Anda di halaman 1dari 28

PANDUAN BELAJAR

BLOK BIOMATERIAL DAN TEKNOLOGI


KEDOKTERAN GIGI II
(TUTOR)

disusun oleh TIM BIOMATERIAL:


1. drg. Afrida Nurmalasari M.kes
2. drg. Catur Septommy MD.Sc
3. drg. Asa Karina
4. drg. Elok Nafilah Fitri
5. drg. Daradhasih Bestari S.
RESIN KOMPOSIT
Oleh : drg. Afrida Nurmalasari M.kes
drg. Asa Karina

A. Pengertian Resin Komposit


Resin komposit adalah gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-
sifat yang unggul, atau lebih baik dari pada bahan itu sendiri, yang dapat
menghasilkan tambalan yang berwarna seperti gigi, bahkan dapat meniru warna
transparan gigi. Resin komposit biasanya terdiri dari campuran resin dan keramik.
Resin komposit merupakan bahan yang kompleks, yang pada umumnya terdiri
dari komponen organik (resin) yang membentuk matriks, bahan pengisi (filler)
inorganik, bahan interfasial untuk menyatukan resin dan filler, sistem inisiator
untuk mengaktifkan mekanisme pengerasan atau polimerisasi, stabilisator
(inhibitor), dan pigmen. Penampilan klinis komposit resin makin membaik sejalan
dengan perkembangan kekuatan bahan, kestabilan warna, kekuatan dan prosentase
bahan yang mengeras.

B. Komposisi Resin Komposit


Resin komposit berupa pasta yang mengandung:
1. Bahan matriks organik
• Bahan matriks organik kebanyakan menggunakan monomer berbentuk
cair, yang merupakan diakrilat aromatik atau alipatik.
• Bahan matrik organik:
1) Bisphenol-A Glysidylmethacrylate (Bis-GMA)
2) Bisphenol-A polyethylene glycol dieter dimethakrylat(BisEMA)
3) Urethan dimethakrylat (UEDMA)
4) Triethylen glycol dimetacrylat (TEGDMA)
• Bis-GMA dan UEDMA merupakan jenis monomer berviskositas
tinggi, karena memiliki berat molekul yang besar, yang berfungsi
untuk mengurangi pengerutan saat polimerisasi.
• Selain itu, juga terdapat monomer berviskositas rendah sebagai bahan
pengencer, dan merupakan Co-monomer, yang berfungsi sebagai
pengontrol viskositas untuk mengatasi kekakuan bahan resin komposit,
mengurangi kekentalan bahan resin komposit, sehingga mudah
diaplikasikan, seperti methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol
dimethacrylate (EDMA), dan TEGDMA
2. Bahan pengisi (filler)
• Bahan pengisi (filler) anorganik yang bersifat penguat seperti
crystalline quartz, lithium aliminosilicate, barium alminoborate silica
glass dan fused silica.
• Bahan pengisi memiliki ukuran partikel kaca antara 0,1-100 µm,
ataupun silika dengan ukuran ±0,04 µm. Jumlah bahan pengisi yang
dapat dimasukkan ke dalam matriks resin, pada umumnya dipengaruhi
oleh luas daerah permukaan bahan pengisi. Bahan pengisi akan
meningkatkan sifat bahan matriks, apabila terjadi ikatan antara partikel
pengisi dengan matriks.
• Adanya penambahan partikel pengisi pada suatu resin, memberi
banyak keuntungan bagi resin komposit. Keuntungan adanya bahan
pengisi, antara lain memperbaiki kekuatan mekanis, modulus
elastisitas, mengurangi koefisien muai panas pada waktu polimerisasi,
mengurangi kontraksi pada waktu pengerasan, meningkatkan estetik
apabila terbuat dari bahan kaca, serta untuk ketahanan terhadap
keausan. Saat ini sudah terdapat bahan pengisi yang berukuran nano,
bersifat halus, dengan ukuran partikel pengisi antara 20-75 nm.
3. Bahan pengikat (coupling agent)
• Bahan pengikat (coupling agent) adalah bahan interfasial, untuk
menyatukan matriks resin dan bahan pengisi.
• Bahan ini berfungsi untuk mengikat bahan pengisi ke matriks, dan juga
sebagai stress absorber, yang akan meneruskan tekanan dari matriks
ke partikel pengisi.
• Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat fisis dan
mekanis, serta memberikan kestabilan hidrolitik, dengan mencegah air
masuk sepanjang interfasial bahan pengisi dan resin.
• Bahan coupling yang biasanya digunakan adalah silane, seperti Vinyl
silane coumpound dan γ-methacryloxy propyl trimetoxy silane. Ikatan
yang terbentuk antara silane dengan matriks resin adalah ikatan
kovalen yang kuat, sedangkan ikatan yang terbentuk antara silane
dengan partikel bahan pengisi adalah ikatan siloxane (Si-O-Si) yang
lemah. Ikatan silane berupa ikatan senyawa ionik gugus hidroksi, dari
gugus metoksi matriks yang mengalami hidrolisis. Gugus silanol dari
bahan pengisi dan matriks mengalami kondensasi membentuk ikatan
silane dengan mengeliminasi hidrogen. Ikatan silane mempunyai
ikatan kovalen dengan hidrogen, sehingga dapat menurunkan
penyerapan air selama penggunaan klinis dengan resin komposit.
• Peran coupling yang tepat juga penting, terhadap penampilan resin
komposit, dan memungkinkan matriks polimer lebih fleksibel dalam
meneruskan tekanan ke partikel pengisi yang lebih kaku.
4. Sistem aktivator-initiator (pengaktif)
• System activator-initiator (pengaktif) merupakan bahan yang
digunakan untuk memulai proses polimerisasi, untuk mengaktifkan
mekanisme pengerasan resin komposit. Monomer methyl methacrylate
dan dimethyl methacrylate berpolimerisasi dengan polimerisasi
tambahan.
• Polimerisasi diawali dengan pembentukan radikal bebas. Radikal
bebas dapat berasal dari aktivasi kimia atau energi eksternal (panas
atau sinar).
• Resin komposit dapat diaktivasi dengan 2 cara:
1) Resin komposit yang diaktivasi secara kimia
Resin komposit yang diaktivasi secara kimia terdiri dari dua
pasta, inisiator benzoil peroksida dan amin tersier, yang apabila
kedua bahan tersebut bereaksi akan membentuk radikal bebas.
Biasanya bahan initiator adalah Benzoyl peroxida, dan bahan
aktivatornya adalah Aminatertier.
2) Resin komposit yang diaktivasi dengan aktivator sinar
Resin komposit yang diaktivasi dengan aktivator sinar tampak
menggunakan sinar ultra violet untuk membentuk radikal bebas,
dengan bahan inisiator molekul foto inisiator dan aktivator amin.
Pada saat ini sistem aktivasi sinar lebih banyak digunakan, karena
dapat meningkatkan polimerisasi resin komposit, pada lapisan yang
lebih tebal, sampai 2 mm.
Resin komposit yang diaktivasi dengan activator sinar ada 2
macam:
a. Resin komposit dengan aktivasi sinar ultraviolet, biasanya
menggunakan bahan aktivator Methyl Ether Benzoin.
b. Resin komposit dengan aktivasi sinar visible/sinar tampak,
menggunakan aktivator α – Diketone dan/atau Benzoyl
peroksida.
5. Pigment/ modifier optic resin komposit
• Pigment/ modifier optic resin komposit adalah komponen resin
komposit yang digunakan untuk mencocokkan resin komposit dengan
warna gigi. Hal ini karena resin komposit harus memiliki warna visual
(shading) dan translusensi yang dapat menyerupai gigi.
• Warna diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda, yang
terdiri dari bahan oksida logam yang berbeda, yang ditambahkan
dalam jumlah yang sedikit.
• Modifier optic akan mempengaruhi kemmapuan transmisi cahaya dari
resin komposit. Warna dan opasitas yang berbeda pada resin komposit,
memerlukan pengerasan yang berbeda saat disinari. Warna yang lebih
gelap harus diletakkan lebih tipis dari yang lebih terang, untuk
mengoptimalkan polimerisasi, karena warna dan opasitas yang
berbeda, akan berbeda pula dalam menjerap sinar yang dipakai untuk
aktivasi.
6. Inhibitor/ stabilizer
• Inhibitor/ stabilizer merupakan bahan penghambat polimerisasi, untuk
mencegah polimerisasi spontan dari monomer. Bahan ini ditambahkan
dalam konsentrasi yang rendah.
• Bahan ini ditujukan untuk mencegah polimerisai selama penyimpanan.
Bahan yang dipakai adalah Hydroquinonedan/atau Monomethyl Ether
Hydroquinone.
7. Akselerator
• Akselerator merupakan bahan yang digunakan untuk mempercepat
[roses polimerisasi.
• Bahan yang digunakan adalah tersier diaromatik amin (N,N-dimetil-P-
toluidin dan N,N-hidroksietil-P-toluidin). Pada suhu kamar bahan
bereaksi dengan benzoil peroksida dan membentuk radikal bebas pada
saat polimerisasi.

C. Klasifikasi Resin Komposit


a. Klasifikasi resin komposit berdasarkan pada ukuran rata-rata
partikel bahan pengisi utama
1. Resin Komposit Tradisional / Konvensional (Macrofillers)
• Resin komposit tradisional/ konvensional adalah komposit yang
dikembangkan selama tahun 1970-an dan sudah sedikit
dimodifikasi selama bertahun-tahun.
• Resin komposit tradisional/ konvensional (Macrofillers) memiliki
rata-rata ukuran partikel 8-12 µm. Ukuran yang agak besar
biasanya berhubungan dengan bahan pengisi yang relatif keras, dan
akan menunjukkan tekstur permukaan yang kasar. Biasanya
digunakan sebagai bahan untuk membangun pasak.
a) Komposisi
Bahan pengisi (pasi) yang paling sering digunakan adalah
bahan bubuk Quartz giling. Bahan pengisi anorganik, volume
60-65%, berat 70-80%.Kekuatan kompresi 250-300 Mpa.
Kekuatan tarik 50-65 Mpa.Modulus elastik 8-15 GPa.Koefisien
ekspansi 25-35. Penyerapan air 0,5-0,7 mg/cm2. Nilai
kekerasan Knoop 55.
b) Sifat
Kekuatan komprensif yang ditransfer kepada tekanan
partikel-partikel pasi 4-5kali lebih besar dari akrilik nirpasi.
Tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan akrilik nirpasi
tanpa pasi. Efisiensi pemuaian panas berkurang dibandingkan
dengan akrilik nirpasi. Penarikan air dan pengerutan sewaktu
polimerisasi berkurang kira-kira 2% volume.
c) Pertimbangan klinis
- Sulit untuk dipoles.
- Terjadi permukaan yang kasar disebabkan oleh abrasi dan
permukaan kasar yang terjadi selama berlangsung keausan
dari matriks resin lunak.
- Cenderung terjadi perubahan warna.
2. Resin Komposit berbahan pengisi partikel kecil
• Komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan dalam
usaha memperoleh kehalusan permukaan dari komposit. Resin
komposit berbahan pengisi partikel kecil (Small particle – filled
composite) mempunyai rata-rata ukuran partikel 1-5 µm.
• Resin komposit dengan bahan pengisi mikro tetap mempertahankan,
atau bahkan meningkatkan sifat-sifat dari komposit tradisional.
Untuk mencapai tujuan ini, bahan pengisi anorganik ditumbuk
menjadi ukuran yang lebih kecil, dibandingkan dengan yang biasa
digunakan dalam komposit tradisional/ konvensional (macrofillers).
• Resin komposit jenis ini biasanya digunakan untuk restorasi gigi
posterior.
a) Komposisi
- Mengandung lebih banyak pasi anorganik (80% berat dan
70% volume dibandingkan komposit konvensional).
Beberapa komposit partikel kecil menggunakan Quartz
sebagai bahan pengisi dan memakai kaca yang mengandung
logam berat.
- Bahan pengisi utama terdiri atas partikel tumbuk dilapisi
silane. Silika koloidal pada umumnya ditambahkan dalam
jumlah sekitar 5% berat, untuk menyesuaikan kekentalan
pasta. Bahan pengisi anorganik, volume 65-67%, berat 80-
90%.
- Kekuatan kompresi 350-400 Mpa. Kekuatan tarik 75-90
Mpa.Modulus elastik 15-20 GPa. Koefisien ekspansi 19-28.
Penyerapan air 0,5-0,6 mg/cm2. Nilai kekerasan Knoop 50-
60.
b) Sifat
- Sifat-sifatnya resin komposit lebih baik, dibandingkan
dengan komposit konvensional.
- Retensi pengunyahan menjadi lebih halus. Pengerutan pada
saat polimerisasi sama bahkan lebih kecil, dibandingkan
dengan komposit konvensional.
- Mengandung lebih banyak bahan pengisi anorganik
dibandingkan dengan komposit tradisional, sehingga lebih
tahan terhadap beban kunyah dibandingkan komposit
konvensional.
- Ketahanan terhadap keausan lebih baik dibandingkan
komposit konvensional.
c) Pertimbangan klinis
- Perbaikan kekuatan dan kandungan pasinya lebih tinggi,
sehingga digunakan pada daerah yang tekanannya besar
dan abrasi seperti kelas I dan II.
- Ukuran partikel dari beberapa komposit memungkinkan
diperoleh permukaan yang halus, untuk pemakaian gigi
anterior, tetapi bahan ini tidak sebaik komposit pasi mikro.
3. Resin Komposit berbahan pengisi mikro (Microfillers)
• Resin komposit berbahan pengisi mikro (microfillers) mempunyai
rata-rata ukuranpartikel 0,04-0,4 µm.
• Resin komposit ini dibuat dalam usaha mengatasi masalah kasarnya
permukaan pada komposit tradisional/ konvensional (macrofillers),
maka dikembangkan suatu bahan yang menggunakan partikel silika
koloidal sebagai bahan pengisi anorganik.
• Resin komposit jenis ini dari segi estetis lebih unggul, karena lebih
halus, tetapi mudah aus disebabkan partikel silika koloidal yang
cenderung menggumpal. Kekuatan kompresif dan tensilnya sedikit
lebih tinggi, dibandingkan dengan komposit konvensional. Namun,
resin komposit ini memiliki kelemahan, yaitu ikatan partikel komposit
dan matriks yang lemah, sehingga mempermudah pecahnya suatu
restorasi. Biasanya digunakan untuk karies kelas III, IV, V (restorasi
gigi anterior).
a) Komposisi
- Komposisi resin komposit berbahan pengisi mikro digunakan
partikel silika koloidal sebagai bahan pengisi anorganik.
Persiapan dari bahan pengisi prapolimerisasi mencakup
menambahakan silika koloidal dilapisi silane 60-70% berat
(sekitar 50% volume), kedalam monomer pada temperatur yang
sedikit dinaikkan, untuk menurukan kekentalannya. Sementara
pengisi dengan cermat diaduk kedalam resin, pasta komposit
dikeraskan dengan panas menggunakan inisiator benzoil
peroksid tradisional. Derajat konversi resin adalah sekitar 80%
komposit, yang telah dikeraskan, kemudian ditumbuk menjadi
partikel yang berukuran lebih besar dari partikel quartz, yang
digunakan dalam komposit tradisional.
- Partikel prapolimerisasi seringkali disebut bahan pengisi
organik, suatu istilah yang secara teknik tidak benar, karena
mengandung bahan pengisi anorganik berpersentasi tinggi.
Partikel komposit ini bersama-sama dengan penambahan silika
koloidal dilapisi silane, kemudian diaduk kedalam matriks
resin untuk membentuk pasta komposit. Bahan pengisi
anorganik, volume 20-55% , berat 35-60%. Kekuatan kompresi
250-350 Mpa.Kekuatan tarik 30-50 Mpa. Modulus elastik 3-6
GPa. Koefisien ekspansi 50-60. Penyerapan air 1,4-1,7
mg/cm2. Nilai kekerasan Knoop 5-30.
b) Sifat
- Mempunyai sifat fisik dan mekanis lebih rendah daripada
komposit konvensional.
- Mempunyai ketahanan terhadap keausan.
- Memberikan permukaan poles yang baik, tetapi tidak sesuai
untuk restorasi dengan kontak beban yang besar. Menghasilkan
permukaan akhir yang halus yang diharapkan untuk restorasi
estetik seperti kelas III dan IV.
- Peningkatan pengerutan saat kontraksi.
c) Pertimbangan klinis
Pada daerah tumpatan kelas I , II, dan IV cenderung terjadinya
fraktur/ pecahnya tumpatan lebih besar, karena terlepasnya ikatan
pasi komposit. Karena permukaannya halus, sering digunakan
untuk restorasi estetika gigi anterior yang kurang menahan beban,
dan untuk menambal daerah sub-gingival.

4. Resin komposit hybrid


• Resin komposit hybrid mengandung campuran partikel tadisional/
konvensional (macrofillers) dan microfillers yang dibuat untuk
mengoptimalkan sifat mekanis dan sifat permukaan.
• Kategori bahan resin komposit ini dikembangkan, dalam rangka
memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik, daripada resin
komposit partikel kecil dan mempertahankan sifat resin komposit
partikel kecil tersebut.
• Resin komposit hybrid dipandang sebagai bahan yang memiliki
estetika setara dengan resin komposit berbahan pengisi mikro, untuk
penggunaan restorasi anterior.
• Resin komposit hybrid memiliki rata-rata ukuran partikel 0,6-1,0 µm.
• Daya tahan terhadap fraktur dari resin komposit ini baik, dan lebih
tahan abrasif. Dapat dipulas dengan baik (tidak sebaik microfillers),
dan memiliki warna yang stabil. Mengandung dua macam filler,
microfiller dan macrofiller, sehingga mempunyai sifat fisik dan
mekanik diantara komposit konvensional/ macrofiller dan microfiller.
Resin komposit ini dapat digunakan untuk semua kelas karies, tetapi
khususnya untuk restorasi gigi anterior (kelas IV), karena mempunyai
permukaan yang halus dan kekuatan yang baik.
a) Komposisi
- Terdapat dua jenis partikel pengisi dalam komposit hybrid,
yaitu tediri atas silika koloidal dan partikel kaca yang
dihaluskan yang mengandung logam berat. Bahan pengisi
anorganik, volume 60-65% , berat 75-80%.
- Kekuatan kompresi 300-350 Mpa. Kekuatan tarik 70-90 Mpa.
Modulus elastik 7-2 GPa. Koefisien ekspansi 30-40.
Penyerapan air 0,5-0,7 mg/cm2. Nilai kekerasan Knoop 50-60.
b) Sifat
- Sifat mekanik dan fisik untuk sistem ini, pada umumnya berkisar
antara bahan komposit tradisional dan komposit berbahan pengisi
partikel kecil. Namun, sifat-sifat tersebut umumnya lebih unggul,
dibandingkan komposit berbahan pengisi mikro. Karena parikel
yang dihalukan mengandung sejumlah logam berat, bahan tersebut
lebih radiopak dibandingkan dengan email.
- Radiopak adalah sifat penting untuk bahan yang digunakan untuk
restorasi posterior, guna mempermudah diagnosis karies
kambuhan.
c) Pertimbangan klinis
Karena kehalusan permukaan dan memiliki kekuatan yang
baik, resin komposit tersebut banyak digunakan untuk restorasi
anterior. Resin komposit ini juga banyak dipakai pada restorasi gigi
posterior, yang harus menahan beban kunyah yang besar,karena
perbedaannya dengan komposit berbahan pengisi partikel kecil
hanya sedikit.

5. Resin komposit nano


• Resin komposit nano memiliki ukuran filler 20-75 nm.
• Resin komposit ini mengandung partikel nanomer dan nanokluster.
Nanomer mengandung silika 25-70 nm, dengan tambahan silane, yang
berikatan sempurna dengan matriks resin. Nanokluster mengandung
SiO2, dengan ukuran partikel 0,4-1 nm, sehingga dapat mengurangi
celah intersisial. Sifat fisik yang lebih baik dapat menjadikan resin
jenis ini mudah dipulas.

D. Sifat- Sifat Resin Komposit


a) Keuntungan
• Estetiknya baik, karena menyerupai gigi asli / kompetitif.
• Tahan terhadap tekanan / kekuatan baik.
• Permukaan halus.
• Mudah dimanipulasi.
• Bisa digunakan pada gigi anterior dan posterior.
• Jarang terjadi keausan, karena mempunyai daya absorbsi air yang
rendah.
• Pengerasannya/ proses polimerisasinya diaktifkan dengan sinar,
sehingga mempermudah operator dalam penumpatan, sehingga
operator dengan mudah membuat kontur gigi tersebut.
b) Kekurangannya :
• Waktu yang dibutuhkan untuk penumpatan lebih lama.
• Terjadi pengerutan (shrinkage) pada waktu pengerasan.
• Pada pemakaian waktu yang lama sering dijumpai / terjadi abrasi.
• Harganya mahal.

E. Indikasi dan Kontraindikasi Resin Komposit


a) Indikasi:
• Lesi interproksimal (Klas III) pada gigi anterior.
• Lesi pada permukaan fasial gigi anterior (Klas V).
• Lesi pada permukaan fasial gigi premolar.
• Hilangnya sudut insisal gigi.
• Fraktur gigi anterior.
• Membentuk kembali gigi untuk mendukung restorasi tuang.
• Lesi oklusal dan interproksimal gigi posterior (Klas I dan Klas II).

b) Kontraindikasi:
• Lesi distal dari Premolar.
• Tambalan rutin untuk posterior.
• Pasien dengan insidens karies tinggi serta kebersihan mulut tidak
terjaga.

F. Polimerisasi/ Pengerasan Resin Akrilik


a) Macam polimeriasi (ada 3)
1) Polimerisasi secara kimiawi (mengeras sendiri)
- Tidak membutuhkan peralatan peralatan tambahan, tetapi
pencampuran dua komponen menyebabkan terjadinya porositas
serta waktu kerja yang terbatas.
- Dipasok dalam 2 pasta, satu mengandung inisiator benzoil
peroksida dan lainnya aktivator aminaterrier (N,N- dimetil-p-
toluidin),bila kedua pasta diaduk, aminatertier bereaksi dengan
benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas.
2) Polimerisasi dengan penyinaran
Memberikan waktu kerja yang panjang, pengerasan dapat diatur
dan stabilitas warna yang lebih baik. Tetapi membutuhkan sumber
sinar, memiliki keterbatasan kedalaman pengerasan dan peningkatan
suhu selama proses pengerasan dapat mencapai 400.
Polimerisasi resin komposit diaktifkan dengan sinar. Resin ini akan
cepat mengeras bila diaktifkan dengan sinar. Dalam polimerisasinya
resin ini memerlukan alat Visible light cure (VLC) atau sinar tampak.
Alat ini akan mentransmisikan sinar dengan panjang gelombang yang
tepat ke daerah tambalan melalui pengarah sinar yang berbentuk dari
bundel-bundel serat optik. Keuntungan dari VLC adalah proses
pengerasan cepat, dalam dan dapat diandalkan.
Waktu penyinaran jangan kurang dari 40-60 detik. Setiap periode
dengan ketebalan 2,0-2,5 mm tergantung pada warna dan daya
translusensi resin, jarak sumber sinar, cukup jauh dari permukaan
komposit dan apakah proses curing berlangsung dengan cara
menembus ataupun tidak melalui jaringan lain (sebagai contoh,
jaringan enamel atau dentin) dapat dipastikan akan mengeras meskipun
melalui lapisan enamel bagian labial atau lingual. Kedalaman
peletakan bagian material harus dikurangi untuk material dengan
warna lebih gelap, dengan pucuk sumber sinar harus pada jarak
tertentu dari resin atau jika cure harus diusahakan dengan menembus
ataumelalui jaringan gigi. Salah satu masalah istimewa adalah
mendapatkan pengeraan yang sesuai untuk bagian basis dari gingival
wall pada kavitas kelas II. Sejumlah alat penyinaran curing memiliki
pengarah sinar yang dapat diganti, dari serat optik dengan diameter
pucuk kecil untuk memungkinkan bagian pucuk dari alat pengerasan
dapat sedekat terhadap permukaan resin. Intensitas sinar juga penting,
untuk itu letak ujung alat penyinar harus diletakkan sedekat mungkin
dengan permukaan tumpatan 1-2,5 mm tanpa menyentuhnya, dengan
demikian sinar dapat menembus lapisan tersebut, dengan ketebalan
material resin komposit 1,5-2 mm. Jika jarak sumber sinar mencapai 5-
6 mm, maka sinar yang diterima oleh material resin komposit tidak
dapat mempolimerisasi resin komposit secara optimal, yang secara
langsung akan menyebabkan penurunan sifat fisik dan mekanik.
Polimerisasi yang tidak sempurna pada resin komposit dapat
menurunkan kekerasan, kekuatan, dan stabilitas warna, serta
penyerapan air
Untuk kavitas yang dalam harus ditambal selapis demi selapis, dan
tiap bagian dikeraskan dengan sinar terlebih dahulu sebelum bagian
berikutnya ditambahkan.
Komposit yang diaktifkan dengan sinar dipasok dalam pasta
tunggal (mengandung 2 komponen sistem inisiator yaitu diketon dan
tertiary amine) dalam suatu semprit. Radikal bebas pemulai reaksi,
terdiri atas molekul foto-inisiator dan aktivator amina tertier, terdapat
dalam pasta tunggal ini. Bila kedua komponen dibiarkan tidak terpapar
sinar, komponen tersebut tidak berinteraksi. Namun, pemaparan
terhadap sinar dengan panjang gelombang (468 nm) merangsang
fotoinisiator (camphoroquinone) dan interaksi dengan aminatertier
untuk membentuk radikal bebas yang mengawali polimerisasi.Hingga
saat ini tersedia tiga tipe sumber sinar, yaitu:
i) Halogen tungsten kuarsa (quartz tungsten halogen/ QTH)
Tipe QTH merupakan yang paling banyak digunakan walaupun
dua tipe alat sinar yang lebih baru yaitu PAC dan LED,
memberikan keuntukngan teoriti misalnya kecepatan dan
kedalaman pengerasan, mudah dibawa kemana- mana, masalah
masa kerja dan reliabilitas sumber sinar.
ii) Sinar lengkung plasma (plasma arch light/ PAC)
iii) Sinar yang memncarkan dioda (light emiting dioxide/ LED).
3) Polimerisasi ganda
✓ Proses pengerasan dimulai dengan sumber sinar konvensional
tetapi dilanjutkan secara kimiawi untuk memastikan polimerisasi
pada seluruh restorasi.
✓ Menggabungkan komponen pengerasan biasa (kimia) dan dengan
sinar dalam bahan yang sama. Bahan tersebut sudah tersedia secara
komersial dan mengandung 2 pasta pengerasan sinar, salah satu
pasta mengandung benzoil peroksida, sementara aminatertier
ditambahkan pada pasta yang lain, ketika diaduk kedua pasta
tersebut dan kemudian disinar, baik pengerasan sinar maupun
pengerasan biasa (kimia) dicapai dengan bahan yang sama.
✓ Sistem aktivasi ganda ini sering dianjurkan untuk sementasi inlay
keramik yang mungkin terlalu tebal untuk ditembus sinar guna
mendapat perubahan monomer yang memuaskan.

b) Faktor yang mempengaruhi polimerisasi:


Intensitas sinar, posisi sinar, dan arah sinar, ketebalan bahan restorasi,
serta lamanya waktu penyinaran. Penyinaran yang kurang akan
mengakibatkan mengerasnya lapisan luar saja, dan menghasilkan lapisan
yang lunak pada bagian dasar.
Pada proses polimerisasi akan terjadi reaksi adisi, dan monomer-
monomer yang mengandung ikatan rangkap saling bergabung, satu
monomer masuk ke monomer lain, dan membentuk rantai panjang. Produk
yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi, mengandung semua atom
dari monomer awal. Polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari
reaksi polimerisasi, disertai dengan pemutusan ikatan rangkap, diikuti oleh
adisi dari monomer-monomernya, yang membentuk ikatan tunggal. Dalam
reaksi ini, tidak disertai terbentuknya molekul-molekul kecil, seperti H2O
atau NH3.
Gambaran struktur kimia monomer ethylene

c) Reaksi polimerisasi terjadi dalam tiga tahap


1) Inisiasi
Untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator, dan
adisi molekul monomer, pada salah satu radikal bebas yang terbentuk.
Apabila kita nyatakan radikal bebas yang terbentuk dari inisiator
sebagai R’, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2,
maka tahap inisiasi dapat digambarkan seperti pada gambar II.4.

Tahap Inisiasi

Resin komposit disediakan oleh reaksi rantai tambahan


polimerisasi radikal bebas, dengan pembukaan satu ikatan rangkap,
yang dapat mengakibatkan pembentukan radikal bebas lain, yang dapat
memecah dan bergabung di ikatan rangkap lain, sehingga
menghasilkan radikal bebas lagi. Hal ini merupakan mekanisme yang
sederhana. Kelompok vinil metil metakrilat rentan terhadap
pemecahan oleh radikal bebas, mengakibatkan terbukanya ikatan-π,
pembentukan dari ikatan-σ baru ke satu karbon, dan penyusunan
tunggal (yaitu tidak berpasangan) elektron pada atom karbon pusat.
Proses inisiasi polimerisasi resin komposit

2) Propagasi
Dalam tahap ini, terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal
monomer, yang terbentuk dalam tahap inisiasi. Apabila proses
dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dengan ikatan
rangkap -C = C- dalam monomer etilen, akan berubah menjadi ikatan
tunggal -C – C- pada polimer polietilen.

Tahap propagasi

Radikal bebas yang baru adalah sama dalam hal kemampuan


pemecahan satu ikatan ganda, dengan cara yang sama persis, dan
menghasilkan ikatan radikal lainnya, dan seterusnya. Proses reaksi
berulang dari jenis yang sama disebut propagasi rantai, pada gambar
II.7. Hal ini dapat dilihat karena sebagian besar bagian molekul di
sekitar elektron baru, menyebabkan efek penghambat sterik, untuk
pemecahan terhadap ikatan rangkap berikutnya, sampai yang lebih
besar, dan dapat dipastikan bahwa hampir semua pemecahan
menghasilkan residu metil metakrilat, yang dihubungkan oleh
jembatan metilen, -CH2-. Rantai polimer membawa radikal bebas
aktif, cara ini disebut rantai tumbuh atau hidup. Radikal propilen yang
terbentuk akan menyerang monomer propilen lainnya secara terus
menerus, dan membentuk radikal polimer yang panjang, Pada tahap ini
tidak terjadi pengakhiran, polimerisasi terus berlangsung, sampai tidak
ada lagi gugus fungsi yang tersedia untuk bereaksi. Cara penghentian
reaksi yang biasa dikenal adalah dengan penghentian ujung, atau
dengan menggunakan salah satu monomer secara berlebihan.

Proses propagasi polimerisasi resin komposit

3) Terminasi
Tahapan ini adalah proses penghentian rantai polimer, dengan
cara penggabungan dua rantai polimer yang masih mengandung
radikal, proses terminasi dapat dimulai dengan cara kombinasi dan
disproporsionasi. Kombinasi terjadi ketika pertumbuhan polimer
dihentikan oleh elektron bebas, yang berasal dari dua rantai yang
tumbuh, yang bergabung dan membentuk rantai tunggal.
Disproporsionasi menghentikan reaksi propagasi, ketika radikal bebas
mengambil atom hidrogen dari rantai aktif.

Proses terminasi polimerisasi resin komposit


Tahap terminasi dapat terjadi melalui reaksi antara radikal
polimer, dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator,
(R’) CH2 - CH2 + R’ = CH2 - CH2 – R’
atau antara radikal polimer yang tumbuh dengan radikal polimer
lainnya, sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul
tinggi.
R’- (CH2)n - CH2º + ºCH2 - (CH2)n - R’ → R- (CH2)n - CH2 CH2 - (CH2)n - R’

G. Teknik Penyinaran Resin Komposit


Keluaran sinar dari unit cahaya penyinaran dirancang untuk menghasilkan
intensitas sinar, yang cukup besar untuk penyinaran bagian yang lebih dalam
dari bahan komposit. Penggunaan intensitas sumber sinar sering menyebabkan
pembentukan gap marginal. Saat ini, sulit untuk memastikan bahwa adaptasi
yang sempurna pada dinding kavitas akan terjadi, karena adanya kontraksi
polimerisasi akibat tekanan diinduksi ke dalam bahan resin komposit saat
polimerisasi. Terdapat dua kategori teknik yang umum digunakan untuk
penyinaran polimer, yaitu continuous cure dan discontinuous cure.
Continuous cure mengacu pada light cure yang menyala terus menerus,
sedangkan discontinuous cure mengacu pada low intensity atau sinar rendah,
digunakan untuk memulai polimerisasi secara lambat, yang memungkinkan
resin komposit mengalir dari permukaan restorasi bebas (tidak terikat),
terhadap struktur gigi yang terikat. Hal ini akan mengurangi stress
polimerisasi pada tepi restorasi. Untuk menyelesaikan proses polimerisasi,
intensitas sinar dari siklus curing berikutnya sangat meningkat, untuk
menghasilkan intensitas yang dibutuhkan untuk polimerisasi optimal
• Teknik penyinaran continuous cure meliputi :
a. Hight-energy pulse cure
Metode ini menggunakan penyinaran dalam waktu singkat
(10detik) dan intensitas yang sangat tinggi (900-2800 mW per cm2),
yaitu 3-6 kali rapat daya normal, dalam waktu lebih singkat, dan
mungkin memastikan polimerisasi lebih menyeluruh.
b. Uniform continuous
Intensitas sinar konstan diterapkan, mulai dari awal penyinaran
pada resin komposit, hingga akhir penyinaran resin komposit.
c. Step cure
Pada metode ini, pertama resin komposit di sinari dengan intensitas
rendah, kemudian melangkah ke intensitas tinggi, masing-masing
untuk jangka waktu yang ditetapkan.
• Teknik penyinaran discontinuous cure meliputi :
a. Pulse delay cure
Teknik penyinaran pulse delay curing, merupakan teknik curing
dengan meningkatkan intensitas dari kecil ke besar, menghasilkan
shrinkage dan berpotensi mengoptimalkan polimerisasi. Teknik pulse
delay, Pertama resin komposit disinari, kemudian diikuti dengan jeda
3-5 menit, dan penyinaran kedua dengan intensitas sinar yang lebih
besar, dan durasi yang lebih lama. Sinar dengan intensitas rendah
memperlambat laju polimerisasi, yang memungkinkan shrinkage
terjadi sampai material menjadi kaku. Penyinaran yang kedua, untuk
menyelesaikan polimerisasi resin komposit.
b. Light curing intermittent
Merupakan penyinaran pada komposit dalam siklus sinar dan
lampu mati. Periode on - off sinar dapat memodifikasi kinetika
polimerisasi resin komposit, dengan pengurangan atau modifikasi
dalam distribusi stress.

H. Efektivitas penyinaran
Efektivitas penyinar bergantung pada:
- Ketebalan resin komposit (maksimal 2 mm) secara bertahap, aplikasi harus
layer by layer (selapis demi selapis).
- Kualitas alat sinar → Intensitas alat penyinaran
→ Beberapa sinar terpengaruh oleh usia bola lampu.
Ganti bola lampu sumber inar setiap 6- 12 bulan.
- Jarak alat sinar terhadap permukaan tumpatan (ujung alat sedekat
mungkin dengan bahan komposit) karena udara meredam berkas sinar
cahaya.
- Waktu penyinaran / waktu penyinaran (efektifitas bahan komposit
selama 40 detik)
- Operator, perawat, dan pasien harus menggunakan pelindung yang
aman, minta pasien untuk menutup matanya, serta perawatan
memalingkan muka.
- Panjang gelombang. Semakin besar intensitas sumber sinar, semakin
besar kedalaman pengerasan.
- Warna (warna muda / translisen, maka sinar lebih dalam)
- Penyinaran melalui struktur gigi akan mengurangi efektivitasnya
polimerisasi berjalan selama 20 menit yaitu mencapai 75%,
selanjutnya berjalan lambat sampai 2 hari.

I. Perlekatan Komposit
Dulunya sewaktu masih memakai sinar halogen berwarna biru,
perlekatannya mikromekanikal. Tapi seiring berjalannya waktu perlekatan
komposit menjadi nanomekanikal, karena tidak lagi memakai sinar halogen,
tetapi menggunakan sinar LED, dimana sinar LED ini bisa menghasilkan
porositas pada waktu setting lebih kecil dibanding menggunakan sinar
halogen, dan kekuatan untuk menembus ketebalan resin komposit juga lebih
besar dibanding sinar halogen (sinar halogen dapat menembus 1-1,5 mm,
sedangkan sinar LED dapat menembus ketebalan resin sebesar 2-2,5 mm).

J. Aplikasi Bahan Restorasi Resin Komposit


1) Self cured composite :
Kadang- kadang juga disebut sebagai cold curing atau chemical
curing. Komposit ini berpolimerisasi secara kimia. Self cured diawali
dengan pengadukan kedua pasta. Selama proses pengadukan, hampir tidak
mungkin mencegah masuknya gelembung uadara kedalam adukan.
Gelembung udara ini mengandung oksigen yang menyebabkan
penghambatan oksigen selama polimerisasi. Pengerasannya memerlukan
waktu beberapa menit. Masalah lain cold curing adalah operator tidak
memiliki pengendalian waktu kerja setelah bahan diaduk. Jadi,
memasukkan bahan dan pembentukan kontur restorasi harus diselesaikan
begitu tahap inisiasi selesai.

2) Light cured composite :


Komposit ini berpolimerisasi dengan menggunakan sinar (sinar ini
mengaktifkan sistem inisiator). Komposit dengan pengerasan sinar
memiliki keuntungan dengan memungkinkan operator dengan
menyelesaikan baik pemasukkan bahan maupun pembentukan kontur
restorasi sebelum pengerasan dimulai. Bila pengerasan sudah dimulai
diperlukan hanya 40 detik waktu pengerasan sampai suatu bahan dengan
ketebalan 2 mm benar-benar mengeras. Keuntungan lainnya adalah bahan-
bahan tersebut tidak begitu sensitif dengan oksigen. Meskipun demikian
bahan tersebut juga memiliki keterbatasan, bahan ini harus dimasukkan
sebagian-sebagian, sedikit demi sedikit bila kavitas melebihi 2 mm, dan
memerlukan lebih banyak waktu dalam menumpat kavitas yang lebih dari
2mm. Kerugiannya adalah mengkerut bila terpapar sumber sinar/ dalam
tahap polimerisasi.

K. Dentin Conditioner
a. Dentin conditioner berfungsi:
- Menghilangkan smear layer (debris).
- Meningkatkan permeabilitas dentin.
- Merubah sifat kolagen dentin.
- Meningkatkan wettability permukaan → basah → perlekatan lebih
baik.
b. Primer (Adhesion promoter) berfungsi:
- Membasahi permukaan (surface wettability).
- Meningkatkan penetrasi monomer.
- Melekatkan monomer ke dentin.
c. Etsa Asam
• Etsa asam diaplikasikan setelah liner.
• Bahan yang digunakan adalah asam phosfat 30-50%.
• Etsa asam berfungsi :
- Sebagai pembentuk mikroporositas pada enamel sehingga enamel
dan resin komposit mempunyai daya lekat yang kuat.
- Membantu prosedur perlekatan polimer ke enamel.
- Mempersiapkan permukaan enamel (perlekatan bahan tumpatan).
- Melarutkan kalsium bagian terluar dari enamel sehingga dapat
berkontak langsung dengan permukaan enamel.
• Aplikasi etsa asam :
Permukaan enamel yang teretsa memiliki energi permukaan yang
tinggi, sehingga memperkuat perlekatan antara resin dengan
permukaan enamel dengan cara, resin tersebut melekat atau masuk
pada mikroporusitas yang terdapat pada permukaan enamel yang
teretsa tersebut. (Etsa asam membentuk lembah dan puncak
mikroporusitas pada permukaan enamel, yang membuat resin terkunci
secara mekanis pada permukaan enamel tersebut.
• Cara pengaplikasiannya adalah
1) Masa pemberian etsa. Masa atau waktu ini harus cukup untuk
menyebabkan pemberian etsa dengan efektif yang dapat dibuktikan
dari adanya penampilan putih seperti kapur, pada bagian yang
dirawat dari enamel setelah pencucian dan pengeringan. Pemberian
etsa tidak berlangsung lama. Fungsi pemberian etsa adalah untuk
melarutkan apatit guna pengendapan ulang fosfat ke dalam
permukaan yang telat terestsa. Ulaskan etsa asam pada enamel gigi
dengan menggunakan microbrush atau dapat menggunakan cotton
pellet dan pinset. Pemberian etsa yang digunakan secara normal
antara 10 – 60 detik.
2) Tahap pencucian. Setelah pemberian etsa, permukaan enamel harus
dicuci dengan air untuk membuang debris atau kotoran akibat etsa
dengan menggunakan semprotan air pada tri way syringe. Masa
pencucian pada umumnya 60 detik.
3) Tahap pengeringan. Pada proses pengeringan, enamel akan dilapisi
dengan suatu resin bersifat hidrofobik (takut terhadap air,
contohnya BisGMA), jika udara kompresor yang bebas atau tanpa
minyak digunakan untuk memberikan suatu penampilan putih
seperti kapur. Permukaan ini harus dijaga dalam status tetap kering
seperti ini hingga penempatan resin.
d. Bonding
Bonding diaplikasikan setelah etsa benar- benar bersih. Bonding
diulaskan pada enamel dan akan mengalir pada mikroporositas yang telah
terbentuk karena pengaplikasian etsa asam. Bonding resin berfungsi untuk:
- Berpenetrasi ke tubuli dentin (smear layer bersih).
- Berpenetrasi ke intertubuler dentin membentuk hybrid layer- resin
reinterfacceddentin.
- Berikatan dengan bahan restorasi komposit untuk menambah
perlekatan antara enamel dengan resin komposit yang lebih kuat, yaitu
dengan membasahi mikroporositas yang dibuat oleh etsa asam. Setelah
pengaplikasian bonding maka dilakukan penyinaran selama 10 – 15
detik.
• Bonding to enamel:
1) Adhesi semen polyalkenoate.
2) Perlekatan polimer melalui teknik etsa pada enamel
(micromechanical inter locking).
• Bonding to dentin:
1) Adhesi semen polyalkenoate.
2) Perlekatan bonding bahan komposit melalui pemakaian chemical
coupling agent. (Tidak dilakukan etsa → irritasi jaringan pulpa).
• Dentin bonding sistem terdiri dari:
a) Dentin conditioner.
b) Primer (Adhesion promoter).
c) Bonding resin.
• Aplikasi adhesive bonding agent:
1) Sebagai fissure sealant
Pada enamel yang masih baik belum ada karies.
a) Sealant kebanyakan berupa difunctional monomer + diluent
monomer untuk mengurangi viskositas.
- Sebagai opacifier untuk memudahkan deteksi klinis.
- Polimerisasi secara kimia dan penyinaran.
- Teknik etsa pada enamel.
b) Semen polyalkenoate
- Sebagai fissure sealant.
- Sebagai tumpatan.
2) Untuk melekatkan alat ortodontik
Menggunakan teknik etsa pada enamel.
3) Restorative adhesive
a. Dengan bahan dasar dimethacrylate untuk:
- Restorasi edge
- Estetic coating (mottled enamel, stain enamel) dengan
teknik etsa.
b. Tooth resin coupling
Bonding agents (enamel-dentin).
c. Abrasi/ atrisi/ erosi → open dentin (klas V)
- Semen polyalkenoate (glass ionomer).
d. Jembatan dengan direct bonding.

L. Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Menetukan Restorasi


Komposit
• Pertimbangan biologis :
1) Tidak mengiritasi jaringan pulpa dan gingival.
2) Toksisitas rendah.
3) Tidak larut dan erosi dalam saliva / cairan
• Sifat mekanis: kuat / keras ,modulus elastisitas, dan tidak mudah abrasi
• Sifat termis: Koefisien panas sebaiknya sama dengan dentin dan enamel.
• Sifat estetik: Baik / menyamai warna gigi, tidak cepat berubah warna.
• Perubahan dimensi kecil.
• mudah dipulas dan licin.
• Radiopaque.
• Keuntungan restorasi komposit daripada amalgam:
1) Estetiknya baik, karena menyerupai warna gigi asli.
2) Mudah dimanipulasi.
3) Selain bisa digunakan pada gigi posterior komposit juga bisa
digunakan pada gigi anterior.
4) Tidak akan mengalami korosi.
5) Toksisitas resin komposit lebih rendah.
6) Komposit tidak mengiritasi jaringan pulpa dan gingiva karena tidak
mengandung merkuri.
DAFTAR PUSTAKA KOMPOSIT

1. Cabe John F Mc, 2008. Applied Dental Material., 9th edition., Hongkong:
Blackwell Publishing., p 196 – 213; 216 – 224; 225 – 238.
2. Schmalz Gottfried and Bindslev DA, 2009. Biocompatibility of Dental
Materials., Berlin: Springer., p 99 – 101.
3. Nicholson Johnw, 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials.,
UK: RS.C., p 149 – 158.
4. O’Brien William, 2002. Dental Materials and Their Selection., 3rd edition.,
Michigan: Quintessence Publishing., p 202 – 228.
5. Bonsor SJ and Pearson GJ, 2018. A Clinical Guide to Applied Dental
Materials., UK: Elsevier., Chapter 7.
6. Linna Jukka PM and Mittal KL, 2009. Adhesion Aspects in Dentistry., Boston:
VSP., p 3 -17; 35 – 46.
7. Shalaby SW and Salz Ulrich, 2007. Polymers for Dental and Orthopedic
Applications., Boca Raton: CRC Press., p 13 – 31; 49 – 51.
8. Manappallil, 2010. Basic Dental Material., 3rd edition., UK: BB Jaypee., p
120 – 151.
9. Mitchell Christina, 2008. Dental Material In Operative Dentistry., London:
Quintessence Publishing., p 12 – 42 (Chapter 1).
10. Noort Richard V, 2013. Introduction to Dental Materials., 4th edition.,
Sydney: Elsevier., p 73 – 92; 113 – 125.
11. Sakaguchi RL and Powers JM, 2012. Craig’s Restorative Dental Materials.,
United States: Elsevier., p 161 – 182; 190 – 191.
12. Gladwin Marcia and Bagby Michael, 2013. Clinical Aspects of Dental
Material., 4th edition., Philadelphia: Wolters Kluwer., p 394 – 400 (Chapter
36).
13. Vallittu Pekka, 2013. Non-metalic Biomaterials For Tooth Repair and
Replacement., Philadelphia: Woodhead Publishing., p 235 – 252.

Anda mungkin juga menyukai