Anda di halaman 1dari 12

TELAAH JURNAL

Diabetes mellitus in classical trigeminal neuralgia:


A predisposing factor for its development

Oleh:
Monica Trifitriana 04084821719206
Muhammad Nafil Fauzan 04054881618005

Pembimbing:
dr. Henry Sugiharto, Sp.S

DEPARTEMEN NEUROLOGI
RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2017
TELAAH KRITIS JURNAL

1. Judul Jurnal
Diabetes mellitus in classical trigeminal neuralgia: A predisposing factor for
its development

2. Pendahuluan
Neuralgia trigeminal (TN) didefinisikan sebagai episode rasa nyeri
berulang yang tiba-tiba, biasanya uni-lateral, parah, singkat, menusuk,
berulang dalam distribusi satu atau lebih cabang saraf trigeminal. Sebagian
besar kasusnya adalah Classic Trigeminal Neuralgia (CTN) tanpa etiologi
yang dapat dijelaskan.
Prevalensi diabetes yang lebih tinggi pada kasus neuralgia trigeminal telah
dicatat di klinik kami dan didokumentasikan dalam beberapa laporan
percontohan. Seperti diketahui semua, Painful Diabetic peripheral Neuropathy
(PDN) adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus yang paling umum
(DM), yang mempengaruhi 10 -26% penderita diabetes. Manifestasi nyeri
lebih banyak terjadi di ekstremitas bawah dan lebih sering terjadi pada pasien
yang menderita diabetes kronis yang tidak terkontrol. Namun, keterlibatan
saraf kranial kelima telah dijelaskan dalam beberapa artikel. Dengan
demikian, sangat menarik mengingat terjadinya diabetes mellitus dikaitkan
dengan peningkatan neuralgia trigeminal klasik atau hanya kondisi yang ada
bersama.
Analisis retrospektif bertujuan untuk menghubungkan teori antara
neuralgia trigeminal klasik dan diabetes melitus untuk menyelidiki apakah
DM mengarah pada risiko neuralgia trigeminal klasik yang lebih tinggi.

3. Metode
Penelitian retrospektif melibatkan satu kelompok neuralgia trigeminal
klasik dan satu kelompok kontrol, yang keduanya dipilih dari rekam medik

2
rawat inap Rumah Sakit Stomatologis Tianjin dari (3-2005) sampai (12-2010).
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit Stomatologis Tianjin.
Pasien yang riwayat kesehatannya dan Presentasi klinis memenuhi definisi
International Headache Society untuk neuralgia trigeminal klasik oleh fakultas
disertakan. Karakteristik neuralgia trigeminal dievaluasi termasuk usia, jenis
kelamin, sisi dan cabang. Dari subkelompok pasien neuralgia trigeminal klasik
ini, mereka yang memiliki diagnosis diabetes dianggap mempengaruhi
neuralgia trigeminal klasik dan DM.

Untuk kelompok kontrol, jumlah orang yang jenis kelamin dan usia yang
cocok dengan tanpa neuralgia trigeminal klasik diperoleh dari catatan medis
yang ada. Semua pasien dengan DM didiagnosis oleh dokter mereka.

2.1. Analisis statistik


Analisis dilakukan dengan software SPSS 20.0. Uji Chi-kuadrat dilakukan
untuk menghitung nilai P. Level ɑ 0,05 dianggap signifikan secara statistik

3
4. Hasil
Penelitian ini telah dilakukan pada 256 pasien neuralgia trigeminal klasik
dan kesamaan dari usia dan jenis kelamin yang sesuai dengan kontrol (162
wanita, 94 Pria). Usia pasien bervariasi antara 31 sampai 93 tahun dengan
rata-rata 65,2 ± 11,2 tahun pada saat presentasi. Pada kelompok neuralgia
trigeminal klasik, onset usia puncak adalah antara dekade kelima dan ketujuh
dari kehidupan, Wanita paling terpengaruh dengan rasio 1.72: 1 dibandingkan
Pria, keterlibatan sisi kanan terjadi pada frekuensi yang lebih besar, dan
bagian mandibula paling sering dilibatkan (ciri klinis Neuralgia trigeminal
ditunjukkan pada Tabel 1).
56 pasien dengan neuralgia trigeminal klasik menderita DM, dan
prevalensi DM pada kasus neuralgia trigeminal klasik adalah 21,9%. Pada
kelompok kontrol, 33 pasien yang mengalami DM, oleh karena itu, prevalensi
DM pada kontrol adalah 12,9% (Prevalensi kasus neuralgia trigeminal klasik
dan kontrol dengan DM ditunjukkan pada Tabel 2). Perbedaan prevalensi DM
pada kasus neuralgia trigeminal klasik versus controls ditemukan signifikan
secara statistik dengan Chi-squaretest (P = 0,01). Odds ratio riwayat DM pada
kasus Neuralgia trigeminal klasik adalah 1,89 (Confidence Interval 95% 1,18-
3,03)

5. Diskusi
Neuralgia trigeminal klasik merupakan keadaan yang tidak memiliki bukti
objektif defisit motorik atau sensorik dan tidak berhubungan dengan gangguan
yang lain menurut klasifikasi terbaru dari International Headache society [9].
Rasa sakit sebagian besar terjadi secara unilateral, lebih sering terjadi di sisi
kanan, jenis kelamin wanita, cabang mandibularis dan/atau maksilaris dari
nervus trigeminal[8,10], tren yang sama sesuai dengan yang didapat pada
penelitian kami.

4
Dalam beberapa laporan yang ada, Xu menemukan kejadian DM yang
lebih tinggi dalam kasus neuralgia trigeminal klasik, Collis meninjau 30
pasien dengan neuralgia trigeminal dan menemukan 10 diantaranya memilliki
gula darah tinggi yang menandakan diabetes, Finestone mencatat pada 92
kasus neuralgia trigeminal yang ia temukan, 12 pasien telah mengkonfirmasi
dan 21 pasien telah menduga bahwa mereka memiliki penyakit diabetes
,Takayama melaporkan kasus yang sangat tidak biasa dari neuropati bilateral
yang nyeri, melibatkan cabang oftalmikus dan maksilaris nervus trigeminal,
dengan gejala yang jelas diperparah oleh kontrol gula darah yang buruk [5-
8,1
1].

Diperkirakan 50% pasien diabetes dengan neuropati perifer melaporkan


gejala yang menyakitkan. Biasanya pasien mengeluh nyeri neuropatik mereka
sebagai "panas", "terbakar", "kesemutan", dan "seperti ditusuk-tusuk"
sebagian besar dalam distribusi "sarung tangan dan stoking", Rasa sakit
cenderung menjadi bilateral dan semakin memburuk pada malam hari [12,13].

5
Keterlibatan saraf kranial kelima pada neuropati diabetes telah dijelaskan
dalam beberapa artikel, meskipun tampaknya relatif jarang dibandingkan
keterlibatan saraf kranial ketiga, keempat, dan keenam di daerah wajah [7].
Namun hubungan pasti antara kedua penyakit tersebut belum diteliti. Dalam
survei kami, kami Telah menemukan prevalensi DM dalam kasus neuralgia
trigeminal klasik menjadi 21,9%, yaitu jauh lebih tinggi dibandingkan pada
populasi Cina 11,6% [14]. Peningkatan prevalensi DM pada kelompok
neuralgia trigeminal klasik secara statistik signifikan dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Hasil positif menunjukkan bahwa DM Merupakan faktor
risiko perkembangan neuralgia trigeminal klasik. Tingkat risiko terjadinya
neuralgia trigeminal klasik pada pasien diabetes adalah 1,89 dibanding orang
tanpa DM.

Pengetahuan terkini tentang patofisiologi dan etiologi neuralgia trigeminal


belum jelas untuk saat ini, bagaimanapun, usia, jenis kelamin, hipertensi dan
arteriovenous shunt dianggap sebagai faktor risiko [8,17,18]. Terdapat
konsensus yang menyatakan bahwa neuralgia trigeminal biasanya disebabkan
oleh demielinasi serat sensor trigeminal. Cedera perifer atau penyakit pada
saraf trigeminal yang disebabkan abnormalitas pembuluh darah, radang kronis
atau lesi lainnya berakibat pada eksitasi ektopik, transmisi efaptik, dan
terjadinya nyeri [19,20].

Kemajuan besar telah dicapai dalam penelitian patogenesis pada diabetes


yang menyebabkan neuropati. Hiperglikemia berkepanjangan, peningkatan
kadar AGE dan protein kinase C (PKC), evaluasi sitokin pro-inflamasi tertentu
termasuk IL-6 dan TNF-alfa diduga terlibat dalam kerusakan saraf perifer yang
berakibat dalam perubahan ekspresi saluran natrium sepanjang akson di neuron
nosiseptik dari ganglion dorsal akar , yang menyebabkan keluarnya neural
ektopik [15,16].

Diabetes adalah salah satu penyebab utama kerusakan saraf perifer yang
dapat mempengaruhi fungsi neuronal di seluruh tubuh. Mekanisme yang
menghubungkan DM yang meningkatkan risiko neuralgia trigeminal

6
diperkirakan karena kerusakan saraf akibat hiperglikemia dan buruknya
kontrol gula darah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi
temuan kami dan untuk secara khusus menyelidiki mekanisme patofisiologis
yang mendasari hubungan positif antara DM dan neuralgia trigeminal.

Kesimpulannya, penelitian kami menunjukkan bahwa DM adalah faktor


risiko untuk perkembangan neuralgia trigeminal klasik, penelitian lebih lanjut
diinginkan untuk secara meyakinkan mengklarifikasi hubungan positif antara
DM dan neuralgia trigeminal, yang akan lebih memberikan penjelasan yang
signifikan ke dalam patogenesis neuralgia trigeminal klasik dan menawarkan
terapi yang lebih baik di klinik.

7
Telaah Kritis
Jurnal yang dipublikasi dari Elsevier.inc ini merupakan bagian dari kedokteran
berbasis bukti (evidence-based medicine) diartikan sebagai suatu proses evaluasi
secara cermat dan sistematis suatu artikel penelitian untuk menentukan reabilitas,
validitas, dan kegunaannya dalam praktik klinis. Komponen utama yang dinilai
dalam critical appraisal adalah validity, importancy, applicability. Tingkat
kepercayaan hasil suatu penelitian sangat bergantung dari desain penelitian
dimana uji klinis menempati urutan tertinggi. Telaah kritis meliputi semua
komponen dari suatu penelitian dimulai dari komponen pendahuluan, metodologi,
hasil, dan diskusi. Masing-masing komponen memiliki kepentingan yang sama
besarnya dalam menentukan apakah hasil penelitian tersebut layak atau tidak
digunakan sebagai referensi.
Telaah kritis meliputi semua komponen dari suatu penelitian dimulai dari
komponen pendahuluan, metodologi, hasil, dan diskusi. Masing-masing
komponen memiliki kepentingan yang sama besarnya dalam menentukan apakah
hasil penelitian tersebut layak atau tidak digunakan sebagai referensi.

1. Latar belakang
Secara garis besar, latar belakang jurnal ini memenuhi komponen-
komponen yang harusnya terpapar dalam latar belakang. Dalam latar belakang
dipaparkan bahwa Prevalensi diabetes mellitus sangat tinggi pada kasus
neuralgia trigeminal terutama kejadian Painful Diabetic peripheral Neuropathy
(PDN) adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus yang paling umum,
mempengaruhi 10-26% penderita diabetes. Manifestasi nyeri lebih banyak
terjadi di ekstremitas bawah Namun, keterlibatan N. Trigeminus telah
dijelaskan dalam beberapa artikel. Oleh karena itu, perlunya dilakukan
penelitian mengenai kejadian diabetes mellitus yang dikaitkan dengan
peningkatan kejadian Neuralgia Trigeminal Klasik.

8
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menilai bahwa DM merupakan faktor
predisposisi pada kasus Neuralgia Trigeminal.

3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Pasien dengan neuralgia
trigeminal klasik terdaftar dalam kelompok studi kasus. Kelompok kontrol
terdiri dari jumlah yang sama dari subjek usia dan jenis kelamin, yang secara
acak diambil sampelnya tanpa neuralgia trigeminal. Karakteristik kasus
neuralgia trigeminal klasik dianalisis. prevalensi diabetes melitus dalam kasus
dan kontrol dihitung dengan menggunakan uji Chi-square.

4. Hasil Penelitian
Onset usia berkisar antara 31 sampai 93 pada 256 pasien yang terkena
neuralgia trigeminal klasik (162 wanita; 94 Pria) dengan usia puncak antara
dekade kelima dan ketujuh. Keterlibatan sisi kanan dan cabang mandibular
terjadi pada frekuensi yang lebih besar. 21,9% pasien dalam kelompok
penelitian terkena diabetes mellitus dibandingkan dengan kelompok kontrol
12,9%. Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus pada kelompok neuralgia
trigeminal secara statistik signifikan (P = 0,01).

5. Kesimpulan
Diabetes adalah faktor risiko perkembangan neuralgia trigeminal klasik, dan
kerusakan saraf akibat hiperglikemia bisa menjadi penghambat kedua
penyakit. Lebih banyak pekerjaan harus dilakukan untuk mengkonsolidasikan
korelasi dan untuk mengklarifikasi mekanisme dasar untuk asosiasi positif
yang akan memberikan wawasan baru tentang patogenesis neuralgia
trigeminal dan dapat membuka alat terapeutikperspektif baru.

9
Penilaian PICO VIA (Population, Intervention, Comparison, Outcome,
Validity, Importancy, Applicability)
I. Population
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medic rawat inap
dari Rumah sakit Stomatologis Tianjin dari (3-2005) sampai (12-2010) yang
disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit Stomatologis Tianjin. Data yang
diambil dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Kelompok kasus dan kelompok
control. Kelompok kasus, yaitu pasien yang riwayat kesehatannya dan
Presentasi klinis memenuhi definisi International Headache Society untuk
neuralgia trigeminal klasik. Sedangkan kelompok control, pasien yang datanya
disesuaikan dengan kelompok kasus tanpa neuralgia trigeminal klasik. Semua
pasien dengan DM didiagnosis oleh dokter mereka

II. Intervention
Penelitian ini hanya mengambil data sesuai dengan kriteria penelitian pada
kurun waktu tertentu tanpa dilakukan intervensi.

III. Comparison
Penelitian ini bertujuan untuk menilai bahwa DM merupakan faktor
predisposisi pada kasus Neuralgia Trigeminal.

IV. Outcome
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebanyak 56 pasien dengan neuralgia
trigeminal klasik menderita DM, dan prevalensi DM pada kasus neuralgia
trigeminal klasik adalah 21,9%. Pada kelompok kontrol, 33 pasien yang
mengalami DM, oleh karena itu, prevalensi DM pada kontrol adalah 12,9%.
Perbedaan prevalensi DM pada kasus neuralgia trigeminal klasik versus
controls ditemukan signifikan secara statistik dengan Chi-squaretest (P =
0,01). Odds ratio riwayat DM pada kasus Neuralgia trigeminal klasik adalah
1,89 (Confidence Interval 95% 1,18-3,03) oleh karena itu, hal ini

10
menunjukkan bahwa DM memiliki kaitan dengan kejadian Neuralgia
Trigeminal Klasik

V. Study Validity
Research questions
Is the research question well-defined that can be answered using this study
design?
Ya. Penelitian dengan menggunakan desain penelitian retrospektif pada
jurnal ini dapat menjawab tujuan dilakukannya penelitian yaitu untuk menilai
bahwa DM merupakan faktor predisposisi pada kasus Neuralgia Trigeminal.

Does the author use appropriate methods to answer their question?


Ya. Metode yang digunakan adalah studi retrospektif yaitu suatu cara
pengumpulan data dengan pengamatan dan menyatakan hubungan faktor
dengan masalah yang didapatkan dengan melihat data rekam medik.

Is the data collected in accordance with the purpose of the research?


Ya. Data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang diambil
dari 256 pasien neuralgia trigeminal klasik dan kesamaan dari usia dan jenis
kelamin yang sesuai dengan kontrol (162 wanita, 94 Pria) sehingga dapat
menjawab tujuan penelitian

Randomization
Was the randomization list concealed from patients, clinicians, and
researchers?
Pemilihan sampel dilakukan secara acak yang sesuai dengan kriteria
inklusi, yaitu dengan melihat data rekam medic rawat inap pasien yang
menderita neuralgia trigeminal klasik di Rumah Sakit Stomatologis Tianjin
dari bulan maret tahun 2005 sampai bulan desember tahun 2010.

11
Interventions and co-interventions
Were the performed interventions described in sufficient detail to be followed
by others? Other than intervention, were the two groups cared for in similar
way of treatment?
Penelitian ini hanya mengambil data sesuai dengan kriteria pada kurun
waktu tertentu tanpa dilakukan intervensi. Penelitian tidak memberikan
perlakuan khusus kepada kelompok studi.

VI. Importance
Is this study important?
Ya, penelitian ini penting karena hasil penelitian ini dapat mengetahui dan
menilai adanya kerterkaitan antara DM dengan kejadian Neuralgia Trigeminal
Klasik sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.

VII. Applicability
Are your patient so different from these studied that the results may not apply
to them?
Tidak, karakteristik penduduk Cina tidak berbeda jauh dengan Indonesia
sehingga penelitian ini dapat diterapkan di Indonesia.

Is your environment so different from the one in the study that the methods
could not be use there?
Lingkungan di Indonesia berbeda dari Negara cina. Namun, metode yang
digunakan dalam penelitian dapat diterapkan di Indonesia.

Kesimpulan: Jurnal ini valid, penting, dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat
digunakan sebagai referensi.

12

Anda mungkin juga menyukai