Anda di halaman 1dari 18

1.

Kasus
Masalah utama: Diare
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Gatroenteritis adalah buang air besar dengan frekuenssi yang tidak normal
(meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Gastroenteritis
adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan khususnya lambung dan
usus. Infeksi ini dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu virus (rotavirus, norovirus,
hepatitis A), bakteri (Salmonella, Campylobacter, Shigella), dan parasit (Giardia,
Cryptosporidium) (Government of Western Australia Departement of Health,
2017). Diare merupakan gangguan Buang Air Besar (BAB) ditandai dengan BAB
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah.
Diare pada anak merupakan permalahan kesehatan yang penting di negara
berkembang termasuk di Indonesia. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi
pemasukan maka akan terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi.

Menuurut hartati dan Nurazila (2018 ) Berdasarkan derajat dehidrasi maka diare
dapat dibagi menjadi:
1) Diare tanpa dehidrasi. Pada kondisi ini terjadi gangguan pada frekuensi BAB
2) Diare dehidrasi ringan sedang. Pada kondisi ini ditandai dengan mata cowong,
apabila menangis tidak ada air mata
3) Diare dehidrasi berat. Pada masa ini volume darah berkurang sehingga dapat
terjadi dampak negatif pada bayi dan anak-anak antara lain: syok hipovolemik
(dengan gejala-gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat,
kecil, tekanan darah menurun, pasien lemah, kesadaran menurun, dan diuresis
berkurang), gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, gagal ginjal
akut, dan proses tumbuh kembang terhambat (Yusuf, 2016). Kondisi dehidrasi
berat ditandai dengan sudah adanya letargi, tidak BAK dalam waktu yang lama
Klasifikasi diare berdasarkan waktu: (Wololi dan Manoppo, 2016)
1) Diare akut, merupakan onset mendadak 3 atau lebih BAB cair perhari dan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari
2) Diare kronis, merupakan kondisi yang berlangsung lebih dari 14 hari, namun
dalam waktu yang lama tersebut masih terdapat fase sembuh
3) Diare persisten, merupakan kondisi yang berlangsung lebih dari 14 hari tanpa
ada fase sembuh
b. Penyebab
Menurut Muttaqin (2011) dan Suriadi 2010, penyebab dari diare adalah :
1) Faktor Infeksi :
a) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (Enteropathogenic, Escherichia Coli,
Salmonella, Shigella, V.Cholera, dan Clostridium).
b) Infeksi berbagai macam virus: Enterovirus, Echoviruses, Adenovirus,
dan Rotavirus.
c) Jamur: C.albicans
d) Parasit: Giardia Clamblia, E.hystolytica, T.hominis, Amebiasis,
Crytosporidium Dan Cyclospora
2) Faktor non infeksi :
a) Alergi makanan, misal susu, protein
b) Gangguan metabolik atau malabsorbsi
c) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d) Obat-obatan: Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e) Penyakit usus: colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f) Emosional atau stress
g) Obstruksi usus.

Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan, diare sekresi
(secretory diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic diarrhea). Diare sekresi dapat
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti
keadaan gizi/gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).
2) Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas atau
terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin atau alergi, dan sebagainya.
3) Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama Candida).
Sementara Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh
malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan
lahir rendah (BBLR), dan bayi baru lahir (Sodikin, 2011)

c. Patofisiologis
Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, terutama rotavirus (40%-
60%). Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare seperti E coli,
aeromonas hydrophilia, parasit giardia lambdia, fasiolopsis buski, trichuris
trichiura, dan lainnya. Mulanya, virus penyebab diare masuk ke dalam tubuh
melalui saluran pencernaan dan menginfeksi enterosit, dan menimbulkan
kerusakan villi usus halus. Eritrosit yang rusak akan digantikan oleh
enterosit berbentuk kuboid atau epitel gepeng yang belum matang baik
secara struktur maupun fungsi. Hal tersebut yang menyebabkan villi
mengalami atropi dan tidak dapat menyerap makanan secara maksimal.
Makanan dan cairan tidak dapat terserap secara maksimal akan
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik usus dan meningkatkan motilitas
usus, pada akhirnya akan timbul diare (Indrayani dan Putra, 2020).

d. Tanda gejala
Tanda gejala yang terjadi pada anak dengan diare, antara lain: (Utami dan
Luthfiana, 2016)
1) Balita menjadi cengeng, gelisah, demam, dan tidak napsu makan
2) Tinja akan menjadi cair dan mungkin terdapat lendir atau darah
3) Warna tinja kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu
4) Frekuensi defekasi yang meningkat menyebabkan anus atau daerah
sekitarnya menjadi lecet
5) Mual dan muntah (sebelum atau sesudah diare), muntah dapat
disebabkan oleh lambung yang meradang atau keseimbangan asam-basa
dan elektrolit
6) Terdapat gejala dan tanda dehidrasi: ubun-ubun besar cowong pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaput lendir pada mulut dan bibir
terlihat kering, saat menangis tidak keluar air mata
7) Berat badan menurun
8) Pucat dan/ atau lemah

e. Penanganan
WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut
dengan lintas penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotik
selektif, dan edukasi orangtua/ pengasuh). (Indrayani dan Putra, 2020)
1) Rehidrasi yang adekuat
a) Oral rehydration therapy (ORT)
Pemberian cairan pada kondisi tanpa dehidrasi adalah pemberian larutan
oralit dengan osmolaritas rendah. Oralit untuk pasien diare tanpa
dehidrasi diberikan sebanyak 10 ml/kgBB tiap BAB. Rehidrasi pada
pasien diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang dapat diberikan sesuai
dengan berat badan penderita. Volume oralit yang disarankan adalah
sebanyak 75 ml/KgBB. Buang Air Besar (BAB) berikutnya diberikan
oralit sebanyak 10 ml/KgBB. Pada bayi yang masih mengkonsumsi Air
Susu Ibu (ASI), ASI dapat diberikan
b) Parenteral
Kasus diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-tanda
syok, diperlukan rehidrasi tambahan dengan cairan parenteral. Bayi
dengan usia <12 bulan diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30
ml/kgBB selama satu jam, dapat diulang bila denyut nadi masih terasa
lemah. Apabila denyut nadi teraba adekuat, maka ringer laktat
dilanjutkan sebanyak 70 ml/KgBB dalam lima jam.
Anak berusia >1 tahun dengan dehidrasi berat, dapat diberikan
ringer laktat (RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama setengah sampai satu
jam. Jika nadi teraba lemah maupun tidak teraba, langkah pertama dapat
diulang. Apabila nadi sudah kembali kuat, dapat dilanjutkan dengan
memberikan ringer laktat (RL) sebanyak 70 ml/KgBB selama dua
setengah hingga tiga jam.
Penilaian dilakukan tiap satu hingga dua jam. Apabila status
rehidrasi belum dapat dicapai, jumlah cairan intravena dapat
ditingkatkan. Oralit diberikan sebanyak 5 ml/KgBB/jam jika pasien
sudah dapat mengkonsumsi langsung. Bayi dilakukan evaluasi pada
enam jam berikutnya, sementara usia anak-anak dapat dievaluasi tiga jam
berikutnya.
2) Suplement Zinc
Suplement zinc bermanfaat dapat memperbaiki villi usus sehingga dapat
mengurangi durasi diare, menurunkan risiko keparahan penyakit, dan
mengurangi episode diare. Pengunaan mikronutrien untuk
penatalaksanaan diare akut didasarkan pada efek yang diharapkan terjadi
pada fungsi imun, struktur, dan fungsi saluran cerna utamanya dalam
proses perbaikan epitel sel seluran cerna. Secara ilmiah zinc terbukti
dapat menurunkan jumlah buang air besar (BAB) dan volume tinja dan
mengurangi risiko dehidrasi. Zinc berperan penting dalam pertumbuhan
jumlah sel dan imunitas. Pemberian zinc selama 10-14 hari dapat
mengurangi durasi dan keparahan diare. Selain itu, zinc dapat mencegah
terjadinya diare kembali. Meskipun diare telah sembuh, zinc tetap dapat
diberikan dengan dosis 10 mg/hari (usia < 6 bulan) dan 20 mg /hari (usia
> 6 bulan).
3) Nutrisi adekuat
Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat anak sehat
diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan digunakan untuk
menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat perbaikan nafsu
makan, dapat dikatakan bahwa anak sedang dalam fase kesembuhan.
Pasien tidak perlu untuk puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi
sedikit namun jumlah pemberian lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah
serat. Makanan sesuai gizi seimbang dan/ atau ASI dapat diberikan
sesegera mungkin apabila pasien sudah mengalami perbaikan.
Pemberian nutrisi ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi,
menstimulasii perbaikan usus, dan mengurangi derajat penyakit.
4) Antibiotik selektif
Pemberian antibiotik dilakukan pada kondisi: (yang dapat diketahui
berdasarkan pemeriksaan feses: makro (darah dan lendir) dan mikro
(adanya peningkatan eritrosit dan leukosit)
a) Patogen sumber merupakan kelompok bakteria
b) Diare berlangsung >10 hari dengan kecurigaan disebabkan oleh
Enterophatogenic E Coli
c) Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E Coli
d) Agen penyebab adalah yersinia ditambah penderita memiliki
tambahan diagnosis berupa penyakit sinkle cell
e) Infeksi Salmonela pada anak usia yang sanaat muda, teradi
peningkatan suhu tubuh (>37,50C) atau ditemukan kultur darah
positif bakteri
5) Edukasi orang tua
Orangtua diharapkan dapat memeriksakan anak dengan diare puskesmas
atau dokter keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja
berdarah, makan dan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausan,
intensitas dan frekuensi diare semakin sering, dan atau belum terjadi
perbaikan dalam tiga hari. Orang tua maupun pengasuh diberikan
informasi mengenai cara menyiapkan oralit disertai langkah promosi
dan preventif yang sesuai dengan lintas diare

F. Pohon masalah
Infeksi Malabsorbsi makanan Alergi Psikologis

Inflamasi Tekanan osmotik Motilitas Rangsang


usus saraf

Peningkatan Reabsorbsi
Hipermotilitas Hipomotilitas
sekresi tidak adekuat

Sekresi air dan Bakteri


elektrolit tumbuh

DIARE

Reaksi imun terhadap


BAB sering, Nausea, Vomiting mikroorganisme
konsistensi cair patogen

Anoreksia
Peningkatan sekresi Suhu tubuh meningkat
cairan dan elektrolit
Defisit Nutrisi

Hipertermia
Dehidrasi

Kulit sekitar anus


Hipovolemia iritasi, kemerahan, Gangguan
gatal, lecet integritas kulit/
jaringan

Hiperperistaltik
usus Nyeri epigastrik Nyeri akut
G. Masalah keperawatan yang perlu dikaji

1) Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Riwayat kesehatan
● Riwayat kesehatan sekarang: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia,
kemudian timbul diare yang disertai/ tanpa lendir dan darah
● Keluhan utama: feses semakin cair, muntah, dehidrasi, BB menurun, tonus
dan turgor kulit berkurang, mukosa kering, frekuensi BAB meningkat
● Riwayat kesehatan masa lalu: penyakit yang diderita, riwayat infeksi
● Riwayat kesehatan keluarga
2) Kebutuhan dasar yang terganggu
a) Pola eliminasi: frekuensi BAB meningkat >3 kali sehari
b) Pola nutrisi: mual, muntah, anoreksia,
c) Pola istirahat/tidur: terganggu karena adanya distensi abdomen, dan rasa tidak
nyaman
d) Pola aktivitas: terganggu karena kodisi tubuh lemah dan nyeri abdomen.
Pengkajian pada pasien gastroenteritis menurut Muttaqin,A (2011):
1) Dengan keluhan Diare
a) P (Provoking, presipitasi): Faktor apa saja yang diketahui pasien atau
keluarga yang memungkinkan menjadi penyebab terjadinya diare
b) Q (Kualitas, kuantitas)
● Berapa kali pasien BAB sebelum mendapat intervensi kesehatan
● Bagaimana bentuk feses BAB? Apakah encer, cair, bercampur
lendir dan darah?
● Apakah disertai adanya gangguan gastrointestinal (mual, nyeri
abdomen, muntah, anoreksia)?
c) T (waktu, onset)
Berapa lama keluhan awal mulai terjadi? Apakah bersifat akut atau
mendadak? Durasi dan kecepatan gejala awal mulai terjadi diare
menjadi pengkajian penting dalam memberikan intervensi langsung
penanganan rehidrasi. Intervensi yang akan dilakukan pada diare yang
lebih dari satu bulan akan berbeda dengan diare yang terjadi kurang
dari satu minggu.
d) Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan menentukan
intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala gastroenteritis
dengan keterlibatan bagian proksimal intestinal respons dan inflamasi
khususnya dari neurotoksin yang diproduksi oleh agen infeksi.
e) Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons sistemik
dari invasi agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan volume
cairan tubuh yang terjadi secara akut juga merangsang hipotalamus
dalam meningkatkan suhu tubuh.
f) Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan PQRST.
● P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/
muntah dan keinginan untuk melakukan BAB
● Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, ketidaknyamanan
abdomen bisa bersifat kolik akut atau perut seperti dikocok-kocok
akibat mules
● R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada
pengiriman respons nyeri ke organ lain
● S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri
ringan sampai nyeri tak tertahankan)
● T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri
pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules dan
keinginan untuk BAB yang tinggi

g) Kondisi feses
Keluhan yang lazim adalah konsistensi feses yang encer, sedangkan
beberapa pasien lain mengeluh feses dengan lendir dan darah
4. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Definisi

1 (D.0077) Nyeri akut b.d agen Pengalaman sensorik atau


pencedera fisiologis d.d mengeluh emosional yang berkaitan dengan
nyeri, tampak meringis, frekuensi nadi kerusakan jaringan aktual atau
meningkat, sulit tidur, pola napas fungsional, dan berintensitas
berubah ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulan

2 (D.0003) Hipovolemia b.d diare Penurunan volume cairan


intravascular,interstisial, dan/atau
intraselular

3 (D.0019) Defisit nutrisi b.d Asupan nutrisi tidak cukup untuk


ketidakmampuan menelan makanan, memenuhi kebutuhan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien metabolisme
d.d berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, napsu makan
menurun, bising usus hiperaktif,
membran mukosa pucat, diare

4 (D.0130) Hipertermia b.d proses Suhu tubuh meningkat diatas


penyakit d.d suhu tubuh diatas nilai rentang normal tubuh
normal, takikardi, takipnea, kulit terasa
hangat

5 (D.0192) Gangguan integritas Kerusakan kulit (dermis dan/ atau


kulit/jaringan b.d faktor mekanis epidermis) atau jaringan
(gesekan) d.d kerusakan jaringan dan/ (membran mukosa, kornea, fasia,
atau lapisan kulit, kemerahan otot, tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/ atau ligamen)
5. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Planning Rasional Paraf

1 Nyeri Akut Setelah dilakukan perawatan .. x I.08238 Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui
24 jam, diharapkan tidak nyeri karakteristik nyeri
Observasi
abdomen, dengan kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui
1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri
L.08066 Tingkat Nyeri
karakteristik, durasi, 3. Untuk menurunkan nyeri
Kriteria hasil Skala Skala frekuensi, kualitas, intensitas 4. Untuk menurunkan nyeri
awal akhir nyeri 5. Untuk menurunkan nyeri
Keluhan 2. Identifikasi skala nyeri 6. Untuk memandirikan klien
nyeri
Terapeutik 7. Untuk menurunkan nyeri
Kesulitan
tidur 3. Berikan teknik
Perilaku nonfarmakologis untuk

Ket: 1: menurun, 2: cukup mengurangi rasa nyeri

menurun, 3: sedang, 4: cukup 4. Fasilitasi istirahat tidur


meningkat, 5: meningkat Edukasi
5. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat

2 Hipovolemia Setelah dilakukan perawatan .. x I.03098 Manajemen Cairan 1. Untuk mengetahui adanya
24 jam, diharapkan cairan hidrasi dari tanda vital klien
Observasi
seimbang, dengan kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor status hidrasi (mis, penurunan BB abnormal
L.05020 Keseimbangan cairan
frekuensi nadi, kekuatan nadi, 3. Untuk mengatasi
Kriteria hasil Skala Skala akral, kelembaban mukosa, keseimbangan cairan
awal akhir turgor kulit, tekanan darah) 4. Untuk mengatasi
Asupan 2. Monitor berat badan harian keseimbangan cairan
cairan
Terapeutik 5. Memonitor pengeluaran
Dehidrasi
tubuh
3. Catat intake-output dan
Berat badan 6. Untuk mengetahui adanya
hitung balance cairan 24 jam
Ket: 1: memburuk, 2: cukup hypenatremia
4. Berikan asupan cairan sesuai
memburuk, 3: sedang, 4: cukup
membaik, 5: membaik kebutuhan

I.03122 Pemantauan elektrolit

Observasi

1. Monitor mual, muntah, dan


diare
2. Monitor tanda dan gejala
hypernatremia (mis, haus,
demam, mual, muntah,
gelisah, membran mukosa
kering, letargi)

3 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan perawatan .. x I.03101 Manajemen Diare 1. Untuk mengetahui
24 jam, diharapkan nutrisi cukup, karakteristik tinja
Observasi
dengan kriteria hasil: 2. Untuk mengetahui adanya
1. Monitor warna, volume, gejala hipovolemia
L.03030 Status Nutrisi
frekuensi, dan konsentrasi 3. Untuk mengetahui adanya
Kriteria hasil Skala Skala tinja kerusakan kulit dan jaringan
awal akhir 2. Monitor tanda dan gejala 4. Untuk menjaga makanan
hipovolemia (mis, takikardia,
Diare nadi teraba lemah, tekanan tetap bersih

Frekuensi darah turun, turgor kulit 5. Untuk meningkatkan


makan turun, mukosa mulut kering, asupan cairan
Napsu CRT melambat) 6. Untuk meningkatkan
makan 3. Monitor iritasi dan ulserasi asupan cairan
Ket: 1: memburuk, 2: cukup kulit daerah perianal 7. Untuk menjaga nutrisi tetap
memburuk, 3: sedang, 4: cukup 4. Monitor keamanan penyiapan seimbang
membaik, 5: membaik makanan 8. Untuk menurunkan diare
9. Untuk menjaga nutrisi tetap
Terapeutik
seimbang
5. Berikan asupan cairan oral
(mis, larutan garam gula,
oralit, pedialyte, renalyte)
6. Berikan cairan intravena (mis,
ringer asetat, ringer laktat),
jika perlu

Edukasi

7. Anjurkan makanan porsi kecil


dan sering secara bertahap
8. Ajarkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktoksa
9. Anjurkan lanjutkan
pemberian ASI
DAFTAR PUSTAKA

Farthing M, Salam MA, Lindberg G, Dite P, Khalif I, Salazar-Lindo E, et al. Acute


diarrhea in adults and children: A global perspective. 2013. World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines J Clin Gastroenterol. 47(1):
12-20

Government of Western Australia Departement of Health. 2017. Gastroenteritis.


http://healthywa.wa.gov.au/~/media/Files/HealthyWA/New/gastroenteritis-fact-
sheet.pdf [diakses pada 27 November 2020 pukul 23:00]

Hartati, S., dan Nurazila, N. 2018. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada
balita di wilayah kerja puskesmas Rejosari Pekanbaru. Jurnal Endurance. 3(2).
400-407.

Indrayani, D.P.R., dan Putra I.G.N.S. 2020. Penanganan Terkini Diare Pada Anak:
Tinjauan Pustaka. Intisari Sains Medis. 11(2):928-932

Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.

Sodikin. 2011. Asuhan keperawatan anak: Gangguan sistem gastrointestinal


dan hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi
III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi II.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Utami, N., dan Luthfiana, N. 2016. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare
pada Anak. Jurnal Majority, 5(4), 101-106.
Wololi, C. V., dan Manoppo, J. I. C. 2016. Gambaran elektrolit serum pada anak
dengan diare akut. e-CliniC. 4(1).

Yusuf, S. 2016. Profil diare di ruang rawat inap anak. Sari pediatri. 13(4). 265-70.

Anda mungkin juga menyukai