Anda di halaman 1dari 23

Diare

Kelompok 4B
1. Fikri Dermawan (P05120220059)
2. Nunik Fitaloka (P05120220069)
3. Meti Destari (P05120220065)
4. Helfi Novriani (P05120220060)
5. Aziza Inaya (P05120220050)
A. Konsep penyakit Diare

1. Definisi
Diare adalah peningkatan frekuensi atau penurunan konsistensi feses. Diare pada anak dapat bersifat akut
atau kronik (Carman, 2016). Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare di sebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus (Wong, 2009).

Diare adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari
saluran gastrointestinal dengan manifestasi di sertai muntah-muntah atau ketidaknyaman abdomen (Muttaqin & Sari,
2011).
2. Klasifikasi
Menurut Wong, (2009) Diare dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut didefenisikan sebagai
keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agen
infeksius dalam traktus GI.

b. Diare kronis
Sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan (lamanya
sakit lebih dari 14 hari).

c. Diare intraktabel
Pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta
berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebab dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi.

d. Diare kronis nonspesifik


Yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel. Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab
diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu.
3. Etiologi
Penyebab utama diare akibat virus adalah rotasi virus banyak
organisme yang menyebabkan diare akibat bakteri, yaitu campylobacter,
shigella, salmonella, staphylococcus aureus dan escherichia coli. Salah
satu agen parasit yang paling sering menyebabkan diare pada anak.
Kebanyakan organisme patogen penyebab diare disebarluaskan lewat jalur
fekal, oral melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau ditularkan
antar manusia dengan kontak yang erat.
4. Patofisiologi
Menurut Muttaqin & Sari (2011), secara umum kondisi peradangan pada
gastrointestinal disebabkan oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa,
memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme dasar yang
menyebabkan diare meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Gangguan osmotic
Kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh
mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.

b. Respons inflamasi mukosa


Terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen
infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus
ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.

c. Gangguan motilitas usus


Terjadinya hiperperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Kusuma (2016) Manifestasi klinis dapat di jadikan dua yaitu diare akut dan diare kronis:

a. Diare akut
1.) Buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak enak dan nyeri perut
2.) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
3.) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit.

b. Diare kronik
1.) Penurunan berat badan dan napsu makan
2.) Demam biasanya dalam menanggapi infeksi seperti virus atau infeksi bakteri atau peradangan karena
penyakit
3.) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah.
6. Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang dengan diare akan di perlukan pemeriksaan penunjang yaitu
antara lain: pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, jumlah
leukosit), kadar elektrolit serum, ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja (makroskopis
dan mikrokopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, Biakan dan resistensi feses (colok
dubur)) dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus biasanya
mempunyai jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien
dengan infeksi bakteri terutama bakteri yang invasi ke mukosa, memiliki leukositosis
dengan kelebihan darah putih.
7.Komplikasi
Menurut Suhayono dalam (Nursalam, 2008) komplikasi yang dapat terjadi dari
diare akut maupun kronis, yaitu:

a. Kehilangan cairan dan elektrolit (terjadi dehidrasi)


Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolic), karena:
1. Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
2. Walaupun susu diteruskan, sering dengan pencernaan dalam waktu yang
terlalu lama
3. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik
adanya hiperstaltik.

b. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi dara berupa renjatan atau syok hipovolemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah sehingga dapat
mengakibatkan perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita meninggal.
 
c. Hiponatremia
Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi darin
hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi, koreksi Na
dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu: memakai Ringer
Laktat.
8. Penatalaksanaan
1. Rencana terapi
Penanganan diarea rumah, dengan menjelaskan pada ibu tentan 4 aturan perawatan di
rumah:

a. Beri cairan tambahan


Jelaskan pada ibu, untuk beri ASI lebih sering danlebih lama pada setiap kali pemberian.
Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau air matang sebagai tambahan.

b. Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,
cairan makanan (kuah sayur, air tajin). Atau air matang. Anak harus diberi larutan oralit
dirumah jika:
1. Anak telah diobati dengan Rencana Terapi B atau C dalam kunjungan ini.
2. Anak tidak dapat kembali ke klinik jika diareanya bertambah parah.
3. Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk digunakan dirumah. Tunjukkan kepada ibu beberapa banyak oralit atau caian lain
yang harus diberikan setiap kali anak berak:
a. Sampai umur 1 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali berak.
b. Umur 1 sampai 5 tahun: 100sampai 200 ml setiap kali berak.
4. Katakan kepada ibu:
a. Agar meminum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cairan/gelas.
b. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi lebih lambat.
9. Cara penularan
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh
serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.
10. Akibat
Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami
kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya karena
diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam
beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita
diare terlambat ditangani.

11. Cara pencegahan


Pencegahan muntaber bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.
1. Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air
dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.
4. Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah

12. Pengobatan
1.Meningkatkan konsumsi cairan
2.Mengonsumsi makanan yang lunak
3.Meminum oralit atau antibiotik
B.Konsep Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas Diri
Terdiri dari identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien.
b. Keluhan utama
Umumnya klien yang mengalami diare mengeluh BAB secara terus menerus atau nyeri pada bagian abdomen
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal hingga dibawa ke Rumah Sakit secara lengkap,
meliputi :
• Propokatif dan Paliatif : Apa hal yang memicu atau pun mengurangi timbulnya nyeri abdomen yang dirasakan
klien
• Quality / kualitas : Nyeri abdomen yang dirasakan klien seberapa hebat dan seperti apa, misalnya klien
mengatakan nyeri abdomen seperti diremas - remas
• Region : Pada bagian abdomen mana nyeri yang dirasakan klien.
• Saverity / scale aktivitas : Tentukan skala nyeri yang dirasakan oleh klien.
• Timming : Kapan nyeri abdomen dirasakan oleh klien.
• Riwayat kesehatan dahulu
Identifikasi apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit Diare. Tanyakan juga penyakit – penyakit yang
kemungkinan pernah diderita oleh klien yang menjadi factor predisposisi
• Riwayat kesehatan keluarga
Identifikasi adakah anggota keluarga klien yang sebelumnya menderita penyakit Diare. 
• Aktivitas sehari-hari
Mengidentifikasi pola ADL (Activity Daily Life), misalnya pola makan dan minum, pola BAB dan BAK, pola
istirahat tidur, pola personal hygiene, dan pola aktivitas disaat klien dalam kondisi sehat maupun dalam kondisi sakit
sehingga dapat diketahui ada tidaknya gangguan yang ditimbulkan akibat penyakit Diare yang diderita oleh klien.
Pemeriksaan fisik

1. Mengkaji Sistem pencernaan : Mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap
dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum.
2. Mengkaji Sistem Pernafasan : Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan).
3. Mengkaji Sistem kardiovaskuler : Nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada
diare sedang .
4. Mengkaji Sistem integumen : Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
37,5° C, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.
5. Mengkaji Sistem perkemihan
Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam), frekuensi berkurang dari sebelum
sakit.
 
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
2. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit (terutama
Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.
2. Diagnosa
1. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )
2. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
3. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan
3) Intervensi

1. Diare b.d fisiologis ( proses infeksi )

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan eliminasi fekal pasien membaik dengan
kriteria hasil :
a) Konsistensi feses meningkat
b) Frekuensi defekasi/bab meningkat
c) Peristaltik usus meningkat
d) Kontrol pengeluaran feses meningkat
e) Nyeri abdomen menurun
2) Intervensi
Observasi
a) Identifiksi penyebab diare
b) Identifikasi riwayat pemberian makan
c) Identifikasi gejala invaginasi
d) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
e) Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
a) Berikan asupan cairan oral (oralit)
b) Pasang jalur intravena
c) Berikan cairan intravena
d) Ambil sample darah untuk pemeriksaan darah lengkap
e) Ambil sample feses untuk kultur, jik perlu
Edukasi
a) Anjurkan manghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan
mengandung laktosa
b) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
 
 
2. Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status cairan pasien membaik dengan
kriteria hasil :
a) Turgor kulit membaik
b) Frekuensi nadi membaik
c) Tekanan darah membaik
d) Membrane mukosa membaik
e) Intake cairan membaik
f) Output urine meningkat
2) Intervensi
Obsevasi
a) Periksa tanda dan gejala hypovolemia ( missal frekuensi
nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urin menurun,haus,lemah).
b) Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
a) Hitung kebutuhan cairan
b) Berikan asupan cairan oral
Edukasi
a) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b) Anjurkan menghidari posisi mendadak
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan isotonis (Nacl.RL)
b) Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak.
3. Defisit nutrisi b.d penurunan intake makanan

1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status nutrisi pasien membaik dengan kriteria
hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Frekuensi makan membaik
d) Nafsu makan membaik
e) Bising usus membaik
2) Intervensi
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi keburuhan kalori dan nutrisi
e) Monitor asupan makanan
f) Monitor berat badan
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
a) Berikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
b) Berikan makanan tinggi kalori dan protein
Edukasi
a) Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
a) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk menetukan jumlh kalori dan jenis nutsisi yang dibutuhkan jika perlu.
b) Kolaborasi pemberian obat antimetik jika perlu
 
Thanks you

Anda mungkin juga menyukai