Anda di halaman 1dari 9

Gambar Proses Terjadinya Gempa Bumi

Proses Terjadinya Gempa Bumi

Gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat

oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi

ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu

lempeng samudera dan lempeng benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan,

akan menghasilkan gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi. Proses

terjadinya gempa bumi tersebut kira-kira adalah sebagai berikut:

Lempeng samudera yang rapat massa lebih besar ketika bertumbukan dengan lempeng benua

di area tumbukan (subduksi) akan bergerak menyusup ke bawah. Gerakan lempeng itu akan

mengalami perlambatan akibat bergesekan dengan selubung bumi, yang lebih lanjut

menyebabkan akumulasi energi di area patahan dan area subduksi. Akibatnya, di sekitar area-

area tersebut terjadi tekanan, tarikan, dan geseran. Ketika batas elastisitas lempeng

terlampaui, maka terjadilah patahan batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba.

Proses tersebut mengakibatkan getaran partikel ke segala arah yang disebut sebagai

gelombang gempa bumi (seismic waves). Nah, di sekitar daerah tumbukan lempeng-lempeng

itulah gempa bumi bisa terjadi.


Dalam setahun, gempa bumi dapat terjadi hingga jutaan kali akibat dari pergerakan lempeng

bumi yang sangat aktif. Akan tetapi, getarannya tidak terasa oleh manusia yang ada di atas

permukaan bumi. Gempa bumi yang dirasakan oleh manusia hanya puluhan kali pada setiap

tahunnya dan akibatnya dapat merusak bangunan yang ada di atasnya. Kekuatan gempa bumi

diukur dengan skala Richter. Skala Richter diukur mulai dari 1 (getaran ringan) sampai

dengan 9 (getaran merusak). Gempa terburuk dan terparah terjadi pada akhir tahun 2004,

yaitu di lautan Hindia, Banda Aceh, Indonesia.

Gempa bumi terjadi pada retakan dalam kerak bumi yang disebut patahan. Patahan terbentuk

karena batuan rapuh dan pecah yang disebabkan oleh tekanan besar (meregang, menekan,

atau memilin) yang mendesaknya. Tekanan yang timbul di daerah kerak ini disebabkan oleh

pergerakan perlahan-lahan lempeng bumi.

Gempa bumi terjadi ketika tekanan telah semakin meningkat di daerah batuan sampai pada

tingkat tertentu

sehingga terjadi pergerakan mendadak. Pergerakan mendadak ini dapat menciptakan patahan

baru ketika batuan pecah pada titik terlemah, atau pergerakan menyebabkan batuan

tergelincir di sepanjang patahan yang ada. Ketika ini terjadi, sejumlah besar energi dilepaskan

bersamaan dengan dilepasnya tekanan.

Energi yang dilepaskan menyebabkan batuan di sekitarnya bergetar, sehingga terjadi gempa

bumi. Titik di mana batuan menggelincir atau pecah untuk pertama kalinya, sehingga

menyebabkan gempa bumi disebut fokus. Tempat di permukaan bumi yang berada tepat di

atas fokus disebut episentrum.

Gempa bumi dapat di klasifikasikan berdasarkan kedalaman fokusnya,faktor penyebab dan

kekuatan gelombang atau getarannya.

1) Berdasarkan Kedalaman Fokus


Dilihat dari kedalaman pusatnya (fokus), gempa bumi dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a) Gempa Dangkal

Gempa dangkal terjadi pada kedalaman sekita 100 km dari permukaan bumi. Gempa

jenis ini seringkali menimbulkan kerusakan besar.

b) Gempa Pertengahan

Gempa pertengahan terjadi pada kedalaman antara 100-300 km di bawah permukaan

bumi. Gempa ini dapat menimbulkan kerusakan ringan dengan getaran lebih terasa

dibandingkan dengan gempa dalam.

c) Gempa Dalam

Gempa jenis ini terjadi pada kedalaman sekitar 300 km dari permukaan bumi. Gempa

bumi ini tidak terlalu membahayakan, tetapi getarannya masih dapat di rasakan di permukaan

bumi.

2) Berdasarkan Faktor Penyebab

a) Gempa Tektonis

Sebagian besar gempa bumi disebabkan oleh proses tektonik yaitu gerakan litosfer yang

disebut lempeng.

b) Gempa Vulkanis

Gempa vulkanis adalah gempa yang di sebabkan oleh adanya letusan atau retakan yang

terjadi di dalam struktur gunung berapi. Gempa vulkanis terjadi karena magma atau batuan

yang meleleh menerobos ke atas kerak bumi. Gempa vulkanis sangat terasa di daerah sekitar

gunung berapi, tetapi pengaruhnya tidak terasa pada jarak yang cukup jauh.

c) Gempa Runtuhan ( Terban )

Gempa runtuhan ( Terban ) adalah gempa yang di sebabkan oleh runtuhnya masa batuan

atau tanah. Misalnya runtuhnya lorong tambang dan lorong sebuah gua kapur yang runtuh

dan mengakibatkan sehingga mengakibatkan getaran yang kuat.


3) Berdasarkan Kekuatan Gelombang

a) Gempa Akibat Gelombang Primer

Gelombang primer atau gelombang longitudinal adalah gelombang atau getaran yang

merambat di dalam bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik, getaran ini berasal dari

fokus (pusat gempa).

b) Gempa Bumi Akibat Gelombang Sekunder

Gelombang sekunder atau transversal adalah gelombang yang merambat dengan

kecepatan antara 4-7 km/detik. Gelombang ini berasal dari fokus. Gelombang jenis ini tidak

dapat melalui lapisan air.

c) Gempa Bumi Akibat Gelombang Panjang

Gelombang yang merambat melalui permukaan bumi dengan kecepatan 3-4

km/detik.Gelombang inilah yang mengakibatkan kerusakan di permukaan bumi karena

gelombang ini berasal dari fokus.

4) Berdasarkan Bentuk Episentrumnya

a) Gempa Linear

Gempa Linear adalah gempa yang episentrumnya berbentuk garis (linear). Gempa

tektonik umumnya jenis gempa linear sebab patahansudah tentu merupakan suatu garis.

b) Gempa Sentral

Gempa sentral adalah gempa yang episentrumnya berbentuk titik. Gempa vulkanik dan

gempa runtuhan termasuk kelompok ini karena episentrumnya berupa titik.


Jenis dan Proses Terjadinya Gempa

Proses terjadinya gempa bumi dapat dilihat dari penyebab utama terjadinya gempa bumi. Ada

tiga jenis gempa bumi yang dapat dibedakan dilihat menurut terjadinya.
1. Gempa vulkanik
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik

atau gempa gunung berapi merupakan

peristiwa gempa bumi yang terjadi karena

letusan gunung berapi. Gempa ini dapat

terjadi sebelum dan sesaat adanya erupsi

atau letusan gunung berapi dan getarannya

sangat dirasakan oleh manusia dan hewan

sekitar gunung berapi itu berada. Menurut

penelitian, gempa vulkanik terjadi hanya

7% dari seluruh gempa bumi yang pernah

terjadi di muka bumi.Contohnya antara

lain adalah gempa Gunung Merapi* di

Jawa Tengah, gempa Gunung Una-Una di

Tomini Sulawesi Tengah dan gempa

Gunung Pericutin.

2. Gempa Tektonik
Pergeseran ini kian hari menimbulkan pengumpulan energi stress yang sewaktu-waktu

akan lepas.Pergeseran lempeng terdiri dari tiga tipe, pergeseran mendatar yang

mengakibatkan terjadinya patahan mendatar, pergeseran menunjam yaitu salah satu

lempeng menyusup ke lempeng lainnya (subduksi), sehingga menciptakan lembah atau

cekungan bumi dan pergeseran tumbukan antar lempeng yang akan menciptakan

gunung atau bukit baru. Peristiwa pelepasan energi pada pergeseran lempengan inilah
yang disebut gempa tektonik.

3. Gempa reruntuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa

bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah

atau batuan. Lereng gunung yang terjadi dan

memiliki energi potensial yang besar ketika

jatuh atau runtuh akan membuat bergetarnya

permukaan bumi. Inilah yang disebut gempa

runtuhan.

4. Gempa Jatuhan
Seperti kita ketahui bumi merupakan salah satu

planet bumi yang ada dalam susunan tata surya.

Setiap hari bumi menerima hantaman meteor atau

benda langit lain. Namun ketika menerima meteor

atau benda langit lain yang besar bumi akan

bergetar. Bergetar permukaan bumi disebabkan

jatuhnya benda langit inilah yang disebut gempa

bumi jatuhan
Dari keempat jenis gempa itu, jenis Gempa Bumi Jatuhan jarang sekali terjadi di muka bumi,

sehingga para ahli kerap mengabaikan untuk memasukkan jenis gempa bumi jatuhan dalam

pembahasan gempa bumi. Sebaliknya, gempa bumi tetonik merupakan gempa bumi yang

paling sering terjadi dan paling berbahaya menimbulkan korban fisik dan manusia

Gempa bumi tektonik memiliki getaran paling dahsyat. Getarannya mengakibatkan patahnya

lapisan permukaan bumi. Akibatnya permukaan tanah menjadi terbelah, jalan raya, rumah,

jembatan serta bangunan fisik lain menjadi rusak dan hancur, bahkan menimbulkan korban

jiwa manusia yang tidak sedikit


Gempa tektonik kebanyakan terjadi di daerah subduksi yaitu daerah dimana terjadi

pergeseran lempeng tektonik yang menyusup atau menunjam ke lempeng tektonik lainya Di

daerah subduksi ini dapat terjadi gempa gempa dangkal , sedang dan dalam..

Pusat gempa yang berada di bawah permukaan bumi disebut dengan hiposentrum.

Sedangkan lokasi di permukaan bumi yang terletak tegak lurus dari hiposentrum dikenali

sebagai 'epicenter' atau epicentrum. Semakin dangkal hiposentrum gempa bumi semakin

besar potensi kerusakan. Gempa bumi merambat dengan cepat ke segala arah dan

menimbulkan kerusakan namun pada episentrum inilah kerusakan paling parah terjadi.

Gempa bumi dapat dibedakan menurut kedalam hiposentrum yaitu gempa bumi dangkal,

gempa bumi sedang dan gempa bumi dalam.


a. Gempa dangkal adalah gempa bumi yang terjadi pada kedalaman hiposentrum kurang

dari 33 km dari permukaan bumi. Gempa inilah yang paling berbahaya dan potensi

menimbulkan kerusakan.
b. Gempa sedang atau disebut pula dengan gempa menengah, yaitu gempa bumi yang

memiliki hiposentrum antara 33 300 km dari permukaan bumi. Sekitar 12% gempa

bumi terjadi pada golongan ini


c. Gempa dalam adalah gempa yang terjadi pada hiposentrum 300 700 km di bawah

permukaan bumi. Gempa ini jarang sekali terjadi hanya 3% gempa bumi dari

keseluruhan gempa bumi yang terjadi.

Menurut lokasinya, gempa bumi dibedakan menjadi dua: gempa bumi daratan dan gempa

bumi lautan.
a. Gempa bumi daratan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di daratan
b. Gempa bumi lautan adalah gempa bumi yang episentrumnya berada di lautan. Pada

gempa lautan inilah yang kerap menimbulkan tsunami karena mengakibatkan

bergeraknya air laut sehingga menimbulkan potensi ketinggian gelombang laut yang

pada akhirnya menerjang pantai atau pelabuhan terdekat.

Ketika terjadi gempa bumi, getaran yang diakibatkannya merambat dari titik
hiposentrumnya. Oleh karena itu gelombang getaran gempa dapat dibedakan menjadi tiga

jenis: gelombang primer, gelombang sekunder dan gelombang permukaan


a. Gelombang primer

Gelombang primer atau disering dilambangkan dengan gelombang P merupakan

gelombang getaran gempa yang merambat secara longitudinal, berasal dari

hiposentrum dan merambat ke segala arah dengan kecepatan 4 7 km/s.


b. Gelombang sekunder

Gelombang ini disebut juga gelombang S atau gelombang transversal adalah

gelombang getaran gempa yang merambat dari hiposentrum ke segala arah dengan

kecepatan 2 5 km/s.
c. Gelombang panjang

Gelombang permukaaan dilambangkan dengan gelombang L ( Love ) adalah getaran

yang gempa yang merambat di permukaan bumi dengan kecepatan lebih rendah.

Gelombang ini lebih dikenal dengan gelombang permukaan, karena rambatan getaran

lebih terasa di lapisan permukaan bumi.

Getaran gempa bumi dapat merambat keatas (vertical) dan mendatar (horizontal). Getaran

gempa komponen vertikal dapat merontokkan genting dan jendela bangunan sedangkan

getaran gempa komponen horizontal dapat mengakibatkan robohnya bangunan secara

keseluruhan.

Bagaimana mengukur gempa bumi dan daya rambatnya? Untuk mengetahui kekuatan getaran

gempa bumi digunakan alat seismometer. Seismometer yang dirangkai dengan alat yang

mencatat parameter gempa disebut seismograf. Sedangkan hasil rekaman pada piasnya

disebut seismogram. Sebuah seismograf dapat mencatat gempa komponen vertical dan

masing- dan gempa komponen horizontal.

Ketika terjadi gempa, getaran gempa yang terekam adalah gelombang primer karena

kecepatan rambatnya paling tinggi, lalu diikuti oleh rekaman gelombang sekunder yang
memiliki kecepatan rambat lebih rendah dari gelombang primer. Gelombang permukaan

datang paling akhir karena memiliki kecepatan rambat paling rendah. Seismograf mencatat

semua getaran dan kecepatan rambat gempa bumi dalam bentuk seismogram.

Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan gempa bumi. Skala Mercalli,

Omori, Cancani, dan skala Richter* merupakan skala yang digunakan, namun skala Richter

adalah yang paling popular untuk mengukur kekuatan gempa bumi yang disebut dengan

magnitude (M). Berdasarkan skala-skala ini orang dapat mengenali kekuatan gempa yang

pada akhirnya berguna untuk mengantisipasinya seperti desain konstruksi bangunan dan jalan

raya

Menurut skala Richter kekuatan gempa bumi dapat dilihat sebagai berikut:

Skala Richter (M *) Pengaruh Gempa Bumi


> 3,5 Umumnya tidak terasa, tetapi terekam
3,5-5,4 Seringkali terasa, tetapi jarang mengakibatkan kerusakan
< 6,0 Dapat menyebabkan kerusakan besar pada bangunan yang kurang kuat

dan meliputi daerah yang kecil.


6.1-6.9 Dapat menimbulkan kerusakan pada fisik dan menimbulkan korban jiwa

manusia pada radius sampai 100 kilometer


7.0-7.9 Pada skala ini termasuk gempa bumi besar. Dapat menyebabkan

kerusakan serius pada daerah yang lebih luas.


>8 Gempa bumi besar. Dapat menyebabkan kerusakan serius pada daerah

yang meliputi beberapa ratus kilometer

Anda mungkin juga menyukai