PROPOSAL
OLEH:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN MANADO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah rokok saat ini menjaditopik yang sedang hangat dibicarakan. telah banyak artikel
dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta
penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok.Berbagai
kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus menerus.
Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai hari
menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa
rokok sedunia ini, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan
bahaya dan dampak rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya. 1Rokok merupakan
zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap
rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang
tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan
nikotin (Abadi, 2005).
Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekita.(Basyir, 2005). r 90 % kanker paru-paru tidak dapat
diselamatkan.(Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan,
penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di
Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok
(Nainggolan, 2000).
Menurut badan kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap
tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok ini 2,1% meningkat setiap
tahunnya (A.F Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO
1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan
4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-
1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).
Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil.Hal ini
disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap.Akibat labilnya jiwa anak,
menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun
negatif (Kartono, 1995).Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal memiliki beberapa ciri
tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah dan periode
pencarian identitas.Pada periode pencarian identitas, remaja cenderung meniru tingkah laku orang dewasa
yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Proses identifikasi remaja
terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi perilaku yang ada pada orang dewasa, salah
satunya adalah perilaku merokok. Merokok menjadi perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para
remaja.
Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa yang akan
datang menjadi sesuatu hal yang tidak mustahil terjadi yang disebabkan karena remaja terbiasa dengan
perilaku yang tidak sehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat
menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah sencara umum, misalnya: penggunaan obat-
obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas.
Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anak usia remaja. Subanada
(Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja
dipengaruhi oleh berberapa faktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor
psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diri dan perilaku
yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu,
secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan psikiatrik. 2). Faktor
biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3). Faktor lingkungan, yakni orangtua,
saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau iklan menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori
yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli
masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.
Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya perilaku merokok selain
disebabkan oleh faktor dalam di, Erikson mengatakan bahwa setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam
proses pencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikososial. Ketidaksesuaian
antara perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau
stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan
membantu relaksasi terhadap stress (Helmi & Komalasari, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkanpadauraianlatarbelakang di atas, penelitimerumuskanpermasalahansebagaiberikut:
apakahterdapathubunganantaratingkat stress,
dukungankeluargadenganperilakuremajaterhadaprokok.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengidentifikasi gambaran perilaku merokok pada remaja.
2. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stress pada remaja .
3. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga untuk merokok kepada remaja.
4. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja terhadap
rokok
5. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja terhadap
rokok
6. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja
terhadap rokok.
7. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan keluarga dengan perilaku remaja
terhadap rokok.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti adalah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan antara tingkat
stress dukungan keluarga dan perilaku remaja terhadap rokok.
b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dassar pengembangan penelitian
lebih lanjut menenai hubungan antara tingkat stress dukungan keluarga dan perilaku
remaja terhadap rokok
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dukungan Keluarga
Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit
disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah
dan dewasa saat merokok. Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata
lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi
perokok aktif (Nainggolan, 2000). Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa
75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).Aditama
mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya
merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku
merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka.Remaja dengan orangtua dan
saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka
bersikap tidak melarang remaja untuk merokok (A.Muchtar 2005).
Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang
dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa
pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
bersifat adiktif dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon
aromatis yang bersifat karsinogenik (PP No. 19 tahun 2003).
Tembakau itu sendiri, yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telah dikenal lama sebelum tahun 1492.
Pada saat itu, pelaut Eropa yang menemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian
menghisap tembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara tertentu sebagai lambang tata cara
ramah tamah. Penggunaan pipa berbentuk “Y” yang disebut “tobacco” yang digunakan untuk menghisap
tanaman yang cukup banyak mengandung racun ini menjadi dasar mengapa tanaman tersebut dinamakan
tembakau (Basyir 2005).
A. Kerangka Konsep
V. independen
V .dependen
Tingkat stress
Perilaku merokok pada remaja
Stres Ringan
Stres Berat
Stres Sedang Pengaruh Orang Tua
Pengaruh Kepribadian
: Diteliti
: Berhubungan
c. Hipotesis penelitian
Ho : tidak terdapat hubungan antara tingkat stress dukungan keluarga dan perilaku remaja
terhadap rokok
Ha : terdapat hubungan antara tingkat stres dukungan keluarga dan perilaku remaja
terhadap rokok.
D. Definisi operasional
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan survey analisis dengan pendekatan cross sectional.
Dengan mengunakan variabel independent dan variabel dependen penelitian dengan
cross sectional dengan berusaha mempelajari Hubungan antara tingkat stress
dukungan keluarga dan perilaku remaja terhadap rokok.
2. Sampel Penelitian
Sampelpada penelitian ini mengunakan teknik pengambilan sampel.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian, merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Untuk variable stress instrument pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan instrument berbentuk skala.
E. ANALISA DATA
1. Analisa Univariat
Untuk variable stress, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala likert, yakni
dengan menganalisa seberapa sering remaja mengalami situasi / gejala yang menunjukan stress,
dengan point penilaian (3) selalu (2) sering (1) kadang-kadang (0) tidak pernah. Kemudian setelah
ditabulasikan, hasil dikategorikan berdasarkan kategori stress menurut Groenewald (2006)
menjadi :
Stres ringan : 5-15
Stres sedang : 15-30
Stres berat : 30-65
Sedangkan angket yang digunakan untuk mengukur tentang dukungan keluarga.
E. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, penelitian perlu adanya rekomendasi dari pihak dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian, setelah mendapatkan persetujuan barulah
dilakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Informed concent
Lembar penelitian ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
criteria dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak – hak responden.
2. Anomimity
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden , tetapi
lembaran tersebut diberikan kode.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
Daftar Pustaka