Teori Diare
A. Definisi Diare
Diare merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami buang air dengan
frekuensi sebanyak 3 atau lebih per hari dengan konsistensi tinja dalam bentuk cair, Diare
adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes
RI 2011). Diare adalah buang air besar pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan
air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan peningkatan frekuensi defekasi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang,
2014). Berdasarkan ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa diare adalah buang
air besar dengan bertambahnya frekuensi yang lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih
dengan konsistensi cair.
B. Gejala diare
Tanda dan gejala awal diare jika pada anak ditandai dengan anak menjadi
cengeng, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi
dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut jantung cepat,
tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat badan menurun,
turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa
dkk, 2014).
1) Gejala umum yang terdiri dari berak cair atau lembek dan sering (gejala khas diare),
Muntah biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut, anak menjadi cengeng,
gelisah, dan demam dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare, gejala
dehidrasi yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, berat badan turun, dan karena seringnya defekasi, anus
dan sekitanya lecet karena tinja makin lama menjadi makin asam akibat banyaknya asam
laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
2) Gejala khusus yaitu vibrio cholera (diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan
berbau amis) dan disenteriform dimana tinja berlendir dan berdarah.
C. Penyebab Diare
Menurut Kemenkes RI (2010), penyebab diare secara klinis dapat dikelompokkan
menjadi 6 golongan yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi
parasite), malabsorpsi, alergi, keracunan immunodefisiensi, dan sebab-sebab lainnya.
Diare disebabkan infeksi dan keracunan merupakan penyebab yang sering ditemukan
di masyarakat atau secara klinis.
a. Faktor Gizi.
Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian diare.
Kebanyakan anak – anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga besar
dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak punya penyediaan air
bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, pendidikan orang tuanya yang rendah dan
sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan.
c. Faktor lingkungan.
Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap kejadian diare,
interaksi antara agent penyakit, manusia dan faktor – faktor lingkungan, yang
menyebabkan penyakit perlu diperhatikan dalam penanggulangan diare.
D. Pencegahan Diare
Pencegahan diare sedari dini juga diperlukan, yaitu seperti memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan kemudian diteruskan sampai 2 tahun, memberikan makanan
pendamping ASI sesuai usia, memberikan minum air yang sudah di rebus, menggunakan
air bersih yang cukup, mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar, buang air besar di jamban, membuang tinja bayi dengan benar dan
memberikan imunisasi campak.
Reference:
Sumampouw, Oksfriani. 2017. Diare Balita Suatu Tinjauan Dari Bidang Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Deepublish.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2203/3/3.BAB%20II.pdf