DISUSUN OLEH :
Mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan penyertaan-Nya
sehingga kelompok kami sudah boleh mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu. Makalah Konsep Keluarga ini dibuat untuk memnuhi tugas dalam mata
kuliah keperawatan keluarga dan juga sebagai bahan pembelajaran bagi kami mahasiswa dan
mahasiswi fakultas keperawatan Uniersitas Katolik De La Salle Manado.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 dan program Pembangunan
jangka panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan kualitas
sumber daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri.
B. TUJUAN
· Mengetahui pengertian sejahtera
C. RUMUSAN MASALAH
· Apa yang dimaksud sejahtera?
1
· Bagaimana tahapan-tahapan kesejahteraan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SEJAHTERA
· “Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”.
(Depdiknas, 2001:1011)
· “Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan
Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus
secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat
menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran pendidikan)
tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran untuk transportasi dan
lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih memungkinkan dapat terpenuhi jika
jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah keadaan
sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik atau harmonis,
3
bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa kasih
sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan yang benar-benar didasari
ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan adanya saling hormat,
menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling mempercayai.
2. Faktor ekstern
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota keluarga
yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
· Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
· Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
· Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah,
inflasi. (BKKBN, 1994 : 18-21)
C. TAHAPAN-TAHAPAN KESEJAHTERAAN
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara
minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
· Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
· Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
· Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran
kesehatan.
4
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi belum
dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I kebutuhan dasar
(a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi yaitu:
· Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
· Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
· Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
· Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
· Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n telah
terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
· Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
· Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
5
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
· Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
· Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau
yayasan atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
1. Pemberi informasi
Dalam hal ini perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya
yang berkaitan dengan kesehatan.
2. Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan tertarik
untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik kepada perorangan
dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.
3. Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
secara mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut perawat hares mendidik keluarga agar
berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang kesehatan.
4. Motivator
6
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif dalam
kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang. Dalam hal inilah
perawat berperan sebagai motivator.
5. Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi setiap
perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga khususnya
untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan dan pada keadaan salah
satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
7. Pemberi pelayanan kesehatan. Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan
Keperawatan yang profesional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta
kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatan yang dilakukan bersifat "promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui
proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan
terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan secara
profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan dilakukan secara
sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan, jabatan, bekerja keras dalam
penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF ETHICS ".
9. Pengkaji data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data yang akurat dan
dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat. Peran-peran tersebut di atas dapat dilaksanakan
secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi.
Kenyataan, dalam melaksanakan perannya sebagai pembina keluarga sejahtera masih banyak
ditemukan hambatan/masalah antara lain :
a. Faktor Keluarga :
· Adat istiadat
· Ekonomi
· Dan lain-lain.
7
b. Faktor Perawat
· Secara kualitas, belum optimal Hal ini terjadi karena "basic" pendidikan perawat yang
berbeda-beda, kemauan menambah ilmu pengetahuan masih kurang, kepercayaan diri yang
kurang.
· Terlalu muda khususnya bagi perawat yang ada di desa (PKD) sehingga sering
diabaikan oleh masyaakat
· Kompensasi yang berlebihan dengan rasa sesama Corps ("ESPRIT DE CORPS") yang
kurang.
· Dan lain-lain.
1. Interospeksi, yaitu menilai, mengevaluasi diri sendiri, kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki, kesempatan apa yang bisa diraih/diperoleh dan tantangan apa yang akan dihadapi.
2. Perubahan perilaku untuk maju dan berkembang dengan kemauan yang keras untuk
menambah ilmu pengetahuan
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tahap prasejahtera
B. SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. 1998. Teori dan Praktek Keperawatan Keluarga (Family Nursing: Theory and
Practice), edisi 3, alih bahasa Deborah R. L, Ina, Asy Yoakim. Jakarta: EGC.
Husaini, Abdullah. 1987. Kritik Terhadap Konsep Kelluarga dalam Perspektif Feminisme,
kumpulan Hasil Kajian Program Kaderisasi Ulama. PKU – ISID GONTOR Periode III.
10