Anda di halaman 1dari 22

INTEGRASI

TENAGA
KESEHATAN
Dosen Pengampu : Apt, Reza Rahmawati, S.Farm., M,Clin,Pharm
ANGGOTA KELOMPOK 1

1. Shafira Anggia Dini (F1G018001)


2. Afra Wafiqah Azhar (F1G020001)
3. Valiza Nasya Faatihah (F1G020008)
4. Faruqi Rafifah Huwaida (F1G020016)
5. Nadia (F1G020020)
6. Amey Putri Karini (F1G020024)
7. Ghina Jaisy Putri (F1G020026)
8. Nola Ericka Salsabila (F1G020037)
9. Alia Permata Sari Minara (F1G020041)
10. Messy Retno Tria Falupi (F1G020044)
11. Rahmat Osama Ramadan (F1G020013)
12. Galuh Sekar Salindri (F1G020011)
DIARE
Pengertian
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar
dengan feses tidak berbentuk (unformed stools) atau cair
dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare
berlangsung kurang dari 2 minggu, di sebut sebagai diare akut.
JENIS-JENIS DIARE
1 2
Berdasarkan lama diare Berdasarkan mekanisme patofisiologik
1. Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang 1. Diaresekresi
dari 14 hari Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan
2. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih elekrtolit dari usus, menurunnya absorbs. Ciri khas pada
dari 14 hari dengan kehilangan berat badan atau diare ini adalah volume tinja yang banyak.
berat badan tidak bertambah (failure to thrive) 2. Diareosmotik
selama masa diare tersebut. Diare osmotic adalah diare yang disebabkan karena
meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus
yang disebabkan oleh obat- obat/zat kimia yang
hiperosmotik seperti (magnesium sulfat, Magnesium
Hidroksida), mal absorbs umum dan defek lama absorbi usus
missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.
Penyebab Diare
Secara klinis penyebab diare dapat
dikelompokkan dalam 6 golongan besar
yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri,
virus atau infestasi parasit), malabsorpsi,
alergi, keracunan, imunodefisiensi dan
sebab-sebab lainnya. Penyebab yang
sering ditemukan di lapangan ataupun
secara klinis adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011).
Penyebab dari penyakit diare itu sendiri
antara lain virus yaitu Rotavirus (40-60%),
bakteri Escherichia coli (20- 30%),
Shigella sp. (1-2%) dan parasit Entamoeba
hystolitica (Ragil dan Dyah, 2017).
Gejala Diare
Gejala klinis yang ditemukan pada pasien
diare akut ialah buang air besar cair, demam
dan muntah dengan tanda vital normal
(Aman et al., 2015).
Faktor Resiko
Faktor risiko diare dibagi menjadi 3 yaitu faktor karakteristik individu, faktor perilaku pencegahan, dan
faktor lingkungan.

01 02 03
Faktor karakteristik individu yaitu Faktor perilaku pencegahan
Faktor lingkungan meliputi
umur balita <24 bulan, status gizi diantaranya, yaitu perilaku mencuci
kepadatan perumahan, ketersediaan
balita, dan tingkat pendidikan tangan sebelum makan, mencuci
sarana air bersih (SAB), pemanfaatan
pengasuh balita. peralatan makan sebelum digunakan,
SAB, dan kualitas air bersih (Utami
mencuci bahan makanan, mencuci
dan Luthfiana, 2016).
tangan dengan sabun setelah buang air
besar, dan merebus air minum, serta
kebiasaan memberi makan anak di luar
rumah.
Pencegahan
Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:
a. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada
lima waktu penting:
1) Sebelummakan.
2) Sesudah buang air besar (BAB).
3) Sebelum menyentuh balita anda.
4) Setalah membersihkan balita anda setelah buang air besar.
5) Sebelum proses menyediakan atau menghidangkan makan untuk
siapapun.
b. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah
melalui proses pengolahan. Seperti air yang sudah dimasak
terlebih dahulu, proses klorinasi.
c. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya
ditempatkan ditempat yang sudah sesuai, supaya makanan
anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa, kutu, dll).
d. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya,
sebaiknya anda meggunakan WC/jamban yang bertangki septik
atau memiliki sepiteng
Waspadai Dehidrasi

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit
osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang.
Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat
mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti
cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui infus (Kemenkes RI, 2011).
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan Umum : baik
- Mata : Normal
- Rasa haus : Normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
Lanjutan

b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang


Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Keadaan Umum : Gelisah, rewel
- Mata : Cekung
- Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
- Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit
seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
- Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
- Mata : Cekung
- Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
- Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus (Kemenkes RI, 2011).
Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah
a. Pemberian cairan: jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah
pemberianya.
- Cairan per oral. Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan
NaCL dan NaHCO3, KCL dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90
mEq/L.
- cairan parental. Pada umumnya cairan ringer laktat (RL) selalu tersedia di fasilitas kesehatan dimana saja.
- Pemberian cairan pasien malnutrisi energi protein (MEP) tipe marasmik. Kwashiorkor dengan diare dehidrasi berat,
misalnya dengan berat badan 3-10 kg, umur 1bln-2 tahun, jumlah cairan 200 ml/kg/24jam. Kecepatan tetesan 4 jam
pertama idem pada pasien MEP.Jenis cairan DG aa. 20 jam berikutnya: 150 ml/kg BB/20 jam atau 7 ml/kg BB/jam
atau 1 3⁄4 tetes/kg/BB/menit ( 1 ml= 15 menit) atau 2 1⁄2 tetes /kg BB/menit (1 ml=20 tetes). Selain pemberian cairan
pada pasien-pasien yang telah disebutkan masih ada ketentuan pemberian cairan pada pasien lainya misalnya pasien
bronkopneumonia dengan diare atau pasien dengan kelainan jantung bawaan, yang memerlukan caiaran yang
berlebihan pula. Bila kebetulan menjumpai pasien-pasien tersebut sebelum memasang infuse hendaknya menanyakan
dahulu pada dokter.
b. Dietetik (cara pemberian makanan).
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg jenis makanan:
- Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandug laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron
atau sejenis lainya)
- Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah
tidak biasa.
- Susu kusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan missalnya susu yang tidsk mengandung laktosa atau
asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
Lanjutan
c. Obat-obatan.
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan cairan
yang mengandung elektrolit dan glukosa atu karbohidrat lain (gula,air tajin, tepung beras dan sebagainya). (Ngastiyah,
2014)
 
d. Terapi farmakologik
1) Antibiotik
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare diberikan setelah diketahui penyebab diare
dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan darah pada tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosocomial 

2) Obatantipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/
kali) selain berguna untuk menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan
yang keluar bersama tinja.

3) Pemberian Zinc
Pemberianzinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat keparah diare, mengurangi frekuensi buang air
besar (BAB), mengurangi volume tinja, serta menurunkan.
Cara Membuat Oralit

Cara membuat larutan gula-garam :


Bahan terdiri dari 1 sendok teh gula pasir,
seperempat sendok teh garam dapur dan 1 gelas
(200 cc) air matang. Setelah diaduk rata pada
sebuah gelas diperoleh larutan gula- garam yang
siap digunakan.
Jumlah Respondent
22 orang
Hasil Pretest
No Nama Skor
1 Aprida yanti rahim 40
2 yennirahim 50
3 Suryani mita 30
4 Gonong samosir 30
5 Arif alamsyah siregar 40
6 Ikmal aziz 40
7 Octa rinam 40
8 Wahyu apriani 50
9 Widya berutu 40
10 Yogi Pratama kesogihen 40
11 Sabrina salsa 20
12 Lidia tumangger 40
13 Dea melinda simamora 40
14 Allya lestari berutu 30
15 Farhan pratama 50
16 Basa ariep 60
17 Maya elisae 30
18 Dapit sanjaya 40
19 Renita solin 30
20 Dwi wulandari 30
21 Tesa pebiani 50
22 Disfin Sanusi 30
Rata-rata Nilai 38,6
Hasil Post Test
No Nama Skor
1 Tesa pebiani 20
2 Yenni rahim 60
3 Sabrina salsa 40
4 Aprida yanti rahim 50
5 Yohi pratama kesogihen 60
6 Ikma laziz 60
7 Meilin ika 60
8 Maya elisae 50
9 Gonong samosir 60
10 Dapit sanjaya 40
11 Farhan pratama 60
12 Basa ariep 50
13 Dwi wulandari 40
14 Surya nimita 60
15 Arif alamsyah siregar 60
16 Wahyu apriani 60
17 Renita solin 60
18 Lidiat umangger 60
19 Widya berutu 60
20 Dea melinda simamora 60
21 Allya lestari berutu 60
22 Octa rinam 50
Rata-rata Nilai 50,9
Pembahasan
A. Tingkat Pengetahuan Respondent Sebelum Diberi Materi
Perlakuan Sebelum dilakukan perlakuan secara umum berdasarkan jumlah jawaban benar dari kuesioner
yang diajukan dapat diketahui bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan sedang dan baik yaitu sebanyak
17 responden memiliki pengetahuan buruk dan sebanyak 5 responden memiliki pengetahuan yang bagus.
Sebelum dilakukan perlakuan hanya beberapa responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai
diare. Sebagian besar dari responden tidak mengetahui tanda bahaya dari diare yaitu dehidrasi.

B. Tingkat Pengetahuan Respondent Sesudah Diberi Materi


Pengetahuan respondent tentang diare sesudah diberikan perlakuan mengalami peningkatan tidak ada
responden memiliki tingkat pengetahuan yang buruk. Responden dengan tingkat pengetahuan sedang sebanyak
4 responden. Dan terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada responden yang memiliki tingkat pengetahuan
baik, yaitu sebanyak 21 responden. Pengetahuan mengenai pengertian, penyebab, cara penularan, gejala dan
tanda, serta cara pencegahan diare telah baik. Sedangkan, pengetahuan responden mengenai tanda bahaya diare
dan pengobatan pertama diare secara umum telah mengalami peningkatan yang sangat baik.
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya,


didapatkan bahwa pemberian materi dapat meningkatkan
pengetahuan tentang diare pada respondent, baik tentang
pengertian diare, penyebab diare, gejala dan tanda diare,
pencegahan diare, serta pengobatan pertama ketika diare. Selain itu,
juga didapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan anak jalanan sebelum dan sesudah diberi pendidikan
kesehatan berupa penyuluhan, diskusi, dan simulasi.
Daftar Pustaka
Aman, M. C., Manoppo, J. I. C., & Wilar, R. (2015). Gambaran Gejala Dan Tanda Klinis Diare Akut
Pada Anak Karena Blastocystis Hominis. e-CliniC, 3(1).

Amin, L. Z. (2015). Tatalaksana diare akut. Cermin Dunia Kedokteran, 42(7), 504-508.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Lintas Diare. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare Di Indonesia. Jakarta : Kemenkes RI.

Ragil, D., & Dyah, Y. P. (2017). Hubungan antara pengetahuan dan kebiasaan mencuci tangan
pengasuh dengan kejadian diare pada balita. Journal of Health Education, 2(1), 39-46.

Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-faktor yang memengaruhi kejadian diare pada anak.
Jurnal Majority, 5(4), 101-106.

Wulandari, A. (2012). Penanganan diare di rumah tangga merupakan upaya menekan angka
kesakitan diare pada anak balita. Jurnal Health and Sport, 5(2).
Lampiran
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai