Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENDEKATAN PERAWATAN LANSIA, PRINSIP DAN ETIKA

Disusun Oleh:
Kelompok 2

Ami Cahyani Putri (P05120220048)


Dina Permata Sari ( P05120220055)
Mayastra (P05120219066)
Meti Destari (P05120220065)
Sukma Wijaya (P05120220081)

Dosen:
Ns.Nehru Nugroho,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pendekatan Perwatan Lansia,Prinsip Dan Etika

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Keperawatan Gerontik .Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Pemberdayaan keluarga

Kami mengucapakan terimakasih kepada Bapak Ns.Nehru Nugroho,M.Kep yang


telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I ...............................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lansia............................................................................................
B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia.........................................................
C. Prinsip Dan Etika Perawatan Lansia.......................................................
D. Prinsip Moral Etik Terhadap Lansia.......................................................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................
B. Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Lansia
Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia
65 tahun ke atas (Abdul, 2016). Lansia adalah suatu bagian dari proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
serta mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan, sehingga tidak
tahan terhadap infeksi dalam proses memperbaiki kerusakan yang diderita.
Lansia adalah tahap akhir dari suatu proses penuaan yang ditandai dengan
penurunan fungsi fisiologis organ tubuh yang ditandai dengan kulit menjadi
keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran
berkurang, penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi
lambat, nafsu makan berkurang, dan kondisi tubuh yang lain mengalami
kemunduran (Padila, 2013).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia yang di karuniai umur panjang. Proses menua merupakan
proses sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai dari waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses yang
berjalan secara alamiah yang berarti seseorang telah mengalami tiga tahap
kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2015).
WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
Lansia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyatakan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Lansia bukanlah suatu penyakit,
namun 8 merupakan suatu proses yang berangsur-angsur dapat mengakibatkan
perubahan yang kumulatif, dan menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam ataupun luar tubuh yang berakhir dengan
kematian (Nugroho, 2015).
B. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
Nugroho (2015) menyatakan bahwa pendekatan perawatan lanjut usia
dibagi menjadi beberapa antara lain :
1. Pendekatan fisik Perawatan fisik umum pada klien lanjut usia dapat
dibagi menjadi dua bagian :
a. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk
kebutuhan seharihari ia masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus
mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang
hal yang berhubungan tentang kebersihan perseorangan untung
mempertahankan kesehatannya.
2. Pendekatan psikis
Perawat mempunyai peranan penting dalam mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan
sebagai pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing
(baru), penampung rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab. Pada
dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberi perawatan. Oleh karena
itu perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh,
membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuannya.
3. Pendekatan sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan suatu
upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial, memberi
kesempatan kepada lansia untuk berkumpul antar sesama lansia yang
lain untuk menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini
merupakan pegangan bagi perawat bahwa klien yang dia hadapi saat
ini adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam
pelaksanaannya perawat memberikan kesempatan kepada lansia untuk
berkomunikasi dan rekreasi seperti melakukan jalan pagi, menonton
film, atau hiburan yang lain.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin
dalam hubungan lansia dengan tuhan atau agama yang dianutnya,
terutama jika lansia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian.
Dalam menghadapi kematian setiap lansia akan memberikan reaksi
yang berbeda, tergantung pada kepribadian dan cara mereka
menghadapi hidup. Oleh karena itu, perawat harus bisa melihat dengan
cermat apa kelemahan dan kekuatan klien tersebut, supaya perawatan
selanjutnya dapat lebih terarah. Bila kelemahan terletak pada segi
spiritual, sudah selayaknya perawat dan tim mencari upaya agar klien
lansia tersebut dapat diringankan penderitaannya. Perawat bisa
memberi kesempatan kepada klien lansia untuk melakukan ibadahnya
atau memberikan bimbingan rohani secara langsung dengan
menganjurkan klien melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab
atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama
yang dianutnya

C. Prinsip dan etika perawatan lansia


1. Empati

Istilah empati menyangkut pengertian : ”simpati atas dasar


pengertian yang dalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan
geriatri harus memandang seorang lansia yang sakit denagn pengertian,
kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus memahami peroses
fisiologis dan patologik dari penderita lansia. 
2. Yang harus dan yang ”jangan” :
Prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-maleficence dan
beneficence. Pelayanan geriatri selalu didasarkan pada keharusan
untuk mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari
tindakan yang menambah penderita (harm) bagi penderita. Terdapat
adagium pr imum non nocere (”yang penting jangan membuat
seseorang menderita”). Dalam pengertian ini, upaya  pemberian
posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian
analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina) yang cukup, pengucapan
kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah
dan praktis untuk dikerjakan. 
3. Otonomi

yaitu suatu prinsip bahwa seorang inidividu mempunyai hak


untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri.
Tentu saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang
geriatri hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat
membuat putusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika ketimuran,
sering kali hal ini dibantu atau menjadi semakin rumit oleh pendapat
keluarga dekat. Jadi secara hakiki, prinsip otonomi berupaya untuk
melindungi penderita yang fungsional masih kapabel, sedangkan non-
maleficence dan beneficence lebih bersifat melindungi penderita
yang inkapabel. Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi wakil dari
orang lain untuk membuat suatu keputusan. Misalkan : Seorang ayah
membuat keputusan bagi anaknya yang belum dewasa. 
4. Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan geriatri harus memberikan perlakuan yang
sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan
seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan pembedaan atas
dasar karakteristik yang tidak relevan. 
5. Kesungguhan Hati
Yaitu suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua
janji yang diberikan pada seorang penderita. 

D. Prinsip Moral Etik terhadap Lansia:

a. Respect (Hak untuk dihormati)


Perawat harus menghargai atau menghormati hak-hak
klien.
b. Autonomy (hak pasien memilih)
Hak pasien untuk memilih perawatan yang terbaik
untuk dirinya.
c. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan pasien)
Kewajiban perawat untuk melakukan hal tidak
membahayakan pasien atau orang lain dan secara aktif
berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan
pasiennya
d. Non-Maleficence (Utamakan tiak mencederai pasien)
Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja
menimbulkan kerugian atau cidera, yaitu dengan
prinsip jangan membunuh, menghilangkan nyawa,
jangan menyebabkan nyeri atau penderitaan pada klien
dan jangan melukai perasaan klien.
e. Confidelity (Hak Kerahasiaan)
Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi
tentang pasien/klien yang dipercayakan pasien kepada
perawat
f. Justice (Keadilan)
Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang.
Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak
berat sebelah
g. Fidelity (Loyal / Ketaatan)
Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah
diambil. Pada era modern, pelayanan kesehatan
berbentuk Upaya Tim (tanggung jawab tidak hanya
pada satu profesi) akan tetapi 80% kebutuhan dipenuhi
oleh perawat.
h. Veracity (Kejujuran)
Kewajiban untuk mengatakan kebenaran. Terkait erat dengan prinsip
otonomi, khususnya terkait informed-consent. Prinsip ini mengikat
pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran
BAB III

A. KESIMPULAN

Makalah ini penulis menyimpulkan bahwa etika yang dilakukan pada lansia
harus dilakukan meliputi beberapa prinsip (empati, otonomi, keadilan, dan
kesungguhan hati). Juga dengan pemenuhan dari aspek hukum dan etika karena
hukum untuk lansia merupakan gambaran seberapa jauh perhatian negara pada
lansia.aspek tersebut berguna untuk memecahkan permasalahan pada lansia ditiinjau
dari aspek hukum dan etik. Ditinjau dari kebijakan pemerintah tentang kesejahteraanya,
lansia dapat digolongkan dari berbagai sudut (kebijakan dan strategi nasional) sehingga
diharapkan dapat terwujudnya perhatian untuk lansia.

B. SARAN

Kita diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai aspek


dan kebijakan bagi lansia di Indonesia sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan
layanan keperawatan. Diharapkan agar perawat mampu menindaklanjuti trend aspek
dan kebijakan bagi lansia di Indonesia kegiatan

 pelayanan terpadu sebagai dasar untuk pengembangan perhatian bagi lansia yang lebih
baik bagi dunia keperawatan, serta dapat diaplikasian untuk mengembangkan
kompetensi dalam keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu


Kesehatan Usia  Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ma'rifatul Lilik A. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mickey & Patricia. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi


2. EGC. Jakarta:Buku Kedokteran.

SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan


Dari

Berbagai Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai