Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP KELUARGA

MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :

THALIA F.M SIANGKA(16061061)

PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan penyertaan-Nya
sehingga kelompok kami sudah boleh mengerjakan dan menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat waktu. Makalah Konsep Keluarga ini dibuat untuk memnuhi tugas dalam mata kuliah
keperawatan keluarga dan juga sebagai bahan pembelajaran bagi kami mahasiswa dan mahasiswi
fakultas keperawatan Uniersitas Katolik De La Salle Manado.

Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan penulisan maupun penyusunan materi
serta isi materi yang ada pada makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
masukan yang membangun untuk perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya.
Terima kasih.

Manado, 19 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
A. KONSEP DASAR KELUARGA DAN KONSEP KELUARGA DI INDONESIA ......................... 2
B. Definisi Keluarga .............................................................................................................................. 2
C. Tipe atau bentuk keluarga ................................................................................................................. 3
D. Peranan keluarga ............................................................................................................................... 4
E. Tugas keluarga .................................................................................................................................. 5
F. Stuktur keluarga ................................................................................................................................ 5
G. Ciri – Ciri Umum Keluarga di Indonesia .......................................................................................... 6
H. KONSEP KELUARGA DI NEGARA – NEGARA LAINNYA...................................................... 6
1. AMERIKA ........................................................................................................................................ 6
2. SAUDI ARABIA .............................................................................................................................. 7
3. JEPANG............................................................................................................................................ 8
4. EROPA/BARAT ............................................................................................................................. 10
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 14
B. SARAN ........................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keluarga pada hakikatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem
sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil keluarga merupakan miniatur dan
embrio berbagai unsur dan aspek kehidupan manusia. Suasana keluarga yang kondusifakan
menghasilkan warga masyarakat bahkan generasi yang baik karena dalam keluargalah
seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan.

Pembentukan keluarga tiada lain bertujuan untuk mencapai kehidupan yang bahagia
dan sejahtera bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Untuk menciptakan hal
tersebut maka disinilah kebutuhan adanya bimbingan konseling keluarga. Namun, sebelum
pembahasan itu semua, harus diketahui dahulu mengenai konsep dasar keluarga, dan
bagaimana konsep keluarga di Indonesia dan konsep keluarga di negara – negara lainnya.
Maka melalui makalah ini kami sajikan materi mengenai konsep keluarga di Indonesia dan
konsep keluarga di negara lainnya.

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana konsep keluarga di Indonesia ?
 Bagaimana konsep keluarga di negara-negara lainnya ?

C. Tujuan
 Untuk mengetahui konsep keluarga di Indonesia.
 Untuk mengetahui konsep keluarga di negara – negara lainnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR KELUARGA DAN KONSEP KELUARGA DI


INDONESIA
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya mempunyai peranan
yang sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Dari keluargalah
pendidikan kepada individu dimulai, tatanan masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan
perilaku sehat dapat lebih dini ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang
strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada
akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya. Di
Indonesia, konsep keluarga masih dikenal dan diketahui sebagai konsep keluarga yang
tradisional. Pembahasan ini akan membahas konsep dasar tentang keluarga, termasuk konsep
keluarga di Indonesia.

B. Definisi Keluarga
Berikut akan dikemukakan definisi keluarga menurut beberapa ahli (Sudiharto,
2007):
 Bailon dan Maglaya mendefinisikan sebagai berikut : “Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya”
 Menurut Departemen Kesehatan mendefinisikan sebagai berikut: “Keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan”.
 Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk
saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga”
 Menurut BKKBN mendefinisikan sebagai berikut :
“Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertakwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.”

Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :

2
 Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
 Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
 Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih – masing mempunyai peran
sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
 Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

C. Tipe atau bentuk keluarga


Gambaran tentang pembagian Tipe Keluarga sangat beraneka ragam, tergantung pada
konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe
Keluarga dapat dikelompokkan sebagai berikut :

 Pengelompokan secara Tradisional

Secara Tradisional, Tipe Keluarga dapat dikelompokkan dalam 2 macam, yaitu :

 Nuclear Family (Keluarga Inti)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya
atau adopsi atau keduanya.

 Extended Family (Keluarga Besar)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan
darah, seperti kakek, nenek, paman, dan bibi

 Pengelompokan secara Modern

Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualism, maka tipe keluarga Modern dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,
diantaranya :

 Tradisional Nuclear

Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal dalam satu rumah yang
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.

 Niddle Age/Aging Couple

Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang dan istri di rmah atau kedua-
duanya bekerja di rumah, sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.

 Dyadic Nuclear

3
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satunya bekerja di luar umah.

 Single Parent

Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.

 Dual Carrier

Adalah : Keluarga dengan suami – istri yang kedua-duanya orang karier dan tanpa memiliki
anak.

 Three Generation

Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.

 Comunal

Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua pasangan suamiistri atau lebih yang
monogamy berikut anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

 Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation

Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa ikatan
perkawinan.

 Composite /Keluarga Berkomposisi

Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan hidup/tinggal secara bersama-
sama dalam satu rumah.

 Gay and Lesbian Family

Adalah : keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

D. Peranan keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut

Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan

4
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di
lingkungannya, disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.

Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat


perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

E. Tugas keluarga
Pada dasarnya ada delapan tugas pokok keluarga, tugas pokok tersebut ialah:

 Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.


 Pemeliharaan sumber – sumber daya yang ada dalam keluarga.
 Pembagian tugas masing – masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing –
masing.
 Sosialisasi antar anggota keluarga.
 Pengaturan jumlah anggota keluarga.
 Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
 Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga.

F. Stuktur keluarga
Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana suatu keluarga itu
melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun macam-macam Struktur Keluarga
diantaranya adalah :
 Patrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

 Matrilineal

Adalah : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

 Matrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

 Patrilokal

Adalah : sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

 Keluarga Kawin

Adalah : hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

5
Fungsi keluarga menurut friedmen (1998) sebagai berikut :

 Fungsi afektif

Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain.

 Fungsi sosialisasi

Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk berkehidupan social
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

 Fungsi reproduksi

Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

 Fungsi ekonomi.

Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka
memenuhi kebutuhan keluarga.

 Fungsi pemeliharaan kesehatan

Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi.

G. Ciri – Ciri Umum Keluarga di Indonesia


 Suami sebagai pengambil keputusan
 Merupakan suatu kesatuan yang utuh
 Berbentuk monogram
 Bertanggung jawab
 Pengambil keputusan
 Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
 Ikatan kekeluargaan sangat erat
 Mempunyai semangat gotong-royong

H. KONSEP KELUARGA DI NEGARA – NEGARA LAINNYA

1. AMERIKA
Konsep keluaraga di amerika sangat berbeda dengan negara-negara lain khususnya
indonesia. Kebanyakan keluarga di amerika terdiri dari ibu dan ayah dengan rata-rata 1-3
anak. Hal ini sangat umum di kebanyakan keluarga di Amerika bahwa ayah dan ibu keduanya
bekerja penuh di tempat kerja mereka sementara anak-anak mereka di sekolah atau di tempat
penitipan anak. Ada banyak keluarga di amerika yang terdiri dari satu orang tua (single
parent) dan anak sebagai hasil dari perceraian atau hubungan di luar nikah. Di dalam
6
kebanyakan keluarga di Amerika ketika anak tumbuh menjadi remaja atau lulus dari SMA,
mereka meninggalkan rumah dan mencoba hidup mandiri. Kebanyakan keluarga ,apapun
dimanapun mereka berada semua akan berkumpul dan merayakan acara-acara keluarga
seperti pernikahan, reuni, ulang tahun, thanksgiving, dan hari-hari libur lainnya.

Sudah merupakan hal yang biasa menikah dan bercerai beberapa kali bahkan
mempunyai anak di luar nikah. Hubungan sangat membingungkan.hal ini sudah umum jika
kita mendengar ungkapan dia adalah istri ayah saya (belum tentu ibu), dia adalah pacar ibu
saya atau dia adalah ayah dari anak saya (belum tentu suami).

Dalam penggunaan waktu kebanyakan orang amerika sangat tepat waktu. Mereka tiba
tepat waktu atau beberapa menit lebih awal untuk sebuah janji. Meskipun pekerjaan teknologi
tinggi yang tidak memerlukan tepat waktu datang atau pulang, kebanyakan orang amerika
pada kebanyakan pekerjaan tiba tepat waktu dan bekerja sepanjang shift mereka. Jika ada
penundaan/keterlambatan yang tidak di harapkan, sudah merupakan adat orang amerika
untuk memberitahukan pihak lain alasan keterlambatan mereka dan meminta maaf atas hal
tersebut.

Kebanyakan orang amerika bekerja lima hari dalam seminggu,biasanya senin sampai
jumat sepanjang hari.sabtu dan minggu secara kolektif di sebut pekan. Kebanyakan orang
bekerja keras sepanjang hari kerja dan menikmati akhir pekan. Sebagian besar kegiatan
sosial, olah raga dan lainya (non-pekerjaan) yang berakaitan dengan outing di jadwalkan
selama akhir pekan, misalnya pertandingan sepak bola akan diadakan pada hari minggu.
Banyak orang ameriaka yang menggunakan akhir pekan untuk pekerjaan rumah tangga
seperti mencuci pakaian, membersihkan rumah, mendapatkan bahan makanan, dan lain-
lainya. Tentunya, masyarakat juga menggunakan kegiatan waktu luang mereka seperti
berenang, berperahu, bowling, hiking, atau ski, tergantung minat masing-masing.banyak
orang nonton film baik di rumah atau di bioskop. Jutaan orang amerika menghabiskan waktu
di hari minggu dengan menonton sepak bola di bulan ke lima.

Hal yang cukup populer dikalangan orang-orang amerika .biasanya orang-orang


amerika berajalan-jalan di pagi hari dan setelah makan malam, beberapa diantara mereka
tidak jalan-jalan karena mereka sibuk atau lebih suka menonton tv atau kegiatan – kegiatan
lainnya.beberapa orang juga pergi jogging dan berjalan, dan biasanya ini mereka lakukan di
taman umum, trotoar (sidewalk) didaerah pemukiman,dan jalan setapak.

2. SAUDI ARABIA

Saudi Arabia termasuk Negara Islam yang hukum keluarganya bersifat uncodified
law, itu berarti hukum keluarga Islam di Negara tersebut belum diatur dalam bentuk tertulis.
Saudi Arabia dikenal sebagai salah satu Negara muslim terbesar dan dikenal pula sebagai
tempat awal mula Islam masuk. Kemudian Negara ini juga dikenal sebagai Negara yang
menjadikan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar konstitusinya dengan Madzhab Hambali

7
sebagai madzhab Negara. Hal-hal di atas berimplikasi pada penerapan hukum publik maupun
hukum privat di Negara tersebut khususnya hukum keluarga.

Tahir Mahmood (1972) membagi penerapan hukum keluarga pada negara-negara


(berpenduduk) muslim menjadi tiga bentuk : Pertama negara yang menerapkan hukum
keluarga secara tradisional yang banyak di jazirah Arab dan beberapa negara Afrika yaitu
Saudi Arabia, Yaman, Kuwait, Afganistan, Mali, Mauritania, Nigeria, Sinegal, Somalia, dan
lain-lain. Kedua Negara yang menerapkan hukum keluarga sekuler, dalam kategori ini adalah
Turki, Albania, Tanzania, minoritas muslim Philiphina dan Uni Sovyet. Bagi negara
berpenduduk mayoritas muslim, mengganti hukum keluarga dengan hukum yang bersumber
dari Eropa (Turki dari Swiss), atau negara dengan penduduk minoritas muslim tapi harus
tunduk pada aturan hukum negaranya. Ketiga adalah Negara yang menerapkan hukum
keluarga yang diperbarui seperti Indonesia, Jordania, Malaysia, Brunei, Singapore dll.

Setidaknya ada tiga belas permasalahan hukum keluarga dalam proses transformasi
hukum keluarga yaitu Pembatasan umur perkawinan, Kedudukan wali nikah, Pencatatan
nikah, Aspek biaya dalam pernikahan, s eperti mahar dan biaya nafkah, Poligami dan hak
istri, Pemeliharaan terhadap istri dan keluarga selama pernikahan, Perceraian, Nafkah istri
setelah cerai, Masa iddah, Hak kedua orang tua terhadap pemeliharaan anak, Hak waris,
Wasiat wajibah dan wakaf Dari permasalahan hukum keluarga di atas, masing-masing negara
mempunyai pandangan yang berbeda dalam menetapkan hukumnya. Kondisi adat istiadat
serta dominasi mazhab tertentu seringkali menjadi latar belakang untuk menentukan suatu
peraturan hukum. Berkenaan dengan permasalahan di atas, makalah ini akan membahas
mengenai hukum keluarga di Saudi Arabia berikut sistem hukum yang diterapkan di sana.

3. JEPANG

 IE
Ie adalah kumpulan dari honke dan bunke yang memiliki hubungan darah dan tidak
sedarah, yang dimaksud tidak sedarah ialah orang yang membantu keluarga tersebut seperti
“pembantu (hokonin), menantu (mukkoyoshi)”. Secara garis besar IE adalah Keluarga yang
beranggotakan satu atap, ie juga kelompok yang menjalankan usaha keluarga. Ie juga dapat
diartikan sebagai keluarga tetapi maknanya tidak sama secara budaya, ekonomi, ataupun
social. Ikatan ie diturunkan dari generasi kegenerasi, sehingga dalam tiap diri individu
memiliki rasa tanggung jawab, walaupun didalam ie ini sendiri tidak tergantung dengan
hubungan darah. 3 Karakteristik IE, diantaranya :

 Mempunyai warisan sebagai harta kekayaan.


 Menekankan pada pemujaan arwah leluhur.
 Menekankan eksistensi keturunan langsung dari generasi ke generasi yang dianggap
penting untuk kehidupan bersama.

8
 DOZOKU

Kelompok yang dibentuk berdasarkan shinzoku (hubungan darah atau hubungan karena
pernikahan) dan perluasan ie yang ada. Kerena dibentuk berdasarkan shinzoku dan
berdasarkan kepada fukei (garis keturunan ayah) maka anggota kazoku memiliki sosen
(leluhur) yang sama. Adanya kesadaran bahwa setiap anggota memiliik leluhur melatar
belakanginya terbentuknya dozoku.

 SOSEN SUHAI

Pemujaan terhadap leluhur yang masih terkait dengan system keluarga dijepang. Karena
modernisasi masyarakat jepang, nilai terhadap pemujaan leluhur berkurang, dikarenakan
kaitannya dengan masyalah kepercayaan masyarakat jepang dimana orang jepang tidak
mementingkan agama.

 CHONAN

Chonan adalah putra pertama laki-laki, walaupun ada anak perempuan pertama lahir, dan
anak yang kedua laki-laki maka anak kedua ini yang menjadi chonan, konsep yang masih
sangat dianggap penting dalam system keluarga di jepang, karena chonan bertugas
meneruskan nama keluarga dan bisnis keluarga.

 JINNAN, SANNAN

Kalau jinnan dan sannan yang berkedudukan tidak setinggi chonan, jinnan adalah anak kedua
laki-laki, sannan putra anak ketiga laki-laki. Namun jika mereka memutuskan untuk
meninggalkan nama keluarga unutk menjadi chonan dikeluarga lain, hal itu diperbolehkan,
berbeda dengan chonan.

 SHUDAN SHUGI

Kelompok orang-orang yang melihat diri mereka sendiri sebagai perkumpulan individu yang
memiliki nasib yang sama oleh karena itu mereka memilih melanjutkan persamaan mereka.
Karena itu mereka lebih mengutamakan kepentingan besama / kelompok mereka,
dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Mereka tidak fokus kepada aspirasi dan potensi
individu agar mereka tidak merasa terasingkan karena berbeda.

9
 ONJOSHUGI

Hubungan interaksi antara orang tua dan anak yang menghasilkan kewajian timbale balik dari
kedua belah pihak, dimana orang tua menyediakan perlindungan dan kesejahteraan dan anak-
anak membalas dengan loyalitas dan kepatuhan. System ini tidak hanya pada hubungan orang
tua dan anak saja, tetapi perusahaan dijepang banyak yang memakai system ini, sehingga
banyak dari kariyawan yang bekerja di perusahaan tersebut betah.

 HONKE

Honke adalah keluarga induk, dalam kepemilikan symbol keluarga (kamon) dari keluarga
yang mempunyai hubungan langsung dengan honke akan mewariskan komon yang diwarisi
ayahnya.

 BUNKE

Bungke adalah keluarga cabang, mereka harus membuat symbol baru berdasarkan kamon
original dari IEnya.

4. EROPA/BARAT

Konsep keluarga menurut Barat modern yang didesain oleh feminis bertolak belakang
dengan konsep perkawinan tradisional. Perkawinan tradisional adalah cara membentuk
keluarga yang pembagian kerjanya berdasarkan gender, yaitu istri mengurus keluarga sedang
suami pergi bekerja (Abdullah K, 1987). Pandangan feminis ini sebagaimana dikutip Danelle,
dia mengatakan bahwa para feminis berpendapat bahwa perkawinan tradisional sudah tidak
cocok lagi dengan kehidupan wanita modern, untuk itu mereka menawarkan konsep baru
untuk membentuk keluarga yaitu perkawinan sederajat. Perkawinan sederajat adalah
perkawinan yang menyerupai perkawinan sepasang homoseksual, tanpa suami maupun istri
atau tanpa ayah dan ibu. Yang ada adalah kedua “mitra” atau “pasangan hidup” yang harus
menjalani peran yang sama di dalam maupun di luar rumah (2010).

Penolakan pembagian kerja yang menetapkan laki-laki bekerja sedang perempuan


mengurus keluarga juga disampaikan oleh NOW (National Organization for women) pada
tahun 1969. Mereka menegaskan tentang penolakan bahwa laki-laki harus menafkahi dirinya,
istrinya, keluarganya, dan bahwa perempuan secara otomatis berhak atas nafkah seumur
hidup dari laki-laki yang menafkahinya. Para feminis juga menolak pandangan yang
menyatakan bahwa pernikahan, rumah, serta keluarga adalah dunia dan tanggung jawab
utama kaum perempuan, atau dengan kalimat yang lain, laki-laki yang menafkahi sedang
perempuan yang merawat. Para feminis berpendapat bahwa kemitraan sejati antar gender

10
menghendaki konsep yang berbeda mengenai perkawinan, yakni berbagi secara adil dalam
hal tanggung jawab yang menyangkut rumah, anak-anak dan beban ekonomi (Danelle, 2010).

Konsep keluarga menurut gerakan perempuan di atas begitu kuat mempengaruhi pola
pemikiran generasi perempuan bahkan laki-laki di Barat. Hasil sebuah survei yang
dilaksanakan oleh lembaga penelitian sosial Universitas Michigan terhadap siswi kelas tiga
SMU bisa menjadi bukti. Dalam survei itu, 70% responden mengatakan bahwa mereka tidak
setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa sesuatu bisa lebih baik jika laki-laki yang
mencari nafkah sementara perempuan mengurus rumah tangga dan keluarga.

Sebuah gambaran suami idaman versi mahasiswi yang diwawancarai oleh Denelle
akan semakin menguatkan pengaruh ajaran feminis terhadap pola pikir perempuan. Suami
idaman menurut meraka adalah laki-laki yang memandang para istri sebagai mitra sejati, dan
memperlakukan inspirasi perempuan sebagaimana mereka melakukan inspirasi mereka
sendiri. Mahasiswi lain mengatakan bahwa suami idaman mereka adalah laki-laki yang mau
membagi tugas rumah tangga dan merawat anak. Sebagian mereka bahkan mengatakan
bahwa suami idaman adalah laki-laki yang mau tinggal di rumah sedang istri yang mencari
nafkah.

Konsep tentang perkawinan sederajat ini yang membuat kebanyakan para suami di
Barat sekarang tidak mengharapkan istri mereka akan membersihkan rumah, merawat anak,
memasang kancing baju yang lepas atau menyeterika kemeja mereka. Pekerjaan rumah
tangga harus dilakukan berdasarkan kesepakatan mereka berdua sebelum menikah. Hal-hal
yang biasa dilakukan istri ketika pacaran tidak dilakukan ketika sudah menikah, seperti
menyiapkan makan malam. Tidak hanya itu, setiap perintah laki-laki kepada istri dianggap
sebagai pelecehan.

Konsep keluarga yang lain adalah pendapat feminis radikal yang disampaikan oleh
Dadang S. Anshori, Engkos Kosasih, dan Farida Sarimaya. Mereka menyatakan bahwa
keluarga menurut feminis radikal tidak harus terdiri dari ayah, ibu dan anak, tetapi keluarga
bisa terdiri dari ibu dan anak. Kehadiran ayah dalam keluarga tidak menjadi keharusan di
dalamnya dan ketika ia ada, kepemimpinan dalam keluarga bukanlah hak miliknya tetapi ia
harus bersaing dengan istri. Lebih lanjut, hak reproduksi merupakan hak prerogatif seorang
perempuan sedang laki-laki tidak boleh memaksa mereka (Dadang,dkk , 1997). Tidak hanya
itu, feminis radikal bahkan memandang bahwa seorang perempuan yang hamil adalah orang
yang lemah. Karena doktrin seperti ini, ada sebagian perempuan di Amerika yang menutupi
kehamilannya ketika keluar rumah karena malu dicap oleh feminis sebagai orang yang tidak
bebas.

Pandangan yang sinis tentang keluarga juga disampaikan oleh Simone de Beauvoir
dalam bukunya The Second Sex. Dia mengatakan bahwa perkawinan dimaksudkan untuk
menghalangi wanita mendapatkan kebebasan yang dinikmati pria. Dalam bayangan Simone,
tugas perempuan hanya sekedar memuaskan kebutuhan seks suami dan mengurus rumah
tangga. Jika perempuan hanya menjadi istri dan ibu yang mengurus keluarga, maka
keputusan menikah adalah kekalahan.

11
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, para tokoh feminis menyebarkan ajaran yang
menyerang institusi keluarga dengan melontarkan pernyataan yang cukup bombastis. Hal ini
sebagaimana yang ditulis Brigitte Berger dan Peter Berger dalam buku mereka yang berjudul
‘The War over of Family: Capturing the Midle Ground’. Pernyataan para tokoh feminis itu
antara lain “ibu rumah tangga adalah perbudakan perempuan” (housewife is women’s
slavery), liberalisasi sekarang, generasi mendatang akan hancur” (liberation now, the future
generation be damned), “heteroseksual adalah perkosaan” (heterosexual is rape), “pro-
choice”, “menentang pernikahan” (against marriage).

Tidak hanya lewat pernyataan di atas, para tokoh feminis juga melakukan profokasi
lewat media. Pada tahun 1973, dua majalah McCall’s dan Mademoiselle menyatakan bahwa
kaum laki-laki akan segera dianggap tidak relevan. Bahkan dua majalah itu mengatakan
bahwa fungsi reproduksi akan diganti inseminasi buatan. Para suami atau kekasih tidak lagi
diperlukan sebagai penopang ekonomi atau sebagai mitra atau bahkan sebagai pemuas nafsu
seksual. Majalah Mademoiselle secara frontal menyamakan perkawinan sebagai pelacuran.

Menurut Socrates, kesetaraan antara laki-laki dan perempuan bisa dicapai jika
perempuan bisa menghilangkan female modesty. Adapun cara untuk menghilangkan female
modestysebagaimana yang diajarkan Socrates adalah, penggunaan alat kontrasepsi untuk
mencegah kehamilan, aborsi, dan bahkan pembunuhan anak. Selain itu, perlu ada fasilitas
penitipan anak yang disediakan oleh pemerintah, bahkan seorang ibu tidak perlu mengetahui
anaknya setelah melahirkannya. Socrates juga mengusulkan supaya jangan ada pernikahan
kecuali semalam atau waktu yang singkat saja. Hal ini seperti prinsip kumpul kebo yang tidak
ada komitmen antara kedua pasangan.

Para feminis radikal, liberal, dan marxis telah merumuskan sebuah keluarga yang
ideal. Sebuah keluarga tanpa kelas dan mengangkat semangat kesetaraan. Mereka juga
mengusulkan penghapusan dua sumber penindasan yaitu, peran domestik dan sistem patriaki
yang menempatkan laki-laki pada posisi yang menguntungkan. Untuk menguatkan opini
mereka, buku pelajaran sekolah menampilkan gambaran perempuan yang menerbangkan
pesawat sedang anak laki-laki mengepel lantai. Selain itu, gambaran perempuan yang mandiri
dan tidak membutuhkan laki-laki disebarkan lewat rubik koran yang mendukung ibu tunggal.

Pandangan berbeda dengan feminis disampaikan Danelle. Dia mengatakan bahwa


sebenarnya setiap perempuan menginginkan anak dan rumah, tetapi gaya hidup yang
diajarkan feminis membuat perempuan merasa takut jika berkeluarga akan menghilangkan
kebebasan mereka. Pendapat yang bersebrangan dengan feminis juga disampaikan Marabel
Morgan yang membentuk gerakan yang bernama the Total Woman dan Helen Andelin yang
mendirikan gerakan yang bernama the Facinating Womanhood. Kedua gerakan ini
menganjurkan supaya perempuan kembali ke peran, nilai, dan sikap tradisional. Gerakan the
Total Woman menurut Morgan lebih menekankan supaya perempuan menyimpan energi
mereka untuk menyamai laki-laki. Meskipun pada zamannya, kedua gerakan ini menjadi
bahan tertawaan namun keduanya telah berhasil mengadakan kursus atau pelatihan kepada
400.000 perempuan. Para peserta diajari berbagai hal mengenai perempuan supaya mereka
menjadi perempuan yang menarik di depan suami.

12
Penentang pandangan feminis yang lain adalah gerakan yang bernama Stop Era.
Gerakan ini muncul sebagai respon diratifikasinya undang-undang persamaan Equal Rights
Amandemen (ERA). Kelompok ini memiliki misi untuk mengembalikan fitroh perempuan
dan mengakui laki-laki sebagai kepala keluarga. Mereka secara aktif mensosialisasikan misi
mereka dengan berkeliling ke Negara-negara bagian dan mempengaruhi perempuan untuk
kembali ke peran tradisional mereka. Selain itu, mereka secara gencar menyerang feminisme
dan mengatakan bahwa mereka adalah perusak keluarga. Sebagaimana kelompok yang lain,
keberadaan gerakan ini mendapat sambutan dari kaum laki-laki maupun perempuan yang
masih percaya pada peran tradisional.

Berkembangnya pemikiran tentang konsep keluarga yang bermacam-macam


menimbulkan sistem pernikahan di Barat Modern yang beraneka ragam. Dr. Shahid Athar
mengatakan ada empat macam pernikahan yang beredar di Barat Modern. Perkawinan itu
adalah:

 Monogami serial. Serangkaian perkawinan terjadi satu demi satu yang saat ini populer
di Amerika Serikat dan masih berlaku hingga kini, yang mana perceraian terjadi pada
40% perkawinan, dan 75% dari mereka yang bercerai selanjutnya kembali
melangsungkan perkawinan.
 Perkawinan terbuka. Eksklusivitas suami-istri dieliminasi. Orang-orang yang
mendukung jenis perkawinan ini mempraktikan system ‘barter istri’. Mereka
mengklaim bahwa pengalaman-pengalaman di luar perkawinan dapat mengurangi
kecumburuan, mengurangi ketegangan-ketegangan, dan meredakan tekanan-tekanan
konflik pribadi.
 Perkawinan kelompok. Sebuah asosiasi pasangan suami istri serta anak-anak yang
bercampur baur bersama tanpa batasan apa pun. Mereka mengklaim bahwa
keragaman orang tua bagi orang-orang dewasa dan anak-anak dapat memberikan
variasi yang lebih luas dalam hal pengalaman-pengalaman interaktif dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu.
 Wanita dan laki-laki mengawini jenis mereka sendiri.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembahasan konsep keluarga yang dimiliki setiap negara pasti memiliki perbedaan
dengan yang lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik faktor kehidupan
sosial yang berbeda-beda, ekonomi, pendidikan, budaya, hingga faktor agama. Terdapat
beberapa tipologi yang disinggung dalam makalah ini dari mulai konsep keluarga yang sesuai
dengan hukum Islam, konsep keluarga sekuler/liberal, hingga konsep keluarga yang
diadaptasi sesuai adat istiadat dan juga dapat diklasifikasikan dengan adanya pengelompokan
tradisional dan modern.

Konsep keluarga di Indonesia, keragamannya masih bisa dikelompokan secara tradisional


yaitu keluarga inti (nuclear family), dan keluarga besar (extended family), dengan ciri-ciri
umumnya seperti berikut : suami sebagai pengambil keputusan; merupakan suatu kesatuan
yang utuh; berbentuk monogram; bertanggung jawab; pengambil keputusan; meneruskan
nilai-nilai budaya bangsa; ikatan kekeluargaan sangat erat; mempunyai semangat gotong-
royong.

Berbeda hal nya dengan konsep keluarga di Indonesia, konsep keluarga di negara-negara
lainnya seperti di negara – negara barat pengelompokan tipe keluarga secara tradisional sudah
tidak relevan lagi dengan keadaan keluarga disana, sehingga muncul pengelompokan modern
dengan berbagai macam istilah ( tradisional nuclear, niddle age/aging couple, dydic nuclear,
single parent, dual carrier, three generation, comunal, cohubing couple, composite, gay and
lesbian family). Konsep keluarga di timur tengah pun berbeda-beda, yang untuk saudi arabia,
konsep keluarga ini sangat disesuaikan dengan hukum dan aturan Agama Islam. Berbeda hal
nya dengan Negara Jepang yang memiliki istilah-istilah keanggotaan keluarga dan
peranannya yang khusus (ie, dozoku, sosen suhai, chonan, jinnan, sannan, shudan shugi,
onjoshugi, honke, bunke).

B. SARAN

Dengan banyaknya perbedaan-perbedaan serta keragaman antara keluarga satu dengan


yang lainnya diharapkan petugas pemberi layanan kesehatan dapat memperhatikannya serta
melaksanakan berbagai upaya dan program untuk mengatasi masalah-masalah yang ada
dalam keluarga-keluarga yang ada di Indonesia.

Mahasiswa keperawatan perlu mempelajari keragaman budaya yang ada di Indonesia


maupun mancanegara agar bisa mengatasi masalah yang timbul karena perbedaan dan
keragaman yang terjadi apabila diperhadapkan dengan masalah keragaman dan perbedaan
kebiasaan dalam suatu keluarga yang ada pada masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Crittenden, Danelle. 2010. Wanita Salah Langkah?…Wanita Salah Langkah?: Menggugat


Mitos-Mitos Kebebasan Wanita Modern. Bandung: Qanita.

Anshori, Dadang,dkk. 1997. Membincangkan Feminisme. Bandung: Pustaka Hidayah.

Mahmood, Tahir. 1972. Family law Reform in the Muslim World. Bombay:N.M. TRIPATHI,
PVT. LTD

Rouf, Uuf. 2012. Hukum Keluarga di Saudi Arabia.


(online)http://pengertianwaqaf.blogspot.co.id/2012/11/hukum-keluarga-di-saudi-arabia.html.
Diakses tanggal 20 Februari 2017.

Babmbang. 2009. Gaya Hidup Orang Amerika. (online)


http://bambangpage.blogspot.co.id/2009/01/gaya-hidup-orang-amerika.html. Diakses tanggal
20 Februari 2017.

Jars, Animus. 2013. Struktur Keluarga di Jepang. (online)


http://animusjars.blogspot.co.id/2013/03/struktur-keluarga-di-jepang.html. Diakses tanggal
20 Februari 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai