Anda di halaman 1dari 28

Laporan pendahuluan

“ CA LAMBUNG “
“ Asuhan Keperawatan “

Oleh Kelompok
Kelas : II C Keperawatan
Alfandi : 201601004
Nopdin kamai : 201601123
Rahmawati : 201601129

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji sykur kehadirat Tuhan yang maha Esa karena berkat rahmat serta hidayahnya kami
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II yang
berjudul “Asuhan Keperawatan klien dengan CA LAMBUNG ”.Makalah ini kami susun
dengan maksud memberikan pengetahuan mengenai teori CA LAMBUNG
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca
Kami menyadarai bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan
perbaikan makalah.

Palu, 30 maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
C. ASPEK EPIDEMIOLOGI
D. ETIOLOGI
E. PATOFISIOLOGI
F. PATHWAY
G. MANIFESTASI KLINIK
H. KLASIFIKASI
I. PENCEGAHAN
J. PENATALAKSANAAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
D. DISCHARGE PLANNING

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Karsinoma lambung adalah suatu keganasan yang terjadi di lambung,
sebagian besar adalah jenis adenokarsinoma. Kanker lambung lebih sering terjadi
pada usia lanjut kurang dari 25 % kanker itu terjadi pada orang dibawah usia 50 tahun
( Osteen, 2003 ). Meskipun frekuensi telah menurun secara dramatis selama beberapa
dekade terakhir di dunia Barat, kanker ini masih memberikan kontribusi signifikan
terhadap kematian secara keseluruhan. Insiden adenocarcinoma sangat bervariasi
tergantung pada wilayah geografis. Insiden tahunan di Jepang diperkirakan 140 kasus
per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan di dunia Barat insiden ini diperkirakan
10 per 100.000 penduduk. Insiden yang lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan rasio dari 1.5:2.5, kelompok-kelompok sosial yang miskin dan orang-
orang di atas usia 40 tahun yang diamati. Dan angka kejadian karsinoma lambung
(866.000 mortalitas/tahun). (WHO,2008).
Di era serba cepat seperti saat ini tidak sulit bagi setiap orang untuk memenuhi
keinginannya dalam waktu yang relative singkat. Begitu juga dalam hal memilih
makanan, hampir sebagian masyarakat lebih memilih mengkonsumsi makanan cepat
saji yang mereka sendiri tidak tahu bahan apa saja yang digunakan untuk mengolah
makanan tersebut dibandingkan mengolah bahan makanan sendiri dirumah. Dengan
alasan lebih mudah dan efisien. Namun dibalik rasa nikmat yang dirasakan, mereka
tidak tahu bahaya apa yang akan terjadi jika mereka mengkonsumsi makanan tersebut
dalam jangka panjang. Berbagai penyakit bisa saja mereka derita akibat
mengkonsumsi makanan cepat saji yang menjadi pilihan mereka. Salah satu penyakit
yang mungkin timbul akibat mengkonsumsi berbagai makanan cepat saji dalam
jangka panjang adalah kanker. Sebagian manusia terkadang mengabaikan suatu
gejala penyakit yang timbul dalam dirinya, sehingga penyakit tersebut baru diketahui
ketika telah mencapai stadium lanjut. Salah satu contoh kanker akibat kebiasaan
buruk ini adalah kanker lambung dimana kanker lambung ini merupakan suatu bentuk
neoplasma maligna gastrointestinal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses
asuhan keperawatan secara komprehensif terhadap Kanker Lambung
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan pembelajaran tentang asuhan keperawatan dengan Kanker
Lambung. Maka mahasiswa/i diharapkan mampu :
a) Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kanker Lambung
b) Mengetahui definisi Kanker Lambung
c) Mengetahui etiologi Kanker Lambung
d) Mengetahui manifestasi klinis Kanker Lambung
e) Mengetahui patofisiologi Kanker Lambung
f) Mengetahui komplikasi Kanker Lambung
g) Mengetahui penatalaksanaan Kanker Lambung
h) Mengetahui pemeriksaan diagnostik Kanker lambung
i) Membuat ASKEP
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Ca lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan dilambung.
Kanker lambung merupakan neoplasma maligna yang ditemukan di lambung,
biasanya adenokarsinoma. Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk
oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Ca lambung adalah
neoplasma gastrointestinal yang menyebabkan mutasi sel gaster.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf ‘J’, dengan
volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung
berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan
dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke
hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction
disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura
minor, dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung
terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.
Gaster (lambung) merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus
uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah
diafrgma depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fundus uteri.
Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah yaitu: (1). Kardia, daerah
yang kecil terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2).
Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan
meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan
2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah
yang melengkung ke kanan membentuk huruf ‘J’; (4). Antrum pilori, adalah bagian
1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus
hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori, merupakan bagian tubulus yang
paling distal dari lambung. Bagian ini secara kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot
yang tebal dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum.
Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae lambung.
Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan percabangan dari arteri
celiac, hepatik dan splenik. Aliran pembuluh vena lambung dapat secara langsung
masuk ke sistem portal atau secara tidak langsung melalui vena splenik dan vena
mesenterika superior. Nervus vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung
dan pleksus celiac merupakan inervasi simpatik

C. ASPEK EPIDEMIOLOGI
Karsinoma lambung merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling
sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat kanker
(Cancer Facts and Figures, 1991). Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar
kasus timbul setelah usia 40. Sekitar 50% kanker lambung terletak pada antrum
pilorus. Sisanya tersebar diseluruh korpus lambung (Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit, hal 385-386).
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian
besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma.

D. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang bisa meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal
sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a) Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan
genetik. Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi
dari gen E-cadherin terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya
riwayat keluarga anemia pernisiosa dan polip adenomatus juga dihubungkan
dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani, 2003).
b) Faktor umur.
Pada kasus ini ditemukan lebih umum terjadi pada usia 50-70 tahun, tetapi
sekitar 5 % pasien kanker lambung berusia kurang dari 35 tahun dan 1 %
kurang dari 30 tahun (Neugut, 1996).
2. Faktor presipitasi
a) Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan
menjadi faktor utama peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi
konversi golongan nitrat menjadi carcinogenic nitrosamines didalam
lambung. Kondisi terlambatnya pengosongan asam lambung dan peningkatan
komposisi nitrosamines didalam lambung memberikan konstribusi
terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b) Infeksi H. Pylori.
H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan
80% tukak lambung (fuccio, 2007). Bakteri ini menempel dipermukaan dalam
tukak lambung melalui interaksi antara membran bakteri lektin dan
oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel lambung
(fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi
pembentukan luka adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja
dalam menghancurkan keutuhan sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara;
diantaranya melalui pengubahan fungsi endolisosom, peningkatan
permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau apoptosis
(pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga
menginfeksi bagian badan lambung. Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan
menghasilkan peradangan yang lebih luas yang tidak hanya memengaruhi
ulkus didaerah badan lambung, tetapi juga meningkatkan risiko kanker
lambung. Peradangan dilendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe
khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan
limfoma MALT (Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan
penting dalam menjaga kelangsungan tumor dengan menyebabkan dinding
atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung (santacroce, 2008).
c) Mengkonsumsi rokok dan alkohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan
kombinasi dengan konsumsi alkohol kronik akan meningkatkan risiko kanker
lambung (Gonzalez, 2003).
d) NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi
NSAIDs dalam jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip lambung) dapat
menjadi prekursor kanker lambung. Kondisi polip lambung berulang akan
meningkatkan risiko kanker lambung (Houghton, 2006).
e) Anemia pernisiosa.
Kondisi ini merupakan penyakit kronis dengan kegagalan absorpsi
kobalamin (vitamin B12), disebabkan oleh kurangnya faktor instrinsik sekresi
lambung, kombinasi anemia pernisiosa dengan infeksi H. Pylori memberikan
konstribusi penting terbentuknya tumorigenesis pada dinding lambung
(Santacroce, 2008).

E. PATOFISIOLOGI
Kanker lambung paling sering muncul dari lapisan mukosa lambung.
Sebagian besar kanker ini terjadi di kurvatura minor lambung didaerah pilori dan
antral. Prognosis lebih baik untuk kanker lambung yang melibatkan lesi polipoid dan
prognosis buruk bagi ulserasi kanker, prognosis terburuk jika terjadi infiltrasi.
Kanker lambung menyebar dengan perluasan langsung ke pankreas melalui
limfatik dan dengan infiltrasi hematogen menyebar ke hati, paru-paru dan tulang.
Rute khusus tergantung pada lokasi dan jenis tumor. Beberapa tumor menembus,
beberapa berulserasi dan beberapa menyebar sepanjang bidang jaringan.
Kanker lambung berstadium menggunakan klasifikasi tumor, nodus, dan
metastasis (TNM) dengan stadium I sampai IV. Kanker dapat direseksi pada stadium
awal sebelum ia menyebar ke dinding lambung.
Stadium kanker lambung dengan mengunakan sistem TNM.
Tumor Primer Kelenjar Getah Bening Metastasis Jauh
(T) (KGB) (M)
Regional (N)
Tis Carcinoma in situ tumor N0 Kelenjar getah bening M0 Tidak ada metastasis
intraepitel regional tidak jauh.
terlibat.
T1 Ekstensi tumor ke N1 Metastasis pada 1-6 M1 Ada metastasis jauh.
submukosa nodus limfe regional.
T2 Ekstensi tumor ke N2 Metastasis pada lobus
propia muscular dan 7-15 nodus limfe
serosa. regional.
T3 Penetrasi ke serosa N3 Metastasis pada >15
nodus limfe regional.
T4 Invasi ke struktur
sekitar.

Pengelompokan stadium dan prediksi bertahan hidup.


Stadium TNM Bertahan hidup setelah 5 tahun
Stadium 1 T1 N0 M0 85%
Stadium II T1 N2 M0 65%
T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIa T2 N2 M0 35%
T3 N1 M0
T4 N0 M0
Stadium IIIb T3 N2 M0 35%
Stadium IV T4 N 1-3 M0 5%
Setiap T N3 M0
Setiap T Setiap N M1

Dengan adanya kanker lambung, lesi tersebut akan menginvasi muskularis


propia dan akan melakukan metastasis pada kelenjar getah bening regional. Lesi pada
kanker lambung memberikan berbagai macam keluhan yang timbul, gangguan dapat
dirasakan pada pasien biasanya jika sudah pada fase progresif, dimana berbagai
kondisi akan muncul seperti dispepsia, anoreksia, penurunan BB, nyeri abdomen,
konstipasi, anemia, mual serta muntah. Kondisi ini akan memberikan berbagai
masalah keperawatan.
F. PATHWAY

Makanan asin, Genetik Infeksi H. pylori alkohol rokok


pengawet,asap

Beradaptasi dgn Mengiritasi Tertelan


Golongan
Meningkatkan suasana asam lambung
darah A
kandungan garam,
nitrat & amin aromatic Nikotin &
polisiklik Imun Mengeluarkan enzim Mengikis kadmium
rendah urease (urea => amoniak mukosa lambung
& karbamat)
Aktivasi p38 MAPK Merusak mukosa
stress pathway lambung
Mudah Karbamat=>amoniak & Meningkatkan
terinfeksi asam karbonat sekresi HCL
H. pylori
Inhibisi apoptosis Asam lambung
akan merusak
dinding lambung
Meningkatkan pH Dinding lambung
lambung terkikis o/ HCL
Kerusakan DNA

Melekat pd p’mukaan
Replikasi DNA epitel lambung
abnormal

Pertumbuhan sel Menyalurkan toksin &


abnormal menginduksi respon
imun
Polip lambung Menyebabkan kerusakan
sel-sel epitel

Tumor
Gastritis kronis

Ulkus gaster

Atrofi lambung

Metaplasia intestinal

Kanker lambung

Stadium lanjut Pengrusakan dinding


lambung

Ancaman kematian
Peningkatan HCL Mengenai
Kurang terpapar informasi reseptor nyeri
mengenai kondisi, prognosis
dan pengobatan
Merangsang pusat
mual Nyeri epigastrium

Ansietas

Mual
Nyeri meningkat

Perubahan nutrisi kurang Nyeri akut


dari kebutuhan tubuh

Menurunkan fungsi
sensori u/ makan

Anoreksia

(Bresciani, 2003., Fuccio, 2007., NANDA, 2015., Yarbrough, 2005)


G. MANIFESTASI KLINIKS
Menurut Davey, 2005, tanda dan gejala pada klien yang menderita Ca Gaster
adalah:
a. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan defisiensi Fe
mungkin merupakan keluhan utama karsinoma gaster yang paling umum.
b. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan penyakit metastasis
lanjut.
c. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending) obstruksi aliran keluar
lambung.
d. Disfagia
e. Nausea
f. Kelemahan
g. Hematemesis
h. Regurgitasi
i. Mudah kenyang
j. Asites perut membesar
k. Kram abdomen
l. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan

H. KLASIFIKASI
a. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan
histopatologis dapat dibagi atas :
1. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa
yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata,
perdarahan dengan atau tanpa ulserasi.
2. Tipe II (superficial type)
Dapat dibagi atas 3 sub tipe:
a. Elevated type
Tampak sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir seperti tipe I, terdapat
sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
b. Flat type
Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya terlihat
perubahan pada warna mukosa.
c. Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular)
hiperemik / perdarahan.
3. Tipe III. (Excavated type)
Menyerupai Bormann II (tumor ganas lanjut) dan sering disertai kombinasi
seperti II c & III atau III & II c dan II a & II c.

b. Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).


Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa
sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat batas tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding
dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
I. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan
Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara antara lain
1) Makan lebih banyak buah dan sayuran.
2) Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang dikonsumsi.
3) Berhenti merokok.
b. Pengobatan
1) Kemoterapi dan terapi radiasi.
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya
adalah untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup.
Kemoterapi dan terapi penyinaran bisa meringankan gejala.
2) Reseksi bedah..
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Pembedahan sudah dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif.
3) Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil, mitomisin
C, doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.
4) Hiperalimentasi (nutrisi intravena).
Nutrisi intravena yag disuntikan melalui intravena yang berfunsi untuk
menggantikan nutrisi karena kanker lambung ini. Karena kanker lmbung
proses penyerapan nutrisi yang terjadi di lambung terganggu dan
mengakibatkan kekurangan nutrisi dari kebutuhan yang diperlukan. Maka
diberikan hiperalimentasi ini.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada klien dengan penyakit kanker
lambung adalah sebagai berikut :
a. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan , agama,
alamat, status perkawinan, suku bangsa
b. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
1) Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
2) Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
3) Lingkungan tempat tinggal klien
4) Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
5) Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok,
alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
c. Nutrisi metabolic
1) Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
sehari
2) Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
nutrisi
3) Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan
tertentu.
4) Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
5) Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
6) Adanya makanan tambahan
7) Nafsu makan berlebih/kurang
8) Kebersihan makanan yang dikonsumsi
d. Eliminasi
1) Pola BAK dan BAB seperti frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan,
masalah pengontrolan
2) Adanya mencret bercampur darah
3) Adanya Diare dan konstipasi
4) Warna feses, bentuk feses, dan bau
5) Adanya nyeri waktu BAB
e. Aktivitas dan latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari hari
2) Kebiasaan olah raga
3) Rasa sakit saat melakukan aktivitas
f. Tidur dan istirahat
1) Adanya gejala susah tidur/insomnia
2) Kebiasaan tidur per 24 jam
g. Persepsi kognitif
1) Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
2) Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
3) Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
4) Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
h. Persepsi dan konsep diri
1) Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
i. Peran dan hubungan dengan sesame
1) Klien hidup sendiri/keluarga
2) Klien merasa terisolasi
3) Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
j. Reproduksi dan seksualitas
1) Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
2) Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
k. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
1) Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
2) Mekanisme koping yang biasa digunakan
3) Respon emosional klien terhadap status saat ini
4) Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
5) Sistem kepercayaan
l. Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah tergangu
m. Pemeriksaan Fisik
1) Status hemodinamik : tekanan darah hipotensi, nadi, akral dan pernafasan
akan naik saat nyeri dan turun pada saat terjadi perdarahan.
2) Berat badan kurang, kaheksia, konjungtiva kadang–kadang anemis
3) Pemeriksaan Abdomen daerah epigastrium dapat teraba massa, nyeri
epigastrium. Pada keganasan dapat ditemukan hepatomegali, asites.
4) Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d adanya gangguan pada impuls saraf lambung.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
untuk memasukan atau mencerna nutrisi oleh faktor biologis
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi mengenai kondisi, prognosis dan
pengobatan mengenai kondisi, prognosis dan pengobatan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria Intervensi


No Diagnosa Rasional
Hasil (NOC) (NIC)
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pemberian Analgesik: Pemberian Analgesik:
adanya gangguan asuhan keperawatan 1. Tentukan lokasi, 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
pada impuls saraf karakteristik, kualitas, dan kualitas, dan keparahan nyeri sebelum
lambung. selama 3 X 24 jam keparahan nyeri sebelum dilakukan pengobatan.
diharapkan nyeri akut mengobati pasien. 2. Mengetahui ada tidaknya alergi obat
2. Cek adanya riwayat alergi pada pasien.
pada px menurun obat. 3. Mengetahui adanya perubahan tanda
dengan KH : 3. Monitor tanda vital sebelum vital pasien sebelum dan sesudah
dan sesudah pemberian pemberian analgesik.
1. Mampu mengenali
analgesik. 4. Agar nyeri berkurang dengan optimal.
kapan nyeri terjadi 4. Tentukan analgesik yang
secara konsisten akan digunakan, rute
1 pemberian dan dosis untuk
(skala 5). mencapai hasil pengurangan
2. Mampu nyeri yang optimal.
menggambarkan
Manajemen Nyeri:
faktor penyebab Manajemen Nyeri: 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,
nyeri secara 1. Lakukan pengkajian nyeri frekuensi, kualitas, intensitas, faktor
yang komprehensif. pencetus, dan durasi nyeri.
konsisten (skala 2. Gunakan strategi komunikasi 2. Mengetahui pengalaman nyeri dan
5). terapeutik. menyampaikan penerimaan pasien
3. Gali bersama pasien faktor- terhadap nyeri.
faktor yang dapat
3. Mengenali apa menurunkan atau 3. Mengetahui faktor pencetus dan faktor
memperberat nyeri. penghilang rasa nyeri.
yang terkait
4. Libatkan keluarga dalam 4. Agar pasien merasa nyaman.
dengan gejala modalitas penurun nyeri.
nyeri secara
konsisten (skala
5).
4. Mampu
melaporkan nyeri
yang terkontrol
secara konsisten
(skala 5).
5. Mampu
menggunakan
jurnal harian untuk
memonitor gejala
dari waktu ke
waktu secara
konsisten (skala
5).
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi: Manajemen Nutrisi:
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 1. Tentukan status gizi pasien 1. Mengetahui status gizi dan
kebutuhan tubuh dan kemampuan [pasien] kemampuan pasien untuk memenuhi
b.d ketidak selama 3 X 24 jam untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan gizi.
mampuan untuk diharapkan nutrisi gizi. 2. Mengetahui ada tidaknya alergi yang
memasukan atau 2. Identifikasi [adanya] alergi dimiliki pasien.
kurang dari kebutuhan atau intoleransi makanan
mencerna nutrisi
oleh faktor biologis pada px menurun yang dimiliki pasien 3. Menentukan jumlah kalori dan jenis
3. Tentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
dengan KH :
jenis nutrisi yang dibutuhkan
1. Asupan gizi tidak untuk memenuhi persyaratan
menyimpang dari gizi. 4. Memberikan posisi yang nyaman pada
4. Anjurkan pasien untuk duduk pasien saat makan.\
rentang normal pada posisi tegak di kursi, 5. Mengetahui perubahan berat badan
2 (skala 5). jika memungkinkan. sebelum dan sesudah diberikan
5. Monitor kecendrungan perawatan.
2. Asupan cairan
terjadinya penurunan dan
tidak menyimpang kenaikan berat badan.
dari rentang
normal (skala 5).
3. Asupan makanan
tidak menyimpang
dari rentang
normal (skala 5).
4. Hidrasi tidak
menyimpang dari
rentang normal
(skala 5).
5. Rasio berat
badan/tinggi badan
tidak menyimpang
dari rentang
normal (skala 5).

Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan Pengurangan Kecemasan: Pengurangan Kecemasan:


terpapar informasi asuhan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang 1. Agar pasien tenang.
mengenai kondisi, tenang dan meyakinkan.
prognosis dan selama 3 X 24 jam 2. Nyatakan dengan jelas 2. Agar tujuan yang hendak dicapai jelas
pengobatan diharapkan ansietas harapan terhadap perilaku terhadap perilaku pasien.
mengenai kondisi, pasien. 3. Mengetahui semua prosedur yang
pada px menurun 3. Jelaskan semua prosedur akan dilakukan.
prognosis dan
pengobatan. dengan KH : yang akan dilakukan. 4. Mengetahui keluhan pasien.
4. Dengarkan klien 5. Meningkatkan kepercayaan
3 1. Distress tidak ada
5. Ciptakan atmosfer rasa aman.
(skala 5). Peningkatan Koping:
2. Perasaan gelisah Peningkatan Koping: 1. Agar pasien merasa aman dan
1. Gunakan pendekatan yang nyaman.
tidak ada (skala 5). tenang dan memberikan
3. Peningkatan jaminan. 2. Untuk mengetahui kekuatan dan
2. Dukung pasien untuk meng kemampuan diri pasien.
tekanan darah
identifikasi kekuatan dan
tidak ada (skala 5). kemampuan diri.
4. Wajah tegang 3. Bantu pasien dalam meng 3. Membantu pasien dalam
identifikasi respon positif mengidentifikasi respon orang lain.
tidak ada (skala 5).
dari orang lain. Terapi Relaksasi:
5. Kesulitan Terapi Relaksasi: 1. Agar pasien dapat memilih relaksasi
berkonsentrasi 1. Gambarkan rasionalisasi dan yang mana yang akan diterapkan.
manfaat relaksasi serta jenis
tidak ada (skala 5). relaksasi yang tersedia. 2. Agar tercipta rasa aman dan nyaman.
2. Ciptakan lingkungan yang 3. Untuk menurunkan stressor pada
tenang tanpa distraksi. pasien.
3. Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang 4. Agar pasien dapat meniru teknik
terjadi. relaksasi yang dilakukan.
4. Tunjukkan dan praktikkan 5. Apabila ansietas itu muncul, terapi
teknik relaksasi pada klien. relaksasi dapat dilakukan tanpa
5. Dorong klien untuk instruktur.
mengulang praktik teknik
relaksasi, jika
memungkinkan.

D. Discharge Planning
Beriakan informasi pada pasien yang akan menjalani perawatan rumah meliputi:
1) Hindari merokok
2) Hindari aktivitas berat pascaoperasi
3) Hindari minum kopi, teh, coklat, minuman kola, minuman beralkohol dan makanan yang sulit dicerna.
4) Anjurkan pasien untuk minum setiap akan menelan makanan
5) Anjurkan untuk semampunya melakukan manajemen nyeri non farmakologi pada saat nyeri muncul
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kanker lambung adalah suatu keganasan yang terjadi dilambung, sebagian
besar adalah dari jenis adenokarsinoma. Jenis kanker lambung lainnya adalah
leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering
terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25% kanker tertentu terjadi pada orang dibawah
usia 50 tahun (Osteen, 2003).
Perubahan pada mukosa mungkin mengakibatkan peningkatan absorbsi
karsinogen dari diet, seperti makanan yang diasinkan, ikan asin dan nitrat. Faktor
etiologi lain termasuk aklorhidria, anemia pernisiosa dan merokok. Mungkin juga ada
faktor genetis karena penyakit ini terlihat terjadi dalam keluarga. Penambang batu
bara, tukang roti, pekerja yang bekerja pada kerajinan logam dan mereka yang bekerja
ditempat yang berdebu, berasap dan lingkungan yang mengandung sulfur dioksida
berada pada resiko tinggi. asap kayu atau tembakau, pengawet makanan nitrit, dan
produk lemak panas dapat menyebabkan klien rentan terhadap kanker lambung.
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali
mengangkat tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di
lambung, pasien dapat sembuh. Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat
dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan
pasien ini, paliasi efektif, untuk mencegah gejala seperti obstruksi. Bila gastrektomi
subtotal radikal dilakukan, puntung lambung dianastomosiskan pada jejenum, seperti
pada gastrektomi untuk ulkus

B. SARAN
1. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal
sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
2. Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan
yang diharapkan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Bresciani, J. 2003. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Black, Joyce M., Hawks Jane Hokanson. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang diharapkan. Edisi 8-Buku 2. CV Pentasada Media Edukasi.
Davey, P. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia, A. dkk. Jakarta: Erlangga.
Fuccio, L. 2007. Dyspeptic Symptoms and Endoscopic Findings in the Community.
Amerika: The American Journal of Gastroenterology.
NANDA International. 2015.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
Pearce, Evelyn C. (2011). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Price, Sylvia A ., Wilson, Lorraine M. (1994). Patofisilogi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4-Buku 1. Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi IX. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran (EGC).

Anda mungkin juga menyukai