Anda di halaman 1dari 6

Caries Activity Test

Caries Activity Test merupakan tes yang dilakukan di laboratorium yang


menghitung seberapa besar aktivitas karies pada pasien. Namun seperti kita
ketahui karies merupakan penyakit multifaktorial sehingga sampai saat ini tidak
ada tes yang menjelaskan dan memprediksi bagaimana karies dan perjalanan
penyakitnya terjadi. Tes aktivitas karies hanya dapat menggambarkan faktor-
faktor utama penyebab karies, seperti faktor bakteri, diet (asupan gula), faktor
host resistance dengan potesi mineralisasinya.

Syarat caries activity test adalah sederhana, relative terjangkau, cepat, dan bisa
menggambarkan hubungan faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya
karies yaitu sebagai berikut:

1. Faktor bakteri
Dapat mengukur resiko karies dari jumlah Streptococcus mutans
2. Diet (asupan gula)
Kandungan gula dapat diukur dengan Lactobacili sebagai indikator
3. Faktor host resistance
Pengalaman karies pada pasien bisa menggambarkan aktivitas karies
sebelumnya
4. Potensi mineralisasinya
Potensi lingkungan rongga ulut untuk melakukan perbaikan secara
biologis dapat diukur dengan flow saliva dan buffer capacity sebagai
indikator.

Jenis-jenis caries activity test adalah sebagai berikut:

1. Lactobacillus test
a. Digunakan untuk menghitung banyak koloni Lactobacillus pada
agar.
b. Prosedur:
 Mengambil saliva sebagai sampel dengan
menstimulasinya terlebih dahulu dengan cara
menginstruksikan pasien unutk mengunyah paraffin.
 Saliva ditambahkan larutan garam steril dengan
konsentrasi 1:50 atau 1:100, kocok.
 Mengambil 0,4 ml larutan lalu dioleskan pada agar.
 Diinkubasikan pada suhu 370 selama 3-4 hari.
 Menghitung jumlah koloni S. mutans dengan Quebec
counter. Teknik terbaru yaitu dengan
membandingkannya dengan table model dan
diklasifikasikan dalam
1000/10.000/100.000/1000.000 organisme/ml
c. Interpretasi hasil tes

d. Kekurangan metode ini adalah sebagai berikut:


 Tidak sederhana
 Butuh pelatihan professional
 Mahal
 Jumlah lactobacilli bervariasi, dipengaruhi oleh
makanan dan diet.
2. Snyder’s test
a. Digunakan untuk menghitung kecepatan pembentukan asam oleh
bakteri
b. Prosedur:
 Sampel saliva diambil, lalu dikocok selama kurang
lebih 3 menit.
 0,2 ml saliva ditambahkan pada agar Snyder yang
sudah dilelehkan dan didinginkan (500). Larutan
dicampur dengan memutar tabung.
 Agar dibiarkan mengeras, diinkubasikan pada suhu
370.
 Diamati perubahan warnanya selama 24, 48, dan 72
jam dengan bromocresol green sebagai indikatornya.
c. Interpretasi hasil tes
d. Keuntungan
 Sederhana
 Relative cepat
 Alat sedikit, biaya moderat
 Korelasi dengan percobaan klinis
e. Kekurangan
 Membutuhkan pelatihan khusus
3. Reductase
a. Merupakan tes untuk mengetahui aktivitas enzim reductase,
dimana aktivitas bakteri yang berperan dalam menghasilkan
produk berbahaya terhadap gigi dikontrol oleh enzim.
b. Prosedur:
 Mengumpulkan sampel saliva sebanyak 5 ml
 Menambahkan indikator diazoresorcinol
 Mengamati perubahan warna selama 30 detik dan 15 menit
 Pada hasil positif akan menunjukkan perubahan dari warna
biru, ke merah dan tanpa warna/leuko
c. Interpretasi hasil

d. Keuntungan
 Ada korelasi dengna uji klinis
 Bisa mengukur tingkat oral hygiene pada individu
4. Buffer capacity test
a. Tes ini digunakan untuk mengukur kadar asam yang diperlukan
untuk menurunkan pH saliva dalam suatu interval
b. Prosedur
 Mengumpulkan sampel saliva sebanyak 5 ml, lalu diukur
pH-nya
 Menambahkan asam laktat/basa agar diperoleh pH 7
 Menambahkan asam laktat agar diperoleh pH 6, sambil
mengukur volume asam yang ditambahkan
 Volume asam merupakan hasil pengukuran
c. Interpretasi hasil: semakin banyak volume asam yang diperlukan
untuk menurunkan pH, maka semakin baik kemampuan buffer
saliva sample.

Sumber:

Hiremath, SS. 2007. Textbook of Preventive and Community Dentistry. New


Delhi : Elsevier

Marya, CM. 2011. A Textbook of Public Health Dentistry. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publishers.

Anda mungkin juga menyukai