Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP ROKOK

PROPOSAL

OLEH:

RAFIKA MEGA. DIRANGGA


NIM : 1714201125

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN MANADO

2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah rokok saat ini menjaditopik yang sedang hangat dibicarakan. telah banyak artikel
dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah, wawancara baik di radio maupun televisi serta
penyuluhan mengenai bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok.Berbagai
kebijakan dan aturan yang memuat sanksi bagi para perokok dipublikasikan secara terus menerus.
Bahkan setiap tanggal 31 Mei, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan sebagai hari
menetapkan sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (World No Tobacco Day). Melalui peringatan hari tanpa
rokok sedunia ini, diharapkan menjadi kesempatan bagi kita untuk berfikir kembali dan menyadari akan
bahaya dan dampak rokok baik bagi perokok itu sendiri maupun lingkungan disekitarnya. 1Rokok merupakan
zat aditif yang mengancam kesehatan karena didalamnya mengandung zat-zat yang membahayakan tubuh.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa artikel ilmiah menerangkan bahwa dalam setiap kepulan asap
rokok terkandung ± 4000 racun kimia berbahaya dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang
tumbuhnya kanker). Beberapa zat yang berbahaya tersebut diantaranya tar, karbonmonoksida (CO) dan
nikotin (Abadi, 2005).
Melalui zat yang dihisap dalam rokok, hampir sekita.(Basyir, 2005). r 90 % kanker paru-paru tidak dapat
diselamatkan.(Basyir, 2005). Selain itu rokok dapat menyebabkan kanker mulut, bibir, kerongkongan,
penyakit jantung, bahkan disinyalir dapat memperpendek usia. Menurut perhitungan Fakultas kedokteran di
Inggris, rata-rata setiap perokok kehilangan 5 ½ menit umurnya setiap menghisap sebatang rokok
(Nainggolan, 2000).
Menurut badan kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok menurun 1,1% setiap
tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti Indonesia jumlah perokok ini 2,1% meningkat setiap
tahunnya (A.F Muchtar, 2005). Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO
1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia tercatat 59,04% untuk pria dan
4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut 12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-
1% adalah wanita muda (young females) (Syahrir, 2003).
Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa transisi dimana jiwa anak masih labil.Hal ini
disebabkan karena anak belum menemukan pegangan hidup yang mantap.Akibat labilnya jiwa anak,
menjadikan mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat positif maupun
negatif (Kartono, 1995).Hurlock (1993) mengungkapkan bahwa masa remaja awal memiliki beberapa ciri
tahapan perkembangan yaitu tahap periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah dan periode
pencarian identitas.Pada periode pencarian identitas, remaja cenderung meniru tingkah laku orang dewasa
yang dianggap menunjukan kematangan dan kemapanan dalam hal identitas diri. Proses identifikasi remaja
terhadap orang dewasa menyebabkan mereka mengadopsi perilaku yang ada pada orang dewasa, salah
satunya adalah perilaku merokok. Merokok menjadi perilaku negatif yang umum dan bersifat legal bagi para
remaja.
Merokok pada remaja perlu mendapatkan perhatian besar. Penurunan sumber-daya manusia dimasa yang akan
datang menjadi sesuatu hal yang tidak mustahil terjadi yang disebabkan karena remaja terbiasa dengan
perilaku yang tidak sehat. Taylor (Syahrir 2003) menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dapat
menjadi bagian dari serangkaian sindrom perilaku bermasalah sencara umum, misalnya: penggunaan obat-
obatan terlarang, alkoholik dan perilaku sex bebas.
Banyak hal yang dapat menjadi resiko timbulnya perilaku merokok pada anak usia remaja. Subanada
(Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa faktor resiko munculnya perilaku merokok pada remaja
dipengaruhi oleh berberapa faktor diantaranya: 1). Faktor psikologis/kepribadian yang terdiri dari faktor
psikososial yang meliputi stress, rasa bosan, rasa ingin tahu, ingin terlihat gagah, rendah diri dan perilaku
yang menunjukan pemberontakan menjadi hal yang mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu,
secara psikologis perilaku merokok pada remaja diasosiasikan juga dengan gangguan psikiatrik. 2). Faktor
biologis, meliputi fungsi kognisi, etnik, genetik dan jenis kelamin. 3). Faktor lingkungan, yakni orangtua,
saudara kandung, teman sebaya dan reklame atau iklan menampilkan sang idola remaja, 4). Faktor regulatori
yakni adanya pajak atau bea cukai yang tinggi terhadap rokok dengan maksud untuk menurunkan daya beli
masyarakat terhadap rokok, dan pembatasan fasilitas / lokasi untuk merokok.
Faktor psikologis dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja lingkungan, artinya perilaku merokok selain
disebabkan oleh faktor dalam di, Erikson mengatakan bahwa setiap remaja akan mengalami fase krisis dalam
proses pencarian jati dirinya yang disebabkan karena adanya perubahan fisik dan psikososial. Ketidaksesuaian
antara perkembangan fisik, psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi dibawah tekanan atau
stress. Merokok menjadi alternatif yang mereka pilih karena dianggap dapat mengurangi ketegangan dan
membantu relaksasi terhadap stress (Helmi & Komalasari, 2006).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkanpadauraianlatarbelakang di atas, penelitimerumuskanpermasalahansebagaiberikut:
apakahterdapathubunganantaratingkat stress,
dukungankeluargadenganperilakuremajaterhadaprokok.

C. TUJUAN KHUSUS
1. Untuk mengidentifikasi gambaran perilaku merokok pada remaja.
2. Untuk mengidentifikasi gambaran tingkat stress pada remaja .
3. Untuk mengidentifikasi gambaran dukungan keluarga untuk merokok kepada remaja.
4. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja terhadap
rokok
5. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja terhadap
rokok
6. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Stress dengan perilaku remaja
terhadap rokok.
7. Untuk mengidentifikasi hubungan yang bermakna antara Dukungan keluarga dengan perilaku remaja
terhadap rokok.
D. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti adalah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan antara tingkat
stress dukungan keluarga dan perilaku remaja terhadap rokok.
b. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai dassar pengembangan penelitian
lebih lanjut menenai hubungan antara tingkat stress dukungan keluarga dan perilaku
remaja terhadap rokok

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stress


Stress
Stress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian antara harapan dan pencapaian yang
ditampilkan melalui perasaan secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan stress, terlambat
dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi keluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu pada batas
waktu akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akan direfleksikan melalui perasaan
emosional seperti marah, tegang, cemas bahkan agresi. Padahal Earle mengungkapkan bahwa stress ini
merupakan pergerakan energi “mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat berfikir lebih
baik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada, seseorang dapat menganalisa masalah dan memperbaikinya
(Groenewald 2006).
Kesulitan mencari alternatif pemecahan masalah dengan baik menjadi kendala yang sering dihadapi
remaja.Kompensasi dari ketidakmampuan menyelesaikan masalah tersebut dialihkan dengan melakukan
aktivitas yang mereka anggap dapat mengurangi ketegangan yang terjadi.Merokok menjadi pilihan
karena efek relaksasi yang mereka dapatkan dari rokok, yang pada akhirnya berdampak pada kepuasan
psikologis remaja (A.F Muchtar 2005).Kepuasan psikologis yang mereka dapatkan mendorong untuk
mengulangi perilaku merokok tersebut setiap kali remaja berada dalam tekanan (stress). Hal ini senada
dengan apa yang diungkapkan oleh Atkinson (1991) dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” bahwa
dalam kondisi stress remaja akan cenderung untuk mengulangi perilakuknya.
Seseorang yang berada dalam tekanan (stress) mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk menjadi
perokok dan akan sulit untuk berhenti bahkan untuk mengatakan ingin berhenti dari aktivitas merokok
tersebut. (Brandon 2000). Brandon menambahkan bahwa terdapat beberapa cara manajemen stress yang
dapat diterapkan pada remaja sehingga dapat mengurangi kemungkinan remaja untuk merokok yang
disebabkan demi mendapatkan ketenangan akibat dalam mengahdapi stres. Beberapa cara tersebut
diantaranya,
a). Remaja tidak menghindar dari permasalahan yang sedang dihadapi.
b). Remaja lebih memperbanyak aktivitas yang positif.
c) Membicarakan masalah dengan orang yang bisa membantu dalam penyelesaian.
d) Menyadari bahwa stress merupakan bagian dari kehidupan.
- Penyebab stress.
Stress diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan system kemasyarakatan,
tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita. Baik nyata maupun imajinasi,
persepsi seorang terhadap stress sebenarnya berasal dari perasaan takut marah. Perasaan ini dapat
diekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasis, iri, tidak ramah, depresi, bimbang,cemas, rasa bersalah
khawatir atau apati. (suliswati,2005)
- Gejala-gejala stres.
Humpherey (1999) mengemukakan beberapa gejala awal yang diakibatkan oleh stress yaitu:
a. Gejala perilaku, orang akan mudah gugup, penyalagunaan obat,mudah marah, hilang
semangat,tidak tenang, diam, perilaku impulsive, dan lain-lain.
b. Untuk gejala emosi, seseorang akan mudah gelisah selalu sensitive dengan kritikan, mudah
tersinggung, apatis merasa bersalah dan frutasi dan untuk gejala kognitif seseorang akan
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, sulit untuk mengingat, khwatir dengan
pelaksanaan tugas dan apatis.
c. Untuk gejala fisik, seseorang akan merasakan detak jantung yang semakin cepat,
berkeringat, mulut kering, penyempitan pupilmata, sakit perut, sakit kepala dan pans dingin.
- Unsur-unsur stress
Sebagai bagian dari pengalaman hidup, stress merupakan hal yang rumit dan kompleks,
oleh karena itu stress dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dalam
peristiwa stress, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu:
a. Peristiwa, orang dan keadaan yang menjadi sumber stress (stressor).
b. Orang yang mengalami stress ( the stressed).
c. Hubungan antara orang yang mengalami stress dengan hal yang menjadi penyebab
stress (transaction) .
- Klasifikasi Stres
Menurut Rice (1999), berdasarkan etiologinya stress dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Stres kepribadian (personality press)
Stress kepribadian adalah stress yang dipicu oleh masalah dari dalam diri
seseorang.
b. Stres psikososial (pscychosocial stress)
Stress psikososial adalah stress yang dipicu oleh hubungan dengan orang lain
disekitarnya ataupun akibat situasi sosialnya.
c. Stres bio-ekologi (bio-ecological stress)
Stress bio-ekologi adalah stres yang dipicu oleh dua hal. Hal yang pertama adalah
ekologi atau linkungan seperti populasi serta cuaca.
d. Stress pekerjaan (job stress)
Stress pekerjaan adalah stress yang dipicu oleh pekerjaan seseorang persaingan
dikantot, tekanan pekerjaan terlalu banyak kerjaan, target yang terlalu tinggi adalah
beberapa factor yang memicu muculnya stress akibat karir pekerjaan.
e. Stress mahasiswa (college student stress).
Stress mahasiswa itu dipicu oleh dunia perkuliahan. Sewaktu perkuliahan terdapat
tiga kelompok stressor yaitu stressor dari segi personal dan sosial, gaya hidup dan
budaya serta stressor yang dicetuskan oleh factor akademis kuliah itu sendiri.
- Tingkat stres.
Stress dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu
a. Stress ringan.
Stress ringan adalah stress yang tidak merusak aspek fisiologis dari sesorang.
Stress ringan umumnya dirasakan dan dihadapi oleh setiap orang secara teratur
seperti lupa, kebanyakan tidur kemacetan, dikritik situasi seperti ini biasanya
berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam.
b. Stress sedang.
Stress sedang merupakan stress yang terjadi lebih lama dari beberapa minggu
sampai beberapa hari seperti pada waktu perselisihan, kesepakatan yang belum
selesai, situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi seseorang.
c. Sres berat.
Stress berat merupakan stress kronis yang terjadi beberapa minggu sampai
beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa factor seperti hubungan suami istri
yang tidakharmonis, kesulitan financial dan penyakit sisik yang lama
(Rasman,2004)

Dukungan Keluarga
Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit
disebabkan oleh karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti bapaknya yang kelihatan gagah
dan dewasa saat merokok. Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok dirumah, dengan kata
lain disaat kecil mereka telah menjadi perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih menjadi
perokok aktif (Nainggolan, 2000). Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa
75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih 2004).Aditama
mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih banyak pada mereka yang orangtuanya
merokok dibandingkan dengan orangtua yang tidak merokok (Basyir, 2005). Resiko munculnya perilaku
merokok remaja didukung pula oleh perilaku merokok saudara kandung meraka.Remaja dengan orangtua dan
saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi perokok, apalagi jika mereka
bersikap tidak melarang remaja untuk merokok (A.Muchtar 2005).

B. Konsep Dasar rokok.

Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk cerutu atau bentuk lainnya, yang
dihasilkan dari tanaman nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin merupakan zat atau bahan senyawa
pirolidin yang terdapat dalam nicotina tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
bersifat adiktif dapat menyebabkan ketergantungan. Sedangkan tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon
aromatis yang bersifat karsinogenik (PP No. 19 tahun 2003).
Tembakau itu sendiri, yang merupakan bahan utama untuk rokok ini telah dikenal lama sebelum tahun 1492.
Pada saat itu, pelaut Eropa yang menemukan benua Amerika “Colombus” melihat orang-orang Indian
menghisap tembakau dengan menggunakan pipa dalam sebuah upacara tertentu sebagai lambang tata cara
ramah tamah. Penggunaan pipa berbentuk “Y” yang disebut “tobacco” yang digunakan untuk menghisap
tanaman yang cukup banyak mengandung racun ini menjadi dasar mengapa tanaman tersebut dinamakan
tembakau (Basyir 2005).

- Zat yang Terkandung dalam Rokok


Seperti yang telah di ulas diatas, terdapat dua bahan utama zat yang terkandung dalam
setiap batang rokok yakni nikotin dan tar. Nikotin, didalam tubuh menyebabkan
perangsangan sistem saraf simpatis.
Selain itu nikotin mengaktifkan trombosit yang beresiko pada timbulnya adhesi trombosit
(penggumpalan) ke dinding pembuluh darah termasuk pembuluh darah jantung. Adapun tar,
disebut sebagai zat karsinogenik, karena ampas tar yang tersimpan terutama dalam saluran nafas
akan mengubah struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru. Pada saluran napas besar, sel
mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia).
- Masalah yang Ditimbulkan Akibat Merokok
Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok tersebut, sangat
jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi tubuh dan dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada dalam tubuh manusia.
Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas hanya merupakan sebagian kecil zat
yang terkandung dalam setiap batang rokok, yang sebenarnya mengandung ± 4000 racun
kima berbahaya.Hal ini menjelaskan bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi
tubuh.Beberapa penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan
kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia).
b. Penyakit jantung koroner
Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zta yang terkandung dalam rorok.
Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia
penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida
c. Impotensi
Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia
mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh
tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses spermatogenesis
sehingga kualitas sperma menjadi buruk.
d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir dan
kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel
ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga dapat
disebabkan karena panas dari asap.
e. Merusak otak dan indera
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan karena
penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin terhadap
pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak dan
organ tubuh lainnya.
f. Mengancam kehamilan.
Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok.Banyak hasil penelitian yang
menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan bayi
dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat
dilahirkan.
- Perilaku terhadap Rokok
Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas menghisap rokok atau
tembakau dalam berbagai cara.
- Tipe Perokok
Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni tipe perokok yang
berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup, tipe perokok berdasarkan jumlah
rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari, dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan
diri. Berdasarkan udara atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi: Perokok
pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di sekeliling perokok dan
menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh perokok. Perokok aktif, yakni mereka yang
menghisap rokok secara langsung (www.kppk.com). Adapun berdasarkan jumlah rokok
yang dikonsumsi, tipe perokok dikategorikan menjadi ; Perokok sangat berat, adalah jika
mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang
merokok sekitar 21-30 batang perhari, Perokok sedang adalah perokok yang
menghabiskan rokok 11-21 batang perhari, dan Perokok ringan yang merokok sekitar 10
batang/hari (Basyir 2005). Sedangkan berdasarkan pengaruh perasaan diri, Tomkins
mengkategorikan perokok menjadi ; Pertama, perokok yang dipengaruhi perasaan positif,
dimana dengan merokok seseorang merasakan bertambahnya rasa positif.
- Remaja dan Rokok
Batasan Remaja
Istilah remaja atau adolesccene berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti
”tumbuh” atau tumbuh dewasa. Istilah adolescene yang digunakan sampai sekarang ini
mempunyai arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock,
1993). Santoso, (1993) mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang mengalami
perkembangan menuju kedewasaan. Mereka adalah anak-anak yang telah meninggalkan
usia 11 tahun dan akan menuju usia 21 tahun. Usia remaja merupakan usia dimana
individu mulai berinteraksi dengan masyarakat dan merasa berada sama dalam satu
tingkat dengan orang yang lebih tua darinya termasuk dalam hal intelektualnya.Secara
umum masa remaja dibagi kedalam 3 tahap yang dilihat dari rentang usia. Sampai saat ini
masih banyak perbedaan mengenai klasifikasi remaja tersebut. Gunarsa (2001) membagi
tahapan masa remaja tersebut menjadi : remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan
(15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun).
- Karakteristik Remaja
Masa remaja mempunyai karakteristik yang khas, dimana semua tugas pekembangan pada
masa ini dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan
dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.Oleh sebab itu, masa remaja
disebut juga sebagai periode peralihan, periode perubahan, periode bermasalah, periode
pencarian identitas, dan periode tidak realistic. Salah satu perilaku yang muncul adalah
perilaku merokok yang mereka anggap sebagai simbol kematangan, dimana perilaku ini
seringkali dimulai pada usia sekolah menengah pertama (Hurlock 1993).Handayani (2006)
mengungkapkan bahwa secara umum, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus
dilaluinya dengan baik.tugas perkembangan tersebut antara lain :
1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif
sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya.
2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orangtua Usaha remaja untuk
memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku "pemberontakan" dan melawan
keinginan orangtua.
3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan.
Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu
bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap
perkembangan ini.
4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai
kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang
kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya.
5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan
orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang
yang dikaguminya.
Secara psikososial, remaja mulai memisahkan diri dari orangtua. Kebutuhan mereka akan
kebebasan menyebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan
mulai memperluas hubungan dengan teman sebaya, sehingga keterikatan mereka
dengan orangtua berkurang. Pada umumnya remaja menjadi anggota kelompok sebaya
(peer group).Kelompok sebaya menjadi sangat berarti dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial remaja.Melalui kelompok sebaya, remaja bisa melatih kecakapan
sosial, karena melalui kelompok sebaya, remaja dapat mengambil berbagai peran
(Mahreni dalam Soetjiningsih 2004).
- Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja terhadap Rokok
Sama halnya dengan penggunaan zat-zat (substance) lainnya, terdapat beberapa faktor
resiko yang berpengaruh terhadap penggunaan rokok atau perilaku merokok pada
remaja.
Subanada (Soetjiningsih, 2004) mengungkapkan bahwa terdapat empat faktor resiko
bagi remaja sehingga mereka menjadi perokok. Keempat faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Psikososial
a. Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan kebebasab dan otonomi,
membentuk identitas diri dan penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan
maturasi fisik faktor Psikologik.
b. Faktor psikiatrik
Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara merokok dengan gangguan
psikiatrik seperti skizofrenia, depresi, cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada
remaja, didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas.
2. Faktor Biologik
a. Faktor Kognitif
Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari kecanduan nikotin
disebabkan karena perokok merasakan efek bermanfaat dari nikotin.Beberapa perokok
dewasa mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki konsentarsi.
b. Jenis kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada remaja laki-laki.
Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka
menentang dan secara social cakap.
c. Faktor Etnik
Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi terjadi pada orang-orang
kulit putih dan penduduk asli Amerika, serta terendah pada orang Amerika keturunan
Afrika dan Asia.
d. Faktor genetik
Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan enzim hati yang
memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah meningkatnya resiko kecanduan nikotin
pada beberapa individu.
BAB III
KERANGKA KONSEP TUAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

V. independen
V .dependen
Tingkat stress
Perilaku merokok pada remaja

Stres Ringan
Stres Berat
Stres Sedang Pengaruh Orang Tua
Pengaruh Kepribadian

Gambar 3.1 kerangka konsep


Keterangan
: Tidak diteliti

: Diteliti

: Berhubungan

c. Hipotesis penelitian

Ho : tidak terdapat hubungan antara tingkat stress dukungan keluarga dan perilaku remaja
terhadap rokok
Ha : terdapat hubungan antara tingkat stres dukungan keluarga dan perilaku remaja
terhadap rokok.
D. Definisi operasional

N VARIABEL DEFINISI SKALA ALAT KRITERIA


o VARIABEL UKUR
1. Stres Stress merupakan ordinal kuesioner a. ringan
respon individu dimana
terjadi ketidaksesuaian
5-15
antara harapan dan
pencapaian yang b. sedang
ditampilkan melalui 15-30
perasaan secara
emosional.
c. berat
30-65
Merokok merupakan
2. Perilaku istilah yang
merokok digunakan untuk observasi kuesioner pengaruh
aktivitas menghisap orang tua
rokok atau tembakau
dalam berbagai
< 20
cara. pengaruh
kepribadian
>10
BAB IV
Metodologi Penelitian

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini mengunakan survey analisis dengan pendekatan cross sectional.
Dengan mengunakan variabel independent dan variabel dependen penelitian dengan
cross sectional dengan berusaha mempelajari Hubungan antara tingkat stress
dukungan keluarga dan perilaku remaja terhadap rokok.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


1. Waktu penelitian
2. Tempat penelitian

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi Penelitian
Populasi adalah sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian/ penelitian, yang daripadanya
terkandung informasi yang ingin diketahui (Gulo, 2002).

2. Sampel Penelitian
Sampelpada penelitian ini mengunakan teknik pengambilan sampel.

D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument penelitian, merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 2005). Untuk variable stress instrument pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan instrument berbentuk skala.

E. ANALISA DATA
1. Analisa Univariat
Untuk variable stress, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan skala likert, yakni
dengan menganalisa seberapa sering remaja mengalami situasi / gejala yang menunjukan stress,
dengan point penilaian (3) selalu (2) sering (1) kadang-kadang (0) tidak pernah. Kemudian setelah
ditabulasikan, hasil dikategorikan berdasarkan kategori stress menurut Groenewald (2006)
menjadi :
Stres ringan : 5-15
Stres sedang : 15-30
Stres berat : 30-65
Sedangkan angket yang digunakan untuk mengukur tentang dukungan keluarga.
E. Etika penelitian
Dalam melakukan penelitian, penelitian perlu adanya rekomendasi dari pihak dengan mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian, setelah mendapatkan persetujuan barulah
dilakukan penelitian menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed concent
Lembar penelitian ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi
criteria dan disertai judul penelitian, bila responden menolak maka peneliti tidak
memaksa dan tetap menghormati hak – hak responden.

2. Anomimity
Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama responden , tetapi
lembaran tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.
Daftar Pustaka

Hilyana, H,Hasbullah,S & Muzakkir, M. (2013), HUBUNGAN TINGKAT STRES


TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA. MAKASSAR

Rahmawati,L,and V. Elita, HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


TINGKAT DEPRESI REMAJA. RIAU

Wulandari,Retno Ayu. HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INTENSI


MEROKOK PADA REMAJA, MALANG

Anda mungkin juga menyukai