PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. UU No.13/Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia
menyatakan bahwa lansia adalah seorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun ke atas. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa lansia
adalah kelompok orang yang berusia 60 sampai dengan 74 tahun (Marzuki, 2014).
Proporsi lansia terbesar saat ini berada di negara berkembang berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya yang menunjukkan bahwa negara maju merupakan
negara dengan proporsi lansia terbesar. Proporsi lansia di negara berkembang
tahun 2013 berjumlah 554 juta jiwa, sedangkan di negara maju berjumlah 287 juta
jiwa (Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 7,6% dan terus meningkat pada tahun 2013 mencapai 8,9% (BPS,
2010; Kemenkes RI, 2014). Proporsi penduduk lansia dari total populasi
diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2050 mencapai 21,4% (Kemenkes
RI, 2014).
1
2
penelitian mengalami kerusakan fungsi kognitif berat, 26,7% ringan, dan 26,7%
tidak mengalami kerusakan kognitif. Instrumen pengukuran yang digunakan
adalah Mini Mental State Examination (MMSE). Penelitian Ramdian, Maja dan
Runtuwene pada tahun 2012 mendapatkan bahwa lansia yang mengalami
gangguan kognitif di Manado sebesar 93,6%. Hasil penelitian Sundariyati, Ratep
dan Westa pada tahun 2014 mendapatkan 66,7% lansia di wilayah kerja
Puskesmas Kubu II mengalami penurunan kognitif.
hidup dengan fungsi kognitif lansia. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati
penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang (Djohan, 2006). Musik
yang diterapkan menjadi sebuah terapi dapat meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual (Nevriana,
2012). Hal ini disebabkan karena musik klasik, tradisional dan musik dengan
melodi yang lembut memiliki beberapa kelebihan yaitu bersifat nyaman,
menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal (Sulistyorini, 2014).
Terapi musik terdiri dari dua metode, yaitu terapi musik aktif dan terapi musik
pasif. Metode terapi musik aktif salah satunya adalah dengan bernyanyi (Djohan,
2006).
Dharmagita memiliki irama lagu dan intonasi melodi yang bervariasi dan mampu
menciptakan rasa hening dan khidmat. Dharmagita berfungsi sebagai alat
pranayama atau teknik pernapasan panjang (Mudra, 2003). Teknik pranayama
sering digunakan dalam yoga yang berfungsi untuk menjaga kesehatan fisik dan
mental seseorang (Yogapath, 2014). Kajian neurologi menyatakan bahwa
bernyanyi teruji mengaktifkan hemisfer kanan yang tidak rusak. Latihan-latihan
yang dirancang dengan intonasi melodi yang bervariasi dapat memperbaiki fungsi
otak, khususnya pada bagian bahasa yang normal di hemisfer kiri (Djohan, 2006).
1.4.1 Teoritis
1.4.2 Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat baik dalam praktik
komunitas maupun klinik sebagai sebuah terapi untuk meningkatkan fungsi
kognitif pada lansia khususnya di Bali. Lansia dapat mengaplikasikan intervensi
ini secara rutin dan saat upacara keagamaan untuk mempertahankan fungsi
kognitif.
1.4.3 Metodologis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan cara berpikir ilmiah dalam
menyusun suatu laporan penelitian. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan
acuan bagi penelitian sejenis selanjutnya sehingga mampu memberikan hasil yang
lebih baik. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan pengaruh
Dharmagita terhadap hal lain seperti misalnya pada individu yang mengalami
stres dan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Terapi untuk meningkatkan
fungsi kognitif pada lansia juga diharapkan dapat dikembangkan sehingga terapi
modalitas keperawatan menjadi lebih beragam.