Anda di halaman 1dari 20

Kebakaran Hutan dan Solusinya di Kalimantan

Timur

Disusun Oleh :

Ninda Nur Sabila


1809035013

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK INDSUTRI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam atas segala karunia dan
nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah yang berjudul “Kebakaran Hutan dan Solusinya di Kalimantan Timur”
disusun dalam rangka memenuhi Take Home Test UAS pada mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan.

Meski telah disusun secara maksimal, namun saya sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya saya yang menulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu teman-teman
maupun masyarakat dalam memahami dan menyadari mengenai Kebakaran Hutan
dan Solusinya di Kalimantan Timur.

Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil
manfaat dari makalah ini.

Samarinda, 15 Mei 2019

Ninda Nur Sabila

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................3
Daftar Gambar........................................................................................4

BAB I Pendahuluan................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Tujuan Pembahasan.......................................................................................6

BAB II Landasan Teori..........................................................................7

BAB III Pembahasan..............................................................................10


3.1 Kebakaran Hutan............................................................................................10
3.2 Penyabab Kebakaran Hutan...........................................................................11
3.3 Dampak Kebakaran Hutan.............................................................................13
3.4 Kebakaran Hutan dan Solusinya di Kalimantan Timur.................................13

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan....................................................................................................19
4.2 Saran...............................................................................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................20

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Deforestasi.................................................................................................7
Gambar 2 Kebakaran hutan........................................................................................10
Gambar 3 Pembakaran sampah dekat hutan..............................................................11
Gambar 4 Polusi akibat abu.......................................................................................13
Gambar 5 Kebakaran hutan di Desa Purwajaya.........................................................13

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merupakan sumberdaya alam yang menempati posisi yang sangat
strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekitar dua-pertiga dari 191 juta
hektar daratan Indonesia adalah kawasan hutan dengan ekosistem yang beragam,
mulai dari hutan tropika dataran rendah, hutan tropika dataran tinggi, sampai hutan
rawa gambut, hutan rawa air tawar dan hutan bakau (mangrove). Nilai penting
sumberdaya tersebut kian bertambah karena hutan merupakan sumber hajat hidup
orang banyak. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yang berbunyi: “Hutan adalah satu kesatuan sistem
berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahkan”.
Kawasan hutan mempunyai peranan sebagai penyerasi dan penyimbang
lingkungan global, sehingga keterkaitannya dengan dunia internasional menjadi
sangat penting dengan tetap mengutamakan kepentinganan nasional. Untuk itu hutan
harus dikelola secara berkesinambungan bagi kesejahteraan masyarakat.
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan
untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan.
Bisa juga disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara
alami.
Dampak kebakaran yang sangat dirasakan manusia berupa kerugian ekonomis
yaitu hilangnya manfaat dari potensi hutan seperti tegakan pohon hutan yang biasa
digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan bahan bangunan, bahan
makanan, dan obat-obatan, serta satwa untuk memenuhi kebutuhan akan protein
hewani dan rekreasi. Kerugian lainnya berupa kerugian ekologis yaitu berkurangnya

5
luas wilayah hutan, tidak tersedianya udara bersih yang dihasilkan vegetasi hutan
serta hilangnya fungsi hutan sebagai pengatur tata air dan pencegah terjadinya erosi.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh 2 (dua) faktor utama yaitu
faktor alami dan faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Faktor alami antara
lain oleh pengaruh El-Nino yang menyebabkan kemarau berkepanjangan sehingga
tanaman menjadi kering. Tanaman kering merupakan bahan bakar potensial jika
terkena percikan api yang berasal dari batubara yang muncul dipermukaan ataupun
dari pembakaran lainnya baik disengaja maupun tidak disengaja.

1.2 Tujuan Makalah


Untuk mengetahui mengenai deforestasi dan permasalahan hutan serta
solusinya, terutama di daerah Kalimantan Timur, salah satu contohnya adalah
kebakaran hutan.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

Gambar 1 Deforestasi

Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan


untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan hutan menjadi non-hutan.
Bisa juga disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau terjadi secara
alami. Deforestasi mengancam kehidupan umat manusia dan spesies mahluk hidup
lainnya. Sumbangan terbesar dari perubahan iklim yang terjadi saat ini diakibatkan
oleh deforestasi.
Deforestasi terjadi karena desakan konverasi lahan untuk permukiman,
infrastruktur, dan pemanenan hasil kayu untuk industri. Selain itu juga terjadi
konversi lahan untuk perkebunan, pertanian, peternakan dan pertambangan.
Berdasarkan catatan organisasi lingkungan WWF, faktor terbesar yang menyebabkan
deforestasi antara lain:
 Konversi pertanian. Populasi manusia yang terus membengkak
membutuhkan pasokan bahan pangan yang semakin besar. Untuk memenuhi
itu, kebun-kebun baru untuk kedelai dan gula di Brasil dibuka secara massif.
Permintaan terhadap biofuel juga telah mengakibatkan perluasan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia secara massif.

7
 Illegal logging. Hampir 50% pemanenan kayu di hutan-hutan alam
merupakan illegal logging. Pemerintah di berbagai negara telah mencoba
mengawasi mulai dari pemanenan kayu di hutan hingga penjualannya. Namun
hal ini belum bisa memberantas illegal logging dengan efektif. Hutan hujan
tropis di Brasil, Kongo, Indonesia dan Rusia masih menjadi ajang pembalakan
liar.
 Kebakaran hutan. Jutaan hektar hutan telah lenyap akibat kebakaran
hutan setiap tahunnya. Deforestasi dari kebakaran hutan lebih banyak
dibanding deforestasi akibat konversi pertanian dan illegal logging disatukan.
Kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan juga lebih besar, karena
berpotensi menghilangkan plasma nutfah dan ancaman langsung bagi
manusia, seperti gangguan kesehatan, kehilangan materi, dan jiwa.
 Penggunaan kayu bakar. Penggunaan kayu untuk bahan bakar di seluruh
dunia masih signifikan sebagai salah satu pendorong deforestasi. Setengah
dari praktek illegal logging didorong oleh konsumsi kayu bakar.
Analisis terhadap arang (karbon) dari tanah Kalimantan menunjukkan bahwa
hutan telah terbakar secara berkala dimulai, setidaknya sejak 17.500 tahun yang lalu.
Kebakaran besar kemungkinan terjadi secara alamiah selama periode iklim yang lebih
kering dari iklim saat itu. Namun, manusia juga telah membakar hutan lebih dari 10
ribu tahun yang lalu untuk mempermudah perburuan dan membuka lahan pertanian.
Catatan tertulis satu abad yang lalu dan sejarah lisan dari masyarakat yang tinggal di
hutan membenarkan bahwa kebakaran hutan bukanlah hal yang baru bagi hutan
Indonesia (Schweithelm dan Glover, 1999). Sedangkan, kejadian kebakaran hutan
dan lahan yang terekam sebagai kebakaran hutan terbesar di Kalimantan Timur
adalah kejadian pada tahun 1982/1983. Sejak itu, kebakaran besar yang menjadi
perhatian nasional dan dunia secara periodik terulang kembali seperti tahun 1987,
1991, 1994 dan yang paling hebat adalah tahun 1997/1998 yang lalu.
Namun, data persis pertama kali terjadinya kebakaran hutan dan lahan di
Kalimantan Timur (Kaltim) tidak dapat diketahui dengan pasti. Sangat dimungkinkan

8
bahwa dibeberapa tempat pernah terjadi kebakaran hutan dan lahan mengingat api
sebagai teknologi pertama yang dikenal manusia dalam perladangan merupakan
bagian penting dari usaha pembukaan dan persiapan lahan. Menurut mitologi pada
beberapa kelompok suku tradisional di Kaltim (antara lain Suku Kenyah dan Kayan)
sangat mempercayai bahwa peristiwa kebakaran hutan dan lahan di bumi Kaltim
pernah terjadi pada masa lampau. Mereka menyebutnya sebagai ‘zaman kejadian’
pada ribuan tahun yang lalu dimana kebakaran yang terjadi sangat hebat dan api
merayap hingga dibawah permukaan bumi. Konon, akibat kebakaran hutan itulah
hingga saat ini banyak dijumpai ‘arang hitam’ yang berlimpah dibawah perut bumi
Kaltim.
Secara kronologis, kejadian kebakaran hutan dan lahan yang seringkali terjadi
di Kalimantan Timur diawali oleh musim kemarau yang panjang. Berdasarkan catatan
sejarah musim kemarau panjang selama lebih dari 6 bulan pernah terjadi pada tahun
1778. Kemarau terpanjang yang lebih dari 9 bulan pernah terjadi pada tahun 1940-an.
Namun demikain hingga sebelum tahun 1970-an, meski terjadi kemarau panjang
lebih dari 6 bulan tersebut belum pernah terjadi kebakaran hutan dan lahan. Oleh
karenanya sewaktu peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang hebat tahun 1982/1983
dinilai sangat mengejutkan karena secara teoritis hutan hujan tropis lembab sulit
terbakar secara alami.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Kebakaran Hutan

Gambar 2 Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering
terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar
mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai
ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim mikro maupun global, dan
asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik
darat, sungai, danau, laut dan udara. Gangguan asap karena kebakaran hutan
Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara.
Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau
mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran yang tidak
dikendalikan, karena proses spontan alami, atau karena kesengajaan. Proses alami
sebagai contohnya kilat yang menyambar pohon atau bangunan, letusan gunung api
yang menebarkan bongkahan bara api, dan gesekan antara ranting tumbuhan kering
yang mengandung minyak karena goyangan angin yang menimbulkan panas atau
percikan api (Notohadinegoro, 2006). Kebakaran yang terjadinya akibat kesengajaan
manusia dikarenakan oleh beberapa kegiatan, seperti kegiatan ladang, perkebunan

10
(PIR), Hutan Tanaman Industri (HTI), penyiapan lahan untuk ternak sapi, dan
sebagainya (Hatta, 2008).

3.2 Penyebab Kebakaran Hutan

Gambar 3 Pembakaran sampah dekat hutan

Berdasarkan beberapa hasil penelitian ditemukan beberapa faktor lain yang


dapat mempengaruhi kebakaran hutan. Berikut ini penjelasan mengenai faktor-faktor
penyebab kebakaran hutan di:
3.2.1. Faktor Alam
Kebakaran hutan dapat disebabkan oleh faktor-faktor alam seperti batu bara. Pada
daerah Sub Tropis, kebakaran hutan lebih sering terjadi akibat faktor alam
dibandingkan dengan faktor manusia. Hal ini terjadi karena, petir dapat timbul tanpa
adanya hujan. Berbeda dengan daerah Tropis, dimana adanya petir selalu diiringi oleh
hujan. Sehingga terbakarnya pohon atau tegakan akibat petir tersebut dapat segera
padam oleh air hujan. Oleh karena itulah kebakaran hutan akibat faktor alam jarang
terjadi di daerah tropis termasuk Indonesia.Sebagian besar masyarakat mengatakan
bahwa kebakaran hutan dapat disebabkan oleh akumulasi penumpukan
dedaunan/serasah, panas, petir dangesekan batuan pada saat memasuki musim
kemarau. Berdasarkan informasi tentang kondisi masyarakat tersebut, dapat diketahui
bahwa tingkat pengetahuan masyarakat sekitar mengenai faktor penyebab kebakaran

11
masih sangat kurang/minim. Akumulasi penumpukan dedaunan/serasah, panas
maupun gesekan batuan merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
api, bukan merupakan penyebab dari kebakaran hutan. Berbagai penyebab alami
kebakaran hutan yang dimaksudkan oleh masyarakat, merupakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kebakaran hutan, baik pada perilaku api maupun pada tindakan
pemadaman kebakaran hutan.
3.2.2. Faktor Manusia
 Pembakaran lahan tidak terkendali akan memberikan dampak akibat hutan
gundul. Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet meluas
ke lahan hutan merupakan penyebab kebakaran hutan yang terjadi akibat
kesengajaan manusia.
 Konflik antara perusahaan dan masyarakat pemilik lahan. Perusahaan yang
ingin mengambil alih lahan dari masyarakat pemilik lahan biasanya
melakukan pembakaran terhadap lahan yang disengketakan. Pembakaran
lahan dapat berakibat lahan menjadi terdegradasi sehingga nilai lahan
berkurang. Dengan cara tersebut, perusahaan akan lebih mudah merebut lahan
dari masyarakat yang memiliki lahan.
 Protes oleh penduduk lokal. Penduduk lokal yang merasa lahannya direbut
juga sering melakukan pembakaran lahan sebagai bentuk protes karena
perusahaan perkebunan merebut lahan milik mereka.
 Faktor ekonomi masyarakat lokal. Masyarakat lokal yang ingin membuka
lahan dan hanya memiliki sedikit biaya biasanya melakukan cara instan untuk
membuka lahan. Mereka membakar hutan untuk membuka lahan baru. Cara
tersebut dianggap lebih mudah dan murah meski akibat yang ditimbulkan
sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan dan akan lebih mudah
menjadi penyebab pencemaran udara.
 Kurangnya penegakan hukum.
 Meninggalkan bekas api unggun atau membuang puntung rokok di hutan.

12
3.3 Dampak Kebakaran Hutan

Gambar 4 Polusi akibat abu

1. Hilangnya sejumlah spesies; selain membakar aneka flora, kebakaran hutan juga
mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang.
2. Erosi; Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi.
3. Alih fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama
untuk kembali menjadi hutan.
4. Penurunan kualitas air
5. Pemansasan Global
6. Sendimentasi sungai
7. Meningkatnya bencana alam
8. Polusi akibat abu yang dihasilkan dari terbakarnya hutan

3.4 Kebakaran Hutan dan Solusinya di Kalimantan Timur


3.4.1 Kebakaran Hutan di Salah Satu Daerah Kalimantan Timur

13
Gambar 5 Kebakaran hutan di Desa Purwajaya
Pada Kalimantan Timur salah satu Deforestasi dan Permasalahan Hutan yang
sering terjadi adalah kebakaran hutan. Salah satu contoh ada pada daerah Kalimantan
Timur yaitu kebakaran hutan dan lahan di desa purwajaya kecamatan loajanan
kabupaten kutai kartanegara.
Kejadian kebakaran lahan di Desa Purwajaya selalu mengalami fluktuasi dari
tahun ke tahun. Tingkat kerawanan kebakaran hutan meningkat saat memasuki
musim kemarau setiap tahunnya (sekitar bulan Juli hingga Oktober). Hal ini
dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang semakin menggantungkan hidupnya
terhadap lahan saat memasuki musim kemarau. Karena terbatasnya persediaan air
untuk menunjang produksi lahan garap milik masyarakat, sehingga menimbulkan
hasil produksi yang kurang optimal. Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat
dilihat bahwa kejadian kebakaran hutan di Desa Purwajaya dahulu selalu terjadi
berulang setiap tahun, dengan kejadian kebakaran yang tergolong besar terjadi pada
tahun 1983-1984 di lahan-lahan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh fenomena iklim
(El Nino) yang mengakibatkan tingginya tingkat kekeringan bahan bakar pada tahun-
tahun tersebut.
Pada bulan maret-mei 2014, Desa Purwajaya mengalami kebakaran hutan,
pendapat dari petugas kebakaran dan Satgasdamkar, mengatakan bahwa faktor alam
yang menyebabkan kebakaran hutan di areal itu tidak ada. Namun faktor yang dapat
mempengaruhi kebakaran hutan itu terdiri dari iklim, cuaca dan akumulasi
penumpukkan serasah. Sesuai hasil pengamatan dan observasi lapang menunjukkan
bahwa tidak ditemukan penyebab alami kebakaran hutan di Desa Purwajaya.
Penyebabnya yaitu sekelompok masyarakat tersebut menilai bahwa bentuk
pengolahan/pembersihan lahan dengan cara membakar membutuhkan waktu yang
relatif lebih cepat dan mengeluarkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan
memupuk. Sehingga penyebab utama masyarakat melakukan pembakaran lahan
adalah karena masalah biaya, baik dalam modal maupun biaya untuk membeli pupuk.
Selain para penggarap lahan yang mengolah/membersihkan lahan dengan cara

14
membakar, masih terdapat pelaku pembakaran lain yang menyebabkan terjadinya
kebakaran hutan di Desa Purwajaya. Masyarakat mengatakan bahwa selain para
penggarap lahan yang melakukan bentuk pengolahan/pembersihan lahan dengan cara
membakar, masih terdapat pelaku pembakaran lain yang menyebabkan terjadinya
kebakaran hutan. Para pelaku kebakaran tersebut digolongkan menjadi oknum-oknum
tertentu yang berasal dari pihak luar, seperti pengusaha
Faktor yang Mempengaruhi Kebakaran Hutan adalah sebagai berikut:
a. Jenis Bahan Bakar Jenis tanaman rerumputan dan semak belukar merupakan jenis
bahan bakar permukaan (terdiri dari serasah cabang, ranting dan batang yang
menumpuk di lantai hutan).
b. Topografi Lahan Kondisi topografi lahan di Desa Purwajaya adalah berbukit-bukit
dan berbatu, berpengaruh besar terhadap efektifitas dan aksesibilitas pasukan
pemadam pada saat melakukan kegiatan pemadaman kebakaran hutan.
c. Faktor Hidrologi Keberadaan mata air (sumber air) yang hanya terdapat pada
daerah kaki gunung (< 1200 mdpl) dinilai dapat menghambat kegiatan pemadaman
kebakaran hutan. Karena kebakaran hutan tersebut lebih sering terjadi pada
ketinggian > 1200 mdpl.
d. Faktor Cuaca Angin Kumbang dengan pola berputar-putar, membuat kebakaran
hutan menjadi semakin mudah menjalar dan semakin sulit untuk dipadamkan. Angin
Kumbang (angin fohn/lokal) merupakan angin yang bertiup pada suatu wilayah
dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Sehingga tidak jarang kebakaran
hutan di Desa Purwajaya ini menyebar dan menjalar karena adanya api loncat.
e. Faktor Iklim Musim kemarau berkepanjangan tahun 1983 dan 1984 membuktikan
bahwa kejadian tersebut mempengaruhi tingkat kekeringan bahan bakar secara
signifikan yang menyebabkan proses kebakaran hutan semakin mudah terjadi.

3.4.2 Solusi Mengenai Kebakaran Hutan di Kalimantan Timur


Penanggulangan kebakaran hutan merupakan sebuah usaha yang dapat
dilakukan untuk mencegah, menyiagakan, memadamkan dan serta penaganan akibat

15
kebakaran, dengan demikian penaggulangan kebakaran adalah suatu tindakan dimana
kita melakukan persiapan sebelum bencana tersebut terjadi. BPBD (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah) juga berperan penting dalam melakukan
penanggulangan kebakaran yaitu dengan cara memberikan sosialisasi kepada
masyarakat, dampak, bahaya, serta cara dalam menangani apabila kebakaran hutan
terjadi, dan dengan menyebarluaskan informasi bencana kebakaran hutan dan lahan
yang dapat berpotensi kabut asap serta kekeringan melalui media elektronik setempat.
Peringatan dini lainnya yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat
dengan tujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kebakaran hutan.
Penyuluhan ini juga bisa dengan melakukan praktik langsung di lapangan untuk
menangani apabila terjadi ancaman kebakaran, sehingga masyarakat dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi adanya ancaman sebuah
bencana kebakaran.
Menurut (Akbar, 2008), pada umumnya dalam melakukan pengendalian
kebakaran hutan dan lahan terdapat masalah-masalah yang akan timbul yaitu:
1. Kegiatan pencegahan melalui Apel siaga, penyuluhan, kampanye kebakaran, serta
menimbulkan kepedulian masyarakat untuk tidak menggunakan api dalam melakukan
pembukaan lahan.
2. Belum adanya penerapan hukum atau sanksi tegas terhada pelaku pembakaran
hutan, sehingga para pelaku merasa aman terhadpat aksi yang dilakukan.
3. Serta belum adanya sinkronisasi, kooordinasi, dan integrasi dari stakeholder yang
berkepentingan dalam melakukan kegiatan pencegahan.
Penanggulangan kebakaran hutan di Desa Purwajaya dapat dilakukan dengan
cara pencegahan, Kegiatan Pencegahan Kebakaran ini terbagi menjadi beberapa sub
kegiatan, yaitu:
a. Pembuatan Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (Satgasdamkar). Termasuk
pembagian tugas jaga dan patroli di daerah rawan kebakaran.
b. Pembuatan sekat bakar kuning di sekitar areal rawan kebakaran.

16
c. Penyuluhan kebakaran hutan di setiap desa sekitar kawasan hutan Desa Purwajaya
d. Mengukur luasan areal/lahan kritis.
e. Membuat peta areal/lahan kritis.
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi lapang yang pernah dilakukan
salah satu Mahasiswa di Kalimantan Timur, kegiatan penyuluhan yang telah
dilakukan oleh pihak Dinas Kehutanan dinilai kurang mendapatkan respon yang baik
dari masyarakat sekitar hutan. Hal ini dapat dilihat dari kurangnyapartisipasi
masyarakat dalam memadamkan kebakaran. Oleh karena itu, sebaiknya pihak
pemerintah menambahkan kegiatan pelatihan dalam kegiatan pencegahan kebakaran
hutan. Karena bentuk pelatihan dinilai dapat memberdayakan masyarakat sekitar,
sehingga terjalin suatu hubungan yang baik antara pihak Pemerintah dengan
masyarakat dan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
pemadaman kebakaran hutan.
Kegiatan dalam penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan pada
tahap pra bencana yaitu:
a. Pengadaan alat - alat penunjang kegiatan pemadam kebakaran baik peralatan
perorangan, maupun peralatan regu/kelompok
b. Persiapan alat - alat kebakaran pemadam kebakaran hutan
c. Pembentukan kelompok – kelompok kecil pemadam kebakaran hutan
d. Koordinasi petugas kebakaran dan masyarakat sekitar
e. Perumusan medote pemadaman kebakaran.
Tidak hanya dari pemerintah daerah ataupun BPBD saja yang terlibat dan
bertanggung jawab tetapi masyarakat juga harus ikut berperan dalam penanggulangan
bencana kebakaran hutan dan lahan tersebut agar pencegahannya dapat dengan
mudah teratasi karena dengan ikutnya masyarakat terhadap penaggulangan tersebut
menjadikan masyarakat akan peduli terhadap lingkungan mereka sendiri. Tidak hanya
dari pemerintah daerah, BPBD dan masyarakat saja yang dilibatkan dalam
penanggulangan bencana, tetapi lembaga usaha juga mendapat kesempatan dalam
berpartisipasi membantu menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. Jadi dapat

17
diketahui bahwa antara pemerintah daerah, BPBD, masyarakat maupun lembaga
usaha memiliki beberapa kegiatan yang hampir sama antara yang satu dengan yang
lainnya. Dari kegiatan yang mereka lakukan pada tahap pra bencana, mereka
mempunyai satu tujuan yang sama yaitu apa yang mereka lakukan dapat
meminimalisir dan menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan. Oleh sebab
itu antara pihak-pihak yang terkait harus bisa bekerjasama dengan baik dalam
menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. Agar setiap kegiatan yang mereka
lakukan dapat berjalan dengan lancar dan tujuan bersama untuk bisa menanggulangi
bencana kebakaran hutan dan lahan dan dengan melakukan kerja sama tersebut dapat
memudahkan program pemerintah daerah dalam menanggulangi kebakaran hutan.

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Deforestasi dapat disebabkan oleh kebakaran hutan baik yang disengaja atau
terjadi secara alami. Kebakaran hutan ialah terbakarnya sesuatu yang
menimbulkan bahaya atau mendatangkan bencana.
b. Pada tahun 2017, Desa Purwajaya mengalami kebakaran hutan penyebabnya yaitu
sekelompok masyarakat tersebut menilai bahwa bentuk pengolahan/pembersihan
lahan dengan cara membakar membutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dan
mengeluarkan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan memupuk. Selain
para penggarap lahan yang mengolah/membersihkan lahan dengan cara
membakar, masih terdapat pelaku pembakaran lain yang menyebabkan terjadinya
kebakaran hutan di Desa Purwajaya.
c. Kegiatan pencegahan kebakaran hutan ini terbagi menjadi beberapa sub kegiatan,
yaitu: Pembuatan Satuan Petugas Pemadam Kebakaran (Satgasdamkar),
pembuatan sekat bakar kuning di sekitar areal rawan kebakaran, penyuluhan
kebakaran hutan di setiap desa sekitar kawasan hutan Desa Purwajaya, mengukur
luasan areal/lahan kritis, membuat peta areal/lahan kritis.

4.2 Saran
Sebagai warga Negara yang baik sebaiknya kita mampu menjaga lingkungan
kita sehingga tidak terjadi defortasi atau permasalahan lingkungan lainnya, harus siap
siaga dalam menjaga hutan agar mengurangi dampak-dampak yang terjadi, harus
membuang kebiasaan-kebiasaan buruk tentang kelalaian kita terhadap penggunaan

19
api di dalam hutan untuk membuka lahan yang tidak kekontrol dan lainya yang bisa
menyebabkan kebakaran hutan.

DAFTAR PUSTAKA

Irwandi, B., Jumani, & Ismail. (2016). Upaya Penanggulangan Kebakaran hutan dan
Lahan di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kertanegara
Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, XV, 201–210.
Sahardjo BH. 2002. Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia. Di
dalam: Workshop Nasional Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan
menghadapi Ancaman Bahaya El-Nino 2002; Bogor 9 April 2002. Bogor: Fakultas
Kehutanan, IPB dan Kementrian Lingkungan Hidup. Hlm 1-17.
Adinugroho, Wahyucatur. Siboro, Labueni. Dkk. 2005. Panduan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forests and
Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme and Wildlife
Habitat Canada. Bogor. Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai