Bencana alam selalu menyisikan duka dan kerugian bagi masyarakat, termasuk kehilangan orang-orang yang kita sayangi. Bencana alam yang terjadi tidak sepenuhnya menjadi otoritas Tuhan, tetapi terdapat juga bencana-bencana alam yang disebabkan oleh ulah manusia. Manusia membakar hutan, membuat hutan beton diatas resapan air, hutan ditebang dan digunduli secara tidak terkendali, ekosistem laut musnah dengan cara di bom, adalah contoh serentetan perilaku manusia yang dapat menjadi pemicu terjadinya bencana alam. Salah satu bencana alam yang disebabkan perilaku buruk manusia terhadap alam adalah bencana gema bumi (seisme). Bencana alam gempa bumi ini biasanya terjadi tiba- tiba dan sulit diprediksi atau diramalkan sebelumnya. Tiba-tiba bumi bergetar dengan skala ringan sampai skala besar. Gempa bumi terjadi karena lempengan dan patahan bumi biasanya mengalami pergeseran (gempa tektonik) atau disebabkan adanya letusan atau tenaga dari dalam bumi (magma) yang menggetarkan permukaan bumi (gempa vulkanik) (Christanto,2011). Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang ditandai dengan guncangan yang tiba-tiba di dalam bumi. Gempa bumi dapat menimbulkan bencana yang cukup parah bagi wilayah-wilayah yang terkena guncangan tersebut. Gempa bumi yang besar dapat mengguncang tanah permukaan bumi dengan hebat bahkan retakan yang ditimbulkan dapat membuat kendaraan terperosok kedalamnya. Tidak sedikit rumah warga dan bangunan-bangunan besar menjadi rusak dan mengalami kerugian yang cukup banyak. Gempa bumi ini berbahaya, apalagi jika terjadi pada malam hari ketika orang-orang sedang tertidur dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa. Klasifikasi gempa bumi dapat dibedakan menjadi 5 yaitu : 1. Hiposentrum atau jarak fokus gempa, yaitu titik atau garis tempat peristiwa yang menimbulkan terjadinya gempa, letaknya di dalam litosfer pada kedalaman yang bervariasi, di laut Jawa tercatat hiposentrum dalamnya 700 kepala madrasah, sedangkan gempa di lepas pantai barat Sumatra, Selatan Jawa, dan Nusa Tenggara kedalamannya sekitar 50 km. 2. Episentrum gempa, yaitu titik atau garis di permukaan bumi atua permukaan laut tempat gelombang permukaan mulai dirambatkan, atau tempat gelombang primer dan sekunder pertama kali mencapai permukaan bumi atau laut. 3. Gelombang gempa bumi, dibedakan menjadi 3 macam yaitu : a. Gelombang longitudinal atau gelombang primer adalah gelombang gempa yang dirambatkan dari hiposentrum melalui lapisan litosfer secara menyebar dengan kecepatan antara 7-14 km per detik, mempunyai periode antara 5-7 detik. Gelombang ini adalah gelombang yang pertama kali dicatat oleh seismograf. b. Gelombang transversal atau gelombang sekunder adalah gelombang gempa yang bersama-sama dengan gelombang primer dirambatkan dari hiposentrum ke segala arah dalam lapisan litosfer dengan kecepatan antara 4-7 km per detik dan mempunyai periode 11-13 detik. Karena kecepatan gelombang transversal lebih kecil daripada gelombang longitudinal, maka gelombang transversal dicatat di seismograf setelah gelombang primer. c. Gelombang panjang atau gelombang permukaan adalah gelombang gempa yang dirambatkan mulai dari episentrum menyebar ke segala arah di permukaan dengan kecepatan rambat antara 3,5 – 3,9 km per detik dan mempunyai periode yang besar. Gelombang gempa panjang inilah yang mengiringi gelombang primer dan gelombang sekunder dan merupakan gelombang perusak bumi (Christanto, 2011). 4. Seismograf adalah alat pencatat gempa bumi. Seismograf dibedakan menjadi 2 macam yaitu : a. Seismograf horizontal b. Seismograf vertical 5. Seismogram adalah gambaran getaran gempa bumi yang dicatat pada seismograf. Gambaran getaran ini berbentuk garis patah-patah. Apabila getaran semakin kuat, maka garis patah-patah akan semakin lebar dan apabila semakin lama getaran gempa itu di satu tempat, maka semakin panjang pita seismograf yang menggambarkan seismogram. a) Faktor Terjadinya Gempa Bumi 1. Berdasarkan peristiwa yang menyebabkan terjadinya gempa dibedakan menjadi 3 yaitu : Gempa vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung api. Gempa ini tidak begitu hebat. Sumber kekuatan gempa bumi vulkanik hanya berasal dari aktivitas magma gunung api. Gempa vulkanik biasanya hanya dapat dirasakan oleh penduduk yang tinggal di sekitar gunung yang meletus. Gempa tektonik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh dislokasi atau perpindahan pergeseran lapisan bumi yang tiba-tiba terjadi dalam struktur bumi sebagai akibat adanya tarikan atau tekanan. Pergeseran lapisan bumi dapat secara vertikal ataupun secara horizontal. Gempa tektonik dapat menimbulkan kerusakan yang parah apabila episentrumnya dangkal. Gempa runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, runtuhnya atap gua atau terowongan di bawah tanah. Intensitas gempa runtuhan sangat kecil sehingga gempa ini tidak akan terasa pada jarak yang jauh. 2. Berdasarkan kedalaman hiposentrumnya gempa bumi dibedakan menjadi 3 yaitu : Gempa dangkal adalah gempa yang kedalaman hiposentrumnya kurang dari 50 km dari permukaan bumi. Gempa dangkal pada umumnya menimbulkan gempa yang sangat besar. Gempa intermedier atau gempa sedang adalah gempa bumi yang hiposentrumnya pada kedalaman antara 50 – 300 km dari permukaan bumi. Gempa dalam adalah gempa bumi yang kedalaman hiposentrumnya antara 300 – 700 km dari permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak membahayakan. Getaran gempa bumi merambat dari hiposentrum dan menyebar ke segala arah dalam wujud getaran gelombang primer dan sekunder. Sedangkan dari episentrum terjadi rambatan getaran gempa di permukaan bumi dalam bentuk gelombang panjang. 3. Berdasarkan bentuk episentrumnya gempa dibedakan menjadi 2 yaitu : Gempa linier adalah gempa yang terjadi apabila episentrumnya berbentuk garis. Gempa linier terjadi di daerah-daerah patahan (gempa tektonik). Gempa sentral adalah gempa yang terjadi apabila episentrumnya berbentuk titik. Gempa ini terjadi karena adanya gunung api yang meletus atau runtuhan bagian atas litosfer. 4. Berdasarkan letak episentrumnya gempa dibedakan menjadi 2 yaitu : Gempa laut adalah gempa yang terjadi apabila episentrumnya di dalam laut. Gempa daratan adalah gempa yang terjadi apabila episentrumnya di darat. 5. Berdasarkan jarak episentralnya gempa dibedakan menjadi 3 yaitu : Gempa setempat adalah gempa yang terjadi jika jarak episentralnya dan tempat terasa gempa sejauh kurang dari 10.000 km. Gempa jauh adalah gempa yang terjadi apabila jarak episentralnya dan tempat terasa gempa kurang lebih 10.000 km. Gempa sangat jauh adalah gempa yang terjadi apabila jarak episentralnya dan tempat terasa gempa sejauh lebih dari 10.000 km (Sudibyakto, 2000). b) Jalur Gempa Bumi di Indonesia Wilayah Indonesia yang sebagian besar terjadi gempa bumi adalah wilayah di sepanjang batas pertemuan lempeng. Pertemuan antar lempeng India – Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia dan lempeng India – Australia bertabrakan dengan lempeng pasifik. Sehingga, jalur gempa bumi di Indonesia dapat diprediksikan mengikuti sirkum mediterania dan sirkum pasifik. 1. Jalur gempa bumi di Indonesia yang posisinya mengikuti sirkum mediterania adalah sebagai berikut : Pulau Sumatra sebelah barat Pulau Jawa sebelah selatan Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur 2. Jalur gempa bumi di Indonesia yang posisinya mengikuti sirkum pasifik adalah sebagai berikut : Maluki Papua (Irian Jaya) Sulawesi sebelah utara dan selatan
Daerah yang relatif aman dari gempa bumi di Indonesia adalah pulau Kalimantan, karena letaknya jauh dari lempeng yang bertumbukan sehingga hampir tidak terdapat hiposentrum gempa (Watt, 2009).
c) Dampak dari Gempa Bumi
Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Dari peristiwa gempa bumi dapat menyebabkan dampak langsung dan tidak langsung antara lain : Dapat terjadi banjir sebagai akibat dari rusaknya tanggul bendungan sehingga tanggul tersebut jebol dan mengakibatkan banjir. Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami yaitu gelombang pasang di laut besar dan melanda daerah pantai. Tanah di permukiman menjadi mereka, retak sehingga dapat menyebabkan jalan raya terputus. Akibat goncangan yang hebat dapat terjadi tanah longsor yang menimbun segala sesuatu di dalamnya. Gempa juga dapat mengakibatkan berbagai bangunan roboh dan rusak. Permukaan bumi berserakan, banyak tanah patah dan jaringan telefon banyak yang rusak dan tidak berfungsi. Akibat pengiring gempa dapat terjadi kebakaran karena sambungan pendek aliran listrik (Syafrezani, 2010). Syafrezani, sampaguita. (2010). Tanggap Bencana Alam Gempa Bumi. Bandung:Angkasa. Watt, Fiona.(2009). Gempa Bumi Dan Gunung Api.Bandung:Felicity Brooks. Sudibyakto. 2000. Kajian dan Mitigasi Bencana gempabumi. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi Kerusakan Lingkungan Kebijakan Dan Strategi Pengelolaan. Yogyakarta: Liberty