Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DIARE

DINAS KESEHATAN KOTA MALANG


PUSKESMAS GRIBIG
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan maslah kesehatan di Indonesia, hal
ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan diare dari tahun ke tahun. Di
dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Menurut WHO, di negara berkembang pada
tahun 2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10
kematian tersebut pada umur < 2 tahun. Rata-rata anak usia < 3 tahun di negara
berkembang mengalami episode diare 3x dalam setahun (WHO 2005).
Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000 adalah 301
/1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374 /1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423
/1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 /100.000 balita dan semua umur
23,2 /100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab
kematian no 4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi
diare sebagai penyebab kematian no 1 pada bayi post neonatal (31,4%) dan pada anak
balita (25,2%) (Hasil Riskesdas 2007).

B. Tujuan Pedoman
Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karrena diare bersama lintas program dan
lintas sektor terkait.

Khusus :
1. Tercapainya angka kesakitan diare.
2. Terlaksananya tata laksana diare sesuai standar.
3. Diketahuinya situasi epidemologi dan besarnya masalah penyakit diare di
masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya di semua jenjang pelayanan.
4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup
sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan
kematian karena diare dapat dicegah..
5. Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit Diare di suatu wilayah kerja
yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaannya.

C. Sasaran Pedoman
Sasaran dari pedoman ini adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya
yang bekerja di Puskesmas.

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup pengendalian penyakit diare di Puskesmas Gribig meliputi pencegahan
(promotif dan prefentif) baik di dalam maupun diluar gedung dan tata laksana
pengobatan bila sudah terjadi diare.

E. Batasan Operasional
I. Tata Laksana Penderita Diare Pada Anak
Pembagian diare
1. Diare Akut Cair
a. Diare akut cair adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari
biasanya (pada umumnya 3x atau lebih) per hari dengan konsistensi cair dan
berlangsung < 7 hari.
Khusus pada neonatus yang mendapat ASI, diare akut adalah buang air besar
dengan frekuensi lebih sering (biasanya 5-6 x per hari) dengan konsistensi
cair.
b. Etiologi
Secara klinis penyebab diare akut dibagi dalam 4 kelompok yaitu infeksi,
alergi, keracuanan makanan dan sebab-sebab lain, tetapi yang sering
ditemukan di lapangan ataupun klinis adlalh diare yang disebabkan infeksi
terutam infeksi virus.
Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelieian yang
dilakukan oleh Indonesian Rotavirus Surveillance Network (IRSN) dan
Litbangkes pada pasien anak di 6 rumah sakit, penyebab infeksi terutama
disebabkan oleh Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena
bakteri hanya 8,4% .

c. Epidemologi
Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan kesakitan tertinngi
pada anak, terutama pada anak berumur < 5 tahun (balita). Di Indonesia,
angka kematian karena diare diperkirakan telah menurun. Walaupun angka
kematian karena diare telah menurun angka kesakitan diare tetap tinggi baik di
negara maju maupun negara berkembang, sehingga dikhawatirkan terjadi
peningkatan gizi buruk.

2. Patofisiologi
a. Diare sekretorik
Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi
akibat gangguan absorsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi
klorida tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan
elektrolit keluar dari tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada
diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa
usus oleh toksin, misalnya toksin E. Coli atau V. Cholera.
b. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen
usus dan cairan ektrasel. Oleh karena itu, bila limen usus terdapat bahan yang
secara osmotik aktif dan sulit diserap akan menyebabkan diare. Bila bahan
tersebut adalah larutan isotonik atau bahan yang larut maka akan melewati
mukosa usus halus tanpa diabsorsi sehingga terjadi diare.

3. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare


Prinsip tata laksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang terdiri atas :
a. Oralit osmoralitas rendah
Saat ini oralit yang digunakan adalah oralit kemasan 200 cc dengan komposisi
sebagai berikut :
Natrium klorida / Sodium chloride.......................................... 0,52 gram
Kalium klorida / Potassium chloride....................................... 0,3 gram
Trisodium sitrat dihidrat / Trisodium citrate dihydrate........... 0,58 gram
Glukosa anhidrat / Glucose anhydrate.................................... 2,7 gram
Bila tidak tersedia oralit berikan lebih banyak cairan rumah tangga yang
mempunyai osmolaritas rendah misalnya : air tajin, kuah sayur dan air matang.
b. Zinc
Anak yang diare akan kehilangan zinc bersama tinja. Zinc diberikan pada
setiap diare dengan dosis :
Umur < 6 bulan diberikan 10 mg (1/2 tablet) zinc per hari
Umur > 6 bulan diberikan 1 tablet zinc 20 mg
Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare sudah membaik.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian diare selanjutnya selama 3
bulan kedepan.
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet zinc dalam 1 sendok makan air matang atau ASI
c. Pemberian ASI atau Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit demi
sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
d. Pemberian Antibiotika Hanya Atas Indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara ruti karena kecilnya kejasian diare
yang memerlukannnya (8,4%). Antobiotik hanya bermanfaat pada anak
dengan diare berdarah, suspek kolera san infeksi-infeksi diluar saluran
pencernaan yang berat seperti pnemounia.
Obat-obatan “anti diare” tidak boleh diberikan kepada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan
kecuali muntah berat.
e. Pemberian Nasehat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat
tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan
- Diare lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan atau minum sedikit
- Timbul demam
- Tinja berdarah
- Tidak membaik dalam 3 hari

4. Prosedur Tata Laksana Penderita Diare


a. Riwayat penyakit
Berapa lama anak diare?
Berapa kali diare dalam sehari?
Adakah darah dalam tinja?
Apakah ada muntah? Berapa kali?
Apakah ada demam?
Makanan apa yang diberikan sebelum diare?
Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit?
Obat apa yang sudah diberikan?
Imunisasi apa saja yang sudah didapat?
Apakah ada keluhan lain?

b. Menilai Derajat Dehidrasi


 Tanpa dehidrasi
- KU : baik, sadar
- Mata : normal
- Rasa haus : tidak haus, minum biasa
- Turgor kulit kembali cepat
 Dehidrasi ringan – sedang
- KU : gelisah, rewel
- Mata : cekung
- Rasa haus : haus, ingin minum banyak
- Turgor kulit : kembali lambat
 Dehidrasi berat
- KU : lesu, lunglai atau tidak sadar
- Mata : cekung
- Rasa haus : malas minum atau tidak bisa minum
- Turgor kulit : kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

c. Menentukan Rencana Pengobatan


1. Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi di rumah.
2. Rencana terapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan – sedang
(tidak berat) di sarana kesehatan untuk diberikan pengobatan selama 3
jam.
3. Rencana terapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat di sarana
kesehatan dengan pemberian cairan intra vena.

5. Diare Bermasalah
Diare bermasalah terdiri dari :
- Diare berdarah (disentri)
- Kolera
- Diare berkepanjangan
- Diare persisten
- Diare dengan mal nutrisi

Penanganan diare bermasalah

a. Disentri
Secara umum disentri dikelola sama dengan kasus diare lain sesuai dengan
acuan tata laksana diare akut. Aspek khusus tata laksana disentri adalah :
 Semua kasus disentri pada tahap awal diberi antibiotik :
- Kotrimoksasol dengan dosis 5 mg per kilogram berat badan 2x sehari.
- Penderita dipesan untuk kontrol kembali jika :
a. Tidak membaik atau bertambah berat pada hari ketiga setelah
pengobatan.
b. Tidak sembuh pada hari kelima setelah pengobatan.
c. Muncul tanda – tanda komplikasi yaitu : panas tinggi, kejang,
penurunan kesadaran, tidak mau makan dan menjadi lemah.
b. Kolera
Antibiotik yang diguanakan dalam pengobatan kolera diberikan selama 3 hari:
- Doxycycline 4 mg / kg BB / hari dosis tunggal
- Tetracycline 12,5 mg / kg BB 4x sehari
- Trimethoporin (TMP) 5 mg / kg BB 2x sehari
- Sulfamethoxazole (SMX) 25 mg / kg BB 2x sehari
c. Diare Berkepanjangan
Diare berkepanjangan yaitu diare yang berlangsung lebih dari 7 hari dan
kurang dari 14 hari. Penanganannya diutamakan untuk mencegah dehidrasi
dan meningkatkan nutrisi.
d. Diare Persisten
Diare Persisten adalah diare dengan atau tanpa disertai darah, dan
berlangsung selama 14 hari atau lebih. Penanganannya meliputi rehidrasi,
nutrisi dan terapi medikamentosa. Zinc diberikan selama 14 hari.
e. Diare dengan mal nutrisi
Semua penderita diare pada gizi buruk dirawat inap.

II. Tata Laksana Penderita Diare Pada Dewasa

Diare Akut

Tanpa dehidrasi : oralit


Dehidrasi ringan : oralit
Dehidrasi sedang : oralit dan cairan infus
Dehidrasi berat : cairan infus dan oralit
Cara pemberian :
Oralit ad libitum
Cairan infus : kehilangan cairan diberikan dalam 2 jam pertama selanjutnya
diberikan cairan dosis pemeliharaan (1500 cc – 2000 cc / 24 jam) ditambah
kehilangan cairan baru.
Antibiotika hanya diberikan pada kasus :
- Kolera
- Diare > 8x per hari
- Diare dengan demam
- Diare berlendir dan atau berdarah

Jenis antibiotik :

- Kolera : tetracycline 4 x 500 mg selama 3 hari


- Non kolera : kotrimoksasol 2 x 960 mg atau ciprofloxacin 2 x 500 mg
selama 3 hari
- Amuba : metronidasol 3-4 x 500 mg selama 7 hari

III. Sarana Rehidrasi


Sarana rehidrasi di Puskesmas dinamakan LROA (Layanan Rehidrasi Oral
Aktif) yaitu sarana untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat / ibu rumah tangga, kader, petugas kesehatan dalam tata laksana
penderita diare. Selain itu juga merupakan rujukan penderita diare baik yang
berasal dari kader maupun masyarakat. Bila seseorang penderita memerlukan
rehidrasi oral maka penderita tersebut dapat duduk di kursi dibantu olehibu
atau keluarganya untuk melarutkan dan meminum oralit selama waktu
observasi 3 jam.
LROA dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml, sendok, gelas, pipet,
tempat cuci tangan, sabun, tissue, keterangan cara melarutkan oralit dan
penyimpanannya, pamflet (yang menerangkan pada ibu bagaimana mengobati
atau merawat anak diare (untuk dibawah pulang ke rumah) ).
F. Dasar Hukum
1. Undang – Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/SK/V/2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kegiatan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit utamanya pelayanan


diare menjadi tanggung jawab puskesmas dilakukan oleh tenaga pelaksana dengan
latar belakang pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan dan telah memiliki Surat Ijin
Kerja Perawat.

B. Distribusi Ketenagaan

Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan dan


pemberantasan penyakit diare mulai dari kepala puskesmas, penanggung jawab UKP,
penanggung jawab UKM dan seluruh karyawan. Sebagai koordinator dalam
penyelenggaran kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas adalah petugas pelayanan
upaya kesehatan jiwa. Pengaturan dan penjadwalan tenaga Puskesmas dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit diare dikoordinir oleh petugas diare sesuai
dengan kebutuhan dan kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan

1. Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare yang ada di dalam


gedung dilayani sesuai dengan jadwal buka Puskesmas Gribig yaitu :

- Senin – Kamis pukul 08.00 – 14.00 WIB


- Jum’at pukul 08.00 – 11.00 WIB
- Sabtu pukul 08.00 – 12.30 WIB

2. Jadwal pelayanan atau kegiatan luar gedung disesuaikan dengan Rencana


Pelaksanaan Kegiatan Tahunan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Ruang pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare terintegrasi dengan
ruang pemeriksaan umum dan KIA.
Gambar denah ruangan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare di
Puskesmas Gribig
Ukuran 3 meter

Pintu
7

4
Ukuran 5 meter 3

6
5

8
1 2

Pintu

Keterangan :
1. Meja Pemeriksa
2. Kursi Pemeriksa
3. Meja Pemeriksa
4. Kursi Pemeriksa
5. Kursi Pemeriksa
6. Kursi Periksa
7. Kursi Periksa
8. Kursi Periksa
B. Standar Fasilitas
1. Letak ruang
Letak ruang teritegrasi dengan ruang pemeriksaan umum dan KIA.
2. Ruang
a. Luas ruangan adalah 3 x 5 m
b. Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1) Mebelair : meja, kursi
2) Stetoskope
3) Tensiometer
4) Termometer
5) Form pemeriksaan
6) ATK
7) Leaflet
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Kegiatan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare di Puskesmas Gribig dilakukan di


dalam dan diluar gedung sebagaimana di jelaskan berikut ini :
A. Lingkup Kegiatan
1. Kegiatan Pelayanan di dalam gedung
a. Pemeriksaan Kesehatan
- Anamnese keluhan pasien
- Pemeriksaan fisik, tanda dan gejala
- Pemeriksaan laboratorium
- Tata laksana ( pengobatan dan perawatan )
b. Melakukan rujukan kasus diare yang tidak bisa ditangani di Puskesmas
- Mempersiapkan surat rujukan dan pasien yang akan di rujuk
- Menentukan tempat rujukan yang akan dituju sesuai dengan
keinginan pasien
- Mempersiapkan transportasi untuk rujukan
- Petugas kesehatan yang akan merujuk
c. Pelayanan konseling
- Memberikan konseling kepada keluarga tentang cara perawatan
pasien diare di rumah
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan
- Melakukan pencatatan dan pelaporan seluruh kasus diare yang
ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Gribig setiap bulan dan
di laporkan ke Dinas Kesehatan Kota Malang
2. Kegiatan Pelayanan di luar gedung
a. Penyuluhan pada masyarakat dan atau sekolah
- Merencanakan waktu dan tempat pelaksanaan
- Mengundang kader atau tokoh masyarakat
- Melaksanakan penyuluhan
- Diskusi dan tanya jawab
- Evaluasi dan tindak lanjut
- Pencatatan dan pelaporan
c. Melakukan kunjungan rumah
- Menentukan sasaran yang akan dikunjungi
- Melakukan konseling
- Melakukan evaluasi
- Mencatat hasil kunjungan rumah
B. Metode Pelayanan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
Merupakan cara bagaimana dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan
pemberantasan penyakit diare secara utuh yang meliputi
1. Profesional
2. Disiplin dan tanggung jawab
3. Kerjasama
C. Langkah Kegiatan Pelayanan Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
1. Perencanaan
Secara terinci uraian ruang lingkup kegiatan pelayanan pencegahan dan
pemberantasan penyakit diare yaitu :
a. Kajian perilaku tentang masalah kesehatan yang dilakukan oleh lintas program
di Puskesmas.
b. Kajian kebijakan publik berwawasan kesehatan yang sudah ada maupun yang
perlu dibuat dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.
c. Lokakarya mini di Puskesmas yang membahas tentang pencegahan dan
pemberantasan penyakit diare yang terintegrasi secara lintas program maupun
lintas sektor.
d. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang kesehatan di masyarakat melalui
kegiatan di dalam dan di luar gedung Puskesmas dalam upaya meningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam mengatasi kesehatan serta
meningkatkan status kesehatannya.
e. Advokasi kesehatan pada pengambil keputusan di tingkat kelurahan dan
kecamatan untuk mendapatkan dukungan kebijakan publik berwawasan
kesehatan dalam mengatasi kesehatan.
f. Pengembangan dan pembinaan berbagai jenis Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) tingkat kelurahan dalam mengatasi
masalah kesehatandan meningkatkan status kesehatan masyarakat.
- Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Dilaksanakan dengan memperhatikan
a. Bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah ada pada
periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.
- Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Merupakan penetapan rincian rencana pelaksanaan kegiatan pelayanan
penceagahan dan pemberantasan penyakit diare.
2. Pelaksanaan
a. Melaksanakan kegiatan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit
diare sesuai dengan jadwal yang telah disusun bersama.
b. Melakukan pencatatn dan pelaporan pelaksanaan kegiatan pelayanan
pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.
3. Pemantauan
Tindakan pemantauan yang dilakukan secara terus menerus terhadap pelaksanaan
program pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare dengan tujuan
memberikan umpan balik pada pengelolaan pelayanan pencegahan dan
pemberantasan penyakit diare untuk perbaikan dan optimalisai pelaksanaan
pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.
4. Penilaian dan evaluasi
Merupakan proses sistematis yang mempelajari pengalaman pembelajaran
pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare sebagai upaya
meningkatkan kualitas rancangan perncanaan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan
pencegahan dan pemberantasan penyakit diare.
BAB V
LOGISTIK PELAYANAN PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
DIARE

Kebutuhan dana dan logistik untuk kegiatan pelayanan pencegahan dan pemberantasan
penyakit diare di Puskesmas direncanakan sesuai dengan tahapan kegiatan dan metode yang
akan dilaksanakan.
1. Kebutuhan Media
Media yang dibutuhkan berupa leaflet, kms , lembar balik untuk menunjang kegiatan
pelayanan kesehatan.
2. Kebutuhan ATK
Peralatan yang dibutuhkan adalah kertas, map, dan folder untuk memudahkan dalam
menyimpan berbagai data kegiatan.
3. Kebutuhan oralit dan zinc
Oralit = target penderita diare x 6 bungkus + cadangan - stok
Keterangan :
Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak, biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.
Stok adalah jumlah obat di akhir tahun.
Zinc = jumlah penderita diare balita x episode x 10 tablet
4. Kebutuhan obat KLB
- Oralit = penderita x 10 bungkus
- Zinc = 50% x penderita x 10 tablet
- RL (Ringer Laktat) = 30% x penderita
- Infus set = semua penderita yang mendapatkan RL x 1 set
- Wing Needle = 30% x penderita x 1 set
- Abocate = 80% x penderita
- Tetracycline = 500 mg diberikan kepada penderita diare dengan suspek kolera
dengan dosis 4 x sehari selama 3 hari
- Kaporit : setiap kejadian disediakan 25 kg
- Lisol : setiap kejadian disediakan 5 liter
5. Semua logistik promosi kesehatan dicatat dan dilaporkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kota Malang
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Dalam perencanan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan perlu


diperhatikan keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko
terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan baik
kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan didalam gedung maupun diluar gedung
puskesmas.
1. Kegiatan Pelayanan Kesehatan didalam Gedung Puskesmas
Media dan isi pelayanan kesehatan didalam gedung seperti, alur pelayanan
puskesmas, jenis pelayanan kesehatan, denah puskesmas harus dapat terbaca dan
dimengerti oleh seluruh pengunjung puskesmas agar kenyamanan pengunjung
puskesmas terjaga. Begitu pula mengenai informasi masalah kesehatan yang menjadi
isu pada saat itu harus sesuai sehingga tidak membingungkan pengunjung, dilarang
meludah sembarangan, rnembuang sampah pada tempatnya dan lain-lain merupakan
upaya untuk menjaga keselamatan seluruh pengunjung.
Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien meluangkan waktunya
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau
obat yang harus ditelannya dengan jelas merupakan salah satu cara menjaga
keselamatan pasien. Begitu pula dengan informasi yang diberikan kepada pengantar
juga harus dilakukan dengan jelas. Dengan mendapatkan informasi yang benar dan
jelas tentang berbagai hal tersebut, pengantar diharapkan dapat membantu Puskesmas
memberikan informasi kepada pasien/individu tersebut.

2. Kegiatan pelayanan Kesehatan diluar Gedung Puskesmas


Menjaga keselamatan sasaran bisa dengan cara pelaksanaan konseling harus
yang benar – benar harus tepat sasaran untuk pasien/keluarga yang memiliki masalah
kesehatan cukup berat. Kunjungan rumah dilakukan untuk membantu proses
pemecahan masalah tersebut (konseling) di tingkat keluarga, dalam hal ini berlaku
prinsip-prinsip konseling.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan dalam
rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun kelalaian
atau kesengajaan. Pekerjaan yang teroganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur, tempat
kerja yang terjamin dan aman, istirahat yang cukup dapat mengurangi bahaya dan kecelakaan
kerja. Dalam perencaaan sampai dengan pelaksanaaan kegiatan pelayanan kesehatan perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan tiap-tiap kegiatan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Kinerja pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare dimonitor dan dievaluasi
dengan menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Penemuan penderita diare yang diobati di Puskesmas dan kader 10,5% x indikator
Indikator = 270 /1000 x jumlah penduduk
2. Cakupan pelayanan diare 100%
3. Angka penggunaan oralit 100%
4. Angka penggunaan RL 1%
5. Proporsi penderita diare balita yang diberi tablet zinc 100%
6. Case Fatality Rate KKLB diare 0%
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit diare di Puskesmas bukanlah tugas


petugas kesehatan Puskesmas saja, namun menjadi tanggung jawab seluruh pemegang
program di Puskesmas. Hal yang paling penting untuk dilaksanakan dalam rangka pelayanan
kesehatan Puskesmas adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan terhadap
pasien maupun terhadap individu, keluarga, Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka
yang dapat mendukung/membantu Puskesmas dari segi kebijakan atau peraturan perundang-
undangan dan sumber daya, dalam rangka pemberdayaan.
Pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di
puskesmas dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pencegahan dan pemberantasan
penyakit diare di Puskesmas. Selain itu, dengan buku pedoman ini diharapkan dapat
digunakan sebagai dasar advokasi bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai