yang jatuh ke bumi.
• Gempa buatan, yaitu gempa yang disebabkan oleh campur tangan manusia,
seperti ledakan bom

b. Berdasarkan bentuk episentrum


Episentrum adalah gelombang, hasil dari titik hiposentrum. Getaran dari pusat
gempa (hiposentrum), diteruskan ke permukaan bumi. Gempa diklasifikasikan
berdasarkan bentuk gelombang menjadi :

• Gempa sentral, yaitu gempa yang memiliki bentuk episentrum titik.


• Gempa linier, yaitu gempa yang memiliki bentuk episentrum garis.

c. Berdasarkan kedalaman hiposentrum


Hiposentrummerupakan pusat titik gempa di dalam bumi. Gempa bumi yang
terjadi akibat dari pergeseran lempeng dan aktivitas vulkanik pasti memiliki
hiposentrum, karena sumbernya dari dalam bumi. Diklasifikasikan menjadi:

• Gempa dalam, yaitu gempa dengan hiposentrum berada lebih dari 300 km
dari permukaan bumi dan getarannya terasa sampai permukaan bumi.
Pernah terjadi di laut jawa, laut sulawesi, dan laut flores.
• Gempa menengah, yaitu gempa dengan hiposentrum berada antara 100-300
km dari permukaan bumi dan kerusakan tidak terlalu besar. Terjadi di
Sepanjang pulau Sumatera Bagian Barat, pulau Jawa bagian selatan,
sepanjang teluk Tomini, Laut Maluku, dan Kepulauan Nusa Tenggara.
• Gempa dangkal, yaitu gempa dengan hiposentrum kurang dari 100 km dari
permukaan bumi, sehingga menimbulkan kerusakan yang besar. Terjadi di
Pulau Bali, Pulau Flores, Yokyakarta, dan Jawa Tengah.
d. Berdasarkan jarak episentrum
Jarak episentrum adalah jarak yang ada antara hiposentrumnya dan tempat di
mana gelombang seismik merambat selama kejadian. Diklasifikasikan menjadi:

• Gempa lokal, yaitu jarak episentrumnya kurang dari 10000 km.


• Gempa jauh, yaitu jarak episentrumnya sekitar 10000 km.
• Gempa sangat jauh, yaitu jarak episentrumnya lebih dari 10000 km.

e. Berdasarkan waktunya
Gempa bumi diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan waktu terjadinya
yaitu:
• Gempa bumi utama (main shock) , yaitu gempa bumi yang terjadi pada
goncangan awal akibat deformasi yang di akibatkan oleh adanya
interaksi antar lempeng.
• Gempa bumi susulan (after shock), yaitu gempa bumi yang terjadi
setelah datangnya gempa bumi utama. Susulan berarti yang kedua,
ketiga, dan seterusnya. Berlaku di kawasan gempa.
• Gempa bumi swarm , yaitu gempa yang terjadi di zona labil seperti
batuan kapur dengan magnitudo kecil sekitar 2-3 SR.

2. GELOMBANG SEISMIK
Secara fisika gelombang gempa dianggap merambat layaknya gelombang air,
yang merambat dari sumbernya kemudian ke segala arah dalam runtutan.
Pergeseran vertikal yang disebabkan oleh gelombang disebut amplitudo, jarak antar
gelombang yang berurutan disebut panjang gelombang, waktu yang membentang
antara dua gelombang disebut sebagai perioda, dan jumlah gelombang yang
melintasi suatu titik pengamatan dalam satu detik disebut sebagai frekuensi.
Peristiwa gempa bumi melepaskan energinya dalam gelombang seismik,
sebagian besar merambat melalui seluruh tubuh planet (disebut gelombang badan)
dan sebagian lainnya merambat hanya di dekat permukaan saja (dinamakan
gelombang permukaan)
2.1. GELOMBANG BADAN
Gelombang badan atau body wave adalah gelombang yang merambat melalui
bagian dalam bumi. Gelombang badan tiba sebelum gelombang permukaan
Gelombang ini memiliki frekuensi yang lebih tinggi daripada gelombang
permukaan.
a. Gelombang Primer (P-waves)
Gelombang primer yang bersifat longitudinal merupakan gelombang yang
merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran
ini berasal dari hiposentrum atau pusat gempa.

b. Gelombang Sekunder (S-waves)


Gelombang sekunder yang bersifat transversal adalah gelombang atau
yang merambat seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah
berkurang, yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat
melalui lapisan cair dan merambat melalui tanah. Gelombang sekunder
terjadi setelah gelombang primer. Saat terjadi gempa, gelombang
sekunderlah yang memiliki faktor kerusakan tinggi.
2.2. GELOMBANG PERMUKAAN
Gelombang permukaan merupakan gelombang yang merambat hanya melalui
kerak permukaan bumi. Gelombang ini memiliki frekuensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan gelombang badan.
a. Gelombang Cinta (Love Wave)
Gelombang Love adalah getaran partikel dengan yang dihasilkan
dari interaksi antara SH-waves dengan permukaan tanah lunak dan
tidak memiliki komponen gerakan horizontal dari partike
b. Gelombang Rayleigh (Rayleigh Wave)
Gelombang Rayleigh adalah getaran partikel batuan yang bergerak
melingkar (circular orbit) berbentuk ellips terhadap arah perambatan
gelombang.
3. PUSAT GEMPA

Pusat gempa disebut juga dengan istilah hiposenter/hiposentrum yang


berasal dari bahasa Yunani yang berarti "di pusat", adalah titik di dalam bumi
yang menjadi pusat suatu gempa bumi. Sedangkan Episenter / Epicenter adalah
titik di permukaan bumi yang berada tepat di atas atau di bawah kejadian lokal
yang memengaruhi permukaan bumi. Epicenter terletak di atas permukaan
bumi, di atas lokasi gempa. Berlawanan dengan hiposenter yang dimana pusat
gempa yang terjadi di dalam bumi. Lokasi pusat gempa biasanya ditentukan
berdasarkan pengukuran gelombang seismik dari minimal 3 stasiun pencatat
gempa agar bisa didapat lokasi yang akurat.

Hukum Laska merupakan suatu hukum yang menerangkan bagaimana cara


mencari titik pusat gempa. Titik pusat gempa yang berada di dalam bumi
disebut hiposentrum/hipocenter. Sedangkan titik pusat gempa yang berada di
permukaan bumi disebut dengan episentrum/epicenter.
Berikut adalah beberapa cara mengetahui pusat gempa, yaitu :
1. Menggunakan hasil pencatatan seismograf, yaitu seismograf vertical untuk
kedalaman, seismograf horizontal yang berarah utara-selatan dan seismograf
horizontal yang berarah timur-barat. Dengan ketiga seismograf tersebut, letak
episentrum dapat ditentukan.

2. Menggunakan tiga tempat yang terletak dalam satu homoseista. Pada peta, ketiga
tempat itu dihubungkan kemudian ditarik garis sumbu pada garis yang
menghubungkan tempat – tempat pencatatan.

3. Menggunakan tiga tempat untuk mencari episentrum (metode episentral).


Episentral adalah jarak episentrum atau pusat gempa dari stasiun pencatat gempa.
Untuk menentukan episentrum dengan menggunakan metode episentral diperlukan
minimal tiga stasiun pencatat gempa. Untuk cara ini maka kita akan menggunakan
hukum Laska. Adapun rumus hukum Laska adalah sebagai berikut :

Delta = {(S – P) – 1’} 1.000 km


Dimana :
Delta adalah jarak episentrum dengan stasiun pencatat gempa
S adalah gelombang sekunder gempa,
P adalah gelombang primer gempa
1’ adalah 1 menit.

Contoh kasus :
Pada suatu daerah terjadi suatu gempa. Berdasarkan tiga buah stasiun yaitu stasiun
A, B, dan C pencatat gempa, tercatat getaran gempa sebagai berikut ini :
Stasiun A
Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.28’.25’’
Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.30’.40’’
Stasiun B
Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.30’.15’’
Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.33’.45’’
Stasiun C
Gelombang primer (P) pertama tercatat pukul 2.32’.15’’
Gelombang sekunder (S) pertama tercatat pukul 2.36’.15’’
Untuk menentukan episentral dari masing – masing stasiun, caranya adalah sebagai
berikut :
Delta A = {(2.30’.40’’ – 2.28’.25’’) – 1’} 1.000 km
= {2’.15’’ – 1’} 1.000 km
= {1’.15’’) 1.000 km karena 1 menit = 60 detik, maka 1’.15’’ ditulis 75/60
= 75/60 x 1.000 km
= 1.250 km
Artinya, jarak episentrum gempa yang tercacat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
Delta B = {(2.33’.45’’ – 2.30’.15’’) – 1’} 1.000 km
= {3’.30’’ – 1’} 1.000 km
= {2’.30’’} 1.000 km
= 150/60 x 1.000 km
=2500 km
Artinya, jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km.
Delta C = {(2.36’.15’’ – 1.32’.15’’) – 1’} 1.000 km
= {4’ – 1’} 1.000 km
= {3’} 1.000 km
= 180/60 x 1.000 km
= 3.000 km
Artinya, jarak episentrum gempa yang tercatat di stasiun C berjarak 3.000 km.
Dari ketiga episentral diatas, kita dapat memperoleh episentrumnya.
Episentrum diperoleh dari perpotongan ketiga lingkaran dengan radius (jari – jari)
yang berupa jarak episentral dari masing - masing stasiun diatas. Agar hasil dari
perhitungan episentrum tersebut lebih akurat, maka ada baiknya jika anda
membuatnya dengan skala tertentu. Misalkan saja kita peroleh gambar dan letak
episentrum seperti berikut ini
Dari Gambar tersebut dapat diketahui dimana letak episentrum dari gempa tersebut.
Dalam gambar tersebut letak episentrumnya berada pada daerah yang ditandai
dengan bintang kuning.

4. BESARAN GEMPA
Pada 1935, seorang Geophysics Amerika bernama Charles Francis Richter
(1900–1985) bersama dengan Geophysics lain bernama Beno Gutenberg
(1889–1960) mengembangkan skala yang pada prinsipnya dapat
membandingkan semua seismogram sehingga mendapatkan gambaran tremors
kekuatan yang serupa.
Skala Richter dirancang dengan logaritma, yang berarti bahwa setiap
langkah menunjukkan kekuatan yang 10 kali lebih hebat dari sebelumnya. 5
Skala Richter menunjukkan benturan keras, yang 10 kali lebih kuat dari 4 Skala
Richter dan 100 kali lebih kuat dari 3 Skala Richter. Perhitungan ini sering
disebut sebagai Skala Richter terbuka, karena tidak beroperasi tanpa batas atas.
Ukuran Skala Richter dapat dilihat pada tabel berikut:

a. 1,0 – 3,0 : Tidak diberi label oleh manusia.


b. 3,0 – 3,9 : Dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu
gantung mulai goyang.
c. 4,0 – 4,9 : Terasa sekali getarannya. Jendela bergetar, permukaan air
beriak-riak, daun pintu terbuka-tutup sendiri.
d. 5,0 – 5,9 : Sangat sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah,
dinding yang lemah runtuh, dan permukaan air di daratan terbentuk
gelombang air.
e. 6,0 – 6,9 : Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat
tinggi, rubuhnya bangunan lemah, retakkan di dalam tanah.
f. 7,0 – 7,9 :Tanah longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur.
Beberapa bangunan tetap, keretakan besar di tanah, rel kereta api rusak.
Terjadi kerusakan total di daerah gempa.
g. 8,0 < : Dapat menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam
radius seratus kilometer dari wilayah gempa.

Selanjutnya ada magnitudo yaitu perkiraan ukuran relatif atau lepasan


energi suatu gempa bumi. Terdapat beberapa sistem pengukuran, dan mereka
umumnya diukur pada data seismogram. Skala Richter (ML) adalah paling
populer, yang secara kuantitatif hanya efektif untuk mengukur gempa bumi
dangkal dengan energi yang tidak terlalu besar dan pada jarak yang dekat
(kurang dari 100 km) terhadap seismometer. Metode perhitungannya pun
mudah, dapat dilakukan secara grafis pada rekaman seismogram, sehingga
dapat memberikan informasi secara cepat kepada public.

5. INTENSITAS GEMPA
Selama beberapa puluh detik ketika terjadi gempa bumi besar, kita
merasakan tubuh kita terguncang keras dari satu sisi ke sisi lain. Hal ini
berbeda-beda tergantung pada jarak lokasi kita terhadap sumber gempa bumi.
Skala kualitatif yang banyak dipakai untuk mengukur intensitas gempa bumi
berdasarkan apa yang dirasakan adalah skala Mercalli termodifikasi, yang
terbagi dalam 12 tingkatan, sebagai berikut:
I. Tidak terasa
II. Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
III. Getaran dirasakan seperti ada kendaraan berat melintas.
IV. Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak
dinding rumah, benda tergantung bergoyang
V. Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak, benda
kecil di atas rak mampu jatuh.
VI. Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
VII. Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat
berjalan/berdiri.
VIII. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
IX. Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan parah.
X. Jembatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor, rel kereta api
bengkok.
XI. Rel kereta api rusak, bendungan dan tanggul hancur, seluruh
bangunan hampir hancur dan terjadi longsor besar.
XII. Seluruh bangunan hancur lebur, batu dan barang-barang
terlempar ke udara, tanah bergerak seperti gelombang, aliran
sungai dapat berubah, pasir dan lumpur bergeser secara
horizontal, air dapat terlempar dari danau, diikuti dengan suara
gemuruh yang besar, terjadi longsor skala besar, kebakaran,
banjir, tsunami di daerah pantai, dan aktivitas gunung berapi

Intensitas gempabumi tergantung pada beberapa variabel: (1)


magnitudo gempa bumi, (2) jarak terhadap hiposentrum/episentrum, (3)
jenis batuan pada permukaan Bumi, (4) jenis dan desain konstruksi
bangunan, dan (5) durasi getaran.

6. SEISMOGRAF
Seismograf ini sering disebut juga dengan sebutan seismometer.
Seismometer yang berasal dari bahasa Yunani yaitu seismos gempa bumi.
Dan metero yaitu mengukur. Sebuah seismograf bisa mencatat gempa
berbentuk vertikal dan juga gempa yang berbentuk horizontal. Saat terjadi
gempa, getaran yang terekam merupakan gelombang primer, karena
kecepatan rambatnya yang paling tinggi, setelah itu diikuti oleh rekaman
gelombang sekunder yang mempunyai kecepatan rambat lebih rendah dari
gelombang primer.

Gelombang permukaan munculnya paling akhir sebab mempunyai


kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat semua getaran dan
juga kecepatan rambat gempa bumi yang berbentuk sebuah seismogram.
Alat ini cukup sensitif saat ada gelombang seismik yang ditimbulkan
penyebab dari gempa bumi, ledakan nuklir serta sumber gelombang seismik
lainnya. Skala Richter itu merupakan yang paling popular untuk mengukur
kekuatan gempa bumi. Yang biasa disebut dengan magnitude
(M). Berdasarkan beberapa skala ini orang bisa mengenali dan memahami
kekuatan ketika gempa. Yang pada akhirnya berguna untuk mengantisipasi
seperti desain konstruksi bangunan dan juga pada jalan raya.

6.1. FUNGSI SEISMOGRAF


Pada seismograf terdapat dua bagian, yaitu bagian horizontal dan vertikal,
fungsi keduanya adalah sebagai berikut :
a. Seismograf Horizontal
Seismograf horizontal berfungsi untuk mencatat getaran bumi
pada arah mendatar. Pada Seismograf horizontal, massa stasioner
digantung dengan sebuah tali. Dibagian bawah terdapat jarum yang
ujungnya menyentuh roll pita, yang selalu berputar searah jarum
jam. Tiang penompang roll pita terpancang pada tanah. Pada waktu
terjadi gempa, roll pita bergetar, sedang massa stasioner dan jarum
jam tetap. Maka terbentuklah goresan pada roll pita tersebut yang
disebut seismogram.
b. Seismograf Vertikal
Seismograf Vertikal berfungsi untuk mencatat getaran gempa
vertikal. Massa Stasioner pada Seismograf vertikal ditahan oleh
sebuah pegas (P) dan sebuah tangkai berengsel. Ujung massa
stasioner yang berjarum disentuhkan pada roll pita yang selalu
bergerak searah jarum jam. Jika terjadi getaran gempa, maka roll
pita akan bergerak sehingga akan terbentuk seismogram pada roll
pita tersebut.

Dengan menggunakan alat pengukur gempa, seismograf vertikal dan


seismograf horizontal gempa yang terjadi baik gempa vertikal maupun gempa
horizontal akan tercatat dan terdeteksi. Untuk mengetahui keakuratan data
gempa yang diperoleh, maka lebih baik jika pada sebuah stasion BMG di
pasang 3 alat pengukur gempa atau Seismograf. Yaitu 2 pasang
seismograf Horizontal yang dipasang arah utara-selatan dan arah timur–
barat, serta satu seismograf vertikal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dari
arah mana getaran gempa terjadi.

6.2. Jenis Seismograf

Berdasarkan cara pembacaan data, sesmograf terdiri atas 2 yaitu seperti dibawah
ini :

a. Seismograf Manual (mekanikal)

Jenis gerakan mekanikal bisa mendeteksi baik gerakan vertikal atau


pun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan
apakah itu vertikal atau horizontal. Pada komponen horizontal utara –
selatan, arah gempa yang dicatat merupakan arah gempa pada posisi utara
atau pun selatan. Sedangkan pada komponen horizontal timur dan barat,
arah gempa yang dicatat yaitu arah gempa pada posisi timur atau pun
barat. Dan pada komponen vertikal arah gempa yang dicatat aitu arah
gempa dilatasi atau disebut kompresi.
b. Seismograf Digital (elektromagnetik)

Seismograf modern itu menggunakan


elektromagnetik seismographer guna memindahkan volatilitas sistem
kawat tarik ke suatu daerah yang magnetis. Peristiwa – peristiwa yang
menyebabkan getaran kemudian dideteksi melalui spelgavanometer.
Selain itu, seismograf digital modern membuat komponen keempat
bertambah yaitu layar, “user-friendly”, dan cepat transfer data.

7. AKTIVITAS GEMPA DI INDONESIA


a. Gempa Aceh (2004)
Terjadi pada 26 Desember. Guncangan gempa tersebut berkekuatan
magnitudo sekitar 9,0. Gempa yang satu ini juga menyebabkan terjadinya
tsunami setinggi hingga 30 meter.Bencana ini menelan korban jiwa 283.000
dan lebih dari 14.000 orang hilang. Lebih dari 1 juta orang mengungsi akibat
bencana tsunami yang dianggap terbesar sejak Indonesia merdeka.
Gempa bumi Aceh 2004 tercatat sebagai gempa bumi dengan bidang
rekahan/patahan (rupture) terpanjang dalam sejarah gempa bumi yang
tercatat oleh manusia.Rekahan/patahan sepanjang ±1600 Km dimulai dari
epicenter gempa dekat pulau Simeulue dan menerus sampai ke kepulauan
Andaman dengan kecepatan ±2 km/detik. Rekahan/patahan yang panjang
ini selesai dalam waktu ±10 menit dan menjadi sumber gangguan volume
air laut yang selanjutnya menjadi sumber tsunami yang sangat besar (Kerry
Sieh, 2007).

b. Gempa Yogyakarta (2006)


Daerah Istimewa Yogyakarta dilanda gempa hebat pada tahun 2006.
Kejadian pada Sabtu pagi 27 Mei 2006 ini berkekuatan 5,9 SR. Lebih dari
5.700 orang meninggal dan 35.000 orang mengalami luka-luka dalam
bencana ini.
Data mengungkapkan bahwa 204.831 di Yogyakarta rumah rusak
akibat bencana ini. Sementara di Jawa Tengah ada 185.246 rumah rusak.
gempa ini tidak menyebabkan tsunami.
Penyebab gempa ini adalah adanya pergeseran sesar Opak yang
membentang dari pesisir pantai Bantul hingga ke Prambanan sepanjang 40
km dengan arah 30⁰NE (Northeast—Timur Laut). Ini akibat dari dinamika
atau pergerakan palung Jawa yang terletak bi antara Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pergerakan Palung Jawa ini sendiri terjadi akibat adanya pergeseran
lempeng India-Australia yang menghujam lempeng Eurasia—lempeng di
mana Pulau Jawa berdiri. Gempa ini tergolong “perusak” karena termasuk
jenis gempa dangkal, yaitu hanya berkedalaman 17 km di bawah permukaan
tanah.
Selain itu, kondisi tanah di daerah Yogyakarta dan sekitarnya
merupakan endapan vulkanik yang rapuh sehingga gempa di Yogyakarta ini
mengakibatkan banyak kerusakan.

c. Gempa Sumatera (2005)


Gempa bumi Sumatera terjadi 2005 tepatnya pada 23.09 WIB pada
28 Maret 2005 dengan kekuatan 8,6 magnitudo. Pusat gempa ini terjadi di
bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah barat Sibolga,
Sumatera Utara atau sekitar setengah jarak pulau Nias dan Simeulue.
Gempa ini menelan korban lebih dari 1,000 jiwa dengan 300 orang
korban luka-luka. Bahkan sempat disebut bahwa gempa kali ini merupakan
gempa terbesar ke delapan di dunia sejak tahun 1900.
d. Gempa Padang (2009)
Gempa berkekuatan 7,6 SR ini terjadi pada 30 September 2009 di
lepas pantai Sumatera sekitar 50 km barat laut kota Padang. Tercatat terjadi
tsunami lokal dengan tinggi 20 cm di Padang.
Lebih dari 1.100 orang tewas akibat gempa yang terjadi ini.
Sedikitnya 2.181 orang luka-luka dan lebih dari 2.650 bangunan rusak.
Tanah longsor akibat gempa ini telah memutuskan listrik dan komunikasi.
e. Gempa Jawa Barat (2017)
Pada 15 Desember 2017 terjadi gempa dahsyat yang melanda
kawasan Jawa Barat. Wilayah paling parah akibat gempa adalah
Tasikmalaya, Pangandaran dan Ciamis.
Gempa dengan kekuatan 6,9 SR ini berpusat di Tasikmalaya yang
terjadi pada 23.47 WIB. Paginya, sempat kembali terjadi gempa dengan
kekuatan 5,7 SR yang berpusat di 129 km dari wilayah Garut. Gempa ini
dirasakan sampai wilayah Jakarta.

f. Gempa Palu-Donggala (2018)


Gempa ini terjadi pada 28 September 2018, gempa dengan kekuatan
7,4 SR melanda Sulawesi Tengah dan menewaskan lebuh dari 2.000 orang
dan lebih dari 670 orang dinyatakan hilang.
Gempa memporak porandakan kota Palu dan juga Donggala. Akibat
gempa ini, muncul gejala likuifaksi alias pencairan tanah yang juga
memakan banyak korban jiwa dan material.
Analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(PVMBG) juga memperkirakan gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar Palu-
Koro. “Berdasarkan posisi dan kedalaman pusat gempa bumi, maka
kejadian gempabumi tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif pada
zona sesar Palu-Koro yang berarah baratlaut-tenggara,” demikian
pernyataan resmi PVMBG.
Sedangkan kawasan daratan sekitar pusat gempa 7,4 SR itu, seperti
kabupaten Donggala, disusun oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier dan
Kuarter. Batuan ini sebagian telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter
tersebut, menurut analisis PVMBG, pada umumnya bersifat urai, lepas,
lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek
goncangan gempabumi.
Dari gempa-gempa di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia sering terjadi
gempa dengan skala besar daan berpotensi untuk terjadi lagi kedepannya. Menurut
catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), rata-rata Indonesia
mengalami 6.000 kali gempa setiap tahunnya. Faktor yang menyebabkan seringnya
terjadi gempa di Indonesia antara lain:
1) Letak Geografis
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dari Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sri Hidayati, mengungkapkan bahwa
potensi gempa di Indonesia terutama disebabkan karena letak geografisnya.
Indonesia berada di atas pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yakni
lempeng Eurasia, Hindia-Australia dan Pasifik. Ketiganya merupakan
lempeng tektonik yang memiliki pergerakan aktif dan berpotensi
mengalami tumbukan satu sama lain. Di samping berpotensi menimbulkan
gempa tektonik, tumbukan antar lempeng-lempeng ini juga bisa memicu
terjadinya erupsi dan tsunami.

2) Banyaknya Sesar Aktif


Dr. Daryono, kepala bidang informasi bidang gempa bumi
dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga
mengungkapkan betapa Indonesia sangat kaya dengan sesar aktif.

Sesar merupakan zona rekahan pada struktur batuan bumi yang telah
mengalami pergeseran. Jika dalam 10.000 tahun terakhir sesar itu pernah
bergerak, maka ia tergolong sebagai sesar aktif dan bisa menjadi sumber
gempa bumi dangkal. Keberadaan sesar dapat dikenali dari bentukan lahan
seperti pegunungan karst, canyon, lereng dan juga gumuk pasir.

Sampai saat ini BMKG telah memetakan sekitar 200 sesar aktif yang
tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Namun menurut Dr. Daryono,
masih banyak pula yang belum terpetakan. Mengingat kekayaan struktur
geologis tersebut, menjadi wajar jika di Indonesia ada 10 gempa yang terjadi
setiap harinya.

3) Banyaknya Gunung Api


Indonesia memiliki 127 gunung api aktif yang tersebar dari
Sumatera hingga Papua. Dengan jumlah gunung api sebanyak itu, potensi
terjadinya gempa vulkanik di Indonesia tentu semakin besar.
Gunung-gunung api di Indonesia termasuk ke dalam rangkaian
Cincin Api Pasifika atau Ring of Fire. Dalam wujud nyatanya, “cincin” ini
merupakan rangkaian jalur magma yang melingkari Samudra Pasifik.
Jalurnya terbentang mulai dari Chile di bagian Selatan benua Amerika,
melewati Jepang, hingga ke Asia Tenggara. “Cincin” ini dikenal sebagai
jalur gempa paling aktif di dunia.
Sebagai salah satu negara yang berada di atas Cincin Api Pasifik,
Indonesia tentu memiliki kebutuhan mendesak untuk membangun sistem
mitigasi yang efektif, baik mitigasi untuk gempa maupun untuk bencana
“turunannya” seperti erupsi dan tsunami.

Analisis terbaru Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG)


menyebut bahwa aktivitas kegempaaan di seluruh Indonesia meningkat sejak awal
Januari 2021. Berdasarkan analisis BMKG, selama periode 1-22 Januari 2021,
tercatat ada 59 kali gempa yang dirasakan oleh masyarakat. Jumlah ini tergolong
sangat banyak. Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhammad Sadly mengatakan
bahwa hampir setiap hari terjadi gempa yang getarannya dirasakan masyarakat dan
berdampak pada warga. Bahkan, pada 14 Januari 2021 lalu, dalam sehari terjadi
gempa dirasakan sebanyak 8 kali. Wilayah yang termasuk dalam kawasan seismic
gap di zona sumber gempa megathrust yaitu Kepulauan Mentawai Sumbar, Selat
Sunda, Selatan Bali, Sulawesi Utara, Laut Maluku, Utara Papua dan Laut Banda.
Sementara itu, untuk wilayah seismic gap di zona sumber gempa sesar aktif adalah
Sesar Lembang (Jawa Barat), Sesar Matano (Sulawesi Tengah), Sesar Sorong
(Papua Barat) dan Sesar Segemen Aceh.
DAFTAR PUSTAKA

Abott, P.L. (2004) Natural Disasters, 4th ed., McGraw Hill Higher Education,
Boston
4 Faktor Umum Penyebab Gempa Bumi (detik.com)
Analisis Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 - Kompasiana.com
Apa yang dimaksud dengan Episentrum | (definisi dan penjelasan)
ApaYangDimaksud.com
A Title for a Well-Formatted Full Paper Title Case Arial 14pt Bold (Style Title)
(researchgate.net)
Gempa bumi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ini Deretan Gempa & Tsunami Besar di Indonesia (cnbcindonesia.com)
Ini Penyebab Utama Gempa di Indonesia - kbr.id
Macam-Macam Gelombang Gempa dan Karakteristiknya - Klik Geografi
Melihat Kembali Penyebab Tsunami Aceh 2004 (ibnurusydy.com)
Pengertian Gempa Bumi dan Gelombang Seismik Terlengkap - Memora
Pengertian Gempa Bumi - Penyebab, Proses Terjadinya, Dampak, Jenis
(ahlipengertian.com)
Penyebab Gempa Palu dan Donggala 28 September yang Memicu Tsunami -
Tirto.ID

Anda mungkin juga menyukai