Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kesehatan Gigi dan
Mulut yang berjudul Karies Gigi ,sholawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari zaman yang hampa ilmu pengetahuan
ke alam yang berlimpah ilmu pengetahuan. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Kami ucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberi dorongan moril dan
materil kepada kami ,dosen pembimbing yang telah memberikan arahan kepada kami dan
teman-teman yang telah membantu kami untuk menyelesaikan makalah.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempura,kami mohon saran dan kritikan dari
pembaca agar makalah ini lebih sempurna.

Padang , 2 Maret 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1. LATAR BELAKANG...........................................................................................................3
1.2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................3
1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1. PENGERTIAN KARIES GIGI...................................................................................................4
2.2. FAKTOR PENYEBAB KARIES GIGI......................................................................................4
A. FAKTOR DIDALAM MULUT.............................................................................................4
B. FAKTOR DILUAR MULUT................................................................................................6
2.3. PENGUKURAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI.....................................................7
2.4. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN KARIES GIGI..........................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
PENUTUP.............................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................10
3.2 SARAN.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Karies Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai oleh
rusaknya email dan dentin yang progresif yang disebabkan oleh keaktifan
metabolisme plak bakteri. Disebabkan oleh tiga faktor yang berhubungan yaitu
makanan , host dan bakteri (Behrman, 2002).
Proses karies gigi ditandaidengan terjadinya demineralisasi pada jaringan
keras gigi, terjadinya invasibakteri dan kerusakan pada jaringan periapikal dan
menimbulkan rasa nyeri (Riyanti, 2005). Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut akan
mempengaruhi asupan makanan dan intake gizi yang mengakibatkan gangguan-
gangguan pertumbuhan yang akan mempengaruhi status gizi sehingga
dapatmenyebabkan menurunnya fungsi biologis tubuh atau malnutrisi (Hamrui,2009).
Di Indonesia, karies gigi adalah penyakit endemik dengan prevalensi dan
derajat keparahan yang cukup tinggi. Menurut data dari Survei Kesehatan Rumah
Tangga(SKRT) 2004, karies gigi merupakan masalah dalam kesehatan gigi dan mulut
di Indonesia dengan prevalensi 90,05 persen, artinya penyakit ini dapat
menyerangseluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelompok ras, ekonomi, dan usia.
Tingginya prevalensi karies disebabkan kurang seriusnya masyarakat dan
pemerintahdalam menangani masalah ini. Banyak yang belum sadar untuk melakukan
pemeriksaan rutin ke dokter gigi atau klinik kedokteran gigi sebelum terjadi
peningkatan karies dalam mulutnya. Di sisi lain, peran dokter gigi sebagai penyuluh
saat menangani pasien masih kurang.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan pengertian Karies Gigi!
2. Apa saja penyebab timbulnya Karies Gigi ?
3. Bagaimana Pengobatan Karies Gigi ?

1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN


1. Untuk Mengetahui Pengertian Karies Gigi
2. Untuk Mengetahui Timbulnya Karies Gigi
3
3. Untuk Mengetahui bagaimana cara Pengobatan Karies Gigi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KARIES GIGI


Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan
oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum).
Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap
dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan
kematian (Sandira, 2009).
Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigiyang terjadi akibat
suatu proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras)
dan terus berkembang ke pbagian dalam gigi (Hamsafir, 2010).

2.2. FAKTOR PENYEBAB KARIES GIGI


Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli. Bakteri
speifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui
proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak sruktur gigi
sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan
(Pratiwi, 2007).

A. FAKTOR DIDALAM MULUT

1) Faktor Hospes (Gigi dan Saliva)


a) Gigi
Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan
dibawah email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya
karies. Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses kerusakan karies
dapat dilihat dari warna, keburaman dan kelicinan permukaan gigi serta
ketebalan email (Suwelo, 1992).
b) Saliva
Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena
masih banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan
4
saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ion fluor. Selain
mempengaruhi Phnya karena itu, jika aliran saliva berkurang atau
menghilang maka caries mungkin tidak akan terkendali (Kidd, dkk, 2002).

2) Faktor Mikroorganisme
Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak merupakan penyebab
utama bagi terbentuknya karies. Selanjutnya dapat dibuktikan bahwa jenis bakteri
mulut tertentu secara invitro dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin.
Jenis bakteri yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus mutans,
beberapa jenis Streptococcus mitis, Streptococcus sanguis, Streptococcus miller,
dan banyak Lactobacillus serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs,2007).

3) Faktor Substrat (sisa makanan)


Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada pemberian makanan
lewat mulut. Sebagian dari makanan yang diberikan menggabungkan diri dan
cocok sebagai substrak bakteri plak.
Substrak dari makanan, kebalikannya dari air ludah hanya dijumpai
beberapa saat setiap hari, tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida disintesis di
dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari gula. Selama periode
penyediaan makanan terjadi seleksi yang menyimpang, penggunaan gula berkali-
kali menambah pertumbuhan plakdan menambah jumlah streptococcus mutans
didalamnya (Schuurs, 2007).

4) Faktor Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsung proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva
ada di dalam lengkungan gigi maka karies tidak menghancurkan dalam hitungan
hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahunan (Kidd, 2002).

5) Kebersihan Gigi dan Mulut


Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu keadaan dimana gigi bebas
dari plak dan calkulus serta penyakit mulut lainnya, kebersihan mulut yang bagus
akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya sehat.
Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat. Seperti bagian-bagian lain dari dari tubuh, maka gigi dan jaringan

5
penyangganya mudah terkena penyakit, mereka harus mendapatkan perhatian dan
perawatan yang baik. (Budiardjo, 2005).

B. FAKTOR DILUAR MULUT

1) Keturunan
Seseorang yang mempunyai susunan gigi berjejal (maloklusi) ada
kemungkinan bawaan dari orang tuanya. Seseorang dengan susunan gigi berjejal
lebih banyak menderita karies dari pada yang mempunyai susunan gigi baik.
Selain itu, kebersihan gigi dan mulut yang buruk akan mengakibatkan persentase
karies lebih tinggi.
Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh
terkecil dari faktor penyebab karies gigi(Suwelo, 1992).

2) Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap
terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk.
Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet
kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah.
Pada daerah dengan kandungan fluor yang cukup dalam air minum (0,7
ppm sampai 1 ppm) prevalensi karies rendah. Bila fluor diberikan sejak dini
dengan kombinasi berbagai cara (dalam air minum dan makanan), maka email
akan banyak menyerap fluor sehingga akan memberikan efek besar terhadap
pencegahan karies (Suwelo, 1992).

3) Perilaku
Perilaku pemeliharaan kesehatan positif, misalnya kebiasaan menggosok
gigi, sebaliknya perilaku pemeliharaan kesehatan gigi negatif, misalnya
menggosok gigi secara tidak teratur sehingga menyebabkan kesehatan gigi dan
mulut menurun dengan dampak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009).
Kebiasaan seseorang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan resiko
terjadinya karies adalah mengonsumsi makanan dan minuman manis. Terjadinya
karies bukan bergantung pada jenis makanan dan minuman manis yang
dikonsumsi tetapi bergantung pada frekuensi komsumsi makanan dan minuman
manis tersebut (Cobisco, 1995).

6
4) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas yang harus ditingkatkan mutunya dengan melaksanakan
pelayanan yang sesuai dengan standard yang ada. Diharapkan Puskesmas
memberikan pelayanan terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak menimbulkan
kesan menyakitakan atau sakit dengan menerapken teknologi terkini dan harga
terjangkau oleh masyarakat.
Oleh karena ruang lingkup pelayanan kesehatan masyarakat bidang
kesehatan gigi dan mulut menyangkut kepentingan masyarakat banyak, maka
peranan pemerintah mempunyai porsi yang besar. Namun demikian karena
keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau
diikutsertakan dalam pelayanan kesehatan gigi (Depkes RI, 2000).

5) Faktor Jajanan Menurut Suwelo (1992)


Adapun jenis makanan yang dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu :
 Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang mempunyai ciri-ciri PH
rendah, mengandung gula tinggidan lengket. Adapun jenis makanan yang
mempunyai PH rendah adalah sebagai berikut :
(1) Sukrosa/gula
(2) Glukosa
(3) Fruktosa
 Jenis Makanan yang Bersifat Non-Kariogenik
Makanan non kariogenik adalah makanan yang banyak mengandung
protein dan lebih sedikit karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami
terdapat dalam beberapa buah-buahan masak (cherry, pir, dan apel).
Proses penyerapan di dalam usus berlangsung tidak sempurna dan
sangat lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang bersifat merusak gigi
(kariogenik karena bebas gula, kecuali bila di konsumsi berulang kali).
(1) Manitol (Gula Manna)
(2) Xilytol Xilytol

7
2.3. PENGUKURAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI
Untuk melihat kedalaman atau tingkat keparahan karies gigi kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut :
 C0 = belum terjadi karies
 C1 = karies hanya mengenai email saja
 C2 = karies telah mencapai dentin
 C3 = karies telah mencapai pulpa
 C4 = karies telah mengenai akar gigi.

2.4. PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN KARIES GIGI


Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010)
antara lain adalah
 Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor
 Menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan benar
 Fissure sealant atau menutup celah gigi.
Penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut :
 Menutup lubang gigi (tambal gigi)
 Pencabutan gigi
 Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal
lapisan dentil (Ramadhan, 2010)
 Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang
gigi yang mengalami infeksi (Ramadhan, 2010).

Menurut Mansjoer (2009), penatalaksanaan pencegahan karies gigi dilakukan dengan:


1. Perawatan mulut
Perawatan mulut dilakukan dengan mempraktekkan instruksi berikut :
 Sikatlah gigi sekurang-kurangnya 2x sehari (waktu sesudah makan,
sebelum tidur, ditambah dengan sesudah bangun tidur)
 Pilihlah sikat gigi yang berbulu halus, permukaan datar dan kepala sikat
kecil.
 Gunakan dental gloss (benang gigi) sedikinya satu kali sehari.
 Gunakan pencuci mulut anti plak yang mengandung antibiotik
(vancomycin),enzim (destronase) dan antiseptik (chlor hexidine 0,1 %).

8
 Kunjungi dokter gigi sedikitnya 6 bulan sekali atau bila mengalami
pengelupasan gigi, luka oral yang menetap lebih dari dua minggu atau
sikat gigi.
2. Diet
Karies dapat dicegah dengan menurunkan jumlah gula dalam makanan
yang dikonsumsi. Hindari kebiasaan makan makanan yang merusak gigi
(permen, coklat dan lain sebagainya) dan membiasakan mengkonsumsi
makanan yang menyehatkan gigi (buah dan sayur).

3. Flouridasi
Flouridasi dilakukan dengan memungkinkan dokter gigi memberikan sel
dental pada gigi, menambahkan floiuride pada suplai air minum dirumah,
penggunaan pasta gigi yang mengandung floiuride atau menggunakan tablet,
tetesan atau hisap natrium floiuride. Karies gigi dapat dihindari/dicegah apabila
anak melakukan perawatan gigi dengan benar setelah mengkonsumsi makanan
kariogenik.
2.5. PENGOBATAN KARIES GIGI
Pengobatan untuk karies gigi tergantung pada seberapa parah kondisi dan
situasi tertentu. Berikut beberapa pengobatan yang sering dilakukan dokter untuk
mengatasi gigi berlubang.

1. Perawatan fluoride
Dalam tahap awal, dokter akan melakukan perawatan fluoride. Fluoride
adalah mineral yang membantu melindungi dan menjaga kekuatan enamel gigi.
Biasanya fluoride banyak ditambahkan dalam produk obat kumur maupun pasta
gigi.
2. Penambalan Gigi
Tambal gigi sering kali jadi pilihan utama apabila kerusakan akibat
pembusukan gigi sudah mulai melewati tahap erosi enamel. Agar lubang tidak
bertambah dalam, dokter akan mengisi gigi yang berlubang dengan bahan khusus.

Ada banyak pilihan bahan untuk menambal gigi yang berlubang. Namun,
tambal gigi berbahan resin komposit lebih banyak diminati ketimbang jenis

9
lainnya. Resin komposit biasanya akan mengeras dengan cara disinar. Jenis
tambalan ini juga disebut dengan tambal laser atau tambal sinar.

3. Crown
Pemasangan crown alias mahkota gigi tiruan juga dapat menjadi solusi
untuk mengatasi gigi yang berlubang. Dokter akan memasang selubung gigi di atas
gigi yang rusak. Dengan begitu, mahkota gigi tiruan ini akan memasang semua
bagian gigi yang muncul di atas tepi gusi.

Mahkota tiruan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki, bentuk,


ukuran, dan tampilan gigi yang tidak normal.

4. Root canal
Apabila kerusakan telah mencapai bagian dalam gigi (pulp), Anda mungkin
memerlukan root canal. Root canal atau perawatan saluran akar gigi biasanya
dilakukan dokter untuk memperbaiki gigi yang terlanjur terinfeksi atau rusak
parah.

Bagian pulpa yang mengalami kerusakan akan diangkat kemudian ditambal


dengan semen khusus. Dokter juga akan membersihkan sekitar jaringan yang
terinfeksi supaya tidak semakin parah.

5. Pencabutan gigi
Dalam kasus yang sangat parah, dokter dapat mencabut gigi yang
bermasalah. Proses pencabutan gigi tidak memakan waktu lama.

Sebelum dicabut, dokter akan lebih dulu memberikan obat bius di area gusi
yang bermasalah. Dengan begitu Anda tidak akan merasakan sakit ketika dokter
mencabut gigi Anda.
2.6. JENIS KARIES GIGI
Ada beberapa jenis karies gigi. Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan
tempat terjadinya:
1. Karies Insipiens

10
Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan
terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat
pada email.
2. Karies Superfisialis
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang
terasa sakit.

3. Karies Media
Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian
pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila
terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.
4. Karies Profunda
Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga
terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan
apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk
perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan
oleh aktivitas perusakan bakteri terhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum).
Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap
dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan
kematian (Sandira, 2009).
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010) antara
lain adalah
 Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor
 Menjaga kebersihan gigi dengan menyikat gigi dengan benar
 Fissure sealant atau menutup celah gigi.

Penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut :


 Menutup lubang gigi (tambal gigi)
 Pencabutan gigi
 Pulp capping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk mempertebal lapisan dentil
(Ramadhan, 2010)
 Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati lubang gigi yang
mengalami infeksi (Ramadhan, 2010).

3.2 SARAN
Mengingat kemampuan penulis terbatas dalam penulisan makalah ini,maka penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap

12
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Akhirnya, semoga penulisan
makalah ini bermanfaat bagi pendidikan khususnya dan bagi masyarakat umum.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Harun. (2010). Karies dan Perawatan Pulpa Pada anak Secara Komprehensif.
Makassar: Bimer.

Erwana Ferry Agam. (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Rapha
Publishing.

Tarigan Rasinta. (2013). Karies Gigi, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Arisman, MB. (2009). Buku ajar ilmu gizi Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai