Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih
tinggi. Survei mordibitas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2006
angka kesakitan diare semua umur sebesar 423 per 1000 penduduk, angka kesakitan
ini meningkat bila dibandingkan dengan hasil survei yang sama pada tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk dan tahun 2003 sebesar 374 penduduk. Jumlah
Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2008 terjadi 49 KLB, dengan jumlah penderita
8133 orang, meninggal 239 (CFR 2,94%) sedang tahun 2009 terjadi 24 KLB, dengan
jumlah penderita meninggal 5756 orang meninggal 100 (CFR 1,74 %). Kematian balita
karena penyakit diare juga masih sangat tinggi di Indonesia, bahkan sejak tahun 2001
terlihat terjadi peningkatan angka kematian balita karena penyakit diare, dari data SKRT
2001 (13%), studi mortalitas 2005 (15,3%) dan Riskesdas 2007 (25,2%). Sama halnya
dengan kematian bayi karena diare juga meningkat, SKRT 2001 (9%), Studi mortalitas
2005 (9,1%) dan Riskesdas 2007 (42%). Hal ini tentunya sangat disayangkan
mengingat bahwa pengobatan diare sebenarnya tidak terlalu sulit. Penggunaan
ORALIT di beberapa negara sangat menurun termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil
survey IDHS 2007 (Indonesia Demographic Health Survey), hanya 35% dari balita diare
yang diberikan ORALIT/ ORS (Oral Rehydration Solution) dan 61% balita diare
diberikan ORT (Oral Rehydration Therapy dan Cairan Rumah Tangga). Sejak tahun
2007, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam KEPMENKES RI No:
1216/MENKES/ SK/XI/2001 Edisi ke-5 tahun 2007 memperbaharui tatalaksana diare
sesuai rekomendasi Joint Statement WHO/UNICEF tahun 2004 dan meluncurkan
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) sebagai salah satu strategi
pengendalian penyakit diare di Indonesia dengan mencantumkan
penggunaan/pemberian ZINC dan ORALIT sebagai paduan obat diare. Studi WHO
membuktikan bahwa pemberian ZINC kepada penderita diare dapat mengurangi
prevalensi diare sebesar 34%, mengurangi jangka waktu diare akut sebesar 20%,
mengurangi jangka waktu diare persisten sebesar 24% dan dapat mencegah kegagalan
terapi atau kematian akibat terapi diare persisten sebesar 42%. Selama ini masyarakat
telah mengenal ORALIT sebagai obat diare yang sudah diperkenalkan di Indonesia
sejak tahun 1970-an dan dengan diperbaharuinya tatalaksana diare dengan
menggunakan ZINC tentunya perlu mensosialisasikan ZINC kepada masyarakat agar
mereka menggunakan ZINC dan ORALIT sebagai obat diare.
Berdasarkan definisi dari WHO (World Health Organization), salah satu lembaga
PBB (Perserikatan bangsa bangsa) mendefinisikan bahwa DIARE adalah suatu kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam
satu hari.

1
Balita adalah anak berusia 0- 59 bulan saat pemeriksaan

B. Ruang Lingkup
Berdasarkan lamanya maka diare dibagi menjadi 2 yaitu:
1. DIARE AKUT
adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari
2. DIARE KRONIS/PERSISTEN
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

Berdasarkan Diare Bermasalah dibagi menjadi 2 yaitu:


1. Disentri,
yaitu diare dengan darah dan lendir dalam feses.
2. Diare kronis/persisten

DERAJAT DEHIDRASI DIARE


1. DIARE TANPA DEHIDRASI
Kehilangan cairan < 5% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Balita tetap aktif
 Memiliki keinginan untuk minum seperti biasa
 Mata tidak cekung
 Turgor kembali segera
2. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Kehilangan cairan 5 -10% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Gelisah atau rewel
 Mata cekung
 Ingin minum terus/rasa haus meningkat
 Turgor kembali lambat
3. DIARE DEHIDRASI BERAT
Kehilangan carian > 10% Berat Badan penderita diare.
Tanda-tandanya:
 Lesu/lunglai, tidak sadar
 Mata cekung
 Malas minum
 Turgor kembali sangat lambat ≥ 2 detik

Epidemiologi Diare Secara umum epidemiologi penyakit diare disebabkan oleh:

2
1. Infeksi (kuman-kuman penyakit) seperti; bakteri, virus, parasit
Kuman-kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui makanan/minuman yang
tercemar atau kontak langsung dengan tinja penderita (feces oral) Di dalam istilah
bahasa Inggris disebutkan 5 F (Feces, Flies, Food, Finger, Fomites) siklus
penyebaran penyakit diare bisa digambarkan sebagai berikut melalui:
Feces atau tinja Flies atau lalat Food atau makanan Fomites atau peralatan makanan
Finger atau tangan (jari tangan).
Dibawah ini beberapa contoh perilaku terjadinya penyebaran kuman yang
menyebabkan penyakit diare:
 Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara esklusif (ASI eksklusif) sampai 6
bulan kepada bayi atau memberikan MP ASI terlalu dini. Memberi MP ASI terlalu
dini mempercepat bayi kontak terhadap kuman
 Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare
karena sangat sulit membersihkan botol dan juga kualitas air dibeberapa wilayah
Indonesia juga sudah terkontaminasi kuman-kuman penyakit seperti bakteri E.
Coli
 Menyimpan makanan pada suhu kamar dan tidak ditutup dengan baik
 Minum air/menggunakan air yang tercemar
 Tidak mencuci tangan setelah BAB, membersihkan BAB anak
 Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarangan.
2. Penurunan daya tahan tubuh
 Tidak memberikan ASI kepada bayi sampai usia 2 tahun (atau lebih). Di dalam
ASI terdapat antibodi yang dapat melindungi bayi dari kuman penyakit
 Kurang gizi/malnutrisi terutama anak yang kurang gizi buruk akan mudah terkena
diare
 Imunodefisiensi/Imunosupresi, terinfeksi oleh virus (seperti campak, AIDS)
3. Faktor lingkungan dan perilaku
Faktor Lingkungan dan Perilaku Penyakit diare adalah penyakit yang berbasis
lingkungan yang faktor utama dari kontaminasi air atau tinja berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat.

C. Tata Laksana
Kematian karena diare dapat dihindari jika prinsip tatalaksana diare dilakukan.
Prinsip tersebut adalah
1. Mencegah terjadinya dehidrasi
2. Mengobati dehidrasi (ORALIT)
3. Mempercepat kesembuhan (OBAT ZINC)
4. Memberi Makanan
5. Mengobati masalah lain
3
1. MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI
Dehidrasi adalah berkurangnya cairan tubuh total dapat berupa hilangnya air
lebih banyak dari natrium (DEHIDRASI HIPERTONIK) atau hilangnya air dan natrium
dalam jumlah yang sama (DEHIDRASI ISOTONIK) atau hilangnya natrium yang lebih
daripada air (DEHIDRASI HIPOTONIK). Tindakan pencegahan dehidrasi yang bisa
dilakukan di tingkat rumah tangga jika balita mengalami diare adalah:
a. Memberikan ASI lebih sering dan lebih lama dari biasanya
bagi bayi yang masih menyusui (bayi 0 – 24 bulan atau lebih) dan bagi petugas
kesehatan sangat penting untuk mendukung dan membantu ibu untuk menyusui
bayinya jika ibu berhenti menyusui bayinya yang masih berusia 0-24 bulan
b. Pemberian ORALIT sampai diare berhenti
c. Memberikan cairan rumah tangga
cairan/ minuman yang biasa diberikan oleh keluarga/masyarakat setempat dalam
mengobati diare, dan memberikan sari makanan yang cocok, contoh: kuah sayur, air
tajin, kuah sup. Jika tidak tersedia cairan rumah tangga dan ORALIT di rumah, bisa
dengan memberikan air minum
d. Segera membawa balita diare ke sarana kesehatan

2. MENGOBATI DEHIDRASI
Bila terjadi diare, segera bawa ke petugas kesehatan atau ke sarana kesehatan
untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat sesuai dengan tatalaksana diare.
ORALIT
ORALIT adalah campuran garam elektrolit seperti natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat.
MANFAAT ORALIT
ORALIT diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang
saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak
mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan
elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan ORALIT. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam ORALIT dapat diserap dengan baik oleh usus penderita
diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan ORALIT dengan osmolaritas
rendah. Berdasarkan penelitian dengan ORALIT osmolaritas rendah diberikan kepada
penderita diare akan:
a. Mengurangi volume tinja hingga 25%
b. Mengurangi mual muntah hingga 30%
c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%.
MEMBUAT DAN MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT

4
1. CARA MEMBUAT/MENCAMPUR LARUTAN ORALIT
a. Cuci tangan dengan air dan sabun Sediakan 1 gelas air minum yang telah
dimasak/air teh (200 cc)
b. Masukkan satu bungkus ORALIT 200 cc
c. Aduk sampai larut benar
d. Berikan larutan ORALIT kepada balita.
2. CARA MEMBERIKAN LARUTAN ORALIT
a. Berikan dengan sendok atau gelas
b. Berikan sedikit-sedikit sampai habis, atau hingga anak tidak kelihatan haus Bila
muntah, dihentikan sekitar 10 menit, kemudian lanjutkan dengan sabar sesendok
setiap 2 atau 3 menit
c. Walau diare berlanjut, ORALIT tetap diteruskan
d. Bila larutan ORALIT pertama habis, buatkan satu gelas larutan ORALIT
berikutnya.

3. MEMPERCEPAT KESEMBUHAN
Bagi seorang ibu/keluarga tentunya akan sangat khawatir jika balitanya
mengalami diare dan tidak kunjung sembuh (diare terus menerus). Semakin panjang
durasi diare maka semakin tinggi risiko balita mengalami dehidrasi dan terutama bagi
balita malnutrisi, jika mengalami dehidrasi karena diare, bisa menyebabkan kematian
pada balita. Selama bertahun-tahun WHO membuat penelitianpenelitian yang dapat
menurunkan parahnya diare dan mempercepat kesembuhan.

ZINC
Bukti ZINC baik dan aman untuk pengobatan diare berdasarkan hasil penelitian
Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health
Organization yaitu:
a. ZINC sebagai obat pada diare
• 20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi ZINC (Penelitian di India)
• 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang
• 18% – 59% mengurangi jumlah tinja
• Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan.
b. ZINC dan pengobatan diare akut
• 25% mengurangi lama diare
c. ZINC dan pengobatan diare persisten
• 24% diare persisten berkurang
d. ZINC sebagai obat pencegah diare akut dan persisten
Jika ZINC diberikan 5-7 kali per minggu dengan dosis ½ yang dianjurkan (RDA)
memberikan - 18% penurunan insiden diare - 25% penurunan diare.

5
Pada penelitian lanjutan didapatkan - 11% penurunan insiden diare persisten - 34%
penurunan prevalen diare
e. ZINC pencegahan dan pengobatan diare berdarah
Pemberian ZINC baik dalam jangka pendek dan panjang terbukti menurunkan
kejadian diare berdarah.
f. ZINC dan penggunaan antibiotik irasional
Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80% sedangkan jumlah diare
yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20%, sangat tidak rasional, (data
sesuai dari hasil presentasi dr. M. Juffrie, PhD, SpA(K) dalam Kongres XIV Ikatan
Bidan Indonesia, Padang, 2008).
Pemakaian ZINC sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan
pemakaian antibiotik irasional.
g. ZINC mengurangi biaya pengobatan
• Mengurangi jumlah pemakaian antibiotik dan
• Mengurangi jumlah pemakaian ORALIT.
h. ZINC aman diberikan kepada anak.

CARA PEMBERIAN OBAT ZINC


 Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat obat ZINC selama 10
(sepuluh) hari berturut-turut
 Larutkan tablet dalam 1 sendok air minum atau ASI (tablet mudah larut kira-kira 30
detik, segera berikan ke anak)
 Bila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian obat ZINC, ulangi
pemberian dengan cara potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis
penuh
 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan obat
ZINC segera setelah anak bisa minum atau makan

4. MEMBERI MAKANAN
a. Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita
diare akan membantu anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan
makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila
anak kurang gizi akan meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena
perlu diperhatikan:
b. Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan
meningkatkan pemberian ASI selama diare dan selama masa penyembuhan (bayi 0
– 24 bulan atau lebih).

6
c. Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0-6 bulan, jika
bayinya sudah diberikan makanan lain atau susu formula berikan konseling kepada
ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering maka produksi
ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan
karena ASI memiliki antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh
bayi.
d. Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan: Makanan Pendamping
ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi 6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun
sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.
e. Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan anak.

Pemberian makan sesuai umur sangat penting saat sakit maupun sehat
a. Bayi berusia 0 – 6 bulan
Saat usia ini, bayi HANYA diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sesuai keinginan anak,
paling sedikit 8 kali sehari; pagi, siang maupun malam hari. Jangan berikan makanan
atau minuman lain selain ASI.
Jika ibu memberikan susu formula atau makanan lain:
 Bangkitkan rasa percaya diri ibu untuk HANYA memberikan ASI saja, jelaskan
keuntungan ASI dan dengan memberi ASI saja mencukupi kebutuhan bayi meskipun
bayi sedang diare
 Susui bayi lebih sering, lebih lama; pagi, siang maupun malam
 Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain

b. Bayi berusia 6 – 24 bulan


 Teruskan pemberian ASI
 Mulai memberikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) yang teksturnya lembut
seperti bubur, susu, pisang
 Secara bertahap sesuai pertambahan umur berikan bubur tim lumat ditambah kuning
telur/ ayam/ikan/ tempe
 Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
Usia 6 bulan : 2 x 6 sdm peres
Usia 7 bulan : 2 – 3 x 7 sdm peres Usia 8 bulan : 3 x 8 sdm peres

c. Balita umur 9 sampai 12 bulan


 Teruskan pemberian ASI
 Berikan MP ASI lebih padat dan kasar seperti nasi tim, bubur nasi
 Tambahkan telur/ayam/ikan/tempe/wortel/sapi/kacang hijau
 Setiap hari berikan makanan sebagai berikut:
7
Usia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres
Usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres
Usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres
 Berikan selingan 2 kali sehari di antara waktu pemberian makan sesuai umur sangat
penting saat sakit maupun sehat

d. Balita umur 12 sampai 24 tahun


 Teruskan pemberian ASI
 Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan anak
Berikan 3 x sehari, sebanyak 1/3 porsi makan orang dewasa terdiri dari nasi, lauk
pauk, sayur, buah
 Beri makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan
 Perhatikan variasi makanan
 Sejak umur 12 bulan, anak sudah bisa makan makanan keluarga

e. Balita umur 2 tahun lebih


 Berikan makanan keluarga 3 x sehari, sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan orang dewasa
 Berikan makanan selingan kaya gizi 2 x sehari diantara waktu makan

ANJURAN MAKAN UNTUK DIARE PERSISTEN


 Jika anak masih mendapat ASI: Berikan lebih sering dan lebih lama, pagi, siang dan
malam
 Jika anak mendapat susu selain ASI: - Kurangi pemberian susu tersebut dan
tingkatkan pemberian ASI - Gantikan setengah bagian susu dengan bubur nasi di
tambah tempe Jangan diberi susu kental manis - Untuk makanan lain, ikuti anjuran
pemberian makan sesuai dengan kelompok umur

MENGOBATI MASALAH LAIN


Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan
pengobatan sesuai indikasi.

PROSEDUR TATALAKSANA DIARE


Di dalam melakukan prosedur tatalaksana diare, petugas kesehatan harus melakukan
tahap demi tahap untuk membantu ibu/pengasuh dari balita penderita diare dapat
terlibat aktif dalam pengobatan diare balitanya.
1. MENILAI DERAJAT DEHIDRASI
Petugas kesehatan dalam melakukan prosedur penilaian derajat dehidrasi balita
yang harus dilakukan adalah:
a. Tanyakan Riwayat Penyakit Anak
8
 Berapa lama anak sudah mengalami diare?
 Berapa kali anak buang air besar dalam satu hari?
 Apakah tinjanya ada darah?
 Apakah anak muntah?
 Apakah ada penyakit lainnya?
b. Lihat dan Periksa
 Bagaimana keadaan umum anak?
 Sadar atau tidak sadar?
 Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
 Apakah anak gelisah?
 Berikan minum, apakah dia mau minum?
 Jika iya, apakah ketika minum ia tampak sangat haus atau malas minum?
Apakah matanya cekung atau tidak cekung?
 Lakukan cubitan kulit perut (turgor), Apakah kulitnya kembali segera, lambat atau
sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
c. Lakukan penilaian dengan membaca tabel di bawah

9
10
KONSELING
Sebagai petugas kesehatan di pelayanan kesehatan, sangat penting memiliki
kemampuan konseling. Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang mengalami sesuatu masalah
(disebut konsele) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi pasien/klien.

TANYA dan DENGAR


a. Tanda-tanda bahaya yang dialami balita pada saat sakit.
b. Apa saja yang sudah dilakukan oleh ibu balita/pengasuhnya untuk mengatasi tanda-
tanda bahaya tersebut; apa saja yang sudah dilakukan ibu balita/pengasuh dengan
baik dan apa yang perlu diperbaiki.

BERI PUJIAN
Petugas kesehatan memberikan pujian kepada ibu balita/pengasuh jika
melakukan tindakan yang baik dalam mengatasi penyakit/tanda-tanda bahaya sakit
yang dialami balita.

BERI SARAN
 Gunakan kalimat yang dimengerti oleh ibu/pengasuh balita.
 Gunakan alat bantu yang ibu/pengasuh balita kenali.
 Berikan pujian jika ibu/pengasuh melakukan/ mempraktekkan dengan benar dan
bantu ibu/ pengasuh jika ibu/pengasuh belum mempraktekkan dengan benar.
 Berikan kesempatan untuk melakukan praktek lebih dari satu kali jika dibutuhkan.
Dorong ibu/pengasuh untuk aktif bertanya jika ada hal-hal yang ingin dia tanyakan
dan jawab semua pertanyaannya
 Berikan saran yang relevan saat ini

PERIKSA PEMAHAMAN
Berikan beberapa pertanyaan kepada ibu/pengasuh untuk mengetahui
pemahaman ibu dan berikan penjelasan ulang jika ibu/pengasuh balita belum paham.
Hindari pertanyaan tertutup (pertanyaan yang mengarahkan). Sebagai petugas
kesehatan, anda mengharapkan ibu/pengasuh balita mengerti cara merawat balita
sakitnya setelah anda mengajarkannya. Dengan bertanya, anda akan tahu tingkat
pemahaman ibu/pengasuh balita.

TIGA LANGKAH DASAR CARA MENGAJARKAN IBU TENTANG TATALAKSANA


DIARE BALITA DI RUMAH:
a. Berikan informasi kepada ibu, contoh bagaimana cara memberikan ZINC kepada
bayinya.
11
b. Peragakan kepada ibu, contoh cara memberikan ZINC kepadanya bayinya.
c. Ibu diminta untuk mempraktekkan cara memberikan ZINC kepada bayinya. Setelah
mengajarkan ibu tentang tatalaksana diare, selanjutnya petugas kesehatan
memeriksa pemahaman ibu, caranya:
 Gunakan pertanyaan seperti; mengapa, bagaimana, kapana ibu harus melakukan
tatalaksana diare di rumah
 Hindari pertanyaan yang mengarahkan
 Berikan waktu kepada ibu untuk berfi kir lalu menjawab pertanyaan
 Berikan pujian kepada ibu jika ibu menjawab dengan benar

Jika dibutuhkan, beri informasi tambahan, contoh atau praktekkan kembali Ajarkan
kepada ibu tentang tatalaksana diare di rumah:
a. Jelaskan apa tatalaksana diare dan mengapa harus melakukannya
b. Jelaskan langkah-langkah melakukan tatalaksana diare di rumah Jika obat yang
diberikan lebih dari satu jenis, perhatikan ketika ibu melakukannya.
c. Jelaskan kepada ibu berapa lama harus melakukan tatalaksana diare tersebut di
rumah Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan

Ajarkan ibu tentang cara pemberian obat oral di rumah:


Berikan obat yang sesuai dan jelaskan dosis yang harus diberikan sesuai umur atau
Berat Badan
a. Jelaskan alasan mengapa memberi obat tersebut dan penyakit yang diobati
Peragakan cara mengukur dosis yang diberikan
b. Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita Ajarkan ibu tentang
cara memberikan obat oral di rumah:
 Minta ibu untuk memberikan dosis yang pertama kepada balita
 Jelaskan dengan perlahan bagaimana memberikan obat, jelaskan label yang ada
di obat dan paket obat yang diberikan
 Jika obat yang diberikan lebih dari, hitung jumlah obat yang diberikan dan
pisahkan obat berdasarkan jenis dan pisahkan di kantong yang berbeda
 Jelaskan kepada ibu untuk menghabiskan semua obat yang diberikan meskipun
balita sudah membaik dari sakitnya
 Periksa pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan sarana kesehatan

KUNJUNGAN SEGERA
Nasihati ibu untuk membawa anak kembali ke petugas kesehatan bila:
1. Berak cair lebih sering
2. Muntah berulang
3. Sangat haus
12
4. Makan dan minum sangat sedikit
5. Timbul demam
6. Berak berdarah
7. Tidak membaik dalam 3 hari

KUNJUNGAN LANJUTAN
1. Beritahukan kepada ibu melakukan kunjungan lanjutan ke sarana kesehatan meski
balita kelihatan membaik.
2. Jika balita tidak mempunyai masalah/penyakit baru, gunakan instruksi MTBS
kunjungan lanjutan untuk masalah yang spesifik:
3. Periksa balita sesuai instruksi
4. Gunakan informasi untuk mengenali tanda-tanda bahaya yang dialami balita untuk
memberikan perawatan yang sesuai - Lihat jika ada kemajuan anak (semakin
membaik atau tidak) atau berikan pengobatan lain jika balita tidak membaik -
Mungkin perlu mencoba obat jenis lain (second-line drug)
5. Untuk kunjungan lanjutan berikutnya jika:
 Balita mengalami disentri, sarankan untuk melakukan kunjungan lanjutan 2 hari
berikutnya
 Balita dengan diare persisten, sarankan untuk melakukan kunjungan 5 hari
berikutnya

D. Dokumentasi
1. Kegiatan di Dalam Gedung :
Setelah selesai pelayanan, data – data pasien :
 ditulis dalam Buku Register
 di-input dalam SIMPUS, SIKDA dan p-care Puskesmas melalui komputer
2. Kegiatan di Luar Gedung :
a. Buku Tugas Luar

13

Anda mungkin juga menyukai