Seorang anak berusia 17 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi geraham
atas nya terasa nyeri.Di ketahui ada lubang yang cukup dalam pada gigi tersebut.Si anak
meminta dokter gigi untuk mencabut gigi yang berlubang tersebut.Setalah di lakukan
pencabutan.2 Minggu setelah nya si anak datang kembali dengan keluhan nyeri pada daerah
yang di cabut, hingga ke daerah kepala termasuk di bagian mata yang terasa berkedut. Pada
saat di tanya oleh dokter gigi tersebut. Anak itu mengaku tidak menjaga oral hygyne dengan
baik.Jarang menyikat gigi nya.
A. Anamnesa
3. Usia : 17 tahun
terkontrol.
5. Pemeriksaan fisik : Nyeri pada daerah yang dicabut hingga kepala termasuk di
6. Pemeriksaan Klinis : Gigi geraham bagian atas terdapat karies cukup dalam,
B. Diagnosis
Dry Socket
Dry Socket pertama kali diperkenalkan oleh Crawford pada tahun 1896, Adalah suatu kondisi
yang terjadi setelah pencabutan atau operasi pengangkatan gigi dengan tanda-tanda klinis
terlepasnya bekuan darah pada tulang alveolar 2 –3 hari setelah pencabutan atau operasi
pengangkatan gigi, yang mana terdapat tulang alveolar sebagian atau keseluruhan yang
terbuka dan permukaan tulang sangat sensitif, biasanya pada permukaanya terdapat lapisan
dapat meningkat tiap waktu antara hari pertama dan hari ketiga setelah pencabutan yang
ditandai dengan hilangnya bekuan darah pada soket alveolar serta dengan atau tanpa halitosis.
Dry socket merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pasca pencabutan gigi
permanen sebagai bentuk inflamasi4. Dry socket bermanifestasi klinis sebagai peradangan
yang melibatkan baik seluruh atau sebagian dari tulang yang melapisi soket gigi (lamina
dura)7. Karakteristik dry socket dapat dilihat dengan luruhnya sebagian atau seluruh
gumpalan darah ,adanya akumulasi sisa-sisa makanan di sekitar soket , disertai atau tanpa
disertai dengan bau mulut dan biasa menimbulkan rasa sakit serta bengkaknya daerah di
sekitar bekas pencabutan. Dry socket biasa tampak pada 1-3 hari pasca pencabutan gigi.
Alveolar osteitis
Localized osteitis
Postoperative alveolitis
Alveolagia
Septic socket
Necrotic socket
Localized osteomyelities
Fibrinolytic alveolitis
1. Gejala – gejala Dry Socket
a. Rasa Sakit
Pasien biasanya merasakan sakit pada hari ke 2 sampai dengan hari ke 5 setelah pencabutan
dengan keluhan sakit yang hebat pada daerah bekas pencabutan dan rasa sakitnya dapat
menjalar sampai ke telinga pada sisi yang sama atau bagian yang lain dari wajah tetapi tidak
dengan tanda - tanda gejala dari infeksi seperti demam, pembengkakan dan erithema. Kadang
- kadang dijumpai lymphadenitis regional, rasa sakit dirasakan berdenyut dan kadangkala
juga rasa sakit tidak hilang dengan obat - obatan analgesik. (Dhusia 2000).
Sisa - sisa makanan yang dapat menumpuk di dalam socket dapat menghasilkan rasa yang
c. Tanda Klinis
Secara keseluruhan gejalanya timbul pada hari ke 3 sampai dengan hari ke 5 setelah
pencabutan gigi dan apabila tidak ditangani gejalanya akan berlanjut sampai dengan hari ke 7
atau sampai hari ke 14. Menurut Dhusia tanda klinis yang dapat dilihat seperti
Bare Bone dan margin ginggiva.
d. Bare Bone
Pada pemeriksaan Probe Test dengan menggunakan sonde lurus, tanda yang sangat khas
sekali adalah rasa sakit sekali apabila sonde menyentuh Bare Bone. Dimana awalnya terdapat
gambaran bekuan darah yang berwarna abu – abu kehitaman dan ketika bekuan darahnya
hilang akhirnya terdapat jaringan granulasi dari Bone Bare yang berwarna kuning keabu
-abuan.
e. Margin Ginggiva
Biasanya margin ginggiva pada daerah sekitar socket agak bengkak dan berwarna merah tua.
2. Klasifikasi
mastikasi.
b) Suppurative alveolitis
Pada alveolitis supuratif, bekuan darah terinfeksi dan tertutupi oleh membran
berwarna hijau keabu-abuan serta dapat mengandung fragmen dental atau tulang
yang sequester. Hal ini menyebabkan rasa sakit yang cukup hebat dan kadang-
c) Dry socket
Pada dry socket, dinding tulang alveolar terbuka, hilangnya bekuan darah secara
total atau parsial, berwarna agak gelap dan bau yang busuk. Rasa sakit yang hebat
Hyperthermia lokal dan lymphadenopathy juga dapat mumcul pada tipe alveolitis
ini.
a) Real alveolitis
Real alveolitis menghasilkan gejala yang khas dari dry socket dan memerlukan
b) Nonspecific alveolitis
Nonspecific alveolitis terjadi pada hari ketiga hingga keempat pasca pencabutan
gigi. Tipe ini lebih sering ditemukan dan tidak memerlukan perawatan
Beberapa teori telah menyampaikan mengenai etiologi dry socket. Hal tersebut
mencakup infeksi, trauma dan agen biokimia. 10 Etiologi yang tepat mengenai dry socket
belum dapat terdefinisikan. Namun, beberapa faktor lokal dan sistemik diketahui memiliki
Hal ini karena lebih banyak pembebasan second direct tissue activator pada
inflamasi bone marrow yang dapat terjadi jika pencabutan gigi lebih sulit dan
traumatik. Pencabutan gigi secara bedah 10 kali lipat dapat meningkatkan insidensi
Dry socket lebih banyak ditemukan pada pencabutan gigi molar ketiga
d) Penyakit Sistemik
penyembuhan luka.
e) Kontrasepsi Oral
dengan insidensi dry socket. Selain itu, ditemukan bahwa peningkatan insidensi
f) Jenis Kelamin
dry socket. Namun, dikemukakan juga bahwa tidak ada perbedaan dalam insidensi
Dari berbagai teori, tidak ada fakta yang ditemukan pada literatur mengenai
hal ini, yang disebabkan oleh manipulasi atau tekanan negatif jika mengisap
h) Infeksi bakteri
Banyak studi yang mendukung bahwa infeksi bakteri merupakan faktor utama
dan Streptococcus mutans pada dry socket menunjukkan penyembuhan luka yang
lambat dari daerah bekas pencabutan gigi setelah inokulasi mikroorganisme ini
insidensi dry socket. Dikemukakan bahwa frekuensi dry socket meningkat dengan
berkurang.
k) Saliva
terjadinya dry socket. Namun, belum ditemukan bukti secara ilmiah yang
Fragmen sisa tulang atau akar dan debris dapat menyebabkan terganggunya
Bukti mengenai hubungan antara hal ini dengan insidensi dry socket masih
4. Patogenesis
Artikel Birn di antara tahun 1963 dan 1973 mengemukakan mengenai patofisologi dry
Studi klinis dan eksperimental oleh Birn dalam jurnal “Review Article
fibrinolitik pada alveolus dengan dry socket dibandingkan dengan aveolus normal. Birn
memperkuat pernyataannya bahwa lisis total atau partial dan hancurnya bekuan darah
disebabkan oleh pelepasan mediator selama inflamasi oleh aktivasi plasminogen direct
Ketika mediator dilepaskan oleh sel-sel pada tulang alveolar pasca trauma,
plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang menyebabkan pecahnya bekuan darah
oleh disintegrasi fibrin. Perubahan ini terjadi oleh adanya proaktivator selular atau
direct (fisiologik) dan indirect (nonfisiologik) aktivator dan juga telah dibagi ke dalam
Aktivator intrinsik berasal dari komponen plasma, seperti aktivator factor XII-
berasal dari luar plasma dan termasuk aktivator jaringan dan plasminogen endothelial.
Aktivator jaringan plasminogen paling banyak ditemukan pada mamalia, termasuk pada
substansinya dihasilkan dari interaksi antara bakteri dengan plasminogen dan bentuk
Rasa sakit yang khas pada dry socket berhubungan dengan pembentukan
senyawa kinin di dalam alveolus. Kinin mengaktifkan terminal nervus primer afferen
yang peka terhadap mediator inflamasi dan susbtansi allogenik lainnya yang pada
konsentrasi 1ng/ml dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat. Plasmin juga
antibiotik lokal dapat mengurangi dry socket, sehingga tidak konsisten dengan konsep
mengenai aktivator jaringan. Hal tersebut telah diketahui bahwa produk bakterial
fibrinolisis. Oleh sebab itu, implikasi bahwa bakteri sebagai penghasil plasmin telah
dibuat.
darah tanpa menghasilkan gejala klinis yang khas pada infeksi, seperti kemerahan,
bengkak atau terbentuknya pus dan sebelumnya telah diisolasi dari dry socket.
periodontal dan dapat menghasilkan bau busuk yang khas dari dry socket.
sedangkan bakteri rongga mulut lainnya pada umumnya hanya memiliki aktivitas yang
minim. T. denticola merupakan koloni yang belakangan ditemukan pada rongga mulut
dan berimplikasi lebih lanjut karena dry socket jarang ditemukan pada anak-anak.
Apabila diperhatikan terdapat tahap yang bersamaan secara histologis pada proses
penyembuhan socket dari hasil biopsi yang dilakukan pada luka bekas pencabutan.
Tahap I
Koagulum
Dibentuk ketika terjadi hemostatis, terdiri dari eritrosit dan leukosit dengan jumlah yang
Tahap II
Jaringan Granulasi
proliferasi dari sel – sel endothelial, kapiler – kapiler dan beberapa leukosit dan selama 7
Tahap III
Jaringan Konektif
Mula – mula berada pada bagian tepi socket, selama 20 hari setelah pencabutan
menggantikan jaringan granulasi. Jaringan konektif yang baru terdiri dari sel – sel, kolagen
Tahap IV
Pertumbuhan Tulang
Dimulai pada hari ke 7 setelah pencabutan, dimulai dari tepi dasar socket, pada hari ke 38
setelah pencabutan biasanya sudah terisi dengan tulang muda, selama 2 – 3 bulan tulang telah
menjadi mature dan terbentuk trabekula, setelah 3 – 4 bulan maturasi tulang telah lengkap
seluruhnya.
Tahap V
Perbaikan epithelial
Dimulai ketika terjadi penutupan luka 4 hari setelah pencabutan dan biasanya akan selesai
setelah 24 hari. Penyembuhan socket secara signifikan dipengaruhi oleh usia dan individual.
Pada individu berusia 2 dekade aktivitas histologi penyembuhan socket yaitu sekitar 10 hari
setelah pencabutan dan pada individu berusia 6 dekade atau lebih yaitu sekitar 20 hari setelah
pencabutan.(Andreasen 1997).
6. Terapi :
Secara keseluruhan perawatan Dry Socket adalah secara paliatif yaitu : Terapi lokal dan
1. Terapi lokal
a. Pembuangan sisa - sisa jaringan nekrotik dari bekuan darah dengan pengirigasian
b. Membuat perdarahan baru dibawah lokal anastesi dan antibiotika. Perawatan sesudah
c. Pembuangan sisa - sisa jaringan nekrotik dan socket diirigasi dengan larutan garam
hangat
Pencegahan dry socket dapat berupa farmakologikal dan non farmakologikal. Non
menghilangkan faktor risiko6. Pencegahan dry socket yang dapat dilakukan baik dengan
pemberian obat topikal seperti tetrasiklin. Agen sistemik seperti vitamin B, C, metronidazol
ataupun dengan penggunaan agen non-antibiotik seperti saline dan obat kumur klorheksidin4.
Berbagai metode dan teknik yang diusulkan di seluruh literatur yang ada untuk
1. Antibiotik sistemik.
Antibiotik sistemik dilaporkan efektif untuk mencegah dry socket meliputi penisilin,
klindamisin, eritromisin, dan metronidazol. Penggunaan rutin pra sistemik dan / atau
bakteri resisten, mungkin hipersensitivitas, dan kehancuran yang tidak perlu dari tuan rumah
commensals.
2. Antibiotik topikal.
Sejumlah besar penelitian telah dilakukan untuk menguji efektivitas obat-obatan topikal
dalam mencegah dry socket. Antibiotik yang dipelajari telah digunakan sendiri atau
dikombinasikan dengan dosis dan formulasi yang berbeda. Seperti yang diperkirakan ada
kekurangan dari konsistensi dan studi sangat sedikit yang setuju. Di antara banyak antibiotik
yang dipelajari, tetrasiklin topikal telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Metode
laporan yang disampaikan termasuk bubuk, larutan suspensi, tirisan kasa, dan spons gelfoam
(lebih disukai). Namun, efek samping termasuk reaksi benda asing telah dilaporkan dengan
3. Klorheksidin.
klorheksidin 0,12% mengurangi frekuensi dry socket setelah pengangkatan molar ketiga
mandibula. Ragno dkk. ditemukan sebanyak 50% pengurangan kejadian dry socket pada
pasien yang berkumur dengan larutan klorheksidin. Caso dkk. setelah meta-analisis dari studi
yang tersedia disimpulkan bahwa berkumur klorheksidin 0,12% pada hari operasi dan selama
Pencegahan dry socket mensyaratkan bahwa trauma dokter bedah dan meminimalkan
kontaminasi bakteri di daerah operasi. Dokter bedah harus melakukan operasi dengan
sayatan bersih atraumatik dan refleksi jaringan lunak. Setelah prosedur bedah, debridement
luka harus tuntas dan irigasi larutan saline dengan jumlah besar. Sejumlah kecil antibiotik
(misalnya, tetrasiklin) pada soket sendiri atau pada spons gelatin dapat membantu untuk
mengurangi kejadian dry socket dalam molar ketiga rahang bawah. Insiden dry socket juga
dapat dikurangi dengan bilasan pra operasi dan pasca operasi dengan larutan kumur
antimikroba, seperti klorheksidin. Terkendali dengan baik studi menunjukkan bahwa kejadian
dry socket setelah operasi molar ketiga impaksi mandibula dapat dikurangi hingga 50%.
Perawatan untuk dry socket dapat dilakukan dengan irigasi menggunakan saline
jangka waktu 7-10 hari untuk membentuk jaringan granulasi yang baru. Pemberian
a. Zn oxide / eugenol, campuran ini diulas pada kassa lalu dimasukkan ke dalam socket.
Selain dapat meredakan rasa sakit, dapat juga merupakan antimikroba yang luas, pada
c. Setiap penggantian kassa socket selalu diirigasi dengan larutan garam. Keuntungan
Zn eugenol :
1) Sebagai antiseptik.
2) Memproteksi bare bone dari iritasi seperti sisa makanan, saliva dan mencegah sisa
2. Terapi Sistemik
a. Pemberian analgesik dan anti inflamasi untuk mengurangi rasa sakit dan
meminimalkan pembengkakan.
b. Penggunaan antibiotik spektrum luas dan untuk kuman anaerob seperti metronidazole
Daftar pustaka
Andreasen, J.O, et all., Textbook and Color Atlas of Tooth Impactions, Copenhagen : Mosby.
Peterson L.J, Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed, Sint Louis : Mosby. 2003, p 236 – 237
Pedlar Jonathan, Oral and Maxillofacial Surgery, London : Churchill Livingstone 2001, p 44
–45