Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia senantiasa melakukan hubungan dan pengaruh timbal balik dengan
manusia yang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
kehidupannya. Bahkan, secara ekterm manusia akan mempunyai arti jika ada manusia
yang lain tempat ia berinteraksi. Interaksi sosial bisa didefinisikan sebagai hubungan
dan pengaruh timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok
individu yang lainnya. Interaksi sosial merupakan bentuk dari dinamika sosial budaya
yang ada didalam masyarakat. Dengan demikian, dengan interaksi sosial akan
memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan didalam masyarakat yang akan
membentuk hal-hal yang baru yang membuat dinamika masyarakat menjadi hidup.
Perubahan-perubahan ini akan terjadi sambung-menyambung dari generasi yang satu
ke generasi berikutnya sepanjang zaman.
Interaksi sosial itu sifatnya dinamis. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga
macam cakupan interaksi dalam definisi interaksi sosial yaitu interaksi antara individu
dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok.
Dengan membaca makalah ini, pembaca diharapkan dapat memahami seputar
interaksi sosial. Serta, dapat menambah pengetahuan dan wawasan permasalahan
seputar interaksi sosial.
Dan tak lupa makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Pengantar Sosiologi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian interaksi sosial?

2. Apa syarat-syarat terjadinya interaksi sosial?

3. Apa faktor-faktor interaksi sosial?

4. Apa bentuk-bentuk interaksi sosial?

5. Apa dampak adanya interaksi sosial?

1
C. TUJUAN DAN MANFAAT

1. Mengetahui pengertian interaksi sosial


2. Mengetahui syarat terjadinya interaksi sosial
3. Mengetahui faktor-faktor interaksi sosial
4. Mengetahui bentuk interaksi sosial
5. Mengetahui dampak interaksi sosial

MANFAAT

1. Menambah pengetahuan dan juga wawasan tentang Interaksi sosial


2. Menjadi sumber informasi untuk pendalaman maupun penerapan teori tentang
Interaksi Sosial
3. Menjadi referensi pertimbangan bagi mahasiswa dalam bersosialisasi untu
saling menerima dan terbuka terhadap sekitar
4. Agar mahasiswa dapat menjalin dan memperat hubungan khusus bersama
individu lain
5. Agar mahasiswa dapat meniru suatu kebudayaan baru yang positif dan berguna
untuk dapat lebih maju

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah tindakan, kegiatan,atau praktik dari dua orang atau
lebih yang masing-masing mempunyai orientasi dan tujuan. Jadi, interaksi sosial
menghendaki adanya tindakan yang saling diketahui. Bukan masalah jarak,
melainkan masalah saling mengetahui atau tidak. Menulis surat pada seseorang
teman merupakan interaksi sosial.
Menurut Robert M.Z. Lawang (1986), interaksi sosial adalah proses ketika
orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran
dan tindakan. Mengutip Gillin dan Gillin dalam Cultural Sociology (1954: 489),
Soerjono Soekanto menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-
hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang
perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang per orang
dan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial
karena tanpa interaksi sosial, tak mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya
orang per orang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup.
Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila setiap orang dalam pergaulan itu terlibat
dalam suatu interaksi.1
Interaksi sosial dapat dikatakan sebagai salah satu realitas sosial atau
fenomena sosial. Adapun ciri-ciri interaksi sosial sebagai berikut.
1. Terdapat dua pihak atau lebih sebagai pelaku interaksi sosial. Pada proses
interaksi sosial seseorang tidak mungkin melakukan sendiri. Seseorang
membutuhkan orang lain untuk melangsungkan interaksi.
2. Terdapat komunikasi. Interaksi yang dilakukan oleh seseorang minimal terdapat
suatu kontak jika tidak terjalin suatu komunikasi.
3. Terdapat tujuan yang ingin dicapai. Setiap interaksi yang berlangsung
merupakan salah satu upaya mencapai tujuan.
4. Terdapat dimensi waktu meliputi masa lalu, masa kini, dan masa mendatang.
Proses interaksi berlangsung meliputi dimensi tertentu, baik dilaksanakan pada
waktu yang sudah berlalu maupun pada saat ini. Interaksi juga dapat
direncanakan oleh seseorang untuk dilakukan pada masa yang akan datang.2

1
Nurani Soyomukti, PENGANTAR SOSIOLOGI: Dasar Analisis, Teori & Pendekatan Menuju Analisis Masalah-Masalah
Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2016), hlm 315
2
Hanif Irawan, Pengayaan Pembelajaran Sosiologi: Interaksi Sosial, (Surakarta: AKSARRA SINERGI MEDIA, 2019), hlm
3
3
B. SYARAT TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Proses terjadinya interaksi sosial akan berlangsung jika di antara pihak yang
berinteraksi melakukan kontak sosial dan komunikasi sosial.
1. Kontak Sosial
Istilah kontak sosial berasal dari kata Latin, yaitu crun atau con yang
berarti ‘bersama-sama’ dan tangere yang berarti ‘menyentuh’. Secara harfiah
berarti bersama-sama menyentuh, tetapi dalam pengertian sosiologis, kontak
tidak harus menyentuh atau terjadi sentuhan secara fisik.
Kontak sosial bukan hanya terjadi kontak secara fisik melainkan juga
terjadi tanpa bersentuhan secara fisik. Misalnya, kontak dapat dilakukan melalui
surat, telepon, maupun sms. Dengan demikiaan dalam interaksi sosial,
hubungan secara fisik bukan merupakan syarat yang utama. Kontak sosial
meiliki makna bagi si pelaku dan si penerima membalas aksi tersebut dengan
reaksi.
Menurut beberapa ahli, kontak sosial adalah hubungan antara satu orang
atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan
tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat, konflik sosial pihak yang
satu dengan pihak yang lain.
Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak yang bersifat
positif akan mengarah pada adanya kerja sama, sedangkan kontak yang bersifat
negatif akan mengarah pada suatu berupa pertentangan.
Kontak dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu kontak primer dan
kontak sekunder.
1. Kontak primer, terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
bertemu dan berhadapan muka. Misalnya: apabila orang-orang tersebut berjabat
tangan, saling senyum, dan seterusnya
2. Kontak sekunder, sebaliknya yang sekunder memerlukan suatu
perantara. Mosalnya: A berkata keoada B bahwa C mengagumi permainannya
sebagai pemegang peranan utama salah satu sandiwara . A sama sekali tidak
bertemu dengan C, tetapi telah terjadi kontak antara mereka.

2. Komunikasi
Komunikasi adalah proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari
perilaku pihak lain . Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, seseorang

4
mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin
disampaikan oleh pihak lain .
Dengan kata lain komunikasi adalah tindakan seseorang menyampaikan
sinyal atau pesan kepada orang lain dan orang lain itu memberikan tafsiran atas
sinyal dan atau Pesan tadi. Melalui tafsiran itu seseorang mewujudkan perilaku.
Perilaku tersebut merupakan reaksi terhadap perilaku yang disampaikan si pemberi
sinyal itu.
Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak - gerik fisik
atau perasaan. Selanjutnya dari sini timbul sikap dan ungkapan perasaan. Seperti
senang, ragu - ragu, takut atau menolak, bersahabat dan semacamnya yang
merupakan reaksi atas pesan yang diterima, ketika ada aksi dan reaksi itulah terjadi
komunikasi. Misalnya: Bambbang menepuk bahu Adi, kemudian Adi menafsirkan
sebagai ajakan, selanjutnya keduanya menuju ke lapangan hendak bermain bola.
Hal ini berarti bahwa Adi telah menafsirkan simbol yang disampaikan Bambang
dan bereaksi. Oleh karena ada aksi dan reaksi maka terjadilah komunikasi antara
Bambang dan Adi. Akantetapi apabila Adi tidak menangkap maksud Bambang dan
tidak pergi ke lapangan sepak bola, maka tidak terjadi komunikasi.
Dalam berkomunikasi dapat terjadi banyak sekali tafsiran terhadap
perilaku dan sikap masing - masing orang yang sedang berhubungan. Misalnya
jabat tangan bisa ditafsirkan sebagai kesopanan, pesahabatan, kerinduan,
kebanggaan dan lain - lain.
Komunikasi dapat bersifat positif atau negatif. Komunikasi akan
menghasilakan kerja sama jika masing - masing pihak yang berkomunikasi saling
memahami maksud dan tujuan pihak lain. Komunikasi yang seperti ini merupakan
komunikasi yang bersifat positif . Akan tepati komunikasi bisa bersifat negatif jika
kedua belah pihak yabg berkomunikasi tidakI saling memahami maksud dan
tujuannya. Jadi, dalam komunikasi kemungkinan terjadi berbagai penafsiran
terhadap perilaku orang lain. Misalnya, senyuman seseorang dapat ditafsirkan
sebagau sikap bersahabat dan ramah tamah, tetapi juga bisa dianggap sebagai sikap
yang mengejek atau sinis.
Kontak sosial dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Tanpa
adanya kedua syarat itu, interaksi sosial tidak akan terjadi.3

3
Sudariyanto, Interaksi Sosial, (Semarang: ALPRIN, 2010), hlm 22-23
5
C. FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI INTERAKSI SOSIAL

Interaksi sosial terjadi ketika terdapat stimulus dan respons. Artinya tiap-tiap
pihak memahami pesan atau informasi yang disampaikan dan saling memberi
respons. Meskipun demikian, interaksi sosial tidak terjadi tanpa ada faktor yang
melatarbelakanginya. Basrowi (2005) menjelaskan faktor yang melatarbelakangi
interaksi sosial sebagai berikut.

1) Imitasi

Imitasi merupakan peniruan terhadap kebudayaan atau perilaku seseorang atau


suatu kelompok lain. Seseorang yang melakukan imitasi cenderung meniru sikap
tingkah laku dan penampilan fisik individu atau suatu kelompok lain. Seseorang akan
meniru tokoh yang dianggap memiliki daya pesona yang lebih tinggi dan pantas untuk
ditiru. Contoh seseorang memiliki daya pesona, misalnya dalam hal mengenakan
pakaian, cara berdandan, dan cara berbicara.

Proses imitasi dapat mendorong individu berperilaku positif apabila sumber


imitasi orang-orang yang memiliki sifat baik. Meskipun demikian, imitasi juga dapat
mendorong individu berperilaku negatif apabila sumber imitasi adalah orang-orang
yang memiliki sifat negatif. Selain itu, imitasi dapat melemahkan kreativitas seseorang
karena cenderung tidak menciptakan suatu pola untuk mengembangkan
kepribadiannya.

2) Sugesti

Sugesti adalah sikap, pandangan, dan pendapat orang lain yang diterima tanpa
dipikir ulang. Sugesti dapat terbentuk akibat pengaruh pihak lain. Contoh sugesti
akibat pengaruh pihak lain adalah ketika seseorang merasa cantik apabila
menggunakan produk kecantikan tertentu. Sugesti tersebut tercipta karena pengaruh
iklan penjualan produk kecantikan.

Sugesti tidak selalu diberikan oleh orang lain, tetap dapat berasal dari diri
sendiri. Sugesti yang dilakukan oleh diri sendiri mengarah pada proses motivasi.
Sugesti yang diberikan orang lain ataupun diri sendiri dapat dilakukan melalui
beberapa bentuk seperti saran, kritik, tindakan/ perilaku, dan penekanan motivasi.
Sugesti yang muncul dari diri sendiri atau orang lain dapat memengaruhi perilaku
individu.

6
3) Simpati

Simpati merupakan proses ketertarikan seseorang terhadap pihak lain terkait


perilaku, penampilan, dan prestasinya. Perasaan seseorang memegang peranan cukup
penting dalam proses simpati. Perasaan seseorang akan melahirkan dorongan-
dorongan ketertarikan kepada pihak lain dengan tujuan utama memberikan apresiasi.
Oleh karena itu, proses simpati yang berkembang secara lebih mendalam dapat
mengarahkan perasaan seseorang pada ekspresi kekaguman, kesenangan, dan
kedekatan.

Ketertarikan kepada orng lain akan mendorong perasaan untuk berkenalan dan
menggunakan informasi lebih dalam. Tidak hanya itu keinginan untuk kolaborasi dan
kerja sama juga menjadi tujuan seseorang dalam proses simpati.

4) Identifikasi

Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan daam diri seseorang


untuk menjadi sama dengan pihak lain. Proses identifikasi berlangsung dengan
sendirinya atau tidak sengaja. Proses identifikasi didorong oleh keinginan belajar dari
pihak lain yang patut diteladani. Biasanya subjek identifikasi memiliki kekuatan
personal terhadap objek identifikasi sehingga kaidah-kaidah perilaku terinternalisasi
dalam diri individu. Oleh karena itu, identifikasi bersifat lebih mendalam daripada
imitasi.

5) Empati

Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan atau


emosi seakan-akan mengalami kondisi yang dirasakan orang lain. Tidak hanya itu,
empati juga melibatkan aktivitas fisik dari seseorang yang merasakannya. Oleh karena
perasaan yang tinggi, muncul dorongan untuk mengaktualisasikan dalam bentuk lebih
nyata yaitu perbuatan langsung seperti memberikan pertolongan.

6) Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri sesorang untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi dapat muncul dari diri sendiri ataupun orang lain. Motivasi yang
muncul dari orang lain menunjukkan bahwa orang lain memberikan dorongan atau

7
semangat agar seseorang mampu mencapai tujuan. Setiap motivasi hendaknya
digunakan sebagai alat untuk mencapai kualitas hidup lebih baik.4

D. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),


persaingan (competition), bahkan juga berbrntuk pertentangan atau pertikaian (conflict).
Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian
tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi
(accomodation); dan ini berarti bahwa kedua belah pihak belum tentu puas sepenuhnya.
Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut :

1. Proses-proses yang asosiatif


a. Kerja Sama (Cooperation)
Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk
interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa
kerja samalah yang merupakan proses utama. Golongan yang terakhir
tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar
bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa segala macam bentuk
interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama. Misalnya, apabila
dua orang berkelahi, mereka harus bekerja sama untuk saling bertinju. Kerja
sama disini dimaksudkan sebagai usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
Bentuk kerja sama terbagi menjadi 5 yaitu:
i. Kerukunan yang mecakup gotong-royong dan tolong-menolong.
ii. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
iii. Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur
baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
iv. Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih
yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.

4
Hanif Irawan, Pengayaan Pembelajaran Sosiologi: Interaksi Sosial, (Surakarta: AKSARRA SINERGI MEDIA, 2019), hlm
13-16
8
v. Joint ventrue, yaitu kerja sama dalam peengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya, pengeboran minyak, pertambangan batu bara,
perfilman, perhotelan dan seterusnya.
b. Akomodasi (Accomodation)
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu pengertian yang
digunkan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam
hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi
(adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli biologi untuk menunjuk pada
suatu proses dimana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan
alam sekitarnya.
Tujuan :
i. Untuk mengurangi pertentangan.
ii. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
atau secara temporer.
iii. Untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-
kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor
sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada
masyarakat yang mengenal sistem kasta.
iv. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang
terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam
arti luas.
c. Asimilasi (Assimilation)
Asimilasi merupakan suatu proses dalam taraf kelanjutan, yang ditandai
dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara individu atau kelompok dan juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
Faktor yang mendukung asimilasi:
i. Toleransi
ii. Kesempatan dibidang ekonomi yang seimbang
iii. Menghargai kebudayaan lain
iv. Terbuka
v. Ada persamaan unsur kebudayaan
vi. Perkawinan campuran (amalgamation)
vii. Adanya musuh bersama dari luar
9
2. Proses-proses yang disosiatif
Proses-proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, yang
persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat ,
walaupun bentuk dan arahannya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial
masyarakat bersangkutan.
Oposisi atau proses-proses yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu
sebagai berikut:
a. Persaingan (Competition)
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau
kelompok yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian umum dengan
cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan kekerasan atau ancaman.
a) Persaingan ada dua tipe:
i. Bersifat pribadi: orang-perorangan, atau individu secara langsung
bersaing untuk, misalnya, memperoleh kedudukan tertentu
didalam suatu organisasi.
ii. Tidak bersifat pribadi: persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang
langsung bersaing adalah keompok. Persaingan misalnya dapat
terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk
mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertenntu.
b) Bentuk-bentuk persaingan adalah:
i. Persaingan ekonomi;
ii. Persaingan kebudayaan;
iii. Persaingan untuk mencapai suatu kedudukan dan peranan yang
tertentu dalam masyarakat;
iv. Persaingan karena perbedaan ras.
c) Fungsi-fungsi persaingan adalah:
i. Untuk menyalurkan keinginan-keinginan yang bersifat
kompetitif;
ii. Sebagai jalan di mana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian tersalurkan
dengan sebaik-baiknya;
iii. Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan
seleksi sosial;
10
iv. Sebagai alat untuk menyaring warga golongan-golongan karya
untuk mengadakan pembagian kerja.
d) Hasil suatu persaingan adalah:
i. Perubahan kepribadian seseorang,
ii. Kemajuan
iii. Solidaritas kelompok
iv. Disorganisasi.
b. Kontravensi (Contravention)
Merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian kontraensi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur
kebudayaan golongan tertentu. Suatu contoh adalah kecurigaan yang masih
ada terhadap seseorang yang sering dijumpai atau ditemui.
Bentuk-bentuk kontravensi:
i. Perbuatan penolakan, perlawanan, dan lain-lain.
ii. Menyangkal pernyataan orang lain dimuka umum.
iii. Melakukan penghasutan.
iv. Berkhianat.
v. Mengejutkan lawan, dan lain-lain.
c. Pertentangan atau pertikaian
Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana individu
atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.
a) Sebab musabab atau akar-akar pertentangan adalah:
i. Perbedaan individu-individu,
ii. Perbedaan kebudayaan,
iii. Perbedaan kepentingan, dan
iv. Perubahan sosial.
v. Proses-proses yang asosiatif

Pertentangan-pertentangan yang menyangkut suatu tujuan, nilai atau


kepentingan bersifat positif, sepanjang tidak berlawanan dengan pola-pola
hubungan sosial didalam struktur sosial yang tertentu.

Masyarakat biasanya mempunyai alat-alat tertentu untuk menyalurkan benih-


benih permusuhan; alat tersebut dalam ilmu sosiologi dinamakan safety-valve
11
institutions yang menyediakan objek-obyek tertentu yang vdapat mengalihkan
perhatian pihak-pihak yang bertikai ke arah lain.

b) Bentuk-bentuk pertentangan adalah:


i. Pertentangan pribadi;
ii. Pertentangan rasial;
iii. Pertentangan antara kelas-kelas soaial, umumnya disebabkan oleh
karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan;
iv. Pertentangan politik;
v. Pertentangan yang bersifat internasional.
c) Akibat-akibat dari bentuk-bentuk pertentangan:
i. Tambahnya solidaritas “in-group”; atau
ii. Mungkin yang sebaliknya terjadi, yaitu goyah dan retaknya persatuan
kelompok;
iii. Perubahan kepribadian;
iv. Akomodasi, dominasi dan takluknya satu pihak tertentu.5
E. DAMPAK INTERAKSI SOSIAL
a) Dampak Positif Interaksi Sosial
Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki dampak. Akan tetapi, kita
selalu menginginkan dampak positif atau manfaat dari tindakan yang
dilakukan. Begitu pula dengan interaksi sosial. Dampak positif interaksi
sosial adalah sebagai berikut.
i. Tercipta keteraturan sosial
Masyarakat yang teratur cenderung menjalankan kehidupannya
secara harmonis, selaras, dan serasi sesuai nilai serta norma yang
berlaku (Syahrial Syarbaini dan Fatkuri, 2016:67). Keteraturan
sosial penting diwujudkan dalam masyarakat.
ii. Terjaganya nilai dan norma sosial
Nilai dan norma sosial dalam masyarakat menjadi pedoman
tingkah laku yang harus dipatuhi. Melalui interaksi sosial, nilai
dan norma sosial dilaksanakan. Dengan adanya kepatuhan
masyarakat nilai dan norma sosial tetap terjaga.

5
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014), hlm 63-95
12
iii. Integrasi masyarakat semakin kuat
Integrasi mengarah pada proses penyatuan. Artinya, warga
negara dalam masyarakat bersatu bersama-sama menghadapi
masalah dan mencapai tujuan bersama. Pada proses penyatuan
itulah interaksi sosial terjalin semakin kuat.
b) Dampak Negatif Interaksi Sosial
Munculnya dampak negatif dalam interaksi sosial terjadi karena anggota
masyrakat mengabaikan nilai dan norma yang berlaku. Adapun dampak
negatif interaksi sosial sebagai berikut.
i. Timbulnya kelompok-kelompok sosial menyimpang
Kelompok-kelompok sosial menyimpang merupakan kelompok-
kelompok yang sering melakukan tindakan menyimpang.
ii. Memicu konflik dalam masyarakat
Konflik merupakan proses sosial yang bersifat negatif.interaksi
sosial yang terjadi pada konflik mengarah pada perpecahan antar
individvu atau kelompok. Akibatnya, terjadi keretakan hubungan
dalam masyarakat atau disintegrasi sosial.6

6
Fadila Rahmawati, Dinamika Interaksi Sosial, (Klaten: Cempaka Putih, 2018), hlm 20-21
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antar individu dengan
indivdu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok melalui
kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.
Syarat terjdinya interaksi sosial adalah:
i. Kontak sosial dan
ii. Komunikasi.
Faktor-faktor interaksi sosial yaitu:
i. Imitasi
ii. Sugesti
iii. Simpati
iv. Identifikasi
v. Empati
vi. Motivasi

Bentuk-bentuk interaksi sosial:

i. Proses-proses yang asosiatif


Kerja sama (cooperation)
Akomodasi (accomodation)
Asimilasi (assimilation)
ii. Proses-proses yang disosiatif
Persaingan (competition)
Kontravensi (contravention)
Pertentangan (pertikaian atau konflik)
B. SARAN
Makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu dalam penyusunan makalah
ini penulis memohon kritikan dan saran dari Ibu dosen dan para pembaca agar
maklah ini menjadi lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Soyomukti, Nurani. 2016. PENGANTAR SOSIOLOGI: Dasar Analisis, Teori & Pendekatavn
Menuju Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis.
Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Irawan, Hanif. 2019. Pengayaan Pembelajaran Sosiologi: Interaksi Sosial. Surakarta:


AKSARRA SINERGI MEDIA

Sudariyanto. 2010. Interaksi Sosial. Semarang: ALPRIN

Soekanto, Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: PT RAJAGRAFINDO


PERSADA

Rahmwati, Fadila. 2018. Dinamika Interaksi Sosial. Klaten: Cempaka Putih

15

Anda mungkin juga menyukai