Rangkuman
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare
Disusun Oleh:
Sebastian Ivan Kristianto
112019058
Pembimbing :
dr. Melda Suryana, M.Epid
Etiologi
Patofisiologi
a. Diare Sekretorik
Disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi akibat
gangguan absorpsi natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida tetap
berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari
tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh
infeksi bakteri akibat rangsangan pada mukosa usus oleh toksin, misalnya toksin E.coli
atau V.cholera.
b. Diare Osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dan cairan
ekstrasel. Oleh karena itu, bila di lumen usus terdapat bahan yang secara osmotik aktif
dan sulit diserap akan menyebabkan diare. Bila bahan tersebut adalah larutan isotonik,
air atau bahan yang larut maka akan melewati mukosa usus halus tanpa diabsorpsi
sehingga terjadi diare.
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah Tuntaskan
Diare), yang terdiri atas :
a. Oralit Osmolaritas Rendah
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan oralit. Bila tidak tersedia, berikan lebih banyak cairah rumah tangga
yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur
dan air matang.
b. Zinc
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan diare pada 3 bulan berikutnya. Zinc diberikan
pada setap diare dengan dosis, untuk anak berumur kurang dari 6 bulan diberikan
10 mg (1/2 tablet) zinc per hari, sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6 bulan
diberikan 1 tablet zinc 20 mg. Pemberian zinc diteruskan sampai 10 hari,
walaupun diare sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kejadian
diare selanjutnya selama 3 bulan ke depan.
c. Pemberian ASI / Makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan.
d. Pemberian antibiotika
hanya atas indikasi Antibiotik hanya bermanfaat pada anak dengan diare berdarah,
suspek kolera dan infeksi-infeksi diluar saluran pencernaan yang berat, seperti
pneumonia. Obat antiprotozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
parasit (amuba, giardia).
e. Pemberian Nasihat
Ibu atau keluarga yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasihat
tentang :
1) Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan (diare lebih
sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit, timbul
demam, tinja berdarah, tidak membaik selama 3 hari.
SURVAILANS DIARE
Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara sistematis dan
terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit diare agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran
informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.
Kriteria KLB Diare (sesuai dengan Permenkes RI No.1501/MENKES/ PER/X/2010:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
Permenkes RI No.1501/MENKES/PER/X/2010 (konfirmasi kolera) yang
sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam, hari atau minggu berturut-turut.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah
kejadian kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu
menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama.
Prosedur surveilans.
A. Cara pengumpulan data diare
Ada tiga cara pengumpulan data diare, yaitu melalui:
1. Laporan Rutin Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP
(LB), SPRS (RL), STP dan rekapitulasi diare. Laporan rutin ini dikompilasi oleh
petugas RR/Diare di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten/Kota
melalui laporan bulanan (LB) dan STP setiap bulan. Petugas/Pengelola Diare
Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari masing-masing Puskesmas dan secara
rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi dengan menggunakan formulir
rekapitulasi diare. Dari tingkat Propinsi direkap berdasarkan kabupaten/kota
secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat (Subdit Diare & ISP) dengan
menggunakan Formulir Rekapitulasi Diare
2. Laporan KLB/wabah Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode
24 jam (W1) dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi : Kronologi
terjadinya KLB, Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
keadaan epidemiologis penderita, hasil penyelidikan yang telah dilakukan, hasil
penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut
3. Pengumpulan data melalui studi kasus Pengumpulan data ini dapat dilakukan
satu tahun sekali, misalnya pada pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk
mengetahui “base line data” sebelum atau setelah program dilaksanakan dan hasil
penilaian tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang
B. Pengolaha, Analisis dan Intepretasi
Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk tabel-tabel
atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini sebaiknya dilakukan
berjenjang dari Puskesmas hingga Pusat, sehingga apabila terdapat permasalahan
segera dapat diketahui dan diambil tindakan pemecahannya.
C. Penyebarluasan hasil interpretasi
Hasil analisis dan interpretasi data yang telah dikumpulkan, diumpan balikkan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada pimpinan di daerah (kecamatan hingga
Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan tanggapan dan dukungan penangganannya.
PENYIMPANAN SPECIMEN
a. Rectal Swab (Usap dubur)
1) Masukkan tabung Cary & Blair kedalam termos es dan segera kirim ke laboratorium
rujukan. Bila medium transport tidak tersedia, masukkan segera usap dubur tersebut
kedalam tabung kaca atau kantong plastik baru dan bersih dan ikat supaya specimen tidak
terkontaminasi, dan jangan lupa memberikan label identitas penderita yang lengkap.
2) Untuk specimen rectal swab, cukup disimpan dalam ruang sejuk dan terlindung dari
sinar matahari, penyimpanan dalam lemari es lebih baik.
Medium transport Cary & Blair :
▪ Medium disimpan dalam lemari pendingin (40C – 8 0C) sampai sebelum dipakai.
▪ Perhatikan tanggal kadaluarsa, biasanya dapat dipakai dalam waktu 1 tahun.
▪ Volume agar tidak berkurang.
▪ Warna media/agar tidak berubah.
▪ Kapas lidi harus tetap steril, bila kemasan rusak jangan dipakai.
b. Air Bila memerlukan waktu lebih dari 6 jam, sampel dimasukkan dalam kotak pendingin
(coolbox) dengan suhu 80 C – 100C.
c. Makanan Masukkan sampel kedalam coolbox yang telah berisi icepack.
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN
Ada 3 strategi komunikasi dalam promosi kesehatan yaitu : Advokasi, Bina Suasana dan
Gerakan Masyarakat.
A. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan ) Advokasi merupakan upaya
yang sistematis dan terorganisir untuk memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat
dan Daerah, Publik, atau pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian
Penyakit Diare agar dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.
B. Bina Suasana Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam
pengendalian penyakit diare.
C. Gerakan / Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi
secara terur-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu,
mau, mampu dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan
mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan masyarakat terutama dalam
tatalaksana penderita di rumah tangga dan pencegaran diare.
b. Balita
Persentase jumlah penderita diare balita yang dilayani dalam satu tahun dibagi
target penemuan penderita balita pada tahun yang sama.
Cakupan Pelayanan Balita
Pengelolaan Logistik
Logistik yang dibutuhkan Pengendalian Penyakit Diare adalah oralit, zinc, obat paket
KLB Diare. Kemasan obat yang disediakan adalah oralit 200 ml, tablet zinc 20 mg, untuk
obat paket KLB Diare adalah Oralit, Ringer Laktat 500 ml, giving set dan wing needle
ukuran anak dan dewasa, I.V. catheter dengan ukuran sesuai kebutuhan dan Tetrasiklin 500
mg.
a. Kebutuhan
1. Kebutuhan Oralit dan Zinc
Perhitungan kebutuhan logistik diare ditentukan berdasarkan perkiraan jumlah
penderita diare yang datang ke Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas dan
Kader). Perkiraan jumlah penderita diare dihitung berdasarkan perkiraan
penemuan penderita, angka kesakitan, jumlah penduduk di suatu wilayah.
Perkiraan jumlah penderita ditentukan sesuai Tabel Indikator.
Kebutuhan Oralit :
ORALIT = Target Penemuan Penderita Diare x 6 bungkus + Cadangan –
Stok
Kebutuhan Zinc :
ZINC = Target Penemuan Penderita Diare Balita x 10 Tablet + Cadangan -
Stok
Keterangan :
Cadangan adalah perkiraan obat yang rusak biasanya 10% dari jumlah kebutuhan.
Stok adalah sisa obat diakhir tahun.