Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TEKS EKSPLANASI

KELOMPOK 6 :
● Alvinna Dwi Anjani ( 04 )
● Karisma Amanda ( 22 )
● Lusi Melawati ( 24 )
● Suryandari Wahyu Putri Dewanti ( 35 )
● Zahra Callysta ( 36 )

Jl. Ahmad Yani No.48, Ardirejo, Kec. Kepanjen, Malang, Jawa Timur 65163
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
berjudul Kebakaran Hutan Amazon ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat bermanfaat. Akhir kata melalui
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih.

Malang, 1 Septemmber 2019

Atas nama kelompok 6

2 | Page
Kebakaran Hutan

Abstrak :

Kebakaran hutan dan lahan terjadi disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor alam dan
faktor kegiatan manusia yang tidak terkontrol. Kebakaran hutan yang terjadi akan
menimbulkan sejumlah dampak maupun kerugian yang menyangkut aspek ekologi dan
lingkungan, aspek ekonomi domestik dan aspek kesehatan dan sosial. Dalam upaya
pencegahan, berbagai kebijakan yang sifatnya meminimalisir kemungkinan kebakaran harus
diutamakan, termasuk penguatan sistem informasi manajemen kebakaran hutan, lahan,
kebijakan-kebijakan yang menyertai konversi, dan pembukaan lahan. Sedangkan dalam upaya
penanggulangan, teknologi modifikasi cuaca yang merupakan upaya manusia untuk memicu
turunnya hujan dengan cara menyemai awan dapat dimanfaatkan. Teknologi ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain pesawat udara, ground base generator (GBG), dan
roket. Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas,
bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang dilakukan
selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu perbaikan secara
menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat pinggiran atau dalam
kawasan hutan.

3 | Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………6

1.2 Rumusan Masalah………………….…………………………………………...6

1.3 Tujuan Penulisan...……………………………………………………………...7

1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………………7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………...7


2.1.1 Jenis Hutan……………………………………………………………....8
2.1.2 Fungsi Hutan…………………………………………………………….9
2.1 Definisi Kebkaran Hutan……………………………………………………......10
2.2 Jenis Kebakaran Hutan………………………………………………………….10
2.3 Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan ………………………………………..11
2.3.1 Faktor Alam……………………………………………...……………..11
2.3.1 Faktor Ulah Tangan Dan Kecerobohan Manusia………………..……...11
2.4 Proses Terjadinya Kebakaran Hutan…...……………………..………………....12
2.5 Akibat Dan Dampak Kebakaran Hutan……………………...…………………..13
2.5.1 Dampak Terhadap Ekologis dan Kerusakan Lingkungan……...……….13
2.5.2 Dampak Terhadap Sosial, Budaya dan Ekonomi………………………..13
2.5.2 Dampak Terhadap Hubungan Antar Negara…………………………....13
2.7 Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan………………………………………….14
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………...16
3.1. Teks Eksplanasi………………………………………………………………....16
3.2. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Hutan…………………………...17
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………….18
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………18
4.2 Saran……………………………………………………………………………..19
4 | Page
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...20

5 | Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan merupakan suatu nikmat yang sangat besar yang dianugerahkan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa kepada seluruh manusia. Dari hutan manusia dapat
menghirup oksigen dengan leluasa dan juga sebagai tempat yang sangat berharga bagi
hewan yang hidup didalamya. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan
lebat oleh pepohonan dan tumbuhan. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan Amazon adalah hutan hujan di Amazon, Amerika Selatan. Wilayah ini,
yang juga disebut Amazonia atau Amazon Basin, meliputi wilayah seluas tujuh juta
kilometer persegi, walaupun hutannya sendiri seluas 5.5 juta kilometer persegi, terletak
di sembilan negara: Brasil (dengan 60 persen hutan), Kolombia, Peru, Venezuela,
Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname, dan Guyana Prancis.
Amazon juga termasuk hutan tropis ey paling luas di dunia,dan memiliki dua
nama lain, yaitu 'paru-paru dunia' karena menghasilkan 30% dari seluruh oksigendi
Bumi,dan 'neraka hijau' karena setiap tahun sungainya meluap. Lebatnya hutan
membuat semua terlihat sama dan yang terakhir karena banyak serangan dari serangga
buas yang sebagian besar belum dinamai. Tigapuluh persen dari jumlah seluruh
binatang dan setengah dari seluruh spesies tanaman ada di hutan ini.Beberapa jenis
binatang di hutan ini adalah jaguar ,tapir ,anakonda, boa, kupu-kupu morpho biru, elang
harpy, sloth,cainman,babi hutan, ikan, dan masih banyak lagi. Sedangkan berbagai jenis
tanaman yang ada disini adalah pohon kapok, pohon telinga gajah, teratai raksasa,
anggrek, jarda, sapodilla, pohon pisang,dan lain-lain.
Kebakaran hutan merupakan suatu peristiwa yang sangat merugikan semua
pihak, baik dari kalangan manusia yang berekonomi rendah, sedang bahkan tingkat atas
dan juga sangat berdampak pada turunnya populasi hewan bahkan bisa punah.
Kebakaran hutan terkhusus di Indonesia umumnya dilatarbelakangi oleh pihak yang
tidak bertanggung jawab dan seperti penambang kayu hutan, para petani yang ingin
membuat lahan baru atau memperluas lahan dan juga para pendiri pabrik yang
menginginkan keuntungan yang sangat besar dengan mendirikan pabriknya hanya
dengan modal yang kecil bahkan tanpa modal. Pembabat hutan secara ilegal disebut
dengan Illegal Loging. Kebakaran merupakan salah satu fenomea yang menggangu
aktivitas manusia, baik dari segi ekologi, sosial, budaya, ekonomi maupun kerusakkan
lingkungan dan lain-lain. Hanya saja wawasan masyarakat akan pentingnya
pengetahuan penyebab, dampak, proses, pencegahan dan penanggulangan dinilai masih
cukup kurang bahkan tidak ada rasa kepedulian sama sekali.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dicantumkan pada makalah
ini adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari kebakaran hutan?
2. Apa saja jenis kebakaran hutan?

6 | Page
3. Apa penyebab terjadinya kebakaran hutan Amazon?
4. Apa dampak kebakaran hutan Amazon?
5. Bagaimana upaya pemerintah Brazil dalam menanggulangi kebakaran hutan
Amazon?

1.3. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi kebakaran hutan.
2. Untuk mengetahui jenis kebakaran hutan.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan Amazon.
4. Untuk mengetahui proses terjadinya kebakaran Amazon.
5. Untuk mengetahui dampak dari kebakaran hutan Amazon.
6. Untuk mengetahui upaya pengendalian kebakaran hutan Amazon.
1.4. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah tentang Kajian dan Analisis Kasus Kejadian Kebakaran
Hutan Amazon diharapkan dapat memberikan pemahaman secara keseluruhan dan
dampak dari fenomena kebakaran hutan yang sedang terjadi di hutan Amazon terhadap
berbagai sektor dan mencari alternatif penanggulangannya baik berupa pencegahan
maupun pengendaliannya. Selain itu juga diharapkan dari ilmu dan pemahaman yang
diperoleh siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan sarana pengembangan yang telah
didapat dalam kegiatan sekolah sehingga diperoleh pengalaman langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Jenis Hutan
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang luas di dunia. Luas
hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus berkurang drastis akibat
kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu haus uang dengan membabat
dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang besar tanpa melihat dampak
bagi lingkungan global.
Berikut di bawah ini adalah pembagian macam-macam atau jenis-jenis hutan :
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur.
2. Hutan Sabana
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang
sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah.
3. Hutan Rawa

7 | Page
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah
tumbuh di hutan rawa.
4. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat atau hutan rimba belantara yang tumbuh
di sekitar garis khatulistiwa (ekuator) yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi.
Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur,
humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat
disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan
dan merugikan negara trilyunan rupiah.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode
musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti
hutan.

2.1.2 Fungsi Hutan


A. Penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink)
Karbondioksida diketahui sebagai salah satu gas yang dapat menyebabkan efek
rumah kaca. Karbondioksida dihasilkan dari hasil pernapasan makhluk hidup, dalam
hal ini manusia dan hewan, dan dari sisa buangan industri dan kendaraan bermotor.
Lain halnya dengan tumbuhan dan pepohonan. Tumbuhan dan pepohonan
memerlukan gas karbondioksida untuk dapat hidup. Fungsi hutan sebagai penampung
karbondioksida ini erat kaitannya dengan keberadaan tumbuhan dan pepohonan di
tempat tersebut. Seperti yang telah kita ketahui bersama pohon dan tumbuhan akan
mengkonversi gas karbondioksida menjadi gas oksigen melalui proses fotosintesis. Gas
oksigen diketahui sebagai gas yang sangat diperlukan oleh manusia untuk
melangsungkan hidupnya.
Reaksi konversi gas karbon dioksida menjadi gas oksigen adalah sebagai berikut :
12 H2O + 6 CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6 O2 + 6 H2O
Pada hasil reaksi terdapat glukosa yang digunakan oleh tumbuhan dan pohon
sebagai energi untuk tumbuh dan berkembang. Proses fotosintesis ini berlangsung pada
daun dari tumbuhan dan pepohonan. Laju fotosintesis ini dipengaruhi dari luas
permukaan dari daun tumbuhan dan pepohonan. Semakin luas permukaan daun,
semakin tinggi laju fotosintesis yang berarti semakin tinggi laju penyerapan gas
karbondioksida.
B. Habitat hewan
Habitat adalah tempat suatu makhluk hidup tinggal dan berkembang biak. Pada
dasarnya, habitat adalah lingkungan paling tidak lingkungan fisiknya di sekeliling
populasi suatu spesies yang mempengaruhi dan dimanfaatkan oleh spesies tersebut.
Menurut Clements dan Shelford (1939), habitat adalah lingkungan fisik yang ada di
sekitar suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok spesies, atau komunitas.
Hutan merupakan salah satu contoh habitat hewan.
C. Modulator arus hidrologika

8 | Page
Siklus atau arus hidrologika adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari
atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi
dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologika tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Fungsi dari hutan dalam arus hidrologika ini sendiri adalah sebagai modulator,
yaitu salah satu tempat pemodifikasian dari uap air ke air begitu seterusnya tidak
berhenti. Dan jika arusnya dihentikan dengan terbakarnya hutan dapat mengganggu
siklus atau arus tersebut.
D. Pelestari tanah
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah
oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta
terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak
ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan
kerusakan. Akar-akar dari pohon di hutan berfungsi sebagai unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya. Sehingga peristiwa seperti diatas tidak terjadi.
merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Biosfer adalah bagian luar dari planet Bumi, mencakup udara, daratan, dan air,
yang memungkinkan kehidupan dan proses biotik berlangsung. Dalam pengertian luas
menurut geofisiologi, biosfer adalah sistem ekologis global yang menyatukan seluruh
makhluk hidup dan hubungan antarmereka, termasuk interaksinya dengan unsur litosfer
(batuan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) Bumi. Bumi hingga sekarang adalah satu-
satunya tempat yang diketahui yang mendukung kehidupan. Salah satu contoh biosfer
yang paling penting adalah hutan.

2.2. Definisi Kebakaran Hutan


Kebakaran liar, atau juga kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, kebakaran
rumput, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran yang terjadi di alam liar, tetapi
dapat juga memusnahkan rumah-rumah atau sumber daya pertanian. Penyebab umum
termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran. Musim kemarau dan
pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari
sebuah sinonim dari Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di
Eropa Pertengahan sebagai senjata maritim.
Kebakaran dan pembakaran merupakan sebuah kata dengan kata dasar yang
sama tetapi mempunyai makna yang berbeda. Kebakaran indentik dengan kejadian
yang tidak disengaja sedangkan pembakaran identik dengan kejadian yang sengaja
diinginkan tetapi tindakan pembakaran dapat juga menimbulkan terjadinya suatu
kebakaran. Penggunaan istilah kebakaran hutan dengan pembakaran terkendali
merupakan suatu istilah yang berbeda. Penggunaan istilah ini sering kali
mengakibatkan timbulnya persepsi yang salah terhadap dampak yang ditimbulkannya.

9 | Page
Kebakaran hutan adalah “Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan.”1
Adapun definisi oleh pakar kehutanan, Saharjo B.H bahwa kebakaran hutan
adalah “Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar
alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri,
log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon.”2
Dapat dijabarkan definisi dari kebakaran hutan adalah terkabakarnya
pepohonon, rumput dan sejenisnya didalam hutan baik yang disengaja ataupun tidak
disengaja sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem yang berdampak kurangnya
produksi oksigen dan terjadinya pemanasan suhu serta mengecilkan atau
menghilangkan lingkungan bagi hewan yang hidup didalam hutan.

2.3. Jenis Kebakaran Hutan


Jenis Kebakaran Hutan dikategorikan menjadi tiga tipe, yaitu Surface Fire,
Crown Fire dan Ground Fire. Atau dapat diuraikan sebagai berikut.
A. Surface Fire (Kebakaran Permukaan)
Kebakaran permukaan mengkonsumsi bahan bakar yang terdapat di lantai
hutan, baik berupa serasah, jatuhan ranting, dolok-dolok yang bergelimpangan di lantai
hutan, tumbuhan bawah, dan sebagainya yang berada di bawah tajuk pohon dan di atas
permukaan tanah.
B. Crown Fire (Kebakaran Tajuk)
Jenis lain kebakaran hutan adalah Crown Fire di mana mahkota pohon dan
semak terbakar, seringkali ditopang oleh api permukaan. Api mahkota terutama sangat
berbahaya di hutan jenis konifera karena bahan resinous diberikan dari pembakaran
kayu membakar marah. Pada lereng bukit, jika api mulai menurun, menyebar dengan
cepat seperti udara dipanaskan berdekatan dengan lereng cenderung mengalir ke atas
lereng penyebaran api bersama dengan itu. Jika api mulai menanjak, ada kemungkinan
kurang dari itu menyebar ke bawah.
C. Ground Fire (Kebakaran Bawah)
Kebakaran ini biasanya berkombinasi dengan kebakaran permukaan, kebakaran
yang terjadi dipermukaan akan merambat mengkonsumsi bahan bakar berupa material
organik yang terdapat di bawah permukaan tanah/lantai hutan melalui pori-pori tanah
atau akar pohon sehingga kadang hanyai dijumpai asap putih yang keluar dari
permukaan tanah. Kebakaran ini umum terjadi pada lahan gambut.
2.4. Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan terjadi bukan dikarenakan illegal loging saja, tetapi sangat banyak
penyebabnya mulai dari faktor alam sampai yang disebabkan oleh manusia.

1
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
2
Saharjo, B.H. 2003. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Yang Lestari Perlukah Dilakukan. Departemen
Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

10 | Page
Peningkatan jumlah kebakaran hutan di Amazon akhir-akhir ini "berkaitan langsung
dengan deforestasi", menurut sebuah penelitian baru yang dilakukan Institut Penelitian
Lingkungan Amazon (IPAM) dan Federal University of Acre, Brasil.
Sepuluh kota madya di kawasan dengan peringatan deforestasi terbanyak adalah juga
yang mengalami kebakaran terbanyak tahun ini. Hubungan antara deforestasi dan kebakaran
ini membantah pendapat yang menyatakan bahwa kebakaran tahun ini terjadi secara alamiah,
yang disebabkan oleh kekeringan di Brasil utara.
Kajian tersebut menyebutkan adalah tidak mungkin menyatakan peningkatan jumlah
kebakaran terkait musim kemarau: kenyataannya adalah kekeringan tahun ini lebih rendah di
daerah tersebut dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, ketika terjadi lebih sedikit kebakaran.
"Sepuluh kotamadya Amazon yang melaporkan paling banyak kebakaran adalah juga
tempat dengan tingkat deforestasi tertinggi. Di daerah ini terjadi 37% kejadian kebakaran di
tahun 2019 sementara 43% deforestasi dilaporkan sampai bulan Juli. Terpusatnya kebakaran
hutan di daerah yang baru saja kehilangan hutan dengan kekeringan ringan menjadi indikasi
kuat sifat kebakaran, yaitu pembersihan daerah yang hutannya baru saja dibabat," demikian isi
laporan itu.
Kotamadya yang dimasukkan para peneliti terkait dengan kejadian kebakaran adalah:
Apui, Labrea and New Aripuana di negara bagian Amazon, Altamira, Itaituba, Sao Felix do
Xingu, dan Novo Progresso di negara bagian Para, Colniza di negara bagian Mato Grosso,
Porto Velho di negara bagian Rondonia dan Caracarai di negara bagian Roraima.
IPAM adalah sebuah lembaga yang bermarkas di ibu kota, Brasilia. Penulis kajian
adalah peneliti Divino Silverio, Ane Alencar dan Paulo Moutinho (IPAM) dan Sonaira Silva
(Federal University Acre).
Informasi terkait deforestasi didapat dari Sistem Waspada Deforestasi (SAD) Imazon
Institute; data kebakaran (atau "titik api", istilah teknisnya) berasal dari satelit AQUA (satelit
acuan Badan Nasional Penelitian Angkasa Luar/INPE) dan jumlah hari tanpa hujan secara
berturut-turut dari data CHIRPS yang dikembangkan Suirvei Geologi AS/US Geological
Survey (USGS) dan University of California Santa Barbara.
Survei menggunakan data deforestasi dari bulan Januari ke Juli 2019 dan kejadian
kebakaran yang tercatat mulai dari permulaan tahun sampai tanggal 14 Agustus.
“Amazon lebih banyak terbakar pada tahun 2019 dan tidak hanya musim kering yang dapat
menjelaskan peningkatan ini ... musim kering tahun ini tidak separah tahun-tahun lalu. (Tapi) sampai
tanggal 14 Agustus, terjadi 32.728 kebakaran, 60% lebih tinggi dari pada rata-rata tiga tahun terakhir
untuk periode yang sama," kata kajian tersebut.
Menurut peneliti Luis Fernando Guedes Pinto dari Imaflora Institute, informasi yang
ada terkait dengan kebakaran memperlihatkan bahwa ini adalah bagian dari proses pertikaian
lahan di kawasan Amazon.

"Kebakaran ini adalah bagian dari masalah sengketa lahan. Ini adalah gerakan untuk
membersihkan dan menduduki lahan, bukannya untuk meningkatkan produksi. Tujuannya
adalah menduduki, dengan harapan pemilikan tanah akan diberikan secara resmi kemudian,"
katanya.

11 | Page
Luis Fernando mengatakan pernyataan sebelumnya dari para pemimpin - seperti Jair
Bolsonaro sendiri dan Gubernur Acre Gladson Cameli - kemungkinan mengisyaratkan
pengurangan hukuman perusak hutan. Baginya, dua hal ini berkaitan.
"Kebakaran ini terjadi pada keadaan di mana pemerintah federal dan para pejabat
pemerintah mengatakan tidak akan ada langkah penegakan atau penghukuman," katanya.
Menurut ahli iklim, Carlos Nobre, hubungan antara deforestasi dan kebakaran sudah
diduga sebelumnya. Biasanya, pihak yang ingin "membersihkan" hutan, pertama-tama
membersihkan pohon dan setelah beberapa bulan, membakar lahan tersebut.
"Dinamikanya seperti ini: pembersihan hutan, tunggu beberapa bulan agar mengering
dan kemudian membakarnya. Jika Anda membakar pada keesokan harinya, (pohon) tidak akan
terbakar karena tanamannya basah," katanya.
"Perlu menunggu beberapa bulan dan kemudian terbakar. Dan selalu, setiap tahun,
Agustus dan September adalah bulan-bulan dengan kejadian kebakaran tertinggi," katanya
kepada BBC News Brasil.
"Tahun ini, semua indikator mulai dari SAD (Imazon), Deter (waspada deforestasi)
INPE memperlihatkan peningkatan deforestasi, jadi lebih banyak kebakaran diperkirakan
terjadi," kata Nobre, yang mendaparkan gelar doktor dari Massachusetts Institute of
Technology (MIT).
Noble menekankan data akhir deforestasi akan diperoleh dari sistem Prodes INPE, yang
baru akan diungkapkan pada bulan Oktober. Tetapi data yang digunakan kajian IPAM "adalah
salah satu yang terbaik di dunia" terkait dengan pengukuran kebakaran dan peringatan
deforestasi, kata ahli iklim.
2.5. Proses Terjadinya Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran pemukaan dimana api
membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, kemudian api menyebar tidak menentu
secara perlahan dibawah permukaan, membakar bahan organik melalui pori-pori gambut
dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar. Dalam
perkembangannya, api menjalar secara vertical dan horizontal membentuk kantong asap
dengan pembakaran tidak menyala (soldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih
saja yang tampak di atas permukaan. Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya didalam
tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan pemadaman akan
mengalami banyak kesulitan.
Menurut De Bano et al. (1998), proses pembakaran terdiri dari lima fase yaitu.
1. Pre-ignition (Pra- Penyalaan)
Dehidrasi/distilasi dan pirolisis merupakan proses-proses yang terjadipada
fase Pre-ignition. Karena bahan bakar berada di bagian depan nyala api, maka
pemanasan melalui radiasi dan konveksi akan lebih dari 100◦C, sehingga uap air, bahan
organik yang tidak terbakar, dan zat ekstraktif berkumpul di permukaan bahan bakar dan
dikeluarkan ke udara.
2. Flaming combustion (Penyalaan)
Fase ini berupa reaksi eksotermik yang menyebabkan kenaikan suhu dari
300 - 500◦C. Pirolisis mempercepat proses oksidasi (flaming) dari gas-gas yang mudah
terbakar. Akibatnya, gas-gas yang mudah terbakar dan uap hasil pirolisis bergerak ke atas
bahan bakar, bersatu dengan O2 dan terbakar selama fase flaming. Panas yang di hasilkan dari
reaksi flaming mempercepat laju pirolisis dan melepaskan jumlah yang besar dari gas-gas yang

12 | Page
mudah terbakar. Api akan membesar dan sulit dikendalikan, terlebih jika ada angin. Pada fase
ini dihasilkan berbagai produk pemabakaran seperti: air, CO2, sulfur oksida, gas nitrogen dan
nitrogen oksida. Kemudian terjadi kodensasi dari tetesan ter dan soot < 1 urn membentuk asap
(smoke) yang merupakan polutan udara yang penting.
3. Smoldering (Pembaraan)
“Smoldering” adalah fase awal di dalam pembakaran untuk tipe bahan bakar duff dan
tanah organic. Laju penjalaran api menurun karena bahan bakar tidak dapat mensuplai gas-gas
yang mudah terbakar. Panas yang dilepaskan menurun dan suhunya pun menurun, gas-gas
lebih terkondensasi ke dalam asap.
4. Glowing (Pemijaran)
Fase glowing merupakan bagian akhir dari proses smoldering. Pada fase ini sebahagian
besar dari gas-gas yang mudah menguap akan hilang dan oksigen mengadakan kontak langsung
dengan permukaan dari bahan bakar yang mengarang. Produk utama dari fase “glowing”
adalah CO, CO2 dan abu sisa pembakaran. Pada fase ini temperature puncak dari pembakaran
bahan bakar berkisar antara 300 – 600 0C.
5. Extinction
Kebakaran akhirnya berhenti pada saat semua bahan bakar yang tersedia habis, atau pada
saat panas yang dihasilkan dalam proses smoldering atau flaming tidak cukup untuk
menguapkan sejumlah air dari bahan bakar yang basah. Panas yang diserap oleh air bahan
bakar, udara sekitar, atau bahan inorganik (seperti batu-batuan dan tanah mineral) mengurangi
jumlah panas yang tersedia untuk pembakaran, sehingga mempercepat proses extinction.3

2.6. Akibat Dan Dampak Kebakaran Hutan


Hutan Amazon yang merupakan rumah bagi tiga juta spesies hewan dan tumbuhan serta satu juta suku
tersebut, kini tengah mengalami kebakaran terburuk yang pernah terjadi sepanjang sejarahnya.

Lembaga Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa (INPE) mengatakan bahwa data satelit
menunjukkan peningkatan 84 persen dari periode yang sama di tahun 2018.

Banyak masyarakat pun kini khawatir tentang konsekuensi kebakaran hutan hujan Amazon. Berikut
dampak buruk yang bisa terjadi jika kebakaran tersebut terus berlanjut:

2.6.1. 20% pasokan oksigen dunia hilang


Hutan Amazon merupakan hutan tropis terbesar di dunia yang menyediakan 20 persen
pasokan oksigen Bumi. Bayangkan jika hutan tersebut terbakar habis, tentu umat manusia akan
kehilangan salah satu pemasok oksigen terbesarnya.
Setelah terbakar, hutan tropis nantinya bisa berubah menjadi sabana. Ini berarti kapasitasnya
untuk menyerap karbon akan sangat berkurang dan dapat berakibat buruk bagi seluruh planet ini.
2.6.2. Perubahan iklim
Lembah Amazon juga merupakan hutan hujan terbesar di dunia. Hutan tersebut memiliki
simpanan karbon penting yang mampu memperlambat pemanasan global.
Para ilmuwan mengatakan bahwa pepohonan adalah garis pertahanan pertama planet ini
terhadap pemanasan global dan sangat penting untuk menjaga stabilitas iklim. Karena penggundulan
hutan, para ilmuwan memperkirakan bahwa kita berada di dekat titik kritis di mana Amazon tak lagi
berfungsi sebagai penyerap karbon.
2.6.3. Hilangnya keanekaragaman hayati

3
Adinugroho, Wahyu Catur dan INN Suryadiputra. 2003. Kebakaran Hutan dan Lahan. Bogor: Seri
Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut.

13 | Page
Hutan Amazon merupakan 40 persen dari seluruh hutan tropis dunia. Hutan hujan Amazon
juga menyumbang sekitar 10 sampai 15 persen keanekaragaman hayati di Bumi.
Sehingga saat terjadi kebakaran Amazon, hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan. Salah
satu efek paling berbahaya dan meresahkan dari penggundulan hutan Amazon adalah hilangnya
spesies hewan dan tumbuhan karena hilangnya habitat mereka.
2.6.4. Penyusutan tanah
Pohon-pohon di hutan juga membantu mengendalikan ketinggian air di atmosfer dengan
membantu mengatur siklus air. Dengan semakin sedikit pohon yang tersisa, semakin sedikit pula air
di udara yang akan dikembalikan ke tanah.
Efek lebih lanjut dari deforestasi antara lain adalah erosi tanah. Tanpa pohon, tanah menjadi
terkikis dan tanah yang tersisa kemudian lebih rentan terhadap banjir, khususnya di wilayah pesisir.
2.7. Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan
Brasil mengatakan pesawat militer dan 44.000 tentara akan dikerahkan untuk memadamkan
kebakaran yang melanda sebagian kawasan Amazon.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (26/8/2019) Menteri Pertahanan dan Menteri Lingkungan
menggambarkan rencana untuk memadamkan kebakaran yang telah memicu kemarahan internasional
serta demonstrasi di Brasil terhadap cara Presiden Jair Bolsonaro menangani krisis lingkungan itu.
Presiden Jair Bolsonaro pada Jumat, 23 Agustus 2019 mengizinkan militer untuk terlibat
dalam memadamkan api. Ia juga mengatakan bahwa ia akan berkomitmen untuk melindungi kawasan
Amazon dan hutan lainnya.

Presiden Brasil itu sebelumnya telah menyebut perlindungan hutan hujan sebagai hambatan
bagi pembangunan ekonomi Brasil, berdebat dengan para pengkritik yang mengatakan Amazon
menyerap banyak gas rumah kaca dan penting bagi dunia dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron ikut mengungkapkan rasa prihatin. Ia juga mengajak
agar pemimpin-pemimpin dunia yang tergabung dalam G7 untuk berdiskusi mengenai nasib hutan
Amazon.

Presiden Macron mendesak berbagai pihak untuk bertindak menyelamatkan hutan Amazon
yang terbakar, berargumen fungsi krusial hutan tersebut sebagai pemroduksi 20 persen suplai oksigen
untuk planet bumi.
Macron, didampingi Presiden Chile Sebastián Piñera, mengumumkan janji bantua dana
tersebut pada hari Senin, termasuk tambahan US$ 12 juta (setara Rp 171 miliar) dari Inggris dan US$
11 juta (setara Rp 156 miliar) dari Kanada, serta rencana reboisasi yang akan dimulai September
nanti.
Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang awalnya menolak dana bantuan US$ 20 juta (setara Rp
285 miliar) yang dijanjikan oleh kelompok G7 untuk memerangi kebakaran hutan Amazon, kini
mengaku akan mempertimbangkan untuk menerima bantuan tersebut.
Pemerintah Brasil juga menerima bantuan berupa empat pesawat pemadam dari Chile untuk
memerangi kebakaran hutan Amazon.

14 | Page
BAB III
TEKS EKSPLANASI
3.1. Teks Eksplanasi
3.1.1. Pernyataan Umum
Kebakaran hutan ialah suatu peristiwa dimana terdapat api dengan intensitas yang
besar yang membakar lingkungan hutan baik sebagian atau keseluruhan. Kebakaran hutan
tentunya akan mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan, tidak hanya hutan itu
sendiri melainkan juga lingkungan sekitarnya.
3.1.2. Deretan Penjelas
Kebakaran hutan dibedakan menjadi 3 macam, antara lain kebakaran permukaan,
kebakaran tajuk, dan api tajuk. Penjelasan dari masing-masing jenis tersebut, jadi
kebakaran permukaan adalah kebakaran yang terjadi pada lantai hutan dan apinya sangat
mudah menyebar namun masih tergolong mudah untuk dipadamkan. Selanjutnya
kebakaran tajuk adalah kebakaran yang membakar tajuk tanaman pokok terutama pohon-
pohon yang mudah terbakar. Terakhir adalah api tajuk, kebakaran ini akan membakar
lapisan organik yang dibawah lantai hutan, kebakaran jenis ini terjadi dalam waktu yang
sangat panjang dan perambatan apinya sangat lambat.Kebakaran hutan Amazon termasuk
ke dalam kebakaran tajuk karena dari kebakaran ini banyak membakar tanaman
khususnya pepohonan.
Kebakaran hutan terjadi karena adanya 2 faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Untuk faktor alam biasanya karena kekeringan jangka panjang yang mengakibatkan
terjadinya percikan-percikan api, sedangkan faktor manusia biasanya karena kelalaian dan
kesengajaan seperti misalnya membuang puntung rokok sembarangan, melakukan
pembakaran liar dan untuk membuka lahan baru.
Amazon memang memiliki hutan hujan yang identik dengan kondisi lembab dan
basah. Di sisi lain, Amazon juga memiliki musim kering pada bulan Juli dan Agustus
yang tak jarang berujung pada kebakaran hutan. Selain itu, Cnet juga menyebut bahwa
upaya penggundulan lahan untuk peternakan atau perkebunan menjadi penyebab utama
kebakaran hutan pada periode kering tersebut.
Menurut data satelit dari Institut Nasional untuk Riset Antariksa (Inpe) Brasil, insiden
kebakaran hutan meningkat 83% dibandingkan jumlah dalam periode yang sama pada
2018. Terkait dengan itu, NASA pun sudah merilis foto hasil citra satelit mengenai
kebakaran hutan Amazon di Amazonas, negara bagian terbesar di Brasil. NASA
mendapati titik api di Rondonia, Amazonas, Para, dan Mato Grosso.

15 | Page
Hasil citra satelit dari NASA tersebut turut memperlihatkan penampakan asap putih
dari kebakaran hutan, yang bercampur dengan awan. Wilayah Amazonas sendiri sudah
menyatakan kondisi darurat terkait kebakaran hutan.
Merujuk pada EuroNews, FoxNewsmenyebut ada 1.699 kebakaran hutan yang
terdeteksi satelit di Amazonas, dengan 80 persennya terjadi pada bulan Juli. Sedangkan di
Mato Grosso ada 8.799 kebakaran hutan sampai dengan 2 Agustus, meningkat 39 persen
dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya. Ilmuwan Mark Parrington juga
dikutip mengatakan bahwa kebakaran hutan tersebut akan cenderung meningkat sampai
dengan akhir Agustus ini, terutama di wilayah Rondonia.
Kebakaran hutan mengakibatkan munculnya asap tebal pekat yang mengandung
berbagai gas berbahaya yang tentunya sangat tidak sehat bila dihirup oleh makhluk hidup.
Berbagai penyakit dapat terpicu akibat kebakaran hutan ini, antara lain ISPA, kanker
paru-paru, asma dan penyakit pernafasan lainnya.
3.1.3. Interpretasi
Kebakaran hutan menjadi peristiwa yang sering kali terjadi di negara negara di dunia,
faktor alam dan kurangnya kepedulian kita menjadi pemicu terjadinya peristiwa ini. Untuk itu
sudah semestinya kita menjaga lingkungan hutan kita mengingat hutan adalah paru-paru
dunia yang mana sangat wajib kita jaga kelestariannya.

3.2. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Hutan

a. Sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan hutan yang baik.

Sosialisasi merupakan media yang baik bagi masyarakat, karena dengan adanya
sosialisasi bagaimana cara mengelola hutan yang baik, cara menindaklanjuti jika terjadi
kebakaran hutan, mulai dari pengenalan, proses pengelolahan, dan pencapaian hasil
b. Memperkecil jumlah titik api

Suatu kebakaran dapat terjadi karena adanya titik api yang di area hutan. Dengan adaya gas
oksigen dan alat yang mudah terbakarmembantuberkembangnya api. Api yang bermula hanya
titik atau berupa sumberdengan adanya faktor pendukung maka terjadilah kobaran api
yang besar.
c. Mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system)

16 | Page
Pemberitahuan kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinnya kebakaran hutan,
atau untuk mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan perlu diberikan peringatan dan aturan-
aturan yang berkaitan dengan penyebab kebakaran hutan dan dampak bagi masyarakat sekitar.
d. Membangun satuan-satuan pemadam kebakaran hutan (brigade kebakaran) di
tiap daerah yang rawan gangguan kebakaran hutan dengan dukungan dana,
sarana dan prasarana yang memadai

Penanggulangan kebakaran hutan dilakukan dengan cara sebagai berikut.


1. Pembangunan jejaring kerja antar daerah dalam upaya penanggulangan kebakaran
hutan yang efektif dan sinergis.
2. Dalam jangka panjang penanggulangan kebakaran hutan dilaksanakan dengan
membangun kelembagaan daerah dengan dukungan pusat yang melibatkan peran aktif
masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
3. Melakukan rehabilitasi dan penghijauan

Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain :
1. Memantapkan dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non
struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta Brigade-brigade
pemadam kebakaran hutan di masing-masing HPH dan HTI;
2. Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan
penanggulangan kebakaran hutan;
3. Melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegah dan pemadam kebakaran
hutan;
4. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah dan
perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan;
5. Kampanye dan penyuluhan melalui berbagai Apel Siaga pengendalian kebakaran
hutan;
6. Pemberian pembekalan kepada pengusaha (HPH, HTI, perkebunan dan Transmigrasi),
Kanwil Dephut, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara
Lingkungan Hidup;
7. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan,
selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

17 | Page
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai harganya karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber
hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan
tanah, dan sebagainya.
Kebakaran hutan menimbulkan kerugian yang sangat besar dan dampaknya sangat luas,
bahkan melintasi batas negara. Di sisi lain upaya pencegahan dan pengendalian yang
dilakukan selama ini masih belum memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu perlu
perbaikan secara menyeluruh, terutama yang terkait dengan kesejahteraan masyarakat
pinggiran atau dalam kawasan hutan.
Berbagai upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain dibidang penyuluhan kepada
masyarakat khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor penyebab kebakaran hutan,
peningkatan kemampuan aparatur pemerintah terutama dari Departemen Kehutanan,
peningkatan fasilitas untuk mencegah dan menanggulagi kebakaran hutan, pembenahan
bidang hukum dan penerapan sangsi secara tegas.

4.2 Saran
Dalam mengantisipasi dan mengurangi kejadian kebakaran hutan, maka perlu tindak
nyata pada semua pihak terkait/stakeholder secara jelas, pasti dan cepat sehingga degradasi
lingkungan dan hutan dapat diatasi. Hal ini dapat melalui jalan pendekatan dengan berbagai
metode pada semua pelaku peran baik dari lembaga pemerintah sebagai pihak yang
merupakan produk izin, pengusaha yang bergerak dalam kegiatan ini, masyarakat sebagai
peran lainnya, tenaga ahli yang memahami teori dengan benar dan pihak-pihak pengamat
yang membantu meluruskan adanya kekeliruan dalam hal ini lembaga swadaya masyarakat
baik lokal maupun internasional, perguruan tinggi dan sebagainya.

18 | Page
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, Wahyu Catur. 2009. Bagaimana Kebakaran Hutan Terjadi. Bogor: Paper MK
Kebakaran Hutan.
Adinugroho, Wahyu Catur dan INN Suryadiputra. 2003. Kebakaran Hutan dan Lahan. Bogor:
Seri Pengelolaan Hutan dan Lahan Gambut.
Tacconi, Luca. 2003. Kebakaran Hutan di Indonesia: Penyebab, Biaya dan Implikasi
Kebijakan. Bogor: Center For International Forestry Research (CIFOR). Paper.
Yuwono, Arief. 2014. Penanganan Kasus Dan Upaya Pengendalian Kebakaran Hutan Dan
Lahan (KARHUTLA) KLH. Diakese pada tanggal 9 Juni 2015,
darihttp://www.menlh.go.id/penanganan-kasus-dan-upaya-pengendalian-kebakaran-hutan-
dan-lahan-krhutla-klh/
http://air.bappenas.go.id/main/doc/pdf/yang_telah_disahkan/UU_41_1999_KEHUTAAN.htm
l
http://indonesianforest.com/frameset.php
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/lingkungan/10/11/04/144702-luas-
kebakaran-hutan-di-indonesia-menurun
https://www.liputan6.com/global/read/4049184/brasil-mau-terima-dana-bantuan-g7-untuk-atasi-
kebakaran-amazon-
tapi?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fww
w.liputan6.com%2Fglobal%2Fread%2F4051702%2Fkebakaran-hutan-amazon-brasil-terima-bantuan-
pesawat-pemadam-chile
https://www.liputan6.com/global/read/4051702/kebakaran-hutan-amazon-brasil-terima-bantuan-
pesawat-pemadam-
chile?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fw

19 | Page
ww.liputan6.com%2Fglobal%2Fread%2F4049184%2Fbrasil-mau-terima-dana-bantuan-g7-untuk-
atasi-kebakaran-amazon-tapi%3Frelated%3Ddable
https://www.liputan6.com/global/read/4046571/brasil-kerahkan-militer-untuk-padamkan-
kebakaran-hutan-
amazon?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3
A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Fglobal%2Fread%2F4051702%2Fkebakaran-hutan-
amazon-brasil-terima-bantuan-pesawat-pemadam-chile
https://news.detik.com/bbc-world/d-4684931/deforestasi-disebut-jadi-penyebab-utama-
kebakaran-hutan-amazon
https://hai.grid.id/read/071828308/4-dampak-buruk-yang-bisa-terjadi-jika-hutan-amazon-
terus-terbakar?page=all
https://www.academia.edu/39140621/Makalah_Kebakaran_Hutan

20 | Page

Anda mungkin juga menyukai