i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunannya sehingga kami
kelompok bisa menyelesaikan laporan kami tentang Asuhan Keperawatan kejang demam
pad an.v.m tak lupa juga kami berterima kasih kepada Ci dan CT karena sudah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini juga kerjasama dari semua anggota kelompok.
Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa laporan ini masih kurang dan jauh
dari kata sempurna , untuk itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bisa
membangun untuk membuat laporan kami lebih baik lagi kedepannya akhir kata semoga
makalah kami ini dapat bermanfaat dan memberi pengetahuan bagi pembaca sekalian.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang demam merupakankelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1
dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih
berusia dibawah 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem
kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna (Harjaningrum, 2011).
Serangan kejang demam pada anak yang satu dengan yang lain tidaklah sama,
tergantung nilai ambang kejang masing-masing. Oleh karena itu, setiap serangan kejang
harus mendapat penanganan yang cepat dan tepat, apalagi kejang yang berlangsung lama dan
berulang.Sebab, keterlambatan dan kesalahan prosedur bisa mengakibatkan gejala sisa pada
anak, bahkan bisa menyebabkan kematian (Fida&Maya, 2012).
Kejang yang berlangsung lama biasanya disertai apneu (henti nafas) yang dapat
mengakibatkan terjadinya hipoksia (berkurangnya kadar oksigen jaringan) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel
neuron otak. Apabila anak sering kejang, akan semakin banyak sel otak yang rusak dan
mempunyai risiko menyebabkan keterlambatan perkembangan, retardasi mental, kelumpuhan
dan juga 2-10% dapat berkembang menjadi epilepsi (Mohammadi, 2010). Insiden terjadinya
kejang demam diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk di Amerika Serikat,
Amerika Selatan, dan Eropa Barat.Namun di Asia angka kejadian kejang demam lebih tinggi,
seperti di Jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian kejang demam, 5-10% di India, dan 14%
di Guam (Hernal, 2010).
Angka kejadian kejang demam di Indonesia sendiri mencapai 2-4% tahun 2008
dengan 80% disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan. Angka kejadian di wilayah Jawa
Tengah sekitar2-5% pada anakusia 6 bulan-5 tahun disetiap tahunnya. 25-50% kejang demam
akan mengalami bangkitan kejang demam berulang (Gunawan, 2008).
Kejang pada anak dapat mengganggu kehidupan keluarga dan kehidupan sosial orang
tua khususnya ibu, karena ibu dibuat stress dan rasa cemas yang luar biasa.Bahkan, ada yang
mengira anaknya bisa meninggal karena kejang. Beberapa ibu panik ketika anak mereka
demam dan melakukan kesalahan dalam mengatasi demam dan komplikasinya.Kesalahan
yang dilakukan ibu salah satunya disebabkan karena kurang pengetahuan dalam menangani.
Memberikan informasi kepada ibu tentang hubungan demam dan kejang itu sendiri
merupakan hal yang penting untuk menghilangkan stress dan cemas mereka (Hazaveh, 2011).
1
Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan ibu dalam mengatasi demam pada anak
sebelum terjadi kejang dan selanjutnya membawa ke rumah sakit.Mengukur suhu dan
memberi obat penurun panas, kompres air hangat (yang suhunya kurang lebihsama dengan
suhu badan anak) dan memberikan cairan yang cukup dapat menurunkan suhu tubuh
anak.Ibu harus menyadari bahwa demam merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
kejang, dikarenakan adanya peningkatan suhu tubuh yang cepat (Raftery, 2008).
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Kejang demam adalah ganguan neurologis yang paling sering ditemukan pada anak,
hal ini terutama pada rentang usia 4 bulan sampai 4 tahun. Berbagai kesimpulan telah
dibuat oleh para peneliti bahwa kejang demam bisa berhubungan dengan usia, tingkatan
suhu tubuh serta kecepatan peningkatan suhu tubuh, termasuk faktor hereditas juga
berperan terhadap bangkitan kejang demam lebih banyak dibandingkan dengan anak
normal (Sodikin, 2012).
Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal diatas 38ºC). (Riyadi & Sukarmin, 2009).
Kejang demam adalah kejang pada anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun yang
disebabkan karena anak mengalami demam lebih dari 102°F atau 39°C. Tetapi kejang
tidak harus terjadi ketika suhu lebih dari 39°C karena pada pada demam yang
temperaturnya lebih rendah dari 39ºC pun juga dapat terjadi kejang (Marmi, 2011).
Jadi dapat disimpulkan kejang demam adalah kejang yang diakibatkan karena
gangguan syaraf otak pada anak – anak. Gangguan syaraf otak tersebut terjadi karena
disebabkan kenaikan suhu (suhu rektal di atas 38 °C).
B. ETIOLOGI
(Suryanti, 2011), penyebab kejang demam yaitu::
1. Demam itu sendiri yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran kemih.
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)
3
C. TANDA dan GEJALA
(Djamaludin, 2010), tanda dan gejala anak yang mengalami kejang demam adalah sebagai
berikut :
1. Demam
2. Saat kejang, anak kehilangan kesadaran, kadang – kadang nafas dapat berhenti
beberapa saat.
3. Tubuh, termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang, disusul
gerakan kejut yang kuat.
4. Warna kulit berubah pucat, bahkan dapat membiru, dan bola mata naik ke atas.
5. Gigi terkatup dan kadang disertai muntah.
6. Nafas dapat berhenti beberapa saat.
7. Anak tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil.
4
Otak besar/Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus.
a. Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari Otak besar. Lobus ini
berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi,
perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, control
perasaan, control perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
b. Lobus Parietal
Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan,
sentuhan dan rasa sakit.
c. Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran,
pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.
2. Lobus Occipital
5
3. Batang otak ( Brainstem )
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia yaitu fight or flight ( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya
ancaman. Batang Otak terdiri dari 2 bagian, yaitu:
a. Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang
menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil.Berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan
tubuh dan pendengaran.
b. Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di
depan mesencephalon. Terdiri dari :
1) Thalamus
Yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah yang berfungsi
untuk menyampaikan impuls / sinyal motorik menuju korteks otak besar dan
medulla spinalis.
2) Hipotalamus
Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus dengan berbagai fungsi
yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus
merupakan pusat control autonom. Salah satu fungsi yang penting adalah karena
terhubung dengan sistem syaraf dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu
homeostasis sistem endokrin yaitu fungsi neuron endokrin yang berpengaruh
terhadap sistem syaraf otonom sehingga dapat menjaga homeostasis tekanan
darah, denyut jantung, suhu tubuh, perilaku konsumsi dan emosi. Hipotalamus
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system limfatik, dan merupakan
konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju kortek sotak besar. Akson dari
berbagai system indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction)
sebelum informasi tersebut diteruskan menuju korteks otak besar. Hipotalamus
berfungsi juga mengirim sinyal menuju kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan
norepinephrine yang mensekresikan Anti diuretic Hormon (ADH), Oksitosin, dan
Regulatori Hormon.
6
4. Medulla Oblongata
Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Berfungsi untuk menghantarkan impuls
dari medulla spinalis menuju otak. Medulla Oblongata mempengaruhi reflek fisiologi
seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepata nrespirasi, fungsi
pencernaan. Selain itu juga mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan
berkedip.
5. Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan. Adalah bagian otak
yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan
kanan). Pons juga menghubungkan korteks otak dan medula. Pons disebut juga Pons
Varoli / JembatanVarol. Sebagai bagian dari batang otak, pons juga mempengaruhi
beberapa fungsi otomatis organ vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan
frekuensi pernapasan.
E. PATOFISIOLOGI
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut,
bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dapat menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen
maupun limfogen
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan prostlaglandin. Pengeluaran mediator
kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial
inilah yang merangsang perpindahan ion natrium, ion kalium dengan cepat dari luar sel
menuju kedalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase deplorasi neuron
dengan cepat sehingga timbul kejang. (Sujono & Sukarmin, 2009).
7
F. KOMPLIKASI
(Betz & Sowden, 2002), komplikasi kejang demam yaitu :
1. Pneumonia
2. Asfiksia
3. Retardasi mental
4. Cedera fisik, khususnya laterasi dahi dan dagu.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Apabila pasien datang dalam keadaan demam kejang, obat yang paling cepat untuk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam
yang diberikan adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 12 mg/menit
atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20mg.
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam
rektal. Dosis diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau
diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan benar badan < 10kg dan 10mg untuk berat
badan >10kg atau diazepam rektal dengan dosis 5mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Tata
laksana kejang demam :
1) Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang demam berhenti, dapat diulang lagi
dengan dosis dan cara yang sama dengan interval waktu 5 menit.
2) Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke
rumah sakit. Dirumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/kg.
3) Bila kejang tetap belum berenti, berikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal
10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 48 mg/kg/hati, dimulai 12 jam setelah dosis
awal.
4) Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien dirawat di ruang rawat
intensif . Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis
kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya
(Hartono, 2011;198-199).
8
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Pemeriksaan neurologis yang pertama kali dilakukan secara inspeksi dengan
dilakukam adanya kelainan pada neurologis seperti kejang, gemeteran, gerakan halus
yang konstan, gerakan spasmodik yang berlangsung singkat seperti otot lelah, gerakan
involumer kasar tanpa tujuan, kelumpuhan pada anggota gerak.
a. Refleks supervisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan tempat goresan
yang membentuk segi empat dibawah xifoid.
3. Pemeriksaan tanda meningeal antara lain kaku kuduk dengan cara pasien diatur posisi
terlentang kemudian leher ditekuk apabila terdapat tekanan dagu dan tidak menempel
atau mengenai bagian dada maka terjadi kaku kuduk.
4. Pemeriksaan keempat adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot dengan menilai
pada bagian ekstremitas, dengan cara memberi tahanan atau menggerakan bagian otot
yang akan dinilai. (Hidayat, 2009).
9
I. PATHWAY
Peningkatan Ketidakefektifan
Sputum bersihan jalan
nafas
Toksik mikroorganisme menyebar secara hematogen dan limfogen
Hipertermi
Kurang Takut
Pengetahuan
Peningkatan potensial membrane
Kejang
Resiko Cedera
10
J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2009:20) riwayat penyakit juga memegang peranan penting untuk
mengidentifikasi faktor pencetus kejang untuk pengobservasian sehingga bisa
meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan kejang.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
11
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Airway management
Mandiri :
4. Auskultasi suara nafas, catat yang area ventilasinya menurun atau tidak ada dan
adanya suara nafas tambahan
Kolaborasi :
b. Hipertermi
Fever treatment
Mandiri :
3. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan cairan yang tak
dirasakan untuk anak-anak
4. Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan, tergantung pada fase demam
(yaitu: memberikan selimut hangat untuk fase dingin; menyediakan pakaian atau
linen tempat tidur ringan untuk demam dan fase bergejolak/flush)
12
5. Dorong konsumsi cairan
7. Mandikan pasien dengan spons hangat dengan hati-hati (yaitu: berikan untuk pasien
dengan suhu yang sangat tinggi, tidak memberikanya pada saat fase dingin, dan
hindari agar pasien tidak menggigil)
Kolaborasi
8. Beri obat atau cairan IV(misalnya., antipiretik, agen anti bakteri, dan agen anti
menggigil)
c. Ketakutan / Ansietas
Mandiri :
Kolaborasi
d. Kurang pengetahuan
13
1.Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubunganya dengan anatomi
fisiologi, sesuai kebutuhan
2.Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
e. Resiko Cidera
Environment management
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Singkirkan bahayalingkungan
3. Singkirkan benda-benda berbahaya dari lingkungan
4. Dampingi pasien selama tidak ada kegiatan bangsal, dengan tepat
5. Sediakan tempat tidur dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai
6. Sediakan tempat tidur yang bersih dan nyaman
7. Sediakan kasur yang kokoh
8. Izinkan keluarga/orang terdekat untuk tinggal dengan pasien
14
BAB III
I. BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama : An. V.M
Jenis Kelamin : perempuan
Tempat/ Tanggal lahir : Tondano, 01-02-2016(2 tahun 9 bulan 19 hari)
Agama : Kristen
Pendidikan : Belum sekolah
Alamat : Wewelen, Tondano Barat
Tanggal MRS : 20 – 11 – 2018
Tanggal Pengkajian : 20 – 11 – 2018 Jam Pengkajian : 17.00 Wita
Diagnosa Medis : Kejang Demam
15
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam sejak 1 hari yang lalu dan terjadi
kejang sebanyak 1x di rumah dengan durasi selama 2 menit. Ibu pasien mengatakan pasien
batuk / pilek sejak 1 hari yang lalu, muntah – muntah ± 2x berisi cairan dan makanan. Ibu
pasien mengatakan saat kejang, otot – otot seluruh tubuh pasien menjadi kaku dan gigi
terkatup.Ibu pasien mengatakan pasien masih demam dan batuk berlendir, kejang terjadi 1
jam sebelum dibawah ke rumah sakit sebanyak 1x dengan durasi selama 2 menit. Pasien
tampak meringis, SB 39ºC, kulit pasien teraba hangat, pasien tampak batuk – batuk, tubuh
pasien tampak merah dan saat batuk pasien menggeluarkan lendir.
2. Natal
a. Tempat melahirkan : Rumah sakit
b. Lama persalinan : ± 30 menit
c. Penolong persalian : Bidan
d. Jenis persalinan : Spontan
e. Cara memudahkan persalian : Ibu pasien mengatakan diberi obat perangsang
untuk memudahkan persalinan
f. Komplikasi saat melahirkan : Ibu pasien mengatakan mengalami robek
perineum 4 jahitan
16
3. Post Natal
a. Kondisi bayi
BB lahir : 3.800 gram
PB lahir : 48 cm
b. Penyakit yang pernah dialami : Ibu pasien mengatakan pasien pernah
mengalami batuk, demam dan kejang saat usia
10 bulan.
Keterangan
: Laki – laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal Serumah
Kesimpulan : An. V.M tinggal serumah dengan orang tuanya dan ibu pasien memiliki riwayat alergi
suhu dingin
17
IV. RIWAYAT IMUNISASI
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah mendapatkan imunisasi, yaitu:
1. BCG diberikan pada usia kira-kira 2 bulan dengan reaksi meninggalkan bekas
luka pada daerah suntikan
2. DPT diberikan saat usia 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan, dengan reaksi
mengalami demam ringan
3. Polio diberikan saat usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan dengan reaksi
mengalami demam
4. Hepatitis diberikan saat bayi baru lahir, 2, 3, dan 4 bulan dengan reaksi
mengalami demam
5. Campak diberikan saat usia 9 bulan dengan reaksi mengalami demam setelah
imunisasi
18
VI. RIWAYAT NUTRISI
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Ibu pasien mengatakan anaknya pertama kali
menerima ASI langsung setelah lahir
2. Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan pasien diberi ASI setiap
kali menangis
3. Lama pemberian : Ibu pasien mengatakan pasien diberi ASI
sampai usia 2 tahun
B. Pemberian Susu
1. Alasan pemberian : Ibu pasien mengatakan pemberian PASI
kepada pasien dilakukan karena ASI ibu sudah mulai berkurang
2. Jumlah pemberian : Ibu pasien mengatakan pasien minum susu 3
gelas sehari
3. Cara pemberian : Ibu pasien mengatakan pemberian susu/PASI
pada pasien menggunakan gelas
C. Pola Perubahan Nutrisi tiap Tahapan Usia sampai Nutrisi Saat Ini
1. Ibu pasien mengatakan nutrisi yang diberikan pada pasien saat lahir
sampai usia 6 bulan adalah ASI
2. Ibu pasien mengatakan nutrisi yang diberikan pada pasien saat usia 7 bulan
sampai 11 bulan adalah ASI dan bubur instan (cerelac)
3. Ibu pasien mengatakan nutrisi yang diberikan pada pasien saat usia 1 tahun
sampai sekarang adalah nasi, ikan, sayur dan susu
19
- Mengapa Ibu membawa anaknya ke RS : Ibu pasien mengatakan merasa
cemas karena anaknya mengalami demam dan kejang. Ibu ingin anaknya
mendapatkan perawatan dirumah sakit
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak: Ibu pasien mengatakan
dokter menceritakan tentang kondisi anak dan menanyakan gejala-gejala lain
yang anak alami seperti muntah, BAB dan sudah berapa kali kejang
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini: Ibu pasien mengatakan merasa
khawatir melihat kondisi anaknya
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
1. Selera Makan
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit selera makan pasien baik dan saat
sakit selera makan pasien masih baik
2. Menu Makan
Ibu pasien mengatakan menu makan pasien sebelum sakit adalah nasi,
ikan, sayur dan susu. Saat sakit menu makan pasien adalah bubur, sayur,
ikan dan susu
3. Frekuensi Makan
Ibu pasien mengatakan sebelum dan saat sakit pasien makan 3 kali sehari
4. Makanan yang Disukai
Ibu pasien mengatakan makanan kesukaan pasien adalah kue
5. Makanan Pantangan dan Pembatasan Pola Makan
Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki pembatasan pola makan,
pasien memiliki riwayat alergi telur
6. Cara Makan
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien makan sendiri dengan
bantuan orang tua, pasien makan menggunakan sendok. Saat sakit pasien
makan dengan cara disuapi oleh Ibu atau nenek
B. Cairan
- Jenis minuman : Ibu pasien mengatakan minuman yang diberikan pada pasien
adalah air putih dan susu
- Frekuensi minum : Ibu pasien mengatakan pasien minum 6 gelas sehari
- Cara pemenuhan : Ibu pasien mengatakan pasien minum menggunakan
gelas sebelum sakit dan minum dari gelas dengan sedotan saat sakit
C. Eliminasi BAB/BAK
1. Tempat pembuangan : Ibu pasien mengatakan pasien BAB dan BAK
di toilet
2. Frekuensi : Ibu pasien mengatakan pasien BAB 1 kali
sehai dan BAK 4 kali sehari. Saat sakit pasien BAK 4 kali dan BAB sudah
3 kali dan BAB cair
20
3. Konsistensi : Ibu pasien mengatakan BAB pasien sebelum
sakit berbentuk padat dan BAK berwarna jernih. Saat sakit BAB pasien
berbentuk cair dan BAK berwarna jernih
D. Istirahat/Tidur
1. Jam Tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur malam selama 9 jam dan
tidur siang 3 jam. Saat sakit pasien tidur malam selama 6 jam dan tidur
siang selama 4 jam
2. Pola Tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur nyenyak saat malam dan
siang hari. Saat sakit pasien kadang-kadang terbangun saat tidur malam
dan siang karena batuk
3. Kebiasaan Sebelum Tidur
Ibu pasien mengatakan pasien mendengar lagu/music dan dipeluk ibu
sebelum tidur
4. Kesulitan Tidur
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak memiliki kesulitan tidur,
tapi saat sakit pasien agak kesulitan tidur karena suhu badan yang tinggi
dan karena batuk yang dialami pasien
E. Aktivitas Olahraga
1. Program Olahraga : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien
bermain sendiri dirumah dan kadang-kadang bermain dengan teman-
teman. Saat sakit pasien hanya bermain ditempat tidur dan tidak bisa
bermain seperti biasa
2. Jenis dan Frekuensi : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien
bemain dan berjalan-jalan dengan ibu disekitar lingkungan rumah
sebanyak 3-4 kali seminggu. Saat sakit pasien tidak bisa bermain dengan
baik seperti biasa
3. Kondisi setelah olahraga : Ibu mengatakan pasien lebih bersemangat dan
lebih bugar
F. Personal Hygiene
1. Mandi
- Cara : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi
satu kali dipagi hari dan dibasuh dengan kain basah saat sore hari. Saat
sakit pasien tidak mandi dan hanya dibasuh dengan kain basah
- Frekuensi : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien mandi
sekali sehari dan dibasuh saat sore hari. Saat sakit pasien dibasuh
dengan kain basah atau tissue basah 2 kali sehari
- Alat Mandi : Ibu mengatakan sebelum sakit alat mandi yang
digunakan pasien adalah sabun, sampo, sikat gigi dan pasta gigi. Saat
sakit pasien menggunakan kain/lap yang dibasahi dengan air, sikat gigi
dan pasta gigi
2. Cuci Rambut
21
- Frekuensi : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien cuci
rambut 1 kali sehari. Saat sakit pasien belum mencuci rambut
- Cara : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien mencuci
rambut saat mandi dibantu oleh ibu. Saat sakit pasien hanya dibasuh
dengan kain basah atau tissue basah
3. Gunting Kuku
- Frekuensi : Ibu pasien mengatakan sebelum sakit kuku pasien
digunting 1 kali seminggu. Saat sakit kuku pasien belum digunting
22
- Hidung : bentuk simetris, terdapat dua lubang hidung, septum
terletak diantara kedua lubang hidung. Pernapasan baik melalui
hidung. Terdapat secret pada jalan napas pasien. Saat batuk pasien
tampak mengeluarkan dahak
- Leher : Leher terletak lurus digaris tengah antara kedua bahu,
tidak ada pembesaran kelenja tiroid, tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening, tidak ada nyeri tekan
- Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan
- Perbandingan anterior-posterior : 1:2
- Gerakkan Dada : Simetris kiri dan kanan, getaran suara teraba, tidak
ada kelainan
- Suara Napas : terdapat suara napas tambahan = Ronchi (+)
- Clubbing finger : tidak ada
E. System Kardiovaskuler
- Arteri karotis kuat, tekanan vena jugularis tidak meninggi
- Ukuran jantung normal, tidak terjadi pembesaran jantung
- Capillary refilling time : < 2 dtk
F. System Pencernaan
- Sclera anikterik, bibir lembab, mulut lembab
- Gaster : tidak kembung; tidak ada pembesaran lien; ginjal normal tidak
ada pembesaran ginjal, feses cair
- Perut : datar, lemas, bising usus 5 x/mnt
- Anus : ada lubang anus, tidak ada luka dan hemoroid
G. System Indera
1. Mata
- Kelopak mata : tidak ada edema, benjolan dan lesi, bulu mata bersih
- Lapang pandang : normal
- Respon pupil : mengecil bila terkena cahaya, ukuran pupil 3 mm
2. Hidung
- Penciuman baik, tidak ada secret atau minuman, tidak ada luka, dan
tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
- Keadaan daun telinga sejajar kiri dan kanan, ukuran simetris kiri dan
kanan
- Kanal auditorius : ada sedikit serumen berwarna kuning kecoklatan
- Fungsi pendengaran baik antara telinga kiri dan kanan
H. System Saraf
1. Fungsi Serebral
a. Status Mental : orientasi anak baik, daya ingat baik, dan perhatian
anak terrhadap lingkungan baik
b. Kesadaran : Eyes (4), Verbal (5), Motorik (6), GCS (15) – Compos
Mentis
c. Bicara
23
- Ekspresif : anak mampu menjawab ketika ditanya: “ini buah apa?”
anak menjawab “jeruk”
- Resiprif : anak mampu memahami pertanyaan yang diberikan dan
memberikan jawaban atau respon terhadap pertanyaan: “mana boneka”
atau perawat meminta sesuatu: “boleh pinjam tangan dek”, pasien
langsung merespon dengan mengangkat dan menyerahkan tangannya
kepada perawat
2. Fungsi Kranial
a. N I : Penciuman baik, tidak ada kelainan
b. N II : Visus baik, lapang pandang normal
c. N III, IV, VI : gerakkan bola mata baik, tidak ada kelainan dan nyeri
saat menggerakkan bola mata
d. N V: Respon sentuhan pada wajah normal, pasien dapat merasakan
stimulus yang diberikan. Otot wajah dapat digerakkan dengan baik.
Contoh: senyum, gerakan bibir simetris kiri dan kanan
e. N VIII : Pendengaran pasien baik pada telinga kiri dan kanan,
keseimbangan baik
f. N VII : Wajah pasien simetris, gerakan menutup mata sama antara
mata kanan dan kiri, gerakan otot wajah normal, gerakan alis sama kiri
dan kanan, fungsi sensorik pasien baik, pasien dapat membedakan rasa
asam dan manis
g. N IX : tidak diperiksa
h. N X : Pasien tidak memiliki kesulitan saat menelan, tidak ada
gangguan pada otot menelan
i. N XI : Otot sternokleidomastoideus tidak ada kelainan pada bagian kiri
dan kanan, bahu pasien sejajar kiri dan kanan, tidak ada atrofi pada
otot bahu pasien
j. N XII : Lidah pasien dapat digerakkan dengan baik tanpa gangguan
3. Fungsi Motorik
- Tonus Otot : baik, terdapat tahanan yang wajar saat ekstremitas
digerakkan
- Kekuatan Otot : normal pada ekstremitas atas 5/5 dan bawah 5/5
4. Fungsi Sensorik
- Suhu : Pasien menunjukkan respon terhadap perubahan suhu (dengan:
releks menghindar ketika diberi rangsangan dingin)
- Nyeri : Pasien menunjukkan respon menghindar rangsangan nyeri atau
menangis saat merasakan nyeri
5. Fungsi Serebelum : koordinasi dan keseimbangan anak baik, tidak ada
kelainan
6. Reflex Babinski : negative, bisep: positif, trisep: positif, patella: positif
I. System Muskuloskeletal
1. Kepala : bentuk mesochepal, gerak normal, tidak ada kelainan, tidak
ada edema, tidak ada luka dan nyeri tekan
24
2. Vertebra : tulang belakang normal, tidak ada kelainan (lordosis, kifosis,
scoliosis), gerakan tulang baik, tidak ada luka, tidak bengkak dan tidak
nyeri tekan
3. Pelvis : gaya jalan tidak ada kelainan
4. Lutut : tidak ada bengkak, tidak kaku, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
luka dan tidak ada kelainan bentuk dan gerakan lutut
5. Kaki : tidak ada bengkak, tidak ada nyeri saat bergerak, kemampuan
berjalan baik
6. Tangan : tidak ada kelainan bentuk, tidak ada bengkak dan luka, tangan
kiri dipasangkan infus dan dispalk, rentang gerak tangan kiri terbatas
J. System Integumen
- Rambut : wana cokelat, tampak kusam karena belum dikeramas,
rambut tidak mudah rontok
- Kulit : warna kuning langsat, suhu 39,60C, kulit lembab tidak ada
ruam kulit, bulu kulit: penyebaran pertumbuhan merata, tidak ada
erupsi, tekstur kulit lembut, turgor kulit baik (< 2 dkt)
K. Sistem Endokrin
- Kelenjar tyroid : tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan
- Ekskresi urine : normal 4 kali sehari berwarna jernih dan tidak berbau
- Suhu badan : 39,6oC
L. System Perkemihan
Tidak ada edema pada palpebarae, bentuk wajah bulat, tidak ada edema pada
wajah dan ekstremitas pasien
M. System Reproduksi
- Payudara : puting sejajar kiri dan kanan, areola berwarna coklat, tidak
ada pembengkakan dan nyeri tekan, tidak ada luka
- Labia mayora dan minora bersih, tidak ada bengkak dan luka
N. Sistem Imun
- Klien memiliki riwayat alergi pada telur
25
3. Bahasa
- Meniru garis vertical : Pass, Normal
- Menara dari kubus : Pass, Normal
- Menggoyangkan ibu jari : Pass, Normal
4. Personal social
- Gosok gigi tanpa bantuan : Pass, Nomal
- Bermain ular tangga : Fail, Nomal
- Berpakaian tanpa bantuan : Pass, Advance
- Memakai T-shirt : Pass, Normal
- Menyebut nama teman : Pass, Normal
Kesimpulan : Normal
XIII. Tes Diagnostik (Pemeriksaan Laboratorium)
Hemoglobin : 10,9 gr% (normal: 11,5 – 16,5 gr%)
Leukosit : 13.900 /mm3 (normal: 9000 – 10.000 /mm3)
Granulosit : 82 % (normal: 40 – 75%)
Limfosit : 13 % (normal: 20 – 45%)
26
KLASIFIKASI DATA
NO Data subjektif (D.S) Data objektif (D.O)
1. Ibu pasien mengatakan pasien demam dan batuk - Pasien mengalami kejang
berlendir sebanyak 1 kali selama 2
2. Ibu pasien mengatakan pasien agak kesulitan untuk menit
tidur karena batuk-batuk - Suhu tubuh : 36,9oC
3. Ibu pasien mengatakan pasien agak kesulitan tidur - Nadi : 128x/menit
karena suhu tubuh yang tinggi - Respiasi : 27x/menit
4. Ibu pasien mengatakan saat kejang , otot-otot seluruh - Kulit pasien teraba hangat
tubuh pasien menjadi kaku dan gigi terkatup - Batuk (+)
- Tubuh pasien tampak
merah
- Pasien mengeluarkan
lendir
- Pasien tampak
berkeringat banyak
- Hasil pemeriksaan
laboratorium :
Leukosit : 13.900/mm3
- Pasien tampak lemah
- Ronchi (+)
27
ANALISA DATA
Tanggal : Selasa, 20 november 2018 RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano
Inisial pasien : An. V.M
Hipetermi
2. DS : Infeksi mikroorganisme , infeksi bakteri Bersihan jalan nafas tidak efektif
- Ibu pasien mengatakan pasien batuk
berlendir ISPA
- Ibu pasien mengatakan pasien agak
kesulitan untuk tidur karena batuk- Peningkatan sputum di saluran pernapasan
batuk
D.O :
- Pasien tempak batuk-batuk
- Pasien mengeluarkan lendir Sputum menumpuk di paru
- Ronchi (+)
- Leukosit : 13.900/mm3 Bersihan jalan nafas tidak efektif
28
3. D.S: Kejang Risiko Cedera
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami demam Fase depolafisasi neufon dan otot dengan cepat
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami kejang sebanyak 1 kali Metabolisme
selama 2 menit
- Ibu pasien mengatakan saat kejang , Kebutuhan O2
otot-otot seluruh tubuh pasien menjadi
kaku dan gigi terkatup Kerja otot tak terkendali
D.O :
- Suhu tubuh : 39,6oC Spasme otot
-Nadi28x/menit
- Kulit pasien teraba hangat Dapat terjadi trauma
- Tubuh pasien tampak merah
- Pasien tampak berkeringat banyak Risiko cedera
- Leukosit : 13.900/mm3
29
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal : Selasa, 20 November 2018 RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano
Inisial Klien : An. V.M
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL RASIONAL PENENTUAN
DITEMUKAN TERATASI PRIORITAS
I Hipertermia b/d proses penyakit (infeksi Selasa, 20-11-2018 Kamis, 22-11-18 Hipertermia adalah masalah utama yang
bakteri/mikroorganisme) yang ditandai menyebabkan pasien di bawa ke rumah
dengan: sakit. Hipertermia dapat menimbulkan
DS: - ibu pasien mengatakan, pasien masalah lain seperti kejang apabila tidak
mengalami demam ditangani terlebih dahulu agar tidak
DO: - suhu tubuh: 39,60C timbul masalah lain dan agar masalah
- Nadi: 128 x/mnt keperawatan yang ada pada pasien dapat
- Pasien tampak berkeringat karena diatasi dengan mudah
suhu tubuh yang tinggi
- Tubuh pasien tampak merah
- Leukosit: 13.900 /mm3
- Pasien tampak lemah
II Bersihan jalan napas tidak efektif b/d Selasa, 20-11-18 Kamis, 22-11-18 Bersihan jalan napas tidak efektif adalah
hipersekresi jalan napas (peningkatan keadaan dimana terjadinya penumpukan
sputum) yang ditandai dengan: secret di saluran pernapasan. Masalah ini
DS: - ibu pasien mengatakan, pasien batuk dapat diatasi setelah mengatasi masalah
berlendir hipertermia karena penumpukan secret
- Ibu pasien mengatakan, pasien agak pada pasien tidak terjadi secara banyak
kesulitan tidur karena batuk hingga menutup jalan napas, tetapi
DO: - pasien tampak batuk-batuk secret yang ada di tenggorokan membuat
- Pasien mengeluarkan lendir pasien merasa tidak nyaman dan batuk-
- Leukosit: 13.900 /mm3 batuk
III Risiko cedera b/d fase depolarisasi neuron Selasa, 20-11-18 Kamis, 20-11-18 Pasien telah memiliki riwayat kejang
dan otot yang ditandai dengan: sebelumnya, sehingga hal ini dapat
DS: - ibu pasien mengatakan, pasien memungkinkan pasien mengalami
mengalami kejang selama 2 menit sebanyak kenjang lagi saat di rawat maupun
30
1 kali dirumah. Kejang inilah yang bisa
- Ibu pasien mengatakan, saat kejang menimbulkan risiko cedera. Oleh karena
otot-otot seluruh tubuh pasien itu, harus dilakukan tindakan untuk
menjadi kaku dan gigi terkatup mencegah agar tidak terjadi cedera
- Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami demam
DO: - suhu tubuh: 39.60C
- Nadi: 128 x/mnt
- Kulit pasien teraba hangat
- Tubuh pasien tampak merah
- Pasien tampak berkeringat berlebihan
karena suhu tubuh yang tinggi
- Leukosit: 13.900 /mm3
31
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An. V.M RS : RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano
Dx Medis : Kejang Demam Sederhana (KDS)
HARI/ DIAGNOSA TUJUAN/KRITERIA HASIL PERENCANAAN
TANGGAL KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL
Selasa, Hipertermia b/d proses Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
20-11-2018 penyakit (infeksi keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Monitor tanda – tanda
bakteri/mikroorganisme) pad An . V.M diharapkan 2. Monitor warna kulit dan vital untuk mengetahui
yang ditandai dengan: masalah keperawatan suhu keadaan umum pasien
DS: - ibu pasien mengatakan, hipertermia dapat diatasi 3. Anjurkan pasien untuk seperti suhu,nadi,
pasien mengalami demam dengan kriteria hasil : banyak minum air respirasi dan tekanan
DO: - suhu tubuh: 39,60C 4. Lakukan kompres hangat darah.
- Nadi: 128 x/mnt - Suhu tubuh dalam pada pasien 2. Warna kulit tampak
- Pasien tampak rentang normal 36- Kolaborasi : merah menandakan
berkeringat karena 36,9oC 5. Kolaborasi pemberian tingkat suhu badan yang
suhu tubuh yang - nadi dalam rentang obat antipiretik tinggi. Oleh karena itu ,
tinggi normal Penkes : warna kulit perlu untuk
- Tubuh pasien tampak - 80-90x/menit 6. Berikan penkes kepada selalu dimonitor untuk
merah - Tidak ada perubahan keluarga tentang mengetahui keadaan
- Leukosit: 13.900 warna kulit pencegahan dan tubuh pasien berkaitan
/mm3 - Pasien lebih tenang penanganan bila terjadi dengan masalah
- Pasien tampak lemah hipertermia pada pasien di hipertermi
rumah 3. Konsumsi cairan untuk
mengganti cairan yang
keluar , baik melalui urin
maupun keringat
4. Kompres hangat dapat
mendorong vasodilitasi
pada kulit sehingga
memungkinkan
perpindahan panas dari
32
tubuh ke luar
(lingkungan)
5. Obat antipiretik
membantu menurunkan
panas/demam pada
pasien
6. Penkes diberikan agar
keluarga lebih tahu
tentang hipertermia dan
cara untuk mencegahnya
terjadi serta penanganan
yang tepat jika terjadi
hipertermia
Selasa, Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
21-11-2018 efektif b/d hipersekresi jalan keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Posisikan pasien untuk 1. Posisi yang sesuai dapat
napas (peningkatan sputum) pad An. V.M , diharapkan memaksimalkan ventilasi membantu memudahkan
yang ditandai dengan: masalah keperawatan bersihan 2. Auskultasi suara napas, pasien untuk bernapas
DS: jalan nafas tidak efektif dapat catat area yang 2. Auskultasi daerah dada
- ibu pasien mengatakan, diatasi dengan kriteria hasil : ventilasinya menurun atau atau daerah saluran
pasien batuk berlendir tidak ada dan adanya pernapasan dapat
- Ibu pasien - Batuk berkurang/tidak suara nafas tambahan membantu mendeteksi
mengatakan, pasien batuk 3. Monitor status pernapasan daerah yang terdapat
agak kesulitan tidur - Tidaka da akumulasi pasien penumpukan sekret
karena batuk sputum pada saluran 4. Instruksikan cara 3. Monitor status
DO: pernapasan melakukan batuk efektif pernapasan membantu
- Pasien tampak batuk- - Kemampuan (meniup balon) mengetahui kelancaran
batuk mengeluarkan sekret Kolaborasi : pernapasan dan
- Pasien mengeluarkan bauk. 5. Kolaborasi pemberian kebersihan jalan nafas
lendir obat untuk meredahkan pasien
- Leukosit: 13.900 /mm3 batuk 4. Batuk efektif
mempermudah
pengeluaran sekret
5. Pbat pereda batuk
33
contohnya jenis obat
ekspektoran atau
mukolitik dapat
membantu mengencerkan
dahak sehingga mudah
untuk dikeluarkan
Selasa, Risiko cedera b/d fase Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :
20-11-2018 depolarisasi neuron dan otot keperawatan selama 1 x 24 jam 1. Ciptakan lingkungan yang 1. Lingkungan yang aman
yang ditandai dengan: pada An. V.M diharapkan aman bagi pasien meminimalkan resiko
DS: - ibu pasien mengatakan, masalah keperawatan resiko 2. Sediakan tempat tidur cedera pada pasien
pasien mengalami kejang cedera dapat diatasi dengan yang kokoh 2. Tempat tidur yang kokoh
selama 2 menit sebanyak 1 kriteria hasil : 3. Naikkkan penghalang baik bagi keselamatan
kali tempat tidur pasien
- Ibu pasien - Pasien terbebas dari 4. Minta keluarga untuk 3. Penghalang tempat tidur
mengatakan, saat cedera mengawasi pasien membantu mencegah
kejang otot-otot 5. Kolaborasi pemberian pasien terjautuh
seluruh tubuh pasien obat anti kejang 4. Kejang mungkin bisa
menjadi kaku dan terulang, pasien yang
gigi terkatup masih kecil juga beresiko
- Ibu pasien cedera karena jatuh, oleh
mengatakan pasien karena itu pasien harus
mengalami demam selalu diawasi.
DO: - suhu tubuh: 39.60C 5. Obat anti kejang
- Nadi: 128 x/mnt diberikan untuk
- Kulit pasien teraba mencegah terjadinya
hangat kejang yang dapat
- Tubuh pasien tampak membuat resiko cedera
merah
- Pasien tampak
berkeringat
berlebihan karena
suhu tubuh yang
34
tinggi
- Leukosit: 13.900
/mm3
35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An.V.M RS/RUANGAN : RSUD Dr Sam
Ratulangi Tondano / Ruangan perawatan Anak
HARI/TGL DX TUJUAN DAN JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
KEP KRITERIA HASIL DAN
TANDA
TANGAN
Selasa, I Setelah dilakukan Mandiri : Jam 20.00
20-11-2018 tindakan keperawatan 17.50 1. Memonitor tanda- S : -keluarga mengatakan sudah
selama 3 x 24 jam tanda vital pasien mengerti tentang hipertermia
pad An . V.M Hasil : secara penanganannya
diharapkan masalah N :128x/menit - Keluarga mengatakan
keperawatan R : 27x/menit sudah tahu cara
hipertermia dapat SB : 39,6oC melakukan kompres
diatasi dengan 17.55 2. Memonitor warna hangat
kriteria hasil : kulit dan suhu pasien O: - N :128x/menit
Hasil : - R : 27x/menit
- Suhu tubuh - SB : 39,6oC SB : 39,6oC turun menjadi
dalam rentang - kulit tubuh pasien 39oC
normal 36- tampak kemerahan - Pasien tampak
36,9oC -kulit tubuh pasien teraba berkeringat banyak
- nadi dalam hangat - Pasien tampak minum
rentang Pasien tampak berkeringat air yang diberikan
normal banyak ibunya sebanyak 1 gelas
- 80-90x/menit 18.00 3. Menganjurkan pasien (200cc)
- Tidak ada untuk banyak minum - Kulit pasien tampak
perubahan Hasil : kemerahan
warna kulit - pasien tampak minum air - Kulit pasien teraba
- Pasien lebih yang diberikan ibunya hangat
tenang sebanyak I gelas (200cc) - Diberikan obat dumin,
18.20 4. Melakukan kompres melalui supositoria
36
hangat pada dahi dengan suhu turun
Hasil : 38.5oC
suhu turun dari 39,6oC- A: masalah keperawatan
39oC hipertermia belum teratasi
18.20 5. Menanjurkan
memakai pakaian tipis P : lanjutkan intervensi :
Hasil : suhu turun dari - Monitor tanda-tanda
39,6oC- 39oC vital pasien
6. Mengkolaborasikan - Monitor warna kulit dan
pemberian obat suhu pasien
antipiretik - Anjurkan pasien untuk
Hasil : banyak minum
Diberikan obat antipiretik - Lakukan komres hangat
lewat supositoria dengan suhu pada pasien
turun 38.5oC - Kolaborasi pemberian
18.45 7. Memberikan penkes obat antipiretik
pada keluarga tentang
pencegahan dan
penanganan bila
terjadi hipertermia
pada pasien di rumah
Hasil :
- Mengajarkan cara
melakukan kompres
hangat pada pasien
- Menjelaskan cara
mencegah terjadinya
hipertermia.
- Keluarga mengatakan
sudah mengerti
37
CATATAN PERKEMBANGAN
HARI/TANGGAL JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA DAN
TANDA
TANGAN
Rabu, Mandiri : Jam 14.00
21-11-2018 10.45 1. Memonitor tanda-tanda vital pasien S:
Hasil : - Ibu pasien mengatakan pasien
N : 100x/menit sudah minum obat paracetamol
R : 128x/menit pada jam 7 pagi dan jam 1 siang
SB : 37,2oC - Ibu pasien mengatakan pasien
10.50 2. Memonitor warna kulit dan suhu sudah minum segelas air saat
pasien bangun pagi , segelas saat
Hasil : sarapan dan segelas saat makan
- Suhu : 37,2oC siang
- Warna kulit tubuh pasien sudah O:
tidak kemerahan - Suhu : 37oC
- Kulit pasien teraba hangat - Nadi : 98x/menit
10.50 3. Menganjurkann pasien untuk banyak - R : 28x/menit
minum air - Warna kulit tubuh pasien sudah
Hasil : tidak kemerahan
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah - Kulit pasien teraba hangat
minum segelas air saat bangun pagi - Pasien tampak sedang minum
- Pasien tampak minum segelas air segelas susu
11.00 4. Melakukan kompres hangat pada A : masalah keperawatan hipertermi
pasien di daerah dahi, aksila dan belum teratasi
lipatan paha
Hasil : P : lanjutkan intervensi
- Suhu turun dari 37,2oC menjadi - Monitor tanda-tanda vital
37oC pasien
38
- Kulit pasien teraba hangat - Minitor warna kulit dan suhu
11.20 5. Mengkolaborasikan pemberian obat pasien
antipiretik - Anjurkan pasien untuk banyak
Hasil : minum
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah - Lakukan komres hangat pada
minum obat paracetamol pada jam 7 pasien
pagi - Kolaborasi pemberian obat
antipiretik
Kamis, Mandiri : Jam 19.00
22-11-2018 16.40 1. Memonitor tanda-tanda vital pasien S:
Hasil : - Ibu pasien mengatakan pasien
N: 98x/menit sudah minum segelas air saat
R : 27x/menit bangun pagi, segelas air saat
SB : 36,4oC sarapam, segelas susu hangat
16.40 2. Memonitor suhu pasien dan warna saat makan siang dan segelas air
kulit putih saat sore hari
Hasil : - Ibu pasien mengatakan pasien
- SB : 36,4oC sudah minum obat paracetamol
- Kulit pasien tidak teraba hangat pada jam 7 pagi, dan jam 1
- Kulit pasien sudah tidak tampak siang
kemerahan O:
16.45 3. Menganjurkan pasien untuk minum - N: 92x/menit
banyak air - R : 28x/menit
Hasil : - SB : 36,4oC
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah - Kulit pasien tidak teraba hangat
minum segelas air saat bangun pagi, - Pasien tampak sedang minum
segelas air saat sarapam, segelas obat
susu hangat saat makan siang dan A: masalah keperawatan hipertermia
segelas air putih saat sore hari teratasi
Kolaborasi : P : lanjutkan intervensi : (dilanjutkan
16.50 4. Mengkolaborasikan pemberian obat oleh orang tua)
antipiretik - Kolaborasi pemberian obat
Hasil : antipiretik
39
- Ibu pasien mengatakan pasien sudah
minum obat paracetamol pada jam 7
pagi, dan jam 1 siang
40
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An.V.M RS/RUANGAN : RSUD Dr Sam
Ratulangi Tondano / Ruangan perawatan Anak
HARI/TGL DX TUJUAN DAN JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
KEP KRITERIA HASIL DAN
TANDA
TANGAN
Selasa, 20- II Setelah dilakukan tindakan Mandiri Jam 20.00
11-18 keperawatan selama 3 x 24 17.50 1. Memposisikan pasien untuk S: -
jam pad An. V.M , memaksimalkan ventilasi. O: - diberikan posisi
diharapkan masalah Hasil: diberikan posisi semi semifowler pada pasien
keperawatan bersihan fowler pada pasien - Terdengar ronchi pada
jalan nafas tidak efektif 17.55 2. Mengauskultasi suara napas, area bronkus
dapat diatasi dengan mencatat area ventilasi yang - Pasien tampak kesulitan
kriteria hasil : menurun serta ada tidaknya untuk bernapas karena
suara napas tambahan. Hasil: batuk
- Batuk terdengar ronchi pada area - Pasien tampak
berkurang/tidak bronkus mengeluarkan dahak
batuk 18.00 3. Memonitor status pernapasan - Pasien diberi obat
- Tidaka da pasien. Hasil: pasien tampak dexamethasone
akumulasi sputum kesulitan untuk bernapas A: Masalah Keperawatan
pada saluran karena batuk bersihan jalan napas tidak
pernapasan 18.03 4. Menginstruksikan cara efektif belum teratasi
- Kemampuan melakukan batuk efektif P: - lanjutkan intervensi
mengeluarkan dengan meniup balon lalu - Posisikan pasien untuk
sekret bauk. batuk untuk mengeluarkan memaksimalkan
dahak. Hasil: pasien tampak ventilasi
mengeluarkan dahak - Auskultasi suara napas,
18.30 Kolaborasi: catat area yang
5. Mengkolaborasikan ventilasinya menurun
pemberian obat untuk serta ada tidaknya suara
41
meredakan batuk napas tambahan
Hasil: pasien diberi obat - Instruksikan cara
dexamethasone melakukan batuk efektif
- Kolaborasi pemberian
obat untuk meredakan
batuk
42
CATATAN PERKEMBANGAN
43
Kamis, 16.40 1. Mengauskultasi suara napas, mencatat Jam 19.00
22-11-2018 area ventilasi yang menurun serta ada S: ibu pasien mengatakan pasien sudah
tidaknya suara napas tambahan. Hasil: minum obat dexamethasone jam 7 pagi,
terdengar ronchi pada area bronkus jam 1 siang dan jam 7 malam
16.45 2. Memonitor status pernapasan pasien. - Ibu pasien mengatakan batuk
Hasil: pasien tampak merasa tidak nyaman sudah berkurang dan pasien
karena batuk sudah merasa lebih nyaman
16.50 3. Menginstruksikan cara melakukan O: - pasien tampak sedang minum obat
batuk efektif dengan meniup balon lalu - pasien tampak lebih tenang dan tidak
batuk untuk mengeluarkan dahak. Hasil: batuk
pasien tampak mengeluarkan dahak
Kolaborasi: A: Masalah Keperawatan bersihan
17.00 4. Mengkolaborasikan pemberian obat jalan napas tidak efektif teratasi
untuk meredakan batuk P: - lanjutkan intervensi (dilanjutkan
Hasil: ibu pasien mengatakan pasien sudah oleh orang tua)
minum obat ambroxol dan dexamethasone
saat jam 7 pagi, jam 1 siang
44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN
Inisial Pasien : An.V.M RS/RUANGAN : RSUD Dr Sam
Ratulangi Tondano / Ruangan perawatan Anak
HARI/TGL DX TUJUAN DAN JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA
KEP KRITERIA HASIL DAN
TANDA
TANGAN
Selasa, III Setelah dilakukan Mandiri Jam 20.00
20-11-2018 tindakan keperawatan 17.50 1. Menciptakan S: -
selama 1 x 24 jam lingkungan yang aman - O: - tampak tidak ada
pada An. V.M bagi pasien. benda yang dapat
diharapkan masalah Hasil: tampak tidak ada membahayakan pasien
keperawatan resiko benda yang dapat - Pasien tampak berbaring
cedera dapat diatasi membahayakan pasien pada tempat tidur yang
dengan kriteria hasil : 17.55 2. Menyediakan tempat kokoh
tidur yang kokoh. - Penghalang tempat tidur
Pasien terbebas dari Hasil: pasien tampak sudah dinaikkan
cedera berbaring pada tempat - Ibu pasien tampak selalu
tidur yang kokoh menemani pasien
18.00 3. Menaikkan - pasien diberikan obat
penghalang tempat diazepam
tidur. A: masalah keperawatan risiko
Hasil: penghalang tempat cedera teratasi
tidur sudah dinaikkan P: lanjutkan intervensi
18.10 4. Minta keluarga untuk 1. Menciptakan
mengawasi pasien. lingkungan
Hasil: ibu pasien tampak yang aman
45
selalu menemani pasien bagi pasien.
2. Menyediakan
18.00 5. Mengkolaborasikan tempat tidur
pemberian obat anti yang kokoh.
kejang 3. Menyediakan tempat
Hasil : pasien diberikan tidur yang kokoh.
obat diazepam 2,5 mg
4. Menaikkan
penghalang tempat
tidur.
5. Mengkolaborasikan
pemberian obat anti
kejang
46
CATATAN PERKEMBANGAN
47
Kamis, Mandiri Jam 14.00
22-11-2018 1. Menciptakan lingkungan yang aman S:
bagi pasien. O: - tampak tidak ada benda yang dapat
Hasil: tampak tidak ada benda yang membahayakan pasien
dapat membahayakan pasien - Pasien tampak berbaring pada
2. Menyediakan tempat tidur yang tempat tidur yang kokoh
kokoh. - Ibu pasien tampak selalu
Hasil: pasien tampak berbaring pada menemani pasien
tempat tidur yang kokoh - Penghalang tempat tidur sudah
3. Menaikkan penghalang tempat tidur. dinaikkan
Hasil: penghalang tempat tidur sudah - pasien diberikan obat diazepam
dinaikkan A: masalah keperawatan risiko cedera
4. Mengkolaborasikan pemberian obat teratasi
anti kejang P: intervensi dihentikan
Hasil : pasien diberikan obat diazepam 2,5
mg
48
DAFTAR PUSTAKA
Hartono.2011.Kumpulan tips pediatri. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
Partini.2013.Kiat Praktis daalam Pediatrik Klinis. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Cabang
DKI Jakarta.
Arifin, Safrizal.2017.Asuhan Keperawatan pada Kejang Demam. Diakes pada tgl 20-11-2018
49