Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik
yang bersifat total maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas
tulang pangkal paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
menjadi tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan
tubuh. Tulang dlh jaringan terstruktur dengan baik dan mempunyai 5
fungsi utama:
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan
mempertahankan alat-alt dalam (otot, sumsum tulang belakang,
jantung, dan paru-paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat,
magnesium dan garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai
fungsi tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk
memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik


(kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu
kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen
dan proteoglikan. Matriks organik tulang juga disebut osteosid.
Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen tipe I yang kaku dan
memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun
tulang berupa proteoglikan.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6;

1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.


2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang
disebut dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.

b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan
proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid
melalui suatu proses yangh disebut osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu
lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini
menghasilkan enzim proteolitik, yang memecah matriks dan
beberapa asam yang melarutklan mineral tulang sehingga
kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.

2
c. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung
dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput
femoris. Disebelah atas dan bawah kolumna femoris terdapat taju
yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Di bagian
ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan
yang disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara
kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang
tempurung lutut (patela) yang disebut dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah
tulang paha yang membentuk persendian dengan os femur. Pda
bagian ujungnya terdapat tonjolan yang disebut maleolus lateralis
atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya lebih kecil, pada pangklal
melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os
maleolus medialis.
3. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pad paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang
paha yang menyebabkan fraktur patologis.
4. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur
tertutup.Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar.Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit
(Smelter dan Bare, 2007).

3
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat
patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan.Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat
setelah fraktur.Sel-sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut
callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati.Insufisiensi pembuluh darah
atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang
tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan
mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol
pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi
darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment
(Brunner dan Suddarth, 2010 ).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan
fraktur tertutup.Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak
seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare,
2007). Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan, hilangnya
kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian tubuh di
imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan perawatan diri
(Carpenito, 2013).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen
tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun pembedahan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pembedahan itu sendiri
merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan
selama tindakan operasi (Arif Muttaqin, 2014).

4
5. Pathway

6. Tanda dan gejala

a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak
secara tidak alamiah bukannya tetap rigid seperti normalnya.
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan dibawah tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)

5
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini
terjadi setelah beberapa jam atau hari.

7. Klasifikasi

Dua tipe fraktur femur adalah sebagai berikut;


a. Fraktur interkapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi,
panggul, dan melalui kepala femur (fraktur kapital).
b. Fraktur ekstrakapsular
1) Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokanter femur
yang lebih besar / lebih kecil/ pada daerah intertrokanter.
2) Terjadi di bagian distal menuju leher femur, tetapi tidak
lebih dari 2 inci di bawah trokanter minor.

Klasifikasi fraktur femur:

a. Fraktur leher femur


Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua
terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang
osteoporosis. Fraktur leher femur pada anak anak jarang
ditemukan fraktur ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:2. Insiden
tersering pada usia 11-12 tahun.
b. Fraktur subtrokanter
Dapat terjadi pada semua usia, biasanya disebabkan trauma yang
hebat. Pemeriksaan dpat menunjukkan fraktur yang terjadi
dibawah trokanter minor.

c. Fraktur intertrokanter femur

6
Pada beberapa keadaan, trauma yang mengenai daerah tulang
femur. Fraktur daerah troklear adalah semua fraktur yang terjadi
antara trokanter mayor dan minor. Frkatur ini bersifat
ekstraartikular dan sering terjadi pada klien yang jatuh dan
mengalami trauma yang bersifat memuntir. Keretakan tulang
terjadi antara trokanter mayor dan minor tempat fragmen
proksimal cenderung bergeser secara varus. Fraktur dapat bersifat
kominutif terutama pada korteks bagian posteomedial.
d. Fraktur diafisis femur
Dapat terjadi pada daerah femur pada setiap usia dan biasanya
karena trauma hebat, misalnya kecelakaan lalu lintas atau jatuh
dari ketinggian.
e. Fraktur suprakondilar femur
Daerah suprakondilar adalah daerah antar batas proksimal
kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Trauma
yang mengenai femur terjadi karena adanya tekanan varus dan
vagus yang disertai kekatan aksial dan putaran sehingga dapat
menyebabkan fraktur pada daerah ini. Pergeseran terjadi karena
tarikan otot.
(Arif Muttaqin, 2015)

8. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan berdasar jenis fraktur femur:


a. Fraktur leher femur
Pemeriksaan radiologis dapat mengetahui jenis fraktur dan jenis
pengobatan yang dapat diberikan.
b. Fraktur subtrokanter
Pemeriksaan radiologis dapat menunjukkan fraktur yang terjadi di
bawah trokanter minor. Garis fraktur dapat bersifat transversal,
oblik atau spiral dan sering bersifat kominutif. Fragmen proksimal

7
dalam posisi fleksi, sedangkan fragmen distal dlam posisi adksi
bergeser ke proksimal.
c. Fraktur diafisis femur
Klien mengalami pembengkakan dan deformitas pada tungkai atas
berupa rotasi eksterna dan pemendekan tungkai. Klien mungkin
datang dengan keadaan syok.
d. Fraktur suprakondilar femur
Adanya pembengkakan dan deformitas terdapat krepitasi.
(Arif Muttaqin, 2014)

9. Penatalaksanaan

a. Fraktur Femur Terbuka


Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan
cermt untuk mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi
luka, iskemia otot, cedera pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi
tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen

Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan


sedikit mungkin penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang
mati dieklsisi dengan hati-hati. Luka akibat penetrasi fragmen luka
yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi yang cukup
dengan debridemen terbatas saja.

3) Stabilisasi

Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.

4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi

8
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif
dalam melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan
medis, perawat dapat mengenal impliksi pada setiap tindakan
medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang
dilanjutkan dengan gips pinggul selama 7 minggu merupakn
alternaltif pelaksanaan pada klien usia muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan
pilihan dengan memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum
dilakukan terapi definitif untuk mengurangi spasme otot.
c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi
lutut. Indikasi traksi utama adalah faraktur yang bersifat
kominutif dan segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union
fraktur secara klinis
3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis
atau distal femur
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan
operasi tertutup maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail
terutama adalah farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur
kominutif, infected pseudoarthrosis atau fraktur terbuka
dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.

9
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan
penahan lutut Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat
direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan dengan
mempergunakan nail-phorc dare screw dengan berbagai tipe
yang tersedia.
(Arif Muttaqin, 2015)

10. Komplikasi

a. Fraktur leher femur


Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang
bersifat umum adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias,
dan dekubitus. Nekrosis avaskular terjadi pada 30% klien fraktur
femur yang disertai pergeseran dan 10% fraktur tanpa pergeseran.
Apabila lokasi fraktur lrbih ke proksimal, kemungklinan terjadi
nekrosis avaskular lebih besar.
b. Fraktur diafisis femur
1) Komplikasi dini
Komplikasi dini harus segera ditangani dengan serius olh
perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
fraktur diafisis femur. Perawat dapat melakukan pengenalan dini
dan pengawasan yang optimal apabila telah mengenal konsep
anatomi, fisiologi, dan patofisioloigi patah tulang.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada fraktur diafisis femur
adalah sebagai berikut:
a) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur
bersift tertutup.
b) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda
dengan fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan
gas darah.

10
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang
menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis
sehingga menmyebakan kontusi dan oklusi atau terpotong
sama sekali.
d) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan
fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari
neuropraksia sampai ke aksonotemesis. Trauma saraf dapat
terjadi pada nervus iskiadikus atau pada cabangnya, yaitu
nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama,
misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami
komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan
operasi.
2) Komplikasi lanjut
Komplikasi fraktur diafisis femur hampitr sama dengan komplikasi
bebrapa jenis fraktur lainnya. Oleh karena itu setiap perawat penrlu
memperhatikan dan mengetahui komplikasi yang biasa terjadi agar
komplikasi tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan. Pada
beberapa situasi, perawat akan berhadapan dengan klien fraktur
diafisis femur yang menga;lami komplikasi lanjut. Perawat yang
mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang baik dapat
mengidenmtifikasi kelainan yang timbul akibat komplikasi tahap
lanjut dari fraktur diafissi femur.
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis
femur adalah sebagai berikut:
a) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami
union dalam empat bulan.

11
b) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan
sklerotik, perawat perlu mencurigai adanya non union. Oleh
karena itu, diperlukan fiksasi internal dan bone graft.
c) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung
fragmen, diperlukan pengamatan terus menerus selama
perawatan. Angulasi lebih sering ditemukan. Mal union juga
mnyebabkan pemendekan tungkai sehingga dipelukan
koreksi berupa osteotomi.
d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi
kesulitan pergerakan pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari
apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan
lebih awal.
e) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union
yang solid.
(Arif Muttaqin, 2014)
B. Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang
digunkan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, dan diagnosis medis.
Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur femur adalah
rasa nyeri yang hebat. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap mengenai rasa nyeri klien, perawat mengunakan
OPQRSTUV.
O (onset)
P (Provoking Incident): hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri
adalah trauma bagian pada
Q (quality of pain): klien merasakan nyeri yang bersifat menusuk.

12
R (Region, Radiation, Relief): nyeri yang terjadi di bagian paha
yang mengalami patah tulang. Nyeri dapt reda dengan imobilisasi
atau istirahat.
S (Scale of pain): Secara subyektif, nyeri yang dirasakan klien
antara 2-4 pada skala pengukuran 0-4
T (Treatment)
U (Understanding)
V (Value)
b. Riwayat penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang
paha, pertolongan apa yang telah didapatkan, dan apakah sudah
berobt ke dukun patah. Dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaaan, perawat dapat mengetahui luka kecelakaan yang
lain.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget
menybabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit untuk
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka di kaki
sangat beresiko terjadi osteomielitis akut dan kronis dan penyaklit
diabetes melitus menghambat proses penyembuhan tulang.
d. Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha
adalah faktor predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis
yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik.
e. Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosis klien terhadap penyakit yang dideritanya,
peran klien dalam keluarga, masyarakat, serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
maupun masyarakat.

13
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang, penurunan
kekuatan otot.
c. Defisit perawatan diri (mandi, eliminasi) berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal, hambatan mobilitas.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tonjolan tulang.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan fiksasi
interna.
f. Ansietas berhubungan dengan stres, krisis situasional.

14
3. Nursing Care Plan

No Diagnosa Keperawatan Rencana Perawatan


Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan tindakan a. Kaji nyeri pasien dengan pengkajian
cedera fisik. keperawatan selama 3x24 jam nyeri OPQRSTUV
diharapkan nyeri hilang/ berkurang b. Kendalikan faktor lingkungan yang
dengan kriteria hasil: dapat mempengaruhi respon pasien
a. Melaporkan nyeri pada terhadap ketidaknyamanan (misal
skala 0-1 suhu ruangan, pencahayaan, dan
b. TTV dalam batas normal kegaduhan)
c. Ekspresi wajah tidak c. Berikan teknik relaksasi
menahan nyeri d. Ajarkan manajemen nyeri (misal
nafas dalam)
e. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.
2 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan a. Kaji mobilitas yang ada dan
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3x24 jam observasi terhadap peningkatan
muskuloskeletal, kerusakan integritas diharapkan pasien mampu kerusakan
struktur tulang, penurunan kekuatan melakukan aktifitas fisik sesuai b. Pantau kulit bagian distal setiap hari

15
otot. dengan kemampuannya dengan terhadap adanya iritasi, kemerahan.
kriteria hasil: c. Ubah posisi pasien yang imobilisasi
a. Mampu melakukan minimal setiap 2 jam.
perpindahan d. Ajarkan klien untuk melakukan
b. Meminta bantuan untuk gerak aktif pada ekstremitas yang
aktifitas mobilisasi. tidak sakit.
c. Tidak terjadi kontraktur e. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien.
3 Defisit perawatan diri (mandi, Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan penggunaa alat
eliminasi) berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam bantu
gangguan muskuloskeletal, hambatan diharapkan pasien mengalami b. Kaji kondisi kulit saat mandi
mobilitas. peningkatan perilaku dalam c. Berikan bantuan sampai pasien
merawat diri dengan kriteria hasil: mampu secara mandiri untuk
a. Klien mampu melakukan melakuakn perawatan diri
aktifitas perawatan d. Letakkan sabun, handuk, peralatan
dirisesuai denmgan tingkat mandi, peralata BAB/BAK, didekat
kemampuan klien.
b. Mengungkapkan secara e. Ajarkan pasien atau keluarga untuk
verbal kepuasan tentang menggunakan metode alternaltif

16
kebersihantubuh, hygiene dalam mandi, hygiene mulut,
mulut. BAB/BAK.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian supositoria kalau terjadi
konstipasi
4 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya faktor resiko yang
berhubungan dengan tonjolan tulang. keperawatan selama 3x24 jam menyebabkan kerusakan integritas
diharapkan tidak terjadi kerusakan kulit
integritas kulit secara luas dengan b. Observasi kulit setiap hari dan catat
kriteria hasil: sirkulasi dan sensori serta perubahan
a. Nyeri lokal ekstremitas yang terjadi
tidak terjadi c. Berikan bantalan pada ujung dan
b. Menunjukkan rutinitas sambungan traksi
perawatan kulit yang d. Jika memungkinkan ubah posisi 1-2
efektif. jam secara rutin
e. Konsultasikan ka ahli gizi untuk
maknan tinggi protein untuk
membantu penmyembuhan luka

5 Ansietas berhubungan dengan stres, Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan dokumentasikan tingkat

17
krisis situasional. keperawatan selama 3x24 jam kecemasan klien
diharapkan tingkat kecemasan b. Kaji cara pasien untuk mengatasi
berkuranmg dengan kriteria hasil: kecemasan
a. Tidak menunjukkan c. Sediakan informasi yang aktual
perilaku agresif tentang diagnosa medis dan
b. Melaporkan tidak ada prognsis
manifestasi kecemasan d. Ajarkan ke pasien tentang
secara fisik. peggunaan teknik relaksasi

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8


Vol 3. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2014. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta:EGC.

Arif Muttaqin. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:EGC

Arif Muttaqin. 2015. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi


pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta:EGC.

NANDA International. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai