Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASMA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KMB 1

DOSEN : Adi Nurapandi, S.Kep.

Kelompok 1 :

Aas Rosidah

Angga Maulana

Dena Mustika N

Elmara Prameta W

Indri Nurmalasari

Fina Meliani

Latip Andiana

Silvya Diprila A

M. Saoky Miswar

Rena Anggraini

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS

Jl. K.H. AHMAD DAHLAN NO. 29 CIAMIS, KECEMATAN CIAMIS,


KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT 46211

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya, saya
sebagai penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
ini saya buat untuk memberitahukan kepada pembaca "Apakah Tidur Siang
Penting?" Makalah ini menerangkan tentang seberapa penting itu tidur siang dan
apa saja manfaat dari tidur siang. Judul ini saya pilih karena banyak orang yang
menganggap bahwa tidur siang itu hanya bermanfaat untuk menghilangkan
kelelahan dan bahkan ada yang beranggapan bahwa, tidur siang sering dianggap
sebagai perilaku seseorang yang malas dalam beraktivitas.

Ciamis 21 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….1

1). Latar Belakang ..................................................................................2

2). Rumusan Masalah .............................................................................2

3). Tujuan……….....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….….….3

1) Definisi Asma........................................................................................3

2) Etiologi dari Asma.................................................................................3


3) Patofisiologi Klinis dari Asma .............................................................6
4) Manifestasi Asma .................................................................................7
5) Siapa yang Beresiko Terkena Asma .....................................................7
6) Cara Mengobati Asma .........................................................................8
7) Komplikasi dari Asma .........................................................................9
8) Cara Mencegah Kekambuhan dari Asma...........................................10

BAB III PENUTUP……………………………………………………………..12

1) Kesimpulan ….....................................................................................12

2) Saran …...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1) LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu
penyakit asma. Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik
Negara maju maupun Negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan
ini diduga berhubungan dengan meningkatnya industri sehingga tingkat
polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan pengalaman klinis dan berbagai
penelitian asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, tetapi
gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi, bahkan berat-ringannya
serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah diagnosis
sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat. Penyakit asma merupakan
kelainan yang sangat sering ditemukan dan diperkirakan 4–5% populasi
penduduk di Amerika Serikat terjangkit oleh penyakit ini. Asma bronkial
terjadi pada segala usia tetapi terutama dijumpai pada usia dini. Sekitar
separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga kasus lainnya
terjadi sebelum usia 40 tahun. Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi
laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30
tahun.
Asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma
menduduki urutan ke 5 dari 10 penyebab kesakitan bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan
emfisema sebagai penyebab kematian ke 4 di Indonesia atau sebesar 5,6%.
Tahun 1995, prevalensi asma di Indonesia sekitar 13 per 1.000 penduduk,
dibandingkan bronkitis kronik 11 per 1.000 penduduk dan obstruksi paru 2
per 1.000 penduduk.

1
2) RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi Asma
b. Apa etiologi dari Asma
c. Bagaimana patofisiologi klinis dari asma
d. Apa manifestasi asma
e. Siapa yang beresiko terkena asma
f. Bagaimana cara mengobati asma
g. Apa saja komplikasi dari asma
h. Bagaimana cara mencegah kekambuhan dari asma

3) TUJUAN
a. untuk mengetahui tentang definisi asma
b. untuk mengetahui etiologi dari asma
c. untuk mengetahui manifestasi klinis dari asma pada anak
d. untuk mengetahui patofisiologi asma pada anak
e. untuk mengetahui siapa yang beresiko terkena asma
f. untuk mengetahui bagaimana cara mengobati asma
g. untuk mengetahui apa saja komplikasi dari asma
h. untuk mengetahui bagaimana cara mencegah kekambuhan dari asma

2
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi Asma

Asma adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh peradangan


dalam saluran pernapasan. Peradangan membuat saluran pernapasan
bengkak dan sangat sensitif. Akibatnya, saluran pernapasan menyempit
sehingga udara yang masuk ke paru-paru jadi terbatas.

Peradangan juga membuat sel di saluran pernapasan membuat lebih


banyak lendir dari biasanya. Lendir ini dapat makin mempersempit saluran
pernapasan dan menyulitkan Anda untuk bernapas lega.

Tergantung faktor pemicunya, asma terdiri dari banyak jenis. Namun, jenis
yang paling umum meliputi:

 Asma olahraga
 Asma nokturnal (kambuh hanya di malam hari)
 Asma karena pekerjaan tertentu
 Asma batuk
 Asma alergi

b. Etiologi Asma
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma


Bronkhial.
Faktor Predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah

3
terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang,
bakteri dan polusi.
b. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
c. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti :
perhiasan, logam,dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah

4
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.

5
c. Patofisiologi

Spasme otot bronkus Inflamasi dinding bronchus Edema Sumbatan mukus

Tidak efektif Obstruksi saluran nafas Alveoli tertutup


bersihan jalan nafas
(bronkhospasme)

Kurang Hipoksemia
Gangguan
pengetahuan Penyempitan jalan nafas pola nafas
Asidosis
Intoleransi aktivitas metabolik
Peningkatan kerja pernafasan

Peningkatan kebutuhan Penurunan masukan oral


oksigen

Hiperventilasi Perubahan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Retensi CO2

Asidosis respiratorik

d. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari
wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada
pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-

6
otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan
penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi
paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun
dengan test provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai
pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan
adanya obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa
serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan
penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat
dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

e. Siapa yang beresiko terkena asma?

Penyakit pernapasan ini dapat mempengaruhi semua orang dari


segala usia. Namun menurut WHO, asma adalah penyakit pernapasan
kronis yang paling umum menyerang anak-anak.

7
Penyakit ini paling sering dimulai pada masa kanak-kanak karena:

 Anak lahir prematur.


 Anak lahir dengan berat badan rendah.
 Mengalami alergi tertentu, misalnya alergi makanan atau eksim.
 Mengalami infeksi pernapasan atas, seperti pneumonia, bronkitis,
dan lain sebagainya.
 Genetik. Risiko anak akan lebih tinggi jika orangtuanya memiliki
riwayat penyakit asma.

Anak laki-laki dan wanita dewasa adalah dua kelompok usia yang
paling berisiko mengalami penyakit pernapasan ini. Sayangnya, sampai
saat ini tidak diketahui pasti bagaimana jenis kelamin dan hormon seks
memainkan peran sebagai faktor risiko penyakit asma.

f. Cara pengobatan asma

Kebanyakan pengidapnya harus minum obat kontrol jangka panjang


setiap hari untuk membantu mencegah kekambuhan gejala. Obat kontrol
jangka panjang memiliki beberapa jenis, yang meliputi:

Leukotriene modifiers; montelukast, zafirlukast, dan zileuton. Obat ini


efektif untuk meringankan gejala hingga 24 jam. Sayangnya, obat ini
dapat menyebabkan reaksi psikologis, seperti rasa gelisah berlebih,
halusinasi, hingga depresi. Maka dari itu, pastikan Anda segera periksa
ke dokter bila mengalami gejala yang tidak biasa.

Kortikosteroid hirup; budesonide, fluticasone, ciclesonide,


beclomethasone, fluticasone furoate, flunisolide, fluticasone furoate, dan
mometasone. Anda mungkin perlu menggunakan obat-obatan jenis ini
selama beberapa hari hingga minggu untuk mencapai hasil yang optimal.
Efek samping obat ini relatif rendah meski digunakan untuk jangka
panjang.

Long-acting beta agonists; formoterol dan salmeterol. Biasanya obat ini


dikombinasikan dengan kortikosteroid hirup. Penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan obat ini secara tunggal dapat meningkatkan risiko
serangan asma yang parah. Jadi, gunakan obat ini sesuai anjuran yang
diberikan dokter.

Obat kombinasi; obat kortikosteroid hirup dengan long-acting beta


agonists. Misalnya, fluticasone-salmeterol, budesonide-formoterol, dan
formoterol-mometasone.

8
Theophylline; seperti Theo-24 dan Elixophyllin. Obat ini biasanya
digunakan setiap hari untuk membantu melemaskan otot-otot di sekitar
saluran udara. Dengan begitu, Anda dapat bernapas lebih lega.

Obat kontrol jangka pendek

Semua orang yang mengalami kondisi ini memerlukan obat kontrol


jangka pendek. Fungsi obat ini adalah membantu meringankan gejala
asma yang baru muncul dan kambuh sewaktu-waktu. Namun, obat ini
tidak boleh diminum lebih dari 2 minggu.

Berikut beragam jenis obat kontrol jangka pendek yang paling umum:

Short-acting beta agonists; albuterol, levalbuterol, pirbuterol, dan


bitolterol. Obat ini bertindak sebagai bronkodilator yang bekerja cepat
untuk meredakan gejala ketika serangan kambuh. Obat jenis ini dapat
digunakan lewat inhaler genggang atau nebulizer.

Ipratropium. Obat ini bekerja seperti bronkodilator yang secara cepat


akan melemaskan saluran udara Anda ketika serangan kambuh. Alhasil,
Anda dapat bernapas lebih mudah. Selain untuk penyakit pernapasan
kronis, obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
emfisema dan bronkitis akut.

Kortikosteroid oral atau suntik; predisone dan methylpredisolone. Obat-


obatan ini dapat meredakan peradangan di saluran napas yang memicu
gejala. Obat ini dapat menyebabkan efek samping yang serius bila
digunakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, pastikan Anda hanya
menggunakan obat ini sesuai yang diresepkan dokter.

g. Komplikasi dari asma

Asma yang tidak dikendalikan dengan baik dapat memengaruhi kesehatan


Anda secara keseluruhan. Bahkan, penyakit ini dapat berdampak langsung
pada fungsi tubuh Anda. Begitu pula jika pengobatannya tidak tepat.

Berikut beberapa komplikasi yang bisa terjadi akibat asma:

 Pneumonia (infeksi paru-paru)


 Rusaknya paru-paru sebagian atau keseluruhan
 Kegagalan pernapasan, di mana kadar oksigen dalam darah
menjadi sangat rendah, atau kadar karbon dioksida menjadi sangat tinggi
 Status asmatikus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan)

9
Berbagai komplikasi ini membutuhkan bantuan medis darurat karena dapat
berisiko fatal.

h. Cara mencegah asma

Meski tak bisa disembuhkan, serangan asma dapat Anda cegah supaya
tidak kambuh. Berikut beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk
mencegah kekambuhan gejala penyakit ini.

1. Buat rencana aksi asma

Setiap pasien dengan kondisi ini dianjurkan untuk menentukan rencana


perawatan asma bersama dokter dan tim kesehatan lainnya. Dokter akan
membantu dalam menentukan jenis obat dan perawatan yang sesuai
dengan kondisi Anda. Pastikan Anda mengikuti rancangan perawatan
tersebut supaya kekambuhan gejala dapat dicegah.

2. Menghindari faktor pemicunya

Seseorang akan mengalami serangan gejala bila terpapar pemicunya. Maka


dari itu, kenali hal-hal ap saja yang dapat memicu kekambuhan gejala
Anda. Beberapa faktor pemicu yang paling umum adalah paparan zat iritan
dari asap rokok, polusi udara, bahan kimia dalam produk rumah tangga
hingga bulu binatang dan serbuk sari.

3. Rutin cek fungsi paru-paru

Rutin mengecek fungsi paru-paru dengan peak flow meter juga bisa jadi
cara mencegah kekambuhan serangan. Peak flow meter membantu
mengukur jumlah aliran udara dalam napas penderita sehingga akan
memudahkan penanganan sebelum gejalanya memburuk. Di sisi lain ini
alat ini pun dapat membantu mengenali pemicu atau penyebab asma,
sehingga penderita dapat menghindarinya.

4. Minum obat sesuai yang dianjurkan dokter

Ketika gejala asma muncul, segera minum obat yang dianjurkan dokter
dan hentikan aktivitas yang memicu kekambuhan gejala. Bila gejala yang
Anda alami tidak juga membaik, jangan ragu untuk segera periksa ke
dokter.

Jangan menghentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter meski Anda


merasa sudah lebih baik.

10
Pastikan Anda juga selalu membawa obat-obatan asma ke mana pun
Anda pergi, dan setiap kali akan berkonsultasi ke dokter. Hal ini akan
memudahkan dokter untuk melihat efek pengobatan yang sedang Anda
jalani.

6. Vaksin flu

Gejala dapat kambuh dipicu oleh batuk berkepanjangan akibat flu. Maka
itu, tidak ada salahnya untuk melakukan vaksin flu. Namun pastikan
Anda berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter.

11
BAB III
PENUTUP
1) Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Etiologi
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi
penyempitan jalan nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
2. Intrinsik (non alergik)
3. Asma gabungan
Pengobatan dengan obat-obatan. Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

2) Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua
pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah terulis
dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah
pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran

12
dan kritik dari para pembaca sehinga kami bisa berorientasi lebih baik
pada makalah kami selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily, Linda A Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. EGC:
Jakarta.
Capernito, Lynda J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis.
EGC: Jakarta.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta.
Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29.EGC: Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai