Anda di halaman 1dari 47

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AnO


DENGAN KEJANG DEMAM
DI RUANG ANAK RS MUHAMADIYAH LAMONGAN

IRMQ LAILATUL FARIHAH


08.02.02.0685

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2011
2

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami hanturkan kehadirat Allah SWT, atas


segala rahmat dan hidayahnya dan tak lupa kami ucapkan sholawat serta salam
pada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, sehingga kami pada saat ini diberi
kemudahan untuk menyelesaikan tugas Asuhan Keperawatan pada anak "O" usia
19 bulan dengan Kejang Demam. Pada praktek klinik semester VI di RSUD
Soegiri Lamongan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan terselesaikannya Asuhan Keperawatan ini tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. H. Budi Utomo Amd.Kep, M.Kes selaku
ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Ibu Hj. WS. Tarmi, SST, M.Kes. selaku Kaprodi D3
Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan.
3. Bapak Djoni modianto Amd.Kep, selaku pembimbing
praktek.
4. Ibu Diah Eko Amd.Kep. Ns. selaku dosen
pembimbing akademik.
5. Kedua orang tua yang senantiasa mendukung dan
memberikan doa serta semangat baik moral maupun spiritual.
6. Teman-teman dan pihak lain yang senantiasa
mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan makalah Asuhan
Kebidanan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan Keperawatan ini
masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mohon saran dan kritiknya
sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa umumnya dan bermanfaat
bagi penulis khususnya.

Lamongan, Agustus 2011


3

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.........................................
KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI...........

BAB I : PENDAHULUAN..
1.1. Latar Belakang Permasalahan
1.2. Tujuan ...
1.3. Metode Pembahasan..............................
1.4. Ruang Lingkup...
1.5 Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN........................................

BAB Iv : TINJAUAN KASUS

BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan..
5.2. Kritik dan saran

DAFTAR PUSTAKA
4
5

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh
sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering
dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul
infeksi saluran pencernaan. (Ngastiyah, 1997; 229).
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6
bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada
laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita
didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. (ME.
Sumijati, 2000;72-73)
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan
kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari, terutama adanya
cacat baik secara fisik, mental atau sosial yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 1985 : 858) .
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan
pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
diperlukan untuk menghindari cacat yang lebih parah, yang diakibatkan bangkitan
kejang yang sering. Untuk itu tenaga perawat/paramedis dituntut untuk berperan
aktif dalam mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga dan penderita, yang meliputi aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan serta
memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-psiko-sosial-
6

spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah :


Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi pasien dari trauma,
mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang positif, memberikan
informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis dan kebutuhan
penanganannya. (I Made Kariasa, 1999; 262).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penulis tertarik membuat karya tulis
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Anak O dengan Kejang Demam di
Ruang Anak Puskesmas Karangbinangun Lamongan.

1.2 Batasan Masalah


Mengingat keterbatasan waktu yang penulis miliki , maka penulis
membatasi permasalahan Asuhan Keperawatan pada Anak O dengan Kejang
Demam di Ruang Anak RSUD Sumberjo Bojonegoro.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Diperolehnya pengetahuan atau gambaran pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada kasus Kejang Demam di Ruang Anak RSUD Sumberjo
Bojonegoro.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.1.1 Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subyektif dan
data obyektif pada pasien dengan kejang demam.
1.3.1.2 Mampu menganalisa data yang diperoleh
1.3.1.3 Mampu merumuskan diagnosa kebidanan pada pasien dengan kejang
demam
1.3.1.4 Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
kejang demam
1.3.1.5 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ditentukan.
1.3.1.6 Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
7

1.4 Metode Penulisan


1.4.1 Metode Penyusunan
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan
deskriptif observasional dalam bentuk studi kasus yaitu metode yang dibuat
berdasarkan keadaan sebenarnya dan tertuju pada pemecahan masalah.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang relevan, penulis menggunakan teknik
sebagai berikut :
1.4.2.1 Wawancara : suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara tanya jawab
yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
1.4.2.2 Pemeriksaan fisik : data yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan cara
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
1.4.2.3 Dokumenter : suatu cara untuk memperoleh data dengan melihat data yang
sudah ada dalam status klien, catatan medik maupun dari hasil
pemeriksaan laboratorium.
1.4.2.4 Studi kepustakaan : mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-
buku yang terkait dengan kasus kejang demam.
1.4.2.5 Studi lapangan : mengumpulkan data melalui wawancara dan pemeriksaan
fisik pada pasien dengan kejang demam.

1.4.3 Sumber Data


1.4.3.1 Data primer
Didapatkan melalui wawancara dan observasi terhadap pasien dan
keluarga
1.4.3.2 Data sekunder
Data sekunder didapatkan melalui : Catatan medik dan catatan perawatan,
Hasil-hasil perawatan yang menunjang, Catatan tenaga kesehatan lain
yang terkait.
8

1.5 Lokasi dan Waktu Penulisan


1.5.1 Lokasi
Lokasi pelaksanaan Asuhan Keperawatan dalam penyusunan karya tulis
dilakukan di Ruang Anak RSUD Sumberjo Bojonegoro.
1.5.2 Waktu
Penyusunan asuhan keprawatan ini dibuat pada tanggal 07 April 2011

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Tinjauan Pustaka
Bab 3 : Teori Asuhan Keperawatan
Bab 4 : Tinjauan Kasus
Bab 5 : Penutup
9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kejang Demam


2.1.1 Pengertian
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38 oC) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229).

2.1.2 Etiologi
Bangkitan kejang pada bayi dan anak disebabkan oleh kenaikan
suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar
susunan syaraf pusat misalnya : tonsilitis ostitis media akut, bronchitis, dll

2.1.3 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi
dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
- Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
- Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
10

- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau


keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan
kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari
seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh
karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter
dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15
menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

2.1.4 Prognosa
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik
dan tidak perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah
menderita kejang demam tergantung faktor :
- Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
- Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak
menderita kejang
- Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di
kemudian hari akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13
%, dibanding bila hanya terdapat satu atau tidak sama sekali faktor
tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja.
11

2.1.5 Manifestasi Klinik


Serangan kejang biasanya terjadi 24 jam pertama sewaktu demam,
berlangsung singkat dengan sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-
klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti
sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak
tapi setelah beberapa detik atau menit anak akan sadar tanpa ada kelainan
saraf.
Di Subbagian Anak FKUI RSCM Jakarta, kriteria Livingstone
dipakai sebagai pedoman membuat diagnosis kejang demam sederhana,
yaitu :
- Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun
- Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
- Kejang bersifat umum
- Kejang timbul dalam 16 jam pertamam setelah timbulnya demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukkan kelainan
- Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali

2.1.6 Penatalaksanaan Medik


Dalam penaggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu :
- Pemberantasan kejang secepat mungkin
Pemberantasan kejang di Sub bagian Saraf Anak, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI sebagai berikut :
Apabila seorang anak datang dalam keadaan kejang, maka :
1. Segera diberikan diazepam intravena dosis
rata-rata 0,3 mg/kg
Atau
diazepam rectal dosis 10 kg : 5 mg
12

bila kejang tidak berhenti 10 kg : 10 mg


tunggu 15 menit

dapat diulang dengan cara/dosis yang sama


kejang berhenti

berikan dosis awal fenobarbital


dosis : neonatus : 30 mg I.M
1 bulan 1 tahun : 50 mg I.M
1 tahun : 75 mg I.M
2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
- Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebasuntuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan
oksigen
- Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada
hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari
berikutnya.

- Mencari dan mengobati penyebab


Penyebab kejang demam adalah infeksi respiratorius bagian atas dan
astitis media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat untuk mengobati
penyakit tersebut. Pada pasien yang diketahui kejang lama pemeriksaan
lebih intensif seperti fungsi lumbal, kalium, magnesium, kalsium,
natrium dan faal hati. Bila perlu rontgen foto tengkorak, EEG,
ensefalografi, dll.
13

PATHWAY
Kejang Demam

Gangguan electron (Na, K, Cl)


Bangkitan listrik jaringan tubuh

SSP terganggu

Hambatan pada pusat pernafasan

Spasme Bronkus

Produksi ATP Hipoksia Asam laktat
meningkat

Gangguan suhu tubuh Peningkatan keb. Glukosa
(hipertermi)
Pernafasan : susunan saraf
:distosia
Resti kejang berulang Dispneu epilepsi kronik,
disfagia
Peningkatan sekresi g3an kesadaran,
Peningkatan
TIK,
Pencernaan Bersihan jalan nafas Pola nafas Kerusakan
otak
Mual muntah tidak efektif tidak efektif

Nutrisi kurang g3an keseimbangan Resiko nyeri g3an rasa


nyaman
14

Dari kebutuhan cairan dan elektrolit (Nyeri)


15

BAB 3
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : Jam :

A. Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial
anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Keluhan Utama
Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya
disertai apnea, dan suhu tubuh meningkat
3. Riwayat penyakit sekarang yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada
penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, Morbili
dan lain-lain.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah
penderita pernah mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat
kejang terjadi untuk pertama kali ? Apakah ada riwayat trauma kepala,
radang selaput otak, dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah
mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma,
perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan
maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum ), perdarahan ante
16

partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi


panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
6. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan
serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada
umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah
panas yang dapat menimbulkan kejang.
7. Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan
dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan
memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar,
memegang suatu benda, dan lain-lain.
Gerakan motorik kasar : berhubungan dengan pergerakan dan sikap
tubuh.
Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
8. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita kejang (+ 25 % penderita
kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit syaraf atau lainnya ? Adakah anggota
keluarga yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit
infeksi menular yang dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
9. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu
dikaji siapakah yang mengasuh anak ?
17

Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman


sebayanya ?
10. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan
tindakan medis ?
Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan
bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh
anak ?
Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera
makan anak ? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pola Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah
? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana
konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?

Pola aktivitas dan latihan


Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam ? Aktivitas apa yang
disukai ?
Pola tidur/istirahat
18

Berapa jam sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur
jam berapa ? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur
siang ?

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran,
tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan
kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk
kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu
ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar
menutup atau belum ?.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut.
Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang
jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa
menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis
tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke
sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ?
Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
19

Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya


infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga,
keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan
napas ?Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana
keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh?
Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi
faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ?
Adakah pembesaran vena jugulans ?
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah
bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ?
Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda
meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah
terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
20

Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi


kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi ?

2.3.1.3 Pemeriksaan Penunjang


Tergantung sarana yang tersedia dimana pasien dirawat,
pemeriksaannya meliputi :
1. Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari
pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan
predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 5,00 meq/dl )
Natrium ( N 135 144 meq/dl )
2. Cairan Cerebo Spinal: Mendeteksi
tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi,
pendarahan penyebab kejang.
3. Skull Ray : Untuk
mengidentifikasi adanya proses desak ruang
dan adanya lesi
4. Tansiluminasi: Suatu cara yang
dikerjakan pada bayi dengan UUB masih
terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap
dengan lampu khusus untuk transiluminasi
kepala.
21

5. EEG : Teknik untuk menekan


aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang
utuh untuk mengetahui fokus aktivitas
kejang, hasil biasanya normal.
6. CT Scan : Untuk
mengidentifikasi lesi cerebral infaik
hematoma, cerebral oedem, trauma, abses,
tumor dengan atau tanpa kontras.

2.3.2 Analisa dan Sintesa Data


Analisa data merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan
mentabulasi, menyeleksi, mengelompokkan, mengaitkan data,
menentukan kesenjangan informasi, melihat pola data, membandingakan
dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat kesimpulan.
Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang
disebut diagnosa keperawatan.

Tabel 2.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam

N Kemungkinan
Pengelompokan Data Masalah
O Penyebab
22

1 - Suhu Tubuh > Normal Hipertemia Resiko ke-jang


t. 36,5 37,5 C (bayi) berulang
t. 36 - 37,5 C(anak) Gangguan metabolisme
- Denyut nadi lebih cepat otak
N 110-120x/menit (bayi)
N 100-110x/menit (1 th ) Perubahan
N 80- 90x/menit (5-12th) keseimbangan dan sel
- Adanya riwayat kejang netron
demam
- Kulit teraba panas Difusi ion kalium dan
- Frekwensi pernafasan me- natrium
ningkat
R.R 30-40x/menit (bayi) Lepas muatan listrik
R.R 24-28x/menit (anak )
Kejang
(M.E. Sumijati,
2000;103)
2 - Capek Resiko trauma
- Kelelahan Kejang fisik
- Nyeri otot
- Penurunan kesadaran Berkurangnya
- Riwayat kejang demam koordinasi otot
- Hasil laboratorium glukosa
darah abnormal (< 80 gr) trauma fisik
- Elektrolit abnormal (ME. Sumijati,
Na : N 135 144 meq/dl 2000;103)
K : N 3,80-5,00 meq/dl
3 - Suhu tubuh abnormal Gangguan rasa
> 37,5 C nyaman
- Kulit terasa panas Kuman penyakit
- Denyut nadi meningkat
23

- Riwayat infeksi pernafa- infeksi


san atas, ostitis media
akut, pneumonia, saluran Thermoregulasi
kencing, pencernaan. (Hipothalamus)
- Anak gelisah dan tidur tak efektif
terganggu
4 - Keluarga sering bertanya hipertermi Kurangnya
tentang penyakit anaknya, pengetahuan
pengobatan dan Kurangnya atau keluarga
perawatannya keterbatasan informasi

sering bertanya
(Ngastiyah, 1997:230)

2.3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan
pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
2.2.3.1 Resiko terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi.
2.2.3.2 Resiko terjadinya trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
2.2.3.3 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi yang ditandai :
1. Suhu meningkat
2. Anak tampak rewel
2.2.3.4 Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan keterbatasan
informasi yang ditandai : keluarga sering bertanya tentang penyakit
anaknya.

2.3.4 Perencanaan
24

Perencanaan merupakan keputusan awal tentang apa yang akan


dilakukan, bagaimana, kapan itu dilakukan, dan siapa yang akan
melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan yang memberikan arah
pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
2.3.4.1 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan
hiperthermi
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 37,5 C (bayi), 36 37,5 C (anak)
3. Nadi 110 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
4. Respirasi 30 40 x/menit (bayi)
24 28 x/menit (anak)
5. Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat
dan tidak menyerap keringat.
2. Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan panas secara konduksi
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
Rasional : Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang
akan dilakukan.
5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan
meningkatkan panas.
25

6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis.


Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis
2.3.4.2 Diagnosa Keperawatan : Resiko terjadi trauma fisik berhubungan dengan
kurangnya koordinasi otot.
Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
Rencana Tindakan :
1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur
yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4. Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas
ketika kontrol otot volunter berkurang.
5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang
terganggu.
6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
2.3.4.3 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : Suhu tubuh 36 37,5 C, N ; 100 110 x/menit,
26

RR : 24 28 x/menit, Kesadaran composmentis, anak


tidak rewel.
Rencana Tindakan :
1. Kaji faktor faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena
penambahan pakaian/selimut dapat menghambat
penurunan suhu tubuh.
2. Observasi tanda tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional : suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas,
suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan
mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala /
ketiak .
Rasional : proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan
perantara.
5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat
dari kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian
tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
6. Atur sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak
minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
8. Batasi aktivitas fisik
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan
panas.
27

2.3.4.4 Diagnosa Keperawatan / Masalah : Kurangnya pengetahuan keluarga


sehubungan keterbataaan informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit
anaknya.
Kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3. keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki
keluarga dan kebenaran informasi yang didapat.
2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu
menambah wawasan keluarga
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan
perawatan
4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan
mencegah kejang demam, antara lain :
1. Jangan panik saat kejang
2. Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
3. Kepala dimiringkan.
4. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah,
lalu dimasukkan ke mulut.
5. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat
tunggu sampai keadaan tenang.
6. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri
banyak minum
7. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang lama.
28

Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga


agar mandiri dalam mengatasi
masalah kesehatan.
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila
anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan
kejang ulang.
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu.
Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat
menyebabkan kejang demam

2.3.5 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan
dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan
perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa. NI,
1989;162 )

2.3.6 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah
tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu
langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
29

Tabel 2.2 Evaluasi Pada Kasus Kejang Demam


NO. Diagnosa/Masalah Evaluasi
1. Potensial kejang berulang berhu- Klien tidak mengalami kejang
bungan dengan hiperthermi. selama 2x24 jam.
Kriteria :
- Tidak terjadi serangan ulang
- Suhu : 36 37,5 C
- N : 100 110 kali/menit
- Kesadaran : composmentis
2 Potensial terjadi trauma fisik Tidak terjadi trauma fisik selama
berhubungan kurangnya koordina- perawatan.
si otot. Kriteria :
- Tidak terjadi traumas fisik
selama kejang.
- Mempertahankan tindakan
yang mengontrol aktivitas
kejang.
- Mengidentifikasi tindakan
yang harus diberikan ketika
3. Gangguan rasa nyaman berhu- terjadi kejang.
bungan dengan hiperthermi. Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- Tanda vital :
Suhu : 36 37,5C
N : 100 110 kali/ menit
RR : 24 28 kali/menit
- Kesadaran : composmentis
4. Kurangnya pengetahuan keluarga - Anak tidak rewel
berhubungan dengan keterbatasan Pengetahuan keluarga bertambah
informasi. tentang penyakit anaknya.
Kriteria :
30

- Keluarga tidak sering bertanya


tentang penyakit anaknya.
- Keluarga mampu diikutserta-
kan dalam proses perawatan.
. - Keluarga mentaati setiap
proses perawatan.
BAB 4
TINJAUAN KASUS

4.1.1 Pengkajian
No.reg :0684791 Tempat :RSML
MRS :07 April 2011 Jam : 06:00 wib
Tgl : 07 April 2011 Jam : 07.00 wib
Oleh : IRMA LAILATUL F
A. Data Subyektif
1. Biodata/Identifitas
Nama anak : An O
Umur : 19 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Lahir : Normal (Spontan B)
Nama Ibu : Ny. Z
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Weru paciran -lamongan

2. Diagnosa Medis
Kejang Demam

3. Keluhan Utama
Panas

4. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibi mengatakan anaknya panas tinggi sejak tiga hari yang lalu dan kejang
2x selama 30 detik.
5. Penyakit Riwayat Dahulu
Ibu pasien mengatakan anaknya sudah pernah 1 x dirawat di RSUD dr.
Soegiri karena demam yang sangat tinggi.

6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. Prenatal : selama hamil ibu periksa di BPS tiap 1 bulan sekali.
2. Natal : anak lahir di BPS usia kehamilan 9 bulan, spontan, tidak
ada kelainan, anak langsung menangis keras, BB : 3200 gr
PB : 48cm.
3. Post Natal : bayi sehat, menetek kuat, tidak ada kelainan, tali pusat
lepas hari ke 7.

7. Riwayat Imunisasi
Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap. BCG pada usia
1 bulan, DPT 3x pada usia 2, 3, 4 bulan, HB pada usia 1, 2, 3 bulan, Polio
4x pada usia 1, 2, 3 bulan, Campak pada usia 9 bulan
Reaksi setelah mendapat imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang,
sembuh dengan meminum obat yang diberikan petugas kesehatan.

8. Riwayat Perkembangan Anak


1. Riwayat personal sosial :
Anak terkadang menangis jika melihat seseorang yang bari
dikenalnya.
2. Gerakan motorik kasar : anak sudah bisa berjalan, mendorong, dan
menarik kursi, dapat mengerjakan perintah secara sederhana.
3. Gerakan motorik halus : anak bisa memegang pensil dan mencoret-
coret.
4. Bahasa : anak sudah bisa bicara beberapa kata.
9. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh ibu sendiri, di rumah tidak ada pembantu ataupun
orang lain.
2. Hubungan dengan anggota keluarga baik: anak sangat dekat dan manja
dengan ibunya.
3. Hubungan dengan teman sebaya : anak lebih banyak bermain di rumah
bersama ibunya. Kadang-kadang anak bermain dengan teman
sebayanya yang dekat dengan rumahnya.
4. Pembawaan secara umum
Anak tampak gelisah dan rewel, kadang-kadang menangis minta
digendong, anak sangat manja kepada ibunya.

10. Pola Kebiasaan Pemeliharaan Kesehatan


1. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya lebih suka minum susu dari
pada makan
Selama sakit : Makan 1-2 x/hr 4-5 sendok disuapi ibu. Minum susu
3 botol susu @ 250 ml/hr

2. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak
ada. BAB lancar setiap pagi hari, konsistensi lembek,
warna kuning.
Selama sakit : BAK 4 5 kali/hari, warna kuning, nyeri tidak
ada. BAB setiap hari, konsistensi lembek, warna
kuning.
3. Pola Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya setiap hari bermain dengan
teman sebayanya di depan rumah
Selama sakit : Anak hanya tidur di TT dan digendong ayahnya
disekitar ruang perawatan
4. Pola Personal Hygiene
Sebelum sakit : Mandi, ganti baju 2 x/hr, ganti celana tiap kali
kencing, keramas tiap hari.
Selama sakit : Pasien hanya diseka dengan air hangat 2 x/hr, ganti
baju 2 x/hr
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya tidak suka tidur siang, tidur
malam jam 19.00 07.00, tidak ada kesulitan tidur
Selama sakit : Pada siang hari tidur siang jam 12.00 14.00.
Malam hari tidur jam 19.00 06.00 WIB

B. Data Obyektif
3.1.B.1 Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : composmentis
3. Tekanan darah :-
Nadi : 110 kali/menit
Respirasi : 40 kali/menit
Suhu : 39,4 C
4. BB / TB : 10 kg / 74 cm

3.1.B.2 Pemeriksaan Fisik Umum


1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat telur, ubun ubun besar menutup,
warna rambut hitam, bersih, tidak ada bekas luka atau
odema, tidak ada kaku kuduk.
Palapsi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran pada kelenjar
tiroid, limfe, dan vena jugularis.
2. Muka / wajah
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak pucat, tidak ada bekas luka, dan
odem, sclera jernih, konjungtiva merah muda
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan sinus
3. Mulut
Inspeksi : Simetris, bibir tidak sianosis, tidak ada karies, lidah bersih,
dan tidak ada stomatitis
4. Dada / Thorax
Inspeksi : Bentuk normal chest, tidak ada retraksi IC, pernafasan
cepat dan tidak teratur, tidak ada bekas luka dan odema.
Palpasi : Tidak ada nyri tekan thorak
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Tidak ada ronchi, wheezing, murmur, suara nafas
vesikuler, BJ I dan II tunggal
5. Abdomen
Inspeksi : turgor kulit cukup, bentuk datar, umbilicus menonjol,
tidak ada bekas luka dan odema.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan +, tidak ada pembesaran limpa dan
hepar
Auskultasi : Bising usus 12 x/mnt
6. Kulit
Kebersihan kulit cukup, tidak ada hemangioma, tidak ada oedem, kulit
teraba panas.

7. Ekstrimitas
Ekstrimitas atas : tak ada oedem, pergerakan normal, pada
tangan kiri terpasang infus, tak ada tanda
tanda flebitis, akral hangat.
Ekstrimitas bawah : tak ada oedem, pergerakan normal, akral
hangat.
8. Genetalia
Vulva : kebersihan cukup, tidak tampak keluar sekret, tidak ada
oedema maupun iritasi.
Anus : kebersihan cukup, haemorroid tidak tampak lubang anus +.
C. Pemeriksaan Penunjang
3.1.C.1 Data Laboratorium
Hematokrit :25,6
HB :9,1 gr%
Trombosit :154.000
Leukosit :3.500
Widal A (-)
Widal B (-)
Widal H (-)
Widal O (-)
D. Keadaan Kesehatan saat ini
Dx medis : Kejang Demam
Tindakan op : Tidak ada
Status nutrisi : BB 11 kg, pola makan tidak tertur
Obat obatan :
Infus Kaen 3B 700cc/hari
Inj Cefitaxim 3x200 mg
Inj Novalgin 3x200 mg
Inj Ranitidin 2x amp
Inj Diazepan 3mg (bila Perlu)
Aktivitas : Anak lebih sering minta digendong
Tindakan keperawatan : Memberikan HE pada keluarga tentang penyakit
kejang demam

3.2 Analisa dan Sintesa Data


Tabel 3.1 Analisa dan Sintesa Data Pada Kasus Kejang Demam
No Data Penunjang Etiologi Diagnosa/masalah
1 S : Ibu mengatakan bahwa Proses infeksi Potensial kejang
anaknya masih lemas, badan (hipertermi) ulang
anak panas
O : keadaan composmentis
Tanda vital :
S : 39,4oC
N : 120x/mnt
RR : 40x/mnt
Akral hangat
Pemeriksaan laboratorium:
Hematokrit :25,6
HB :9,1 gr%
Trombosit :154.000
Leukosit :3.500
Widal A (-)
Widal B (-)
Widal H (-)
Widal O (-)
2 S : Ibu mengatakan anaknya Nyeri saat menelan Gangguan
susah makan, porsi dari pemenuhan nutrisi
Puskesmas hanya dihabiskan
1/3 porsi, anak merasa sakit
saat menelan, PASI 3 botol
susu @ 250 ml/hr
O : turgor kulit cukup, wajah dan
telapak tangan tidak pucat.
Konjungtiva tidak anemis.
BB : 10 kg (sblm MRS)
BB : 9 kg (saat MRS)
Status gizi kurang
3 S . Ibu bertanya mengapa bisa Keterbatasan Kurangnya
terjadi kejang padahal informasi pengetahuan
sebelumnya anak tidak pernah
kejang dan panasnya belum
turun setelah diberi obat
penurun panas.
O : Ibu tampak khawatir dengan
keadaan anaknya. Ibu sering
bertanya tentang keadan
anaknya dan setiap tindakan
yang akan dilakukan.

3.3 Diagnosa Keperawatan


3.3.1 Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan proses infeksi
(hipertermi)
3.3.2 Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan
3.3.3 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi

3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

Dx Tujuan & Intervensi Rasional


kriteria hasil
1 Kejang ulang 1. Longgarkan pakaian, beri 1. proses konveksi
tidak terjadi pakaian tipis yang menyerap akan terhalang oleh
dalam waktu 2 keringat pakaian ketat
x 24 jam, dg 2. berikan kompres dingin pada 2. perpindahan panas
kriteria hasil : kepala dan ketiak secara konduksi
- Tidak ada
serangan 3. observasi kejang dan TTV tiap 4 3. untuk mengetahui
ulang jam KU pasien
- Kesadaran
komposmen 4. batasi aktivitas selama anak 4. aktivitas
tis panas meningkatkan
- S(36,5- metabolisme suhu
37,5C) tubuh
- N (100-110 5. kolaborasi dengan tim medis 5. menuru
x/mnt) untuk membe rikan antiperetik nkan panas pada
- RR (24-28 pusat hipotalamus
x/mnt) dan sebagai
profilaksis
2 Nutrisi 1. beri penjelasan pada 1. dengan pemberian
terpenuhi keluarga tentang penyebab penjelasan keluarga
dalam 2 x 24 gangguan pemenuhan nutrisi diharapkan
jam dengan bagi tubuh dan cara mengerti, dan dapat
kriteria hasil : mengatasinya mendukung
- Porsi makan program perawatan
yang yang diberikan
disediakan 2. untuk mengurangi
dihabiskan 2. berikan HE kepada nyeri pada saat
- Turgor kulit keluarga tentang : memberikan menelan dan untuk
baik makanan pada anak dengan mencukupi
- Konjungtiv porsi kecil dan tapi sering kebutuhan nutrisi
a tidak 3. sebagai fungsi
anemis 3. kolaborasi dengan dependen perawat
tim gizi untuk pemberian diit : dg ahli lain.
TKTP 900 kalori, 20 gr protein 4. mengetahui
4. observasi intake dan keseimbangan
output jumlah nutrisi tubuh
5. sbg
evaluasi pemberian
5. timbang BB ti diit
3 Pengetahuan 1. kaji tingkat pengetahu an 1. mengetahui sejauh
keluarga keluarga mana pengetahuan
bertambah yang dimiliki
tentang keluarga dan
penyakit kebenaran
anaknya dalam informasi yang
24 jam. didapat
Dengan 2. beri penjelasan tentang 2. agar keluarga dapat
kriteria hasil : penyakit yang diderita anak dan menerima informasi
- Keluarga semua prosedur perawatan yang dg mudah dan tepat
tidak sering akan dilakukan shg tidak timbul
bertanya kasalapahaman
tentang 3. beri HE tentang cara 3. sebagai upaya alih
penyakit menolong anak kejang & informasi dan
anaknya mencegah kejang : mendidik keluarga
- Keluarga - jangan panik saat agar mandiri dalam
mampu anak kejang mengatasi masalah
diikutsertak - baringkan anak di kesehatan
an dalam tempat rata dan lembut mencegah
proses - kepala dimiringkan peningkatansuhu
keperawata - pasang gagang lebih tinggi dan
n sendok dimulut yang telah serangan kejang
- Keluarga dibungkus kain berulang
menaati - setelah kejang
setiap berhenti & anak sadar segera
proses minumkan obat dan tunggu
perawatan sampai keadaan tenang
- jika suhu tinggi,
lakukan kompres dingin dan
beri minum banyak
- segera bawa ke RS
bila kejang lama
4. berikan HE agar selalu
sedia obat penurun panas (sesuai
dg anjuran dokter) bawa anak ke
RS bila suhu belum turun selama
24 jam

3.5 IMPLEMENTASI
No Tgl/jam Implementasi Paraf
07-04-2011
07:00 - Melakukan pendekatan terapiutik
07:10 - Menjelaskan pada keluarga tentang
penyakitnya.
07:30
- Menganjurkan pada keluarga untuk
09:00 memberikan kompres air biasa.
- Memberikan terapi dari dokter/injeksi:
Injeksi Cefotaxim 200 mg
Inj Novalgin 200mg
10:00 Inj Ranitidine amp
- Menganjurkan pada keluarga untuk
10:30 memberi anaknya minum air putih yang
banyak.
- Menganjurkan keluarga untuk memberi
12:00
pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
- Melakukan TTV :
13:00
Suhu :39,4C
Nadi :115 x/menit
RR :40 x/menit
- Mengobservasi intake output cairan.
08-04-2011
14:30 - Menanyakan keluarga tentang keadaan
pasien
15:00
- Mengobservasi tetesan infus
16:00
- Mengobservasi TTV :
Suhu :38,7C
Nadi :120 x/menit
17:00 RR 40 x/menit
- Melakukan injeksi :
Inj Cefotaxim 200 mg
18:00 Inj novalgin 200 mg
- Mengobservasi tetesan infus
09-04-2011
07:00 - Menanyakan pada keluarga tentang
09:00 suhu pasien.
- Memberikan injeksi :
12:00 Inj Cefotaxim 200 mg
- Mengobservasi TTV :
Suhu :37,6C
Nadi :120 x/menit
13:00
RR :38 x/menit
- Mengobservasi intake output cairan

3.6 Evaluasi dan Catatatan Perkembangan


Tgl/jam Evaluasi
07-04-2011 DX 1
14:00 S : Ibu mengatakan kalau anaknya mengalami kejang
ulang 1 kali dan badannya masih panas, anak masih
rewel
O : KU cukup
Kesadaran : Composmentis
Mukosa bibir tampak kering
Konjungtiva merah muda
Tanda-tanda vital :
S : 38,9oC N : 120 x/mnt RR : 40 x/mnt
A : Maslah belum teratasi
P : Intervensi keperawatan dilanjutkan
DX 2
S : Ibu mengatakan anaknya masih sulit makan, dan
anaknya masih mual.
O:KU cukup BB : 9 kg, turgor kulit baik, mukosa bibir
kering, konjungtiva merah muda,Sisa makanan yang
banyak pada piring pasien
A : Maslah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
DX 3
S : Keluarga pasien mengatakan sudah faham tentang
kondisi yang dialami pasien.
O : Keluarga tidak sering bertanya lagi tentang penyakit
anaknya, keluarga pasien sudah lebih tenang dan
sabar saat kejang terjadi pada anaknya.
A : Tujuan / masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

08-04-2011 DX 1
20:30 S :Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami kejang
ulang, badannya masih agak panas
O : Kesadaran : Composmentis
KU cukup
Tanda-tanda vital :
S: 38,7oC N : 115 x/mnt RR : 35 x/mnt
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 2
S : Ibu mengatakan anaknya masih susah makan, mual
sudah tidak lagi, makan porsi
O : KU cukup
BB : 9 kg, turgor lebih baik, akral tidak pucat,
conjungtiva tidak anemis, mukosa bibir lebih
lembab dari sebelumnya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
DX 3
S :-
O : Tidak ada pertanyaan / kekhawatiran dari kondisi
pasien, pasien terlihat tenang
A : Maslah tidak terjadi
P : Intervensi dipertahankan

09-04-2011 DX 1
14:00 S : Ibu mengatakan kalau anaknya tidak mengalami
kejang ulang, badannya tidak panas lagi
O : Kesadaran : Composmentis
KU baik
Tanda-tanda vital :
S : 37,6oC N : 105 x/mnt RR : 30 x/mnt
Kejang (-)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX 2
S : Ibu mengatakan anaknya sudah mau makan, makan
habis 1 porsi, PASI 450 ml/hr.
O : pasien terlihat segar, BB : 9 kg, turgor kurang baik,
akral tidak pucat, conjungtiva tidak anemis, mukosa
bibir lembab, tidak ada sisa makanan pada piring
pasien
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DX 3
S :-
O : Tidak ada pertanyaan / kekhawatiran dari kondisi
pasien, pasien terlihat tenang
A : Maslah tidak terjadi
P : Intervensi dipertahankan
BAB 5
PENUTUP

5.1Simpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Anak O didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
Pengkajian
Pengkajian terpenting dari kejang demam adalah melakukan anamnese
selengkap mungkin serta pemeriksaan fisik untuk menetukan penyebab kejang
terjadi.
Apabila dari anamnese dan pemeriksaan fisik masih sulit menentukan
penyebab kejang demam maka dilakukan pemeriksaan penunjang.
Analisa dan Sintesa Data
Pada tahap analisa data dan sintesa data dalam kasus nyata penulis hanya
menemukan satu diagnosa dan dua masalah.
Diagnosa / Masalah Keperawatan
Masalah/diagnosa keperawatan yang muncul akibat dari kejang demam
adalah potensial terjadinya kejang ulang berhubungan dengan hiperthermi,
gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan nyeri saat menelan, kurangnya
pengetahuan keluarga tentang penyakit berhubungan dengan keterbatasan
informasi
Perencanaan
Pada tahap perencanaan dalam kasus nyata ada beberapa langkah tindakan
yang ditambahkan penulis selain yang terdapat dalam tinjauan pustaka sesuai
kebutuhan klien saat itu.
Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dalam kasus nyata toidak menemui kesulitan
karena sikap keluarga yang kooperatif dan sarana dan prasarana yang memadai.

Evaluasi
Evaluasi merupakan kunci keberhasilan dari proses keperawatan, terdiri
atas tinjauan laporan pasien dan pengkajian kembali keadaan pasien. Dengan
evaluasi akan membantu perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien yang dapat
berubah-ubah.

Saran
Bagi Perawat atau Bidan
Karena kejang demam merupakan kasus gawat darurat pada anak dan
sering ditemukan dalam praktek maka perlu mengembangkan kemampuan diri,
baik melalui intitusi maupun non intitusi untuk meningkatkan ketrampilan dan
pengetahuan. Dan hendaknya selalu berupaya memberikan asuhan keperawatan
yang bermutu dengan memperhatikan pribadi individu yang unik, dimana aspek
bio psiko sosial dan spiritual terintegrasi secar utuh.

Bagi Institusi
Asuhan keperawatan ini sebagai acuan untuk penulisan asuhan
keperawatan yang akan datang sebagai pembanding terhadap perubahan
perubahan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta


Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta
Wahidiyat Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai