(POINT 7-11)
Disusun Oleh :
SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta kesehatan sehingga kelompok kami dapat menyusun makalah
dengan judul “Anatomi Patofisiologi system saraf point 7-11”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi nilai pada mata kuliah anatomi dan fisiologi yang diampu oleh dosen Dr, Hendratna
(Penyusun)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah sistem organ yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun
atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi,
aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis
berbagai proses fisiologis tubuh. Neuralgia trigeminal adalah kondisi nyeri pada wajah
bersifat kronis yang terbatas pada area nervus trigeminal. Nyeri dideskripsikan seperti
kemungkinan timbul efek sampingnya berkurang namun tidak mengubah skala nyeri
pasien. Terapi pembedahan yang paling efektif bagi pasien Neuralgia trigeminal akibat
5. Inflamasi mening?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian
dan bersifat kronik dengan karakteristik sangat parah, cepat, dan seperti
oleh arteri atau vena yang berdekatan yang melibatkan sebagian besar dari kasus
klasik atau sekunder. Karbamazepin merupakan obat lini pertama dalam terapi
Trigeminal yang dimana dimulai dari pons biasanya terjadi akibat adanya
kompresi akar saraf trigeminal yang beberapa milimeter berada setelah masuk ke
pons. 80-90% kasus Neuralgia trigeminal disebabkan oleh kompresi oleh arteri
atau vena yang berdekatan yang melibatkan sebagian besar dari kasus yakni
c. Klasifikasi
d. Manifestasi Klinis
wajah dalam waktu singkat. Nyeri akan terasa seperti tertusuk, tersetrum,
terbakar, tertekan, meledak, tertembak, tebal, dan yang lainnya. Terdapat 2 tipe
Neuralgia trigeminal yakni Tipe 1 dengan nyeri intermiten dan Tipe 2 dengan
nyeri konstan. Biasanya nyeri akan hilang sepenuhnya diantara setiap serangan
dan tidak akan dirasakan saat pasien tidur. Hal ini mengakibatkan setidaknya 1
spasme hemifasial ipsilateral. Gejalanya adalah rasa nyeri terasa seperti tersengat
setrum, kejang atau kram, atau rasa terbakar yang terus-menerus dengan
intensitas rasa sakit yang semakin intens. Pengidap dapat merasakan sakit pada
satu titik di area wajah atau menyebar ke seluruh wajah. Area yang biasanya
merasakan sakit akibat kondisi ini adalah pipi, rahang, bibir, gusi, gigi, dan
rahang. Pada kasus yang jarang terjadi, trigeminal neuralgia dapat mengenai area
mata dan dahi. Serangan rasa nyeri semacam ini secara tiba-tiba dapat
berlangsung dalam hitungan detik hingga beberapa menit dengan jeda tanpa rasa
nyeri yang menyelingi tiap episode serangan. Serangan rasa sakit yang dibarengi
rasa panas atau perih dapat berlangsung dan terjadi lebih sering serta lama.
Kondisi ini dapat berlangsung hingga beberapa hari, minggu, bulan, atau lebih
e. Diagnosis
sebagai berikut :
1) Serangan nyeri paroksismal pada daerah wajah atau frontal yang bertahan
Berawal dari trigger zone atau karena sentuhan pemicu, seperti makan,
f. Diagnosis Banding
2) Nyeri wajah atipikal, prevalensi relatif sering, durasi nyeri intermiten atau
dengan vasodilator atau alkohol, terjadi pada area orbita atau supraorbita,
g. Tatalaksana
1) Terapi farmakologis.
efikasi terbaik. Efek samping obat ini adalah tiredness, dizziness, dan
mg/hari secara bertahap dapat ditambah hingga rasa sakit hilang atau
mulai timbul efek samping dan saat remisi, obat ini dapat dikurangi
diberikan oxabazepine sebagai pilihan kedua. Dosis obat ini 600 – 3000
ditambah dengan sedatif, faintness, fatigie, dan nausea. Dosis obat ini,
untuk memperoleh efektivitas terapi yang lebih baik. Obat ini dapat
2) Terapi non-farmakologis.
Terapi non-farmakologik yang dianjurkan untuk pasien adalah konsultasi
adjuvant.
b) Terapi bedah.
c) Edukasi.
beberapa minggu atau bulan, yang diikuti dengan interval bebas nyeri.
Beberapa pasien juga memiliki saat ketika nyeri menjadi lebih buruk
h. Pemeriksaan Penunjang
klasik atau sekunder. Pencitraan CT-Scan atau MRI berguna untuk mencari
2. Pasien dengan nyeri berat dengan kedutan wajah akan menyebabkan social
a. Pengertian
Bell’s palsy merupakan kelainan paling banyak yang mengenai saraf fasialis.
Bell’s palsy memiliki ciri khas kelemahan wajah sesisi/unilateral yang terjadi
tiba-tiba dan cepat, sering dalam beberapa jam. Sampai saat ini, etiologi bell’s
palsy masih belum jelas, sehingga diperlukan studi pustaka untuk membahasnya.
Bell’s palsy didiagnosis secara klinis, yaitu ditemukannya paralisis fasialis tipe
LMN akut, mengenai otot wajah atas dan bawah, yang mencapai puncaknya
dalam 72 jam.
b. Etiologi
Terdapat lima teori utama yang dianggap menjadi penyebab bell’s palsy
yaitu struktur anatomi, infeksi virus, iskemia, inflamasi dan stimulasi dingin.
Penelitian pada nervus fasialis didapatkan penampang lintang yang lebih besar
kanalis auditori internal didapatkan lebih kecil pada bell’s palsy dibandingkan
DNA HSV-1 pada spesimen klinis (cairan endoneural saraf fasialis intra
temporal) pada pasien bell’s palsy dan adanya kemampuan HSV-1 yang dapat
setelah embolisasi fistula arterivena atau vena serebri. Pada paralisis fasialis
terlihat edema nervus fasialis dan ditemukan dilatasi saraf sebesar 12-32%. Pada
bell’s palsy terjadi perubahan histologi saraf fasialis yaitu saraf dari meatus
peningkatan ruang antar neuron. Akhir-akhir ini juga ditemukan bahwa terdapat
peningkatan rasio neutrofil limfosit pada pasien bell’s palsy dewasa dan anak.
angin dengan kecepatan yang tinggi berhubungan dengan terjadinya bell’s palsy.
c. Patofisiologi
Mekanisme bell’s palsy masih diperdebatkan selama bertahun-tahun. Pada
mendasari adalah distensi vaskuler, inflamasi dan edema dengan iskemia saraf
fasialis. Beberapa teori diajukan untuk bell’s palsy, salah satunya bell’s palsy
d. Gejala Klinis
terjadi tiba-tiba dan cepat, sering dalam beberapa jam. Pasien juga bisa
menutup mata dengan sempurna, mata kering karena tidak bisa menutup mata
yang terkena, menetesnya air liur, perubahan sensasi di wajah yang terkena,
Bell’s palsy didiagnosis secara klinis. Ciri yang ditemukan adalah paralisis
fasialis tipe LMN akut, mengenai otot wajah atas dan bawah, yang mencapai
dan kesimetrisannya dalam kondisi istirahat dan bergerak. Pasien yang masih
kesembuhan yang lama atau tidak komplit. Skala House Brackmann ini
f. Penatalaksanaan
1) Steroid
Mekanisme bell’s palsy yaitu adanya inflamasi dan edema yang
fungsi saraf fasialis (Baugh et al., 2013). Terdapat bukti sedang sampai
pada pasien bell’s palsy (level A, kelas 1), steroid memiliki keefektifan yang
selama 10 hari.
2) Antiviral
Terdapat bukti yang jelas bahwa terapi antiviral saja tidak lebih baik
daripada plasebo untuk perbaikan saraf fasialis pada bell’s palsy. Terapi
oral dalam 72 jam onset gejala bell’s palsy. Begitu pula dengan AAN
merekomendasikan pemberian antiviral ditambah steroid pada onset awal
fasialis (Level C). Pada panduan praktik klinis (PPK) neurologi pemberian
asiklovir yaitu dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari dan jika
kali/hari.
3) Perawatan mata
humidifying cover, implan kelopak mata dan toxin botulinum. Pada PPK
a. Pengertian
brachial plexus adalah kerusakan yang terjadi pada jaringan saraf brachial
plexus, akibat saraf yang tertekan, tertarik, robek, atau putus. Brachial plexus
leher, dada bagian atas, dan ketiak. Kelompok jaringan tersebut tersusun atas
dalam pergerakan dan sensor tangan, lengan, serta bahu. Cedera pada suatu
saraf akan menghasilkan efek yang berbeda dengan cedera pada saraf
bisbol. Namun brachial plexus pada bayi juga dapat terjadi saat proses
oleh korban kecelakaan kendaraan bermotor. Lebih lanjut, ada beberapa jenis
cedera. Ada dua penyebab utama kondisi ini terjadi, yaitu karena tekanan
dan tarikan. Brachial plexus karena tekanan biasa terjadi pada orang yang
lebih tua, sedangkan yang disebabkan oleh tarikan, sering dialami anak
muda.
tersebut dapat terjadi pada sebagian atau seluruh saraf. Kondisi ini lebih
karena operasi, jaringan luka dapat terbentuk ketika saraf sedang dalam
menyebabkan saraf kusut yang menghasilkan rasa sakit pada salah satu
jaringan saraf brachial plexus. Kondisi ini sering ditangani lewat operasi,
4) Brachial neuritis
munculnya rasa sakit pada bahu dan lengan bagian atas. Rasa sakit ini
Sindrom ini biasanya juga menyebar pada kaki dan diafragma (rongga
Kondisi ini terjadi saat urat saraf terpisah secara utuh dari saraf
kecelakaan. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa sakit yang amat sangat.
Terpisahnya urat saraf dari saraf tulang belakang merupakan hal yang
b. Etiologi
mengenai pleksus brakialis anak saat proses persalinan. Cedera ini dapat
olahraga, dll. Cedera saraf memiliki tingkat keparahan yang bervariasi, mulai
dari regangan ringan hingga akar saraf yang terlepas dari sumsum tulang
belakang.
1) Pola kelemahan otot atau kelumpuhan pada ekstremitas atas yang terlibat
3) Nyeri
2) Diabetes ibu
5) Persalinan berkepanjangan
risikonya
brakialis
9) Kelumpuhan Global
lengan.
d. Tatalaksana
Untuk cedera avulsi dan ruptur, tidak ada potensi pemulihan penuh
paling cepat tiga bulan setelah cedera. Perbaikan saraf primer biasanya
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Electromyography (EMG).
setelahnya.
2) Tes konduksi saraf, yang biasanya dilakukan dalam rangkaian tes EMG.
dialiri listrik. Informasi ini dapat memberi tahu dokter seberapa baik
Tes ini dapat memberi tahu dokter seberapa parah cedera telah terjadi
5) Angiogram
Tes pemindaian menggunakan cairan pewarna khusus yang disuntikkan
a. Pengertian
intermiten atau kontinyu, tertusuk, kesemutan, dan mati rasa, sensasi panas,
dengan menyebabkan gangguan yang cukup besar pada tidur, aktivitas sehari-
hari, dan kenikmatan hidup. Nyeri neuropatik kronis terjadi pada 13-26%
diabetes, 8,7% pada individu dengan gangguan toleransi glukosa, 4,2% pada
individu dengan gangguan glukosa puasa, dan 1,2% pada individu dengan
dengan nyeri diabetik neuropatik (DPN) adalah usia, berat badan, dan
c. Manifestasi Klinis
dengan keluhan kesemutan, mati rasa, rasa terbakar, jenis nyeri seperti
yang dalam di kaki atau tangan. Kondisi ini biasanya merupakan jenis
karena keterlibatan dari nerve fiber kecil dan besar (sensorimotor campuran).
sensorik diikuti dengan keterlibatan tungkai atas bagian distal, aspek anterior
batang tubuh, dan kemudian puncak kepala. Secara keseluruhan terjadi
gangguan sensasi raba ringan, kepekaan terhadap tekanan dan getaran, serta
proprioseptif sendi. Gejala biasanya muncul pada malam hari dan secara
pekerjaan, tidur, suasana hati, harga diri, rekreasi dan aktivitas social
d. Faktor Resiko
Denmark, Cina, dan Belanda (9). Tidak berkaitan dengan tingkat HbA1c,
tipe 2 dan dalam beberapa kelompok diabetes tipe 1. Faktor risiko independen
penyalahgunaan alkohol, dan usia yang lebih tua (10). Beberapa gen dapat
berkaitan dengan kondisi diabetik neuropatik, tetapi sejauh ini hanya ACE
e. Diagnosa
penilaian kekuatan otot, sensasi tusuk jarum, posisi sendi, sentuhan, dan suhu
(11). Tes getaran sebaiknya dilakukan dengan garpu tala berukuran 128 Hz.
Pemeriksaan sensorik harus dilakukan pada tangan dan kaki secara bilateral.
Pada usia tua (> 70 tahun) getaran dan refleks pergelangan kaki dapat
berkurang secara normal dan dianggap abnormal jika tidak ada daripada
praktik klinis rutin. Tes fungsi otonom yang biasa digunakan untuk diabetes
mellitus didasarkan pada tekanan darah dan respons detak jantung terhadap
neuropati. Biopsi kulit telah digunakan ketika semua tindakan lain negatif
dalam diagnosis neuropati serat kecil untuk kuantifikasi produk gen protein,
dengan kaki yang nyeri dan memiliki gangguan tes toleransi glukosa. Baru
dipindai dan gambar dari lapisan Bowman yang mengandung pleksus saraf
yang kaya diperiksa untuk dinilai kepadatan, panjang nerve fiber, dan
besar dalam menilai struktur saraf in vivo tanpa perlu biopsi saraf.
Gejala penyakit tergantung pada jenis yang dialami dan saraf mana yang
sampai terjadi kerusakan saraf yang signifikan. Berikut ini gejala penyakit
1) Neuropati Perifer
Kondisi ini memengaruhi kaki dan tungkai, kemudian diikuti oleh tangan
perubahan suhu.
d) Kelemahan otot.
sendi.
2) Neuropati Otonom
Diabetes dapat mempengaruhi saraf di salah satu area ini dan memicu
e) Kesulitan menelan.
f) Perubahan cara mata menyesuaikan diri dari terang ke gelap atau jauh
ke dekat.
dada. Gejala biasanya terjadi pada satu sisi tubuh, tetapi dapat menyebar
spesifik. Saraf terkena terletak di wajah, batang tubuh, lengan, atau kaki.
termasuk:
2) Refleks tendon.
c) Tes konduksi saraf. Tes ini mengukur seberapa cepat saraf di lengan
a. Pengertian
penderita. GBS dapat diderita baik pria maupun wanita, berbagai usia, dan tidak
pada pria berwarna kulit putih, dan angka insiden tertinggi pada usia sekitar 30-
50 tahun (usia produktif). 1-3 Data Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta menunjukkan pada akhir tahun 2010 – 2011 tercatat 48 kasus dengan
jumlah kasus bervariasi per bulan. Tahun 2012, kasus GBS di RSCM meningkat
10%. 4,5 GBS terjadi karena adanya rangsang pada sistem imun, meskipun
patogenesis yang pasti masih belum diketahui. Faktor risiko Fadlan Fadilah
Mengancam Nyawa Medula yang diduga berkaitan dengan penyakit ini yaitu
adanya riwayat infeksi bakteri atau virus. Infeksi bakteri Campylobacter jejuni
dilaporkan paling sering berasosiasi dengan GBS. Infeksi yang disebabkan virus
antara lain oleh Cytomegalovirus, virus Epstein-Barr, atau virus influenza. 6,7
Selain faktor risiko infeksi, pemberian vaksin juga dilaporkan menjadi salah satu
faktor. 9 GBS memiliki merupakan penyakit autoikun dimana sistem imun dari
penderita menyerang sistem saraf perifer dan menyebabkan kerusakan pada sel
berlangsung selama beberapa minggu dan mencapai puncak gejala dalam 2-4
minggu. 10,11 Penyakit ini mampu menyebabkan komplikasi yang fatal apabila
sistem saraf otonom dan sistem pernapasan terlibat. Masyarakat awam relatif
memiliki pengetahuan yang minim terhadap penyakit ini bahkan ada yang belum
penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang
upaya untuk mendeteksi dini, pengobatan, serta upaya rehabilitasi sehingga
b. Gejala Klinis
progresif dan didahului baal selama 2-3 minggu setelah mengalami demam. Baal
dan kelemahan terjadi dari ekstremitas bawah bagian distal kemudian menjalar
yang biasanya menyertai GBS antara lain gangguan pada N. Fasialis sisi
c. Diagnosa
protein dan jumlah sel. Profil CSF dapat menunjukkan hasil normal pada 48 jam
pertama onset GBS. Kenaikan akan terjadi pada akhir minggu kedua sampai
d. Klasifikasi
Polyradiculoneuropathy)
akson
Kriteria menurut Gilroy dan Meyer, yaitu jika memenuhi lima dari enam
kriteria berikut:
1) Kelumpuhan flaksid yang timbul secara akut, bersifat difus dan simetris
kelumpuhan motoris.
waktu 6 bulan.
4) Peningkatan kadar protein dalam cairan otak secara progresif dimulai pada
minggu kedua dari paralisis, dan tanpa atau dengan pleositosis ringan
kelumpuhan.
1) Neuropati perifer,
g. Tatalaksana
kerusakan saraf.
samping.
C. PENYAKIT PADA MYONNEURAL JUNCTION & OTOT
a. Pengertian
proksimal. Kelemahan otot yang terjadi akan memburuk saat beraktivitas dan
terhadap reseptor asetilkolin, MuSK dan LRP4. Miastenia gravis adalah penyakit
memiliki distribusi bimodal pada wanita, dengan puncak kejadian pada usia 30-
50 tahun. Pria memiliki proporsi yang lebih tinggi setelah usia 50 tahun.
Miastenia gravis sebagian besar merupakan penyakit yang dapat diobati tetapi
manifestasi klinis, penegakkan diagnosis dan pilihan terapi saat ini untuk MG
sehingga dapat meningkatkan akurasi dari diagnosis dini yang sangat berperan
atau yang memerlukan resolusi cepat seperti pada krisis miastenia dapat
menggunakan pengobatan plasmapheresis atau imunoglobulin intravena. Dapat
asetilkolin. Adapun antibodi lain yang terdapat pada pasien MG, yakni muscle-
AChR.7 Penyakit ini berhubungan dengan adanya patologi timus. Pada pasien
timus, sedangkan pada pasien dewasa sering ditemukan adanya timoma. Timus
adalah tempat produksi sel T dan akan mengalami involusi karena penuaan.
Meskipun begitu, organ ini tetap ada pada orang dewasa dan dapat menjadi situs
Klasifikasi MG tergantung pada jenis gambaran klinis dan jenis antibodi yang
1) MG onset dini, usia saat onset kurang dari 50 tahun dengan hiperplasia timus,
2) MG onset lambat, usia saat onset lebih dari 50 tahun dengan atrofi timus,
3) MG terkait timoma,
c. Patifiologi
Pada n-AChR MG, antibodi adalah subtipe IgG1 dan IgG3. Antibodi ini
mengikat reseptor n-ACh yang ada di membran postsinaptik otot rangka dan
attack complex (MAC). MAC menyebabkan degradasi pada reseptor, dan dapat
endositosis reseptor n-ACh yang terikat antibodi.6 Pada Gambar. 1 dapat dilihat
pengikatan ACh yang dilepaskan di NMJ, (D). Hal ini menyebabkan kegagalan
Pada miastenia gravis terkait MusK dan LRP4, antibodi yang terlibat
reseptor n-ACh. ACh yang dilepaskan di terminal saraf, pada gilirannya, tidak
di NMJ.
ada. Pada n-AChR MG, otot menunjukkan perubahan atrofi yang signifikan,
sedangkan pada MuSK MG, ada perubahan atrofi otot minimal dan kelainan
T dan pusat germinal. Pada MuSK MG, timus menunjukkan perubahan terkait
infiltrat dapat terlihat pada sebagian pasien. Temuan hiperplasia epitel thymus
terhadap protein otot. Pada n-AChR MG, timus menunjukkan hiperplasia epitel
dan keterlibatan ekstraparenkim dengan area sel-T dan pusat germinal. Pada
pada sebagian pasien. Temuan hiperplasia epitel thymus dan infiltrat sel T
d. Gejala
Gejala yang paling umum antara lain kelemahan otot ekstraokular, sekitar
85% pasien akan mengalami keluhan ini pada gejala awal. Keluhan pasien yang
tipe generalisata yang melibatkan otot bulbar, aksial, dan ekstremitas pada 50%
pasien dalam dua tahun.11 Kelemahan pada otot bulbar, bisa menjadi gejala
awal pada 15% pasien dan menyebabkan gejala seperti kesulitan mengunyah
atau sering tersedak, disfagia (gangguan menelan) yang muncul setelah penderita
(tripod position), suara serak, disonia serta disartria yang muncul setelah
tanpa ekspresi atau senyumnya tampak datar (myasthenic snarl), dan keterlibatan
otot leher menyebabkan leher terasa kaku, nyeri, dan sulit untuk menegakkan
proksimal (deltoid dan triseps) daripada otototot distal, dengan tungkai atas lebih
terpengaruh daripada tungkai bawah. Adapun dapat terjadi juga gejala krisis
miastenia, yang disebabkan oleh keterlibatan otot interkostal dan diafragma dan
kesulitan menarik napas. Tidak ada gejala otonom seperti palpitasi, gangguan
usus, atau kandung kemih yang terjadi pada MG karena hanya melibatkan
e. Klasifikasi
2) II Kelemahan motorik derajat ringan melibatkan otot lain selain okular Dapat
a) IIa Kelemahan motorik lebih berat pada otot ekstremitas, batang tubuh,
atau keduanya
b) IIb Kelemahan motorik lebih berat pada otot orofaring, respiratorik, atau
keduanya
3) III Kelemahan motorik derajat sedang melibatkan otot lain selain okular
derajat
a) IIIa Kelemahan motorik lebih berat pada otot ekstremitas, batang tubuh,
atau keduanya
b) IIIb Kelemahan motorik lebih berat pada otot orofaring, respiratorik, atau
keduanya
4) IV Kelemahan motorik derajat berat melibatkan otot lain selain okular Dapat
a) IVa Kelemahan motorik ebih berat pada otot ekstremitas, batang tubuh,
atau keduanya
b) IVb Kelemahan motorik lebih berat pada otot orofaring, respiratorik, atau
keduanya
kelompok
IVb
f. Pemeriksaan penunjang
1) pemeriksaan neurologis
2) elektrodiagnostik
Gejala seperti batuk setelah menelan, kebutuhan waktu yang lebih lama
untuk menyelesaikan makan, suara serak, mudah lelah saat menaiki tangga,
lambat dan sering terjadi kesalahan dalam menulis atau mengetik, gejala ini
a. Pengertian
sel-sel saraf Anda meneruskan sinyal ke sel-sel otot Anda. Sinyal-sinyal ini
cara saraf dan otot Anda berkomunikasi, sehingga otot Anda sulit digerakkan
seperti biasanya.
b. Etiologi
Kondisi ini sering dikaitkan dengan jenis kanker tertentu yang disebut
kanker paru-paru sel kecil. Sindrom ini mungkin disebabkan oleh upaya tubuh
c. Gejala
1) Otot lemah – kelemahan sering kali hilang untuk sementara waktu setelah
5) Kelelahan
6) Mulut kering
8) Kesulitan bernapas
d. Diagnosa
menderita kondisi ini. juga mungkin menjalani tes yang disebut elektromiografi,
yang menunjukkan seberapa baik otot Anda bekerja. Karena sindrom Lambert-
memesan rontgen atau CT scan paru-paru. Kondisi lain yang disebut miastenia
layanan kesehatan menemukan bahwa ada yang memiliki kondisi ini, akan
diperiksa untuk mengetahui adanya kanker paru-paru dan kanker lainnya, seperti
kanker.
e. Pengobatan
untuk membantu meningkatkan sinyal antara sel saraf dan otot.Perawatan yang
Ini menghilangkan protein sistem kekebalan berbahaya dari darah yang mungkin
f. Pencegahan
cara mencegah penyakit ini masih belum jelas. Cara terbaik untuk mengurangi
atau demam. Oleh karena itu, hindari mandi air panas dan hubungi penyedia
periksakan jika mulai mengalami tanda-tanda pilek atau flu. Berolahraga
secara teratur dan cukup tidur juga dapat membantu mengatasi gejala.
a. Pengertian
Hemiplegia adalah suatu kondisi di mana salah satu sisi tubuh tidak dapat
digerakkan sama sekali (lumpuh). Kondisi ini tergolong dalam masalah pada
sistem saraf dengan tingkat keparahan yang bervariasi pada tiap penderitanya.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah kerusakan
atau masalah pada sistem kontrol otak. Umumnya, lokasi pada otak yang
terdampak kondisi ini akan menentukan letak sisi tubuh yang mengalami
kelumpuhan. Jika otak sisi kiri yang mengalami cedera, hal tersebut
cedera atau kerusakan terjadi di otak sisi kanan, kelumpuhan akan menyerang
tubuh sisi kiri. Istilah lain dari kondisi hemiplegia adalah hemiparesis.
hemiplegia, sisi tubuh tidak dapat digerakkan sama sekali. Kelumpuhan yang
terjadi pada salah satu sisi dapat memengaruhi lengan, tangan, kaki, dan otot
wajah. kesulitan dalam beraktivitas seperti makan, berpakaian, bahkan buang air.
Hemiplegia adalah kondisi yang dapat dibagi menjadi dua jenis. Umumnya,
pembagian jenis ini didasari oleh kapan penderita mulai mengidap kondisi ini:
1) Hemiplegia kongenital
Hemiplegia kongenital adalah salah satu jenis cedera atau kerusakan otak
yang telah terjadi sebelum bayi lahir dari kandungan. Bahkan, kerusakan otak
2) Hemiplegia acquired
Pada jenis ini, kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh terjadi di satu waktu
ketika anak sudah bertumbuh besar. Salah satu kondisi atau penyakit yang
1) Kehilangan keseimbangan
2) Kesulitan berjalan
3) Kesulitan menelan
4) Kesulitan berbicara
8) Kelelahan otot
9) Kurangnya koordinasi
d. Etiologi
hemoragik) dan penyakit pembuluh darah pada cerebrum dan batang otak yang
lain yang dapat memicu terjadinya hemiplegia adalah trauma atau cedera pada
otak. Penyebab utama lainnya yang lebih tidak akut adalah tumor atau luka pada
otak, abses otak, penyakit yang menghancurkan selubung sel saraf (multiple
luka otak biasanya berada di sisi otak sebaliknya dari sisi yang lumpuh. Pada
poliovirus (poliomyelitis) atau gangguan sel saraf motorik (neuron) pada saraf
tulang belakang, batang otak dan korteks motorik (penyakit sistem motorik).
e. Tatalaksana
adalah:
5) EEG (electroencephalogram)
benar-benar pulih. Tidak ada satu jenis perawatan yang bekerja untuk semua
a) Obat-obatan
Selain itu, obat pengencer darah mungkin juga akan diresepkan oleh
lumpuh. Terapi fisik juga dapat memperkuat sisi tubuh yang tidak
terpengaruh hemiplegia dan membantu mengurangi kehilangan kendali
otot.
c) Orthosis
Orthosis atau ankle and foot orthoses (AFO) adalah alat yang dipasang
serta mengurangi rasa sakit dan risiko terjatuh atau cedera. Alat ini
d) Psikoterapi
e) Operasi ortopedi
a. Pengertian
memengaruhi gerakan dan koordinasi otot. Dalam banyak kasus, cerebral palsy
akibat kerusakan pada otak yang belum matang dan berkembang, dan paling
sering terjadi sebelum lahir (selama kehamilan). Namun, cerebral palsy juga
dapat terjadi saat proses persalinan, atau tahun pertama pasca kelahiran. Secara
dengan refleks yang berlebihan, kelenturan atau kelenturan anggota badan dan
badan. Selain itu, tanda lainnya berupa postur yang tidak biasa, gerakan yang
tidak pengidapnya sengaja, berjalan tidak stabil, atau kombinasi dari semuanya.
Cerebral Palsy terjadi akibat perkembangan otak yang tidak normal atau
kerusakan pada otak yang sedang berkembang. Ini biasanya terjadi sebelum anak
lahir, tetapi bisa juga terjadi saat lahir atau pada awal masa bayi.
Dalam banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Banyak faktor yang dapat
perkembangan otak.
Ada sejumlah faktor yang dapat menempatkan bayi pada peningkatan risiko
3) Kelahiran sungsang yang terjadi saat pantat atau kaki bayi keluar lebih dulu
4) Ketidakcocokan Rh, yang terjadi ketika golongan Rh darah orang tua yang
6) Kelahiran bayi kembar dua atau lebih (triplet) khususnya ketika salah satu
8) Tanda dan gejala penyakit ini dapat sangat bervariasi dari orang ke orang.
Cerebral palsy dapat memengaruhi seluruh tubuh, atau terbatas terutama pada
c. Gejala .
Berikut adalah penjelasan mengenai apa saja gejala cerebral palsy dari sejumlah
aspek:
paling umum.
b) Variasi dalam tonus otot, seperti terlalu kaku atau terlalu terkulai.
g) Menyukai satu sisi tubuh, seperti hanya meraih dengan satu tangan atau
b) Kesulitan berbicara.
e) Gangguan Perkembangan.
f) Keterlambatan dalam mencapai tonggak keterampilan motorik, seperti
g) Kesulitan belajar.
h) Cacat intelektual.
diharapkan.
3) Masalah lainnya
seperti:
b) Kejang (epilepsi).
c) Kesulitan mendengar.
perilaku.
bertambahnya usia.
Namun, seiring bertambahnya usia anak, beberapa gejala menjadi lebih atau
kurang jelas. Pemendekan otot dan kekakuan otot dapat memburuk jika tidak
segera tertangani.
d. Diagnosis
e. Pemeriksaan Penunjang
pada otak.
bayi muda.
f. Tatalaksana
Tidak ada obat untuk palsi serebral. Namun, ada banyak pilihan perawatan yang
1) Obat-Obatan
(Botox), atau agen lain. Suntikan perlu kamu ulang setiap tiga bulan.
Obat untuk mengurangi air liur. Salah satu pilihan adalah suntikan Botox ke
2) Terapi
a) Terapi Fisik
juga akan belajar cara merawat kebutuhan sehari-hari anak dengan aman
sulit kamu lakukan. Terapis wicara juga dapat mengatasi kesulitan makan
dan menelan.
c) Terapi Rekreasi
reguler atau adaptif, seperti menunggang kuda terapeutik. Jenis terapi ini
mendapat manfaat dari aktivitas fisik dan olahraga secara teratur untuk
E. INFLAMASI MENING
a. Pengertian
Sindrom Horner pada dasarnya merupakan suatu kondisi yang didapat akibat
bawaan dan murni turun temurun dalam beberapa kasus yang jarang terjadi.
Serabut simpatis memiliki jalur yang luas dan dapat terputus selama traversal
belakang (C8 hingga T2), atau penghentiannya dapat terjadi di perifer, pada
gangguannya.
b. Patofisiologi
akibat dari gangguan simpatis. Gejalanya bergantung pada lokasi lesi, dan
membantu mengangkat kelopak mata atas dan mempunyai suplai saraf simpatis.
superioris. Otot tarsal superior bertugas menjaga kelopak mata atas tetap
menjelaskan ptosis parsial yang terlihat pada sindrom Horner. Kelopak mata
bagian bawah mungkin sedikit terangkat karena denervasi otot kelopak mata
penyempitan pupil (miosis). Reaksi pupil terhadap cahaya dan akomodasi adalah
normal karena sistem tersebut tidak bergantung pada suplai saraf simpatis.
Anhidrosis ipsilateral, gambaran klasik lainnya, bergantung pada tingkat
mempengaruhi sisi ipsilateral tubuh sebagai suplai simpatis dari pusatnya. Wajah
ipsilateral terlibat dalam lesi yang melibatkan neuron tingkat kedua. Lesi neuron
bercabang menunjukkan keterlibatan yang sangat terbatas pada wajah (area yang
Iris heterochromia (defisiensi pigmen yang relevan pada iris di sisi yang
terkena) terlihat pada anak-anak di bawah usia 2 tahun dan merupakan bentuk
c. Penyebab
Penyebab utama sindrom Horner adalah kerusakan pada sistem saraf simpatik
yang berfungsi untuk mengatur hal-hal yang memerlukan respons cepat terhadap
jantung, dan proses pengeluaran keringat. Pada dasarnya, terdapat tiga jalur
neuron atau sel saraf yang turut dipengaruhi oleh sindrom Horner, di antaranya
adalah:
melewati batang otak dan saraf tulang belakang bagian atas. Kerusakan pada
jalur neuron ini dapat disebabkan oleh stroke, tumor, kista atau terdapat
rongga pada tulang belakang, cedera leher, dan penyakit yang dapat
saraf.
2) Neuron tingkat II: Jalur neuron yang memanjang dari ruas tulang belakang,
melewati area dada bagian atas, hingga ke bagian samping leher. Kerusakan
cedera pada dada atau leher, dan komplikasi dari operasi pada rongga dada.
4) Neuron tingkat III: Jalur saraf yang membentang dari bagian samping leher,
dan berujung pada kulit wajah serta otot-otot pada kelopak mata dan iris.
Kerusakan pada jalur saraf ini dapat terjadi akibat kerusakan pembuluh
darah di sekitar leher, tumor atau infeksi pada bagian dasar tengkorak,
kelainan pada pembuluh darah aorta sejak lahir, tumor pada sistem saraf, serta
cedera leher atau bahu yang terjadi saat proses persalinan. Pada beberapa kasus,
tidak diketahui secara pasti apa penyebab dari sindrom Horner sehingga kondisi
d. Gejala
pengidapnya. Adapun tiga gejala utama yang terjadi pada sindrom Horner adalah
sebagai berikut:
3) Anhidrosis atau tidak keluarnya keringat pada salah satu sisi wajah.
Di sisi lain, terdapat beberapa gejala tambahan yang mungkin dialami oleh
1) Sisi wajah yang terdampak sindrom Horner tidak memerah (blushing) saat
berat.
Sindrom Horner yang tidak segera ditangani dengan tepat dapat meningkatkan
1) Gangguan penglihatan.
2) Lemah otot.
3) Nyeri leher.
e. Diagnosis
riwayat cedera, riwayat penyakit, dan tindakan operasi yang pernah dijalani oleh
pasien. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa warna
dan ukuran pupil yang tidak simetris, ptosis, keringat pada salah satu sisi wajah,
digunakan, yaitu:
1) Pemeriksaan mata dengan cara meneteskan obat tetes mata yang
dapat dikonfirmasi.
melihat gangguan atau kelainan struktur, perdarahan, dan tumor pada otak.
celah sinaps).
f. Pengobatan
2. HYDROCEPHALUS (G91.9)
a. Pengertian
yang vital. Kasus ini menjadi salah satu masalah yang sering ditemukan di
ranah bedah saraf, yaitu sekitar 40% hingga 50%. Prosedur tindakan
di dalam otak. Pada keadaan normal, terdapat cairan otak yang mengisi ruangan-
penekanan sel-sel otak dan gangguan saraf. Beberapa jenis hidrosefalus, antara
lain:
b. Penyebab
otak, cedera otak yang parah, radang otak, atau radang selaput otak.
cairan serebrospinal yang diproduksi dan berapa banyak yang diserap ke dalam
aliran darah. Cairan serebrospinal ini diproduksi oleh jaringan yang melapisi
ventrikel otak. Ia mengalir melalui saluran interkoneksi dan cairan akhirnya akan
mengalir ke ruang di sekitar otak dan tulang belakang. Cairan akan diserap
Cairan serebrospinal memainkan peran penting dalam fungsi otak dengan cara:
1) Menjaga otak tetap apung, dalam artian membiarkan otak yang relatif berat
Terlalu banyak cairan serebrospinal di ventrikel terjadi karena salah satu alasan
berikut:
cairan serebrospinal, baik dari satu ventrikel ke ventrikel lain, atau dari
c. Faktor Resiko
1) Adanya perkembangan yang tidak normal pada sistem saraf pusat, sehingga
lahir prematur. Saat hamil, ibu mengalami infeksi pada rahim, sehingga
Sementara itu, jika hidrosefalus terjadi setelah anak tumbuh besar, faktor
d. Gejala
Beberapa gejala hidrosefalus kongenital yang terjadi saat bayi baru lahir, antara
lain:
1) Bayi terlihat mengantuk terus atau kurang responsif terhadap lingkungan
sekitarnya.
2) Kaki dan tangan berkontraksi terus, sehingga terlihat kaku dan sulit
digerakkan.
belum bisa tengkurap, atau umur sembilan bulan belum bisa duduk.
4) Kepala bayi terlihat lebih besar, juga bertambah besar jika dibandingkan
5) Kulit kepala bayi tipis dan pembuluh darahnya dapat terlihat dengan jelas.
pengidap.
3) Pemindaian otak dengan USG, yang relatif lebih aman dan rendah risiko,
hidrosefalus pada janin dalam kandungan atau bayi yang sudah lahir.
f. Pengobatan Hidrosefalus
serebrospinal di dalam otak. Beberapa jenis operasi yang biasa dilakukan untuk
yang dipasangkan oleh ahli bedah ke dalam kepala guna mengalirkan cairan
otak ke bagian tubuh lain dan diserap oleh pembuluh darah. Bagian tubuh
yang paling sering dipilih sebagai rute aliran cairan serebrospinal ini adalah
agar cairan otak dapat tersebar merata di seluruh bagian otak dan tidak
g. Komplikasi
otak.
3) Posisi shunt yang dipasang tidak berada di posisi yang tepat, sehingga cairan
4) Pencegahan Hidrosefalus
Ibu hamil melakukan kontrol berkala untuk mengetahui jika terjadi infeksi virus.
Ibu hamil, bayi, dan anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal yang
diberikan dokter.
a. Pengertian
Sindrom Reye adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kerusakan pada
organ hati dan otak. Sindrom ini kebanyakan menimpa anak-anak dan remaja
yang baru sembuh dari infeksi virus, seperti flu. Namun, pada kasus yang jarang
terjadi, sindrom Reye juga bisa menyerang orang dewasa. Sindrom Reye diduga
terjadi karena terganggunya proses metabolisme pada organ hati ketika anak
sedang terkena infeksi virus. Hal ini dapat menyebabkan penurunan gula darah
dan penumpukan amonia dalam darah, yang kemudian akan berdampak pada
otak. Kondisi ini dapat menyebabkan anak mengalami kejang dan hilang
kesadaran.
b. Penyebab
Sindrom Reye terjadi ketika mitokondria pada sel hati mengalami
membuat hati tidak bisa membuang racun dari dalam darah, seperti amonia.
seluruh organ tubuh dan pembengkakan di otak. Belum diketahui apa yang
mitokondria hati. Selain itu, penggunaan aspirin pada remaja yang memiliki
gangguan oksidasi asam lemak juga diduga dapat memicu terjadinya sindrom
c. Gejala
Gejala sindrom Reye biasanya muncul dalam 3–5 hari setelah anak
terserang infeksi virus, seperti batuk pilek, flu atau cacar air. Pada anak yang
1) Diare
2) Napas tersengal-sengal
Sementara pada anak-anak yang lebih tua, gejala awal sindrom Reye bisa
meliputi:
1) Lesu
2) Mudah mengantuk
4) Kejang
Diagnosis Sindrom Reye hingga saat ini, masih belum ada metode yang
disebabkan oleh penyakit lain. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
rumah sakit. Anak dengan gejala parah harus dirawat di unit perawatan
tekanan darah, suhu tubuh dan pasokan oksigen ke paru-paru. Tindakan yang
meliputi:
Begitu bengkak di otak sudah mereda, fungsi tubuh yang lain akan
sakit.
f. Komplikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neuralgia trigeminal adalah kondisi nyeri pada wajah bersifat kronis yang terbatas
pada area nervus trigeminal. Nyeri dideskripsikan seperti ditusuk-tusuk, atau seperti
terbakar. Neuralgia trigeminal dapat ditegakkan dengan diagnosa klinis, namun untuk
CT-Scan atau MRI. Karbamazepin merupakan obat lini pertama dalam terapi
tidak mengubah skala nyeri pasien. Terapi pembedahan yang paling efektif bagi pasien
komplikasi.
Bell’s palsy merupakan kelainan paling banyak ditemukan yang mengenai saraf
fasialis. Sampai saat ini, etiologi bell’s palsy masih belum jelas. Terdapat beberapa teori
yang diajukan yaitu struktur anatomi, infeksi virus, iskemia, inflamasi dan stimulasi
direkomendasikan oleh AAN adalah pemberian steroid. Secara umum, bell’s palsy
Guillain-Barré syndrome (GBS) adalah penyakit autoimun pada sistem saraf yang
biasanya beronset akut atau sub akut, dipicu oleh infeksi bakteri antesenden atau infeksi
virus antesenden, dan ditandai dengan kelemahan progresif dari ekstremitas, parestesia/
baal ekstremitas, dan arefleksia relatif atau komplit. Deteksi dini secara cepat dan tepat
sangat diperlukan dengan mengetahui faktor risiko, gejala –gejala klinis, dan penegakkan
diagnosis sehingga terapi dapat dilakukan secepatnya untuk prognosis yang baik.
fluktuatif pada otot-otot ekstra okular; bulbar, dan otot-otot proksimal. Kelemahan otot
yang terjadi akan memburuk saat beraktivitas dan membaik setelah beristirahat.
Miastenia gravis disebabkan oleh adanya autoantibodi pada membran pascasinaps pada
ditemukan pada serum pasien MG adalah antibodi terhadap reseptor asetilkolin. Adapun
antibodi lain yang terdapat pada pasien MG, yakni muscle-specific kinase (MuSK) dan
antibodi AChR dan MuSK, serta CT scan torak untuk melihat adanya timoma.
Pengobatan utama pada MG ialah inhibitor enzim kolinesterase dan agen imunosupresif.
Gejala yang resisten terhadap modalitas pengobatan primer atau yang memerlukan
menyerang koneksi antara saraf dan otot. Hal ini paling sering terlihat pada orang dengan
kanker paru-paru sel kecil atau kanker lainnya, namun juga dapat terjadi pada orang tanpa
kelelahan, dan mulut kering.Jika terdapat kanker yang mendasarinya, menemukan dan
mengobatinya adalah prioritas pertama, dan dapat memperbaiki gejala dari kondisi ini.
Perawatan lain termasuk obat-obatan untuk menekan sistem kekebalan atau membantu
Kesanda I Made Phala1, Putra Bayu Pramana Suryawan2, Wiratama Bayu Kresna3
Lampung
Khairunnisa Salsabila, Hanna Mutiara, dan Rizki Hanriko | Miastenia gravis: Etiologi,
Salsabila1, Hanna Mutiara2, Rizki Hanriko3 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
https://hellosehat.com/saraf/otak-tulang-belakang/brachial-plexus-injury/
https://www-hopkinsmedicine-org.translate.goog/health/conditions-and-diseases/lamberteaton-
syndrome?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc