Anda di halaman 1dari 2

Kebakaran Hutan di Indonesia, Faktor alam atau Akibat Ulah Manusia?

Berbicara mengenai hutan sebagai salah satu sumber kehidupan seluruh makhluk hidup,
patutnya kita menjaga dan merawat hutan. Contohnya di Indonesia. Indonesia dijuluki sebagai
salah satu paru-paru dunia. Mengapa demikian? Karena indonesia memiliki banyak hutan yang
lebat, tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai tempat tinggal dan sumber oksigen. Namun dalam
beberapa tahun terakhir, Indonesia sering terjadi kebakaran hutan dan belum dapat ditangani
dengan baik. Faktor terjadinya kebakaran hutan ada dua yaitu, faktor alam dan juga faktor
manusia.
Faktor alam yang menyebabkan kebakaran hutan memang tidak bisa dihindari dan tidak
ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Sebagai contoh, sambaran petir yang mengenai ranting
pohon atau dedaunan kering bisa menimbulkan percikan api yang menimbulkan kebakaran atau
iklim seperti kemarau panjang dan kekeringan, sehingga apabila terkena sinar matahari
menyebabkan munculnya percikan api. Tetapi harus kita sadari bahwa sebagian besar kebakaran
hutan juga karena faktor tindakan manusia yang perlu dievalusi karena sampah ranting atau
dedaunan pun juga di sebabkan oleh manusia,
Illegal Loging adalah kegiatan penebangan pohon dan menghasilkan lahan yang mudah
terbakar karena meninggalkan sisa daun dan ranting yang berpotensi menjadi bahan bakar api
atau panas. Tercatat dalam hasil pengamatan BMKG pada 2019 terjadi kebakaran hutan
dibeberapa wilayah antara lain, 1.865 titik kecamatan, 412 titik di Semenanjung Malaysia, 216
titik Serawak-Sabah dan 1.231 titik di Sumatera. Terjadi karena keserakahan manusia yang
membuka lahan dengan membakar sebagian hutan. Selain itu, membakar sampah juga menjadi
kebiasaan tanpa menyadari dampaknya.
Kebiasaan-kebiasaan manusia tersebut sudah seharusnya diadili, apalagi hanya dilakukan
demi keuntungan pribadi. Pertama, mereka tidak memikirkan perbuatan yang bisa merugikan
banyak orang termasuk diri sendiri. Kondisi udara akibat kebakaran hutan sangat berbahaya
karena bisa menimbulkan penyakit paru-paru bagi masyarakat umum. Tersebarnya asap dan
emisi gas karbondioksida dan gas lain di udara juga berdampak pada pemanasan global dan
perubahan iklim yang dapat dilihat pada tingkat 300-500 USIQI. Kedua, mereka tidak
memikirkan bagaimana nasib flora dan fauna yang ada didalam hutan tersebut mungkin ada yang
ikut terbakar api atau bahkan ada yang melarikan diri sehingga akan mejadi keresahan tersendiri
apabila para hewan tersebut masuk ke wilayah pemukiman penduduk.
Dengan demikian, sudah sepantasnya kini kita menyadari betapa pentingnya menjaga
keutuhan hutan agar hutan tetap terjaga dan kita sebagai makhluk hidup bisa menikmati
keuntungan dari hutan itu sendiri. Serta memahami akibat dari perbuatan yang dapat merusak
hutan serta dampak negatif yang membuat kita merasa rugi. Walaupun alam juga ikut
bercampurtangan tetapi seperti pepatah mengatakan “tidak mungkin ada asap kalau tidak ada
api.” Jadi, itulah mengapa kita sebagai manusia juga berperan pening dalam menjaga hutan.

Anda mungkin juga menyukai