Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 9

Nama anggota :
 Erika Windya Putri
 Nita Andriani
 Serent Resiana Hantari

A. Permasalahan Bencana Kebakaran Di Indonesia


Indonesia adalah negara yang kaya akan kekayaan alam. Diantaranya adalah hutan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan adalah tanah yang ditumbuhi pohon-pohon dan biasanya
tidak dipelihara orang.  Beberapa jenis hutan di Indonesia menurut iklimnya adalah hutan hujan
tropis, hutan musim, sabana, stepa dan hutan bakau (mangrove).Adapun jenis hutan berdasarkan
fungsinya adalah hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Jazuli, 2007). Hutan
memiliki fungsi diantaranya sebagai penghasil kayu, sumber plasma nutfah, dapat mencegah
terjadinya erosi tanah dan banjir, sebagai penghasil gas oksigen (O 2), sebagai penyerap bahan-
bahan pencemar udara, ekosistem hutan, habitat flora dan fauna serta sebagai pengatur tata air
dan pengawetan tanah (Purbowaseso, 2004). Karena pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan
manusia sehingga kelestarian hutan tersebut perlu dijaga agar hutan tidak kehilangan fungsinya.
Hal yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi hutan diantaranya adalah kebakaran
hutan.Maka dari perlindungan hutan dari kebakaran perlu dilakukan. Perlindungan hutan yaitu
usaha, kegiatan dan tindakan untuk mencegah serta membatasi kerusakan-kerusakan hutan dan
hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama
dan penyakit, untuk mempertahankan hak-hak negara atas hutan dan hasil hutan (Purbowaseso,
2004).
Sedangkan kebakaran hutan (Purbowaseso, 2004) adalah kebakaran yang terjadi didalam
kawasan hutan. Kebakaran hutan bisa terjadi baik secara disengaja maupun tidak disengaja.
Telah diketahui bahwa kebakaran hutan sering terjadi di Indonesia, terutama di pulau
Sumatera dan Kalimantan.Dalam sejarah diceritakan bahwa kebakaran hutan telah terjadi di
Indonesia sejak abad ke-18.Dimulai dari kebakaran di kawasan hutan antara Sungai Kalanan dan
Cempaka (sekarang Sungai Sampit dan Sungai Katingan) propinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 1877. Dalam buku yang dikarang oleh Purbowaseso (2004)  sekitar 400 tahun lalu ada
seorang penjelajah Eropa menemukan pulau ketika para pelautnya mencium bau asap. Mereka
menuju pusat bau asap tersebut dan menemukan pulau.
Mengingat pentingnya hutan bagi kehidupan manusia, maka upaya perlindungn hutan
perlu dilakukan.Dalam konteks perlindungan ini sikap pencegahan lebih diutamakan dari pada
sikap penanganan sehingga apabila pencegahan dilakukan dengan tepat diharapkan kebakaran
hutan di Indonesia dapat berkurang.

1. Potensi Kebakaran Hutan di Indonesia


Berdasarkan pengalaman sejarah, tingkat kebakaran hutan di Indonesia cukup tinggi,
sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia dan sebagian kecil disebabkan oleh kondisi alam
(Purbowaseso, 2004).Pada tahun 1996-1998 saja telah terjadi kebakaran besar di
Indonesia.Menurut Direktorat Jendral Perlindungan Pelestarian Alam (Dirjen PHPA)
Departemen Kehutanan pada tahun 1997 kebakaran hutan telah mencapai 96.700
hektar.Kebakaran tersebut terjad di 13 provinsi dan bahkan mengakibatkan kerugian bagi
Indonesia sekitar 30 miliar dan juga mengganggu keseimbangan alam.
Menurut Majid (2008) sepanjang sejarah dunia belum ada polusi asap yang disebabkan
oleh kebakaran hutan yang dampaknya sampai merembet ke negara-negara tetangga. Tapi
kenyataannya hal itu malah terjadi pada Indonesia antara tahun 1997 dan 1998. Dampak dari
asap polusi tersebut sampai ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunai
Darussalam, Thailand dan Filipina.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerawanan kebakaran hutan. Antara lain karena
musim kemarau, jumlah penduduk dan kegiatan pembukaan lahan (Majid, 2008). Dalam buku
yang dikarang Majid (2008), beliau menyebutkan bahwa ada beberapa kategori hutan yang
rawan kebakaran, yaitu : a). Sangat rawan kebakaran, meliputi hutan di Provinsi Sumatera
Selatan, Lampung, Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi
Tenggara. b). Cukup rawan kebakaran, meliputi hutan di Provinsi Aceh, Bengkulu, Sumatera
Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara. c). Agak rawan kebakaran, meliputi
hutan di Provinsi Sumatera Barat, Jawa Barat, Yogyakarta, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian
Jaya.
2. Dampak dan Bahaya dari Kebakaran Hutan
Seperti yang dikatakan Jazuli (2008) bahwa kebakaran hutan memiliki dampak yang luas
terhadap berbagai aspek kehidupan.Baik dampak secara langsung (dirasakan dalam jangka waktu
yang pendek) maupun secara tidak langsung (baru dirasakan dalam jangka waktu yang panjang).
Dapat dipastikan bahwa makhluk yang pertama kali terkena dampak dari kebakaran hutan adalah
tumbuh-tumbuhan yang ada dihutan tersebut karena memang tumbuh-tumbuhan tidak dapat
bergerak menuju tempat lain.
Dampak lain dari kebakaran hutan adalah berkurangnya populasi satwa di daerah hutan
yang terbakar. Satwa-satwa besar seringkali tidak bisa menyelamatkan diri saat kebakaran hutan
terjadi.Dalam buku karya Purbowaseso (2004), pengamatan kebakaran hutan di Tahura Bukit
Soeharto oleh Pusat Rehabilitasi Orang Hutan, Wanariset Semboja, Kalimantan Timur
menyatakan bahwa saat terjadi kebakaran hutan dikawasan tersebut telah menewaskan 126 orang
hutan. Orang hutan juga banyak yang mengungsi ke kampung-kampung penduduk.Setelah
kejadian itu, tercatat sebanyak 63 bayi orang hutan bisa diselamatkan dan beberapa dibeli dari
penduduk (Purbowaseso, 2004).
Menurut Purbowaseso (2004) besarnya kerugian yang disebabkan pada hilangnya satwa
akibat kebakaran hutan belum bisa ditentukan dalam bentuk rupiah.Hal ini dikarenakan ada nilai
yang tidak bisa ditaksir (intangible value) dalam bentuk rupiah.Misal hilangnya 10 pasang
burung Maleo di Sulawesi Utara.Kehilangan burung Maleo tersebut tidak dapat ditentukan hanya
dengan harga jual burung Maleo dipasaran tapi juga harus ditentukan berapa nilai musnahnya
seekor burung Maleo.Nilai musnahnya burung Maleo inilah yang sulit ditaksir nilai
rupiahnya.Maka dari itu hilangnya satwa jelas memiliki nilai yang tak ternilai harganya karena
hilangnya burung yang bersifat langka tersebut (Purbowaseso, 2004).
Selain dampak-dampak diatas masih ada dampak yang tidak kalah serius yaitu dampak
yang terjadi pada lingkungan fisik akibat adanya kebakaran hutan.Dampak tersebut mencakup
aspek tanah, udara dan air. Menurut Majid (2008) jika terjadi kebakaran hutan maka akan
menghilangkan vegetasi diatas tanah, hal ini akan mengakibatkan terganggunya siklus hidrologi
serta terganggunya iklim baik iklim mikro maupun iklim makro.
Dalam bukunya, Purbowaseso (2004) menyatakan bahwa kebakaran hutan juga
mengakibatkan hilangnya unsur hara melalui berbagai jalan. Nitrogen akan menguap
dengan  suhu yang lebih dari 100oC, sulfur organic akan terurai diatas suhu 340 oC, sedangkan
fosfat akan terbenam dalam bentuk silikat kompleks sehingga sukar terurai kembali untuk
dimanfaatkan oleh tanaman.
3. Pencegahan dan Pengendalian Hutan dari Kebakaran
Menurut Majid (2008) upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan oleh
masyarakat adalah sebagai berikut : a). Membuat peta kerawanan kebakaran. Peta kerawanan
kebakaran dapat dibuat dengan bantuan citra satelit yang memanfaatkan saluran termal seperti
citra NOAA. Berdasarkan citra satelit tersebut dari beberapa titik-titik api/ hot spot pada wilayah
tertentu. b). Memantau cuaca, akumulasi bahan bakar dan gejala rawan kebakaran. Kegiatan
yang dimaksud adalah memantau tingkat kerawanan api. c). Penyiapan regu pemadam. Satu regu
pemadam kebakaran hutan adalah 20 orang dengan seorang pemimpin regu. d). Membangun
menara pengawas. Pengawasan terhadap hutan juga perlu dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi kebakaran hutan lebih dini.Pengawasan tersebut dapat dilakukan dengan membangun
menara pengawas. e). Penyiapan peralatan pemadam. Peralatan tersebut dipersiapkan agar ketika
terjadi kebakaran kita sudah siap segera untuk memadamkan apinya. f). Membuat sekat bakar.
Sekat bakar adalah jalur yang berfungsi sebagai pemutus api (fire break). Biasanya sekat bakar
dipisahkan atas dua jalur yakni jalur kuning dan jalur hijau.Jalur kuning adalah sekat yang dibuat
dengan lebar tertentu yang umumnya 12-20 m dan mengelilingi areal sampai ketemu gelang
serat sekat dalam kondisi bersih dari bahan bakar. Jalur hijau dibedakan dengan jalur kuning
terletak pada penanaman pohon yang tahan api pada jalur hijau. g). Membentuk organisasi
penanggulangan kebakaran hutan. Satuan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tersusun atas
tiga tingkat, yaitu tingkat nasional (Pusdalkarlahutnas), tingkat daerah (Pusdalkarlahutda) dan
tingkat operasional (Satlak).
Upaya-upaya pencegahan tersebut diharapkan untuk dilakukan agar dapat mengurangi
tingkat kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia.
B. Penanggulangan Bencana Kebakaran
a. Penanggulangan Kebakaran Kecil/Awal
1. Pegawai yang mengetahui lebih dahulu
a) Memadamkan kebakaran kecil awal tersebut dengan menggunakan alat pemadam api
pertama/ringan yang tersedia di lantai tersebut.
b) Melaporkan terjadinya kebakaran tersebut kepada komandan lantai (Petugas Cleaning
Service).
2. Komandan lantai
a) Bila kebakaran tersebut dapat dipadamkan oleh pegawai, maka komandan lantai segera
melaporkan kejadian tersebut ke: SATPAM.
b) Bila kebakaran tersebut belum dapat dipadamkan oleh pegawai, maka setelah melaporkan
kejadian tersebut ke teknisi, subbagian rumah tangga, SATPAM dan langkah selanjutnya
adalah :
i. Mengarahkan/memimpin Regu Pemadam Kebakaran di lantainya untuk berusaha
memadamkan kebakaran tersebut baik dengan menggunakan alat pemadam api
pertama/ringan maupun sistem jaringan air kebakaran yang terpasang di lantai tersebut.
ii. Melalui kepala Regu Evakuasi dan kepala Regu Penyelamat Lantai menyiapkan
kemungkinan evakuasi dan penyelamatan jiwa/dokumen.
iii. Setelah Regu dari teknisi I tiba ditempat, maka Komandan Lantai memimpin
pemadaman agar kemungkinan meluasnya kebakaran serta bahaya – bahaya lain yang
mengkin timbul dapat dicegah.
b. Penanggulangan Kebakaran Besar
1. Komandan Lantai (Petugas Cleaning Service)
Bila kebakaran tersebut tidak dapat dikuasai oleh Regu Pemadam Lantai selanjutnya adalah :
a) Memecahkan kaca alarm kebakaran (break glass) yang terpasang dilantainya sebagai
tanda/isyarat bahwa di lantainya terjadi kebakaran besar.
b) Melaporkan terjadinya kebakaran kepada Komandan Gedung telepon 260, Subbag Rumah
Tangga telepon 259.
c) Mengkoordinasi pelaksanaan evakuasi pegawai di lantainya serta menyelamatkan
dokumen/jiwa.
2. Komandan Gedung (Satpam Gedung) Setelah Komandan Gedung menerima berita kebakaran
baik melalui laporan Komandan Lantai maupun dari tanda alarm, maka tindakan Komandan
Gedung selanjutnya adalah :
a) Memerintah semua penghuni gedung supaya tetap tenang dan mengumumkan bahwa ada
kejadian di lantai......Gedung......
b) Mengkoordinir evaluasi pegawai melalui komandan – komandan lantai yang bersangkutan,
mulai dari atas lantai yang terbakar sampai dengan lantai yang teratas, disusul dengan
evakuasi pegawai mulai dari bawah lantai yang terbakar sampai dengan lantai yang terbawah.
c) Bekerjasama dengan K.a Pasukan Pemadam intiguna pengarahan personil serta peralatan
kebakaran dan pengamanan yang diperlukan dalam usaha penanggulangan kebakaran
(memadamkan, melokalisir untuk mencegah meluasnya kebakaran serta bahaya - bahaya lain
yang mungkin dapat ditimbulkan, evakuasi pegawai dan penyelamatan jiwa/harta benda.
d) Mengkoordinir regu pemadam kebakaran lantai lainnya yang dapat diperbantukan dalam
usaha penanggulangan kebakaran tersebut.
e) Melaporkan/memberi informasi tentang terjadinya kebakaran tersebut serta tindakan yang
telah diambil dalam rangka penanggulangannya, kepada Subbag Rumah Tangga.
3. Teknisi Setelah teknisi menerima berita kebakaran baik melalui laporan Komandan Gedung
maupun melalui tanda alarm, maka selanjutnya teknisi mengadakan koordinasi antara lain :
a) Memberi instruksi/saran – saran kepada Komandan Gedung dan Ka. Pasukan Pemadam Inti
mengenai kemungkinan pengarahan personil dan peralatan yang diperlukan dalam rangka
penanggulangan tersebut.
b) Memberi instruksi/saran – saran kepada fungsi – fungsi penunjang (keamanan, teknisi,
medis, dan logistik) dalam rangka membantu kelancaran penaggulangan kebakaran tersebut.
c) Menghubungi Dinas Kebakaran DKI, SAR guna mendapatkan bantuan bila diperlukan.
d) Melaporkan terjadinya kebakaran tersebut kepada kepala Biro Umum, Sekretaris Jendral.
C. Tindakan Kesehatan pra-saat-pasca Bencana Kebakaran

a. Pra Bencana Kebakaran Terjadi

1. Berhati-hati ketika merokok dan memasak atau dengan hal yang berhubungan dengan api.

2. Menjauhkan pemantik api dan barang yang mudah terbakar.

3. Bijak dalam menggunakan alat-alat listrik seperti selalu mematikannya ketika sudah tidak
digunakan lagi.

4. Memasang alat pendeteksi asap Untuk mencegah kebakaran yang terjadi di rumah.

5.Merencanakan dan memberi informas jalur evakuasi yang jelas.

b. Saat Bencana Kebakaran Terjadi

1. Jangan panik

Diusahakan agar tetap tenang dan ingat denah atau rute untuk menyelamatkan diri biasanya
denah atau rute keselamatan terpasang di dekat tangga atau lift.
2. Matikan peralatan listrik

Saat mendengar Alarm Kebakaran berbunyi Maka jangan buru-buru meninggalkan tempat
karena biasanya kebakaran terjadi akibat hubungan arus pendek listrik sehingga sebaiknya
matikan terlebih dahulu peralatan listrik yang menyala.

3. Menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran.

4. Lindungi saluran pernapasan.

Asap kebakaran akan menuju ke arah atas sehingga ketika kita terjebak harus membungkukkan
badan serendah mungkin atau merangkak dan tetap menutup hidung dan mulut serta bernafas
secara perlahan.

5. Mengikuti petunjuk evakuasi.

Pada saat kebakaran disarankan untuk menyelamatkan diri menggunakan tangga darurat karena
jika keluar dari gedung menggunakan lift dikawatirkan akan berhenti mendadak saat kondisi
darurat kebakaran.

c. Pasca Bencana Kebakaran Terjadi

1. Jika memiliki asuransi segera menghubungi perusahaan asuransi untuk mengetahui


pengamanan rumah sebelum diperbaiki.

2. Masuk kerumah setelah Petugas pemadam kebakaran memastikan sudah aman karena lantai
dan dinding mungkin kondisinya tidak aman.

3. Menunggu petunjuk Petugas pemadam kebakaran sebelum menggunakan kembali lagi fasilitas
di rumah untuk memastikan keamanan nya.

4. Cari dan amankan dokumen atau catatan penting dan rencanakan untuk memperoleh salinan
dokumen yang sudah rusak ke instansi terkait.

5. Simpan semua bukti transaksi atau pengeluaran uang terkait peristiwa kebakaran tersebut hal
itu diperlukan untuk mengurus asuransi bagi yang memiliki asuransi.
Daftar Pustaka

Jazuli, Ahmad. 2007. Manfaat Hutan Lindung. Semarang: Sinar Cemerlang Abadi.


Majid, Kusnoto Alvin. 2008. Pencegahan dan Penanganan Kebakaran Hutan. Semarang: Aneka
Ilmu.
Purbowaseso, Bambang. 2004. Pengendalian Kebakaran Hutan. Jakarta: Rineka Cipta.
https://mediabppk.kemenkeu.go.id/

Anda mungkin juga menyukai