Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LINGKUP PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GERONTIK

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NOVICA AYU SAPUTRI PASARIBU 190204042

LOVIAN SINAMBELA 190204029

RISTON ANGRIADI 190204035

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

KEPERAWATAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok dapat menyelesaikan makalah tentang “Lingkup
Peran Dan Fungsi Perawat Gerontik”.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Medan, 16 Maret 2022

Kelompok 2
A. Fenomena keperawatan gerontik

Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan. Penuaan didalam

masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat ini. Menua (menjadi tua)

adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Constantinides, 1994).

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang

harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum usia lanjut.

Tiga dari empat penyebab kematian yang paling sering terjadi di kalangan lansia,

penyakit jantung, kanker dan stroke, merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang sehat.

Namun, gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang

mengalamai penyakit kronis secara bertahap telah di gantikan oleh konsep baru seperti masa

tua yang penuh kesuksesan (misalnya, kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap

proses penuaan). Dan penurunan morbiditas (misalnya, penundaan awitan, terjadinya

penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap akhir kehidupan). Perlindungan

kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan

kerangka kerja yang tepat untuk perawat lansia. Perawat profesional untuk lansia mengenal

bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun, yang dapat di harapkan hidup 20

tahun lagi, merupakan komponen penting dalam perawatan kesehatan.

Adapun asuhan keperawatan dasar yang di berikan di sesuaikan pada kelompok lanjut

usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antaralain :


1. Untuk lanjut usia yang masih aktif, asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang

perosnal hygiene; kebersiha gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu , kebersihan diri

termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga, kebersihan lingkungan seperti

tempat tidur dan ruangan, makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi, bervariasi dan

mudah dicerna.

2. Untuk lanjut usia yang telah mengalami pasif, yang tergantung pada orang lain. Hal ini perlu

di perhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya

sama seperti pada lanjut usia aktif dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.

Khususnya bagi yang lumpuh, perlu di cegah agar tidak terjadi dekubitus

B. Lingkup, peran dan tanggungjawab keperawatan gerontik

Lingkup askep gerontik meliputi:

1. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan

2. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan

3. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan

Apa yang merupakan tanggung-jawab etis khusus perawat yang merawat perempuan

lansia? Beberapa pendapat menyatakan bahwa masyarakat dan anggotanya membawa

tanggungjawab khusus untuk menanggapi kebutuhan populasi yang rentan. Menurut salah

satu pendapat suatu kewajiban untuk melindungi seseorang di bawah ancaman bahaya

diterapkan tidak hanya untuk kesejahteraan material yang berbahaya, tetapi terhadap

perasaan, citra diri, atau kehormatan diri terutama yang rentan terhadap cedera.

Berkembangnya argumentasi ini pada pelayanan kesehatan, bisa menjadikan anggapan bahwa

perawat dan para tenaga kesehatan lainnya mempunyai kewajiban lebih kuat terhadap pasien

lansia. Mengingat semua pasien rentan karena penyakit mereka, pasien lansia berada pada

risiko ganda. Mereka mudah terkena serangan tidak hanya berdasarkan keadaan sakit, tetapi
juga karena menjadi lebih tua di dalam suatu masyarakat yang mengevaluasikan dan

mendiskriminasikan lansia. Perempuan lansia bahkan lebih peka karena stereotip negatif

penuaan, mungkin lebih kasar berlaku untuk mereka dan memungkin lebih berbahaya ketika

diterapkan. Keadaan pasien seperti itu didasarkan kepada diskriminasi jenis kelamin dalam

masyarakat yang lebih besar dan dalam lingkungan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, beberapa pakar menghimbau perawat gerontik dan

tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien lansia

mempunyai tanggung jawab untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menentang mitos dan pandangan streotip dihubungkan dengan penuaan. o Membedakan


suatu ciri proses penuaan yang sehat dari penyakit.
2. Memeriksa faktor psikologis sosial dan biologis yang mempengaruhi penuaan yang sehat.
3. Mengembangkan strategi untuk melindungi, meningkatkan, dan memelihara kesehatan
wanita lanjut usia.

4. Memurnikan suatu konsep kesehatan fungsional dengan mengetahui pribadi, juga sumber

daya lingkungan dan menekankan potensi pertumbuhan penuaan wanita pada semua tingkat

kesehatan.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial,

baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang

diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu (Kozier Barbara, 1995).

Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam

praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi

kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara

professional sesuai dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan

sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan


Dalam prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:

1. Sebagai Care Giver/ pemberi asuhan langsung

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan

keperawatan secara langsung dan tidak langsung kepada klien, menggunakan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data

dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan hasil analisis data,

merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan

membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan.

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali

kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh

dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan

fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan

sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan

tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.

2. Sebagai Pendidik klien lansia


Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui

pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diterima

sehingga klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.

Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien lansia

yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya.

Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok

masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar - orang yang belajar


adalah tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan

saling ketergantungan ini akan terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa

percaya tersebut dengan berbagi pandangan objektif klien.

Peran ini, dapat dalam bentuk penyuluhan kesehatan, maupun bentuk desiminasi ilmu

kepada klien

3. Sebagai komunikasi ( comunicator )

Setiap perawat yang berkeinginan menjadi perawat yang memberikan perawatan secara

efektif, hal pertama yang harus dipelajari adalah cara berkomunikasi. Komunikasi yang baik

menjadikan perawat mengetahui tentang klien mereka yang akhirnya mampu mendiagnosa

dan menemukan hal - hal yang mereka butuhkan selama proses perawatan.

4. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap

keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini merupakan dasar dalam merencanakan

metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan

kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling

diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan

pengalaman yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah

perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

5. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan sumber-sumber potensi klien (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada, baik materi

maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak ada intervensi yang

terlewatkan maupun tumpang tindih.


Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan hal-hal

sebagai berikut :

a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan.


b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas.
c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan.
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan keperawatan pada

sarana kesehatan

6. Rehabilitator

Rehabilitasi merupakan proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal

setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.

Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka dan

perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut. Rentang

aktivitas rehabilitatif dan restoratif mulai dari mengajar klien berjalan dengan menggunakan

kruk sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan

penyakit kronis.

7. Pembuat keputusan klinik ( Collabolator )

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berpikir

secara kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan ini sendiri atau

berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja

sama dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan profesional lainnya ( Keeling

dan Ramos, 1995 )

8. Sebagai Caring

Tanggung-jawab etis seorang perawat secara umum telah diuraikan dalam kaitannya

dengan caring dan perlindungan. Reverby melacak sejarah keperawatan Amerika pada awal

abad ke-19. Selama waktu tersebut, hampir tiap-tiap perempuan menghabiskan sebagian dari
hidupnya untuk memperhatikan macam-macam penyakit dan kelemahan teman-teman dan

sanak keluarga. Pada saat keperawatan dikenal sebagai suatu pekerjaan professional dan

tempat dalam merawat dipindahkan dari rumah sakit, tugas merawat ditafsirkan berarti

ketaatan terhadap perintah dokter. Menurut Reverby, caring keperawatan baru-baru ini telah

mengalami suatu perubahan bentuk. Berbeda dari sebelumnya, sekarang akan ditemui

perawat menuntut hak untuk menentukan bagaimana tugas merawat didapatkan. Sekarang

perawat menginginkan suatu model caring yang menyertakan hak-hak terhadap otonomi

dengan nilai-nilai ideal tradisional mengenai hubungan dan azas mengutamakan orang lain.

Pakar teori ilmu perawatan modern yang melanjutkan untuk mengidentifikasi caring

sebagai hal yang utama untuk merawat juga menekankan bahwa teori ilmu keperawatan itu

harus dibangun dari praktek keperawatan dibandingkan dengan gambaran ideal dalam

keperawatan. Benner dan Wrubel sebagai contoh, mengembangkan penafsiran teori caring

keperawatan dari pengamatan empiris dalam praktik keperawatan. Mereka mendefenisikan

caring sebagai suatu perhatian kepada orang lain, peristiwa, pekerjaan, dan hal-hal lain. Oleh

karena itu, dapat dipahami bahwa caring memungkinkan untuk keperawatan karena

memadukan pemikiran, perasaaan, dan tindakan serta memberikan arah dan motivasi untuk

perawat.

Swanson juga mengemukan suatu model induktif caring. Menurut model ini, caring

memberikan bantuan dengan suatu cara yang memelihara martabat manusia,

mempertahankan kemanusiaan, dan menghindari penurunan status moral seseorang. Caring,

menurut Swanson, melibatkan lima komponen:

1. Mengetahui atau berusaha keras untuk memahami suatu peristiwa sebagai sesuatu

yang yang mempunyai arti dalam hidup orang lain.

2. Mendukung atau menunjukan keberadaan secara emosional kepada yang lain.


3. Mengurus atau melakukan sehingga orang lain akan melakukan untuk dirinya jika itu

mungkin.

4. Memungkinkan atau memudahkan orang lain melalui pergantian hidup dan peristiwa

yang lazim.

5. Mempertahankan kepercayaan yang mengisyaratkan kepercayaan dalam kapasitas


lain untukmelalui suatu pergantian atau peristiwa untuk menghadapi masa depan yang
terpenuhi.

Walupun sebagai keperawatan sering dihubungkan dengan fungsi pelayanan, baik

dokter maupun perawat peduli tentang dan untuk pasien dan caring adalah pusat tujuan

pelayanan kesehatan yang etis. Selain itu, karena keterampilan untuk perawat secara medis

dan secara teknis lompleks. Praktek keperawatan telah meningkat dari keperawatan domestik

yang lebih sederhana di dalam rumah menjadi pembedahan dan anastesi didalam unit

perawatan intensif ( UFI) yang modern. Akhirnya, caring dan tidak hanya meliputi

membantu orang lain, tapi juga menahan diri dari mengunakan berbagai bentuk terapi dan

pengobatan.

9. Sebagai Advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan

klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan

dengan pendekatan tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan

perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan

terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai

advokat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan

masyarakat dalam pelayanan keperawatan.


Bertentangan dengan beberapa ahli yang memandang caring sebagai pusat

keperawatan. Anas membantah bahwa suatu kiasan baru mengenai keprawatan sebagai

advokasi harus menggantikan model tradisional sedangkan model keperawatan menekankan

tanggapan untuk memberikan respon terhadap rasa sakit dan penderitaan, advokasi,

menekankan rasa hormat pada pasien dan mempertahankan hak hukum pasien. Pada model

ini, perawat secara ideal memiliki pengetahuan tentang hak-hak pasien dan bersiap untuk

meredam perselisihan dengan maksud untuk perlindungan dan melindungi pasien terhadap

penyalahgunaan hak-hak. Secara khusus, hak-hak yang harus dilindungi oleh perawat

meliputi hal-hal yang dilindungi oleh perawat meliputi hal-hal yang termaksud dalam

American hospital Ascociation Bill of Right yang dinyatakan pada tahun 1973.

Hak – hak pasien :

1. Pasien mempunyai hak untuk mendapat perhatian dan pelayanan yang terhormat.
2. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang lengkap yang berdasarkan hasil

diagnosis, pengobatan dan prognosis dari dokternya sehingga pasien paham.

3. Pasien mempunyai hak untuk menerima informasi yang diperlukan dari dokternya untuk

persetujuan tindakan sebelum memulai segala prosedur dan pengobatan.

4. Pasien mempunyai hak untuk menolak perawatan yang diberikan secara hukum dan untuk
diberitahukan konsekuensi medis dari tindakan tersebut.

5. Pasien mempunyai hak untuk setiap pertimbangan privasinya mengenai program perawatan
medik sendiri.

6. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa semua percakapan dan catatan yang

menyangkut perawatan dirinya harus di jaga kerahasiannya.

7. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan bahwa pihak rumah sakit di dalam

kapasitasnya mampu memberikan tanggapan yang beralasan terhadap permintaan pasien

untuk jasa pelayan yang diperlukan.


8. Pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi seperti hubungn rumah sakit terhadap
pelayanan kesehatan lain dan instusi pendidikan sepanjang perawatan nya diperhatikan.

9. Pasien mempunyai hak untuk di berikan pertimbangan jika rumah sakit mengusulkan untuk
mengikut sertakan dalam percobaan manusia yang mempengaruhi perawatan atau
pengbatan.

10. Pasien mempunyai hak untuk mengharapkan perawatan yang berkesinambungan.


11. Pasien mempunyai hak untuk memeriksa dan menerima suatu penjelasan secara terperinc
mengnai jumlah tagihan rekening yang harus di bayar.

12. Pasien mempunyai hak untuk mengatahui peraturan rumah sakit yang berlaku berkaitan
dengan kedudukannya sebagai seorang pasien.

Sesuai dengan model perawat sebagai advokat pasien, terdapat revisi dalam

international Council of Nurses Code of Etic yang menekankan tanggunag jawab perawat

yang utama kepada orang yang memerlukan asuhan keperawatan.

Pengkajian terbaru mengenai advokasi perawatan untuk masa sekarang lebih

dikosentrasikan terhadap kebutuhan untuk meninjau kembali status hukum untuk

mendukung advokasi perawat dan kebutuhan untuk memperluas pendidikan yang

memungkinkan perawat untuk menyelesaikan suatu peran advokasi yang lebih efektif.

Pengkajian lainnya, membantah bahwa advokasi itu harus ditafsirkan dalam arti untuk

membantu orang lain untuk melatih kebebasan untuk benar-benar menentukan nasibnya

sendiri. Maka dapat dipahami advokasi berbeda dari kedua-duanya baik praktek paternalisti

yang membantasi kebebasan individu maupun dari perlindungan konsumen, yang

menyiratkan nasehat hanya secara teknis untuk memberikan informasi yang diperlukan untuk

pemilihan pasien diantara berbagai macam tindakan yang tersedia.

Tugas perawat antaralain :

1. Tugas Perawat dalam Teori Biologi


Perawatan yang memperhatikan kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian- kejadian yang

dialami klien lansia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih bisa dicapai dikembangkan, penyakit yang dapat dicegah atau

ditekan progresifitasnya.

Perawatan fisik secara umum bagi klien lansia dapat dibagi atas bagian yakni:
a. Klien lansia yang masih aktif, dimana keadaan fisiknya masih mampu bergerak

tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannnya sehari-

hari masih mampu melakukan sendiri.


b. Klien lansia yang pasif atau tidak dapat bangun, dimana keadaan

fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit.

Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lansia ini terutama halhal yang

berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya

penyakit/peradangan mengingat umber infeksi dapat timbul bila kebersihan kurang

mendapat perhatian. Disamping itu kemunduran kondisi fidik akibat proses penuaan

dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.

Untuk klien lansia yang aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan

gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan kuku dan rambut, kebersihan temopat tidur

serta posisinya, hal makan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke

kursi atau sebaliknya. Komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah

memperhatikan dan membantu para klien lansia untuk bernafas dengan lancar,

makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum melakukan eliminasi,

tidur, menjaga sikap tutbuh waktu berjalan, duduk, merubah posisitiduran, beristrahat,

kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan,

melindungi kulit dari kecelakaan.


2. Tugas Perawat Dalam Teori Sosial

Perawat sebaiknya memfasilitasi sosialisasi antar lansia dengan mengadakan diskusi dan

tukar pikiran serta bercerita sebagai salah satu upaya pendekatan sosial. Memberi kesempatan

untuk berkumpul bersama berarti menciptakan sosialisasi antar manusia, yang menjadi

pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah mahluk sosial yang

membutuhkan orang lain. Hubungan yang tercipta adalah hubungan sosial antara werda

dengan werda maupun werda dengan perawat sendiri.

Perawat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para werda untuk

mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi seperti jalan pagi, menonton film atau

hiburanhiburan lain karena mereka perlu diransang untuk mengetahui dunia luar. Dapat

disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah pentingnya dengan

upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau ketenangan para klien lansia.

Menurut Drs H. Mannan dalam bukunya Komunikasi dalam Perawatan mengatakan :

tidak sedikit klien tidak bisa tidur karena stres. Stres memikirkan penyakitnya, biaya hidup,

keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan, rasa ketakutan atau

kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya. Untuk menghilangkan rasa jemu dan

menimbulkan perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberikan kesempatan kepada mereka

untuk antara lain ikut menikmati keadaan diluar, agar mereka merasa masih ada hubungan

dengan dunia luar. Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara mereka

(terutama bagi yang tinggal di panti werda ), hal ini dapat diatasi dengan berbagai usaha,

antara lain selalu mengadakan kontak sesama mereka, makan dan duduk nbersama,

menanamkan rasa kesatuan dan persatuan, senasib dan sepenanggungan, mengenai hak dan

kewajiban bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik

sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan pelayanan

klien lansia di panti werda.


3. Tugas Perawat dalam Teori Psikologi

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada klien

lansia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang

asing sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat

hendaknya memiki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar mereka merasa puas. Pada

dasarnya klien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya termasuk

perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus menciptakan suasana yang

aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan

hobby yang dimilikinya. Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan kreasi klien

lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan,

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik dan kelainan yang dideritanya, hal ini perlu

dilakukan karena : perubahan psikologi

Tanggung jawab Perawat Gerontik :

• Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal.


• Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya.
• Membantu klien lansia menerima kondisinya.
• Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi sampai

dengan meninggal.

• Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan

jalan perawatan dan pencegahan.


• Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semanagt hidup klien usia

lanjut.
• Menolong dan merawat klien usia lanjut yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan

tertentu (kronis maupun akut).


• Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu

penyakit / gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu

suatu petolongan ( memelihara kemandirian secara maksimal )

C. Sifat pelayanan keperawatan gerontik

1. Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)


Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain,di mana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan

fisiologi (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan

elektrolit,pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain),

pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai,

pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.

Independent/ mandiri artinya asuhan keperawatan dilakukan secara mandiri oleh profesi

Keperawatan dalam membantu lanjut usia dalam pemenuhan kebutuhan dasar lanjut usia

Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan

mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan

yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

2. Interdependent

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara

tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan

kerja sama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan

pada penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan

tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi

obat yang telah diberikan.

Independent atau kolaboratif artinya saling menunjang dengan disiplin lain dalam

mengatasi masalah kesehatan lanjut usia

3. Humanistik (secara manusiawi)


Humanistik artinya didasarkan nilai-nilai kemanusiaan dalam memberikan asuhan

keperawatan terhadap lansia

Orang humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen

dalam bekerja untuk kemanusiaan. Contoh perilaku yang manusiawai adalah empati, simpati,

terharu, dan menghargai kehidupan. Humanisme ini mendapat tempat yang khusus dalam

keperawatan.

Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang

memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar

nomor tempat tidur atau sebagai seorang berpenyakit tertentu. perawat yang menggunakan

pendekatan humanistik dalam prakteknya memperhitungkan semua yang diketahuinya

tentang pasien yang meliputi pikiran, perasaan, nilai-nilai, pengalaman, kesukaan, dan bahasa

tubuh.

Pendekatan humanistik ini adalah aspek keperawatan tradisional dari caring, yang

diwujud nyatakan dalam pengertian dan tindakan. Pengertian membutuhkan kemampuan

mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain.

Prasyarat bertindak adalah mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan

keikhlasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal.


4. Holistik (secara keseluruhan)

Holistik lanjut usia merupakan bagian masyarakat dan keluarga sehingga asuhan

keperawatan gerontik harus memperhatikan aspek sosial budaya keluarga dan masyarakat.

Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang

meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut

merupakan suatu kesatuan yang utuh. Apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi

dimensi lainnya. Holistik terkait dengan kesejahteraan (Wellnes). Untuk mencapai

kesejahteraan terdapat lima dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional,

intelektual, sosial dan spiritual.

Untuk mencapai kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah

kemampuan beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat

digunakan.

Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan

adaptasi dalam menghadapi perubahan kebutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan

tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi

terhadap stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien

dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami.

Kemampuan adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik biologis, psikologis maupun sosial

(holistik). Sebagai pemberi asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan

konsep yang harus di pahami oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang

berkualitas kepada klien.


D. Model pemberian pelayanan keperawatan profesional pada lansia

Dengan semakin besarnya kebutuhan untuk pemberian perawatan kesehatan bagi

lansia juga menimbulkan pertanyaan, “Bagaimana kita dapat menyediakan asuhan

keperawatan berkualitas untuk populasi ini?” Lesage menyatakan bahwa “perawat harus

mengidentifikasi bukti-bukti ilmiah tentang hubungan antara proses perawatan dengan

hasilnya”. Implementasi dan komunikasi hasil pengukuran seperti itu akan meningkatkan

kontribusi perawat terhadap kualitas perawatan. Dengan cara ini, lansia akan menyadari

bahwa hasil positif yang mereka rasakan seringkali merupakan hasil dari asuhan keperawatan

secara spesifik, terutama perawatan yang diberikan atau di arahkan oleh perawat-perawat

professional.

Praktik dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengidentifikasi sebagai respon yang

jelas tentang gambaran seorang perawat dalam situasi yang spesifik. Standar tersebut

merupakan kerangka kerja yang memberikan gambaran tentang perawat gerontik, apa yang

dapat mereka lakukan, dan apa kontribusi unik mereka.

Standar praktik berfokus pada isi praktik tersebut. “Standar praktik memberikan

orientasi yang berharga tentang hal yang penting atau esensial untuk praktik yang akan dinilai

dengan tingkat kualitas tertentu, seperti aman, baik, sangat baik. “Beckman” mengatakan

bahwa standar adalah petunjuk yang sangat berguna bagi perawat dari tingkat pemula sampai

setidaknya pada tingkat mahir menguasai praktik keparawatan seperti yang dijelaskan oleh

Banner. Sebagian besar perawat yang berpengalaman dapat secara sadar merujuk pada

standar tertulis hanya sebagai perubahan praktik yang terpantul dari dalam diri mereka karena

mereka sudah menginternalisasikan standar tersebut.

Standar keperawatan dapat digunakan untuk membantu perawat dalam mengevaluasi

dan meningkatkan praktik mereka sendiri, memuji perawat ketika mereka memberikan
asuhan keperawatan yang sangat baik, memberikan kriteria objektif untuk mengkaji

penampilan perawat, menentukan kebutuhan staf dalam satu unit klinik, mengidentifikasi

kebutuhan dan isi orientasi dan program pengembangan staf. Mengganbarkan isi kurikulum

dan kriteria evaluasi untuk mahasiswa, meningkatkan pemberian perawatan dan

mengidentifikasi fokus penelitian.

Setiap standar akan digambarkan lebih lanjut dengan struktur, proses, dan kriteria

hasil. Beckhman mengatakan :

Standar struktur menggambarkan kondisi yang diinginkan yang memungkinkan atau

memberikan kualitas keperawatan. Standar hasil menggambarkan hasil akhir yang

diharapkan, yaitu berupa: status kesehatan, pengetahuan, penampilan, atau karakteristik lain

dari klien yang diharapkan sebagai hasil perawatan yang telah dilakukan.Dalam model

keperawatan kepada lansia dapat dibagi menjadi 3 Model Keperawatan:

 Model Medis, Model ini lebih mefokuskan pada pendekatan aspek medis, seperti

pengobatan pada penyakit dan kecelakaan yang banyak dialami oleh lansia. Peran dokter

dan paramedis sangat dominan dalam model ini. Pusat-pusat medis dan rehabilitasi menjadi

tempat dilaksanakannya model ini.

 Model Sosial, Pendekatan menyeluruh merupakan ciri dari model sosial. Pendekatan medis

diyakini sebagai salah satu salah dari keseluruhan sistem dukungan kepada lansia. Di

samping terapi kesehatan digunakan juga pendekatan psikologis dan lansia diupayakan

sedapat mungkin masih berada di dalam keluarga dan masyarakatnya. Para profesional

lintas disiplin banyak terlibat seperti; dokter, perawat, konselor, pekerja sosial, dll.

 Model Promosi/Dukungan Kesehatan, lebih menekankan pada pencegahan dan perawatan

diri/individu, pencegahan melalui perubahan gaya hidup, peningkatan pengetahuan tentang

tingkah laku/sikap hidup sehat dan perbaikan lingkungan. Banyak pihak termasuk lembaga
dan yayasan keperawatan lansia masih secara parsial menggunakan model tersebut. Padahal

di negara-negara maju, kolaborasi dari ketiga model tersebut sudah diterapkan. Hal ini

penting untuk mencapai hasil optimal dari pelayanan-keperawatan kepada lansia.

Pelayanan keperawatan lansia akan semakin dibutuhkan pada masyarakat dengan

tingkat kesakitan tinggi, norma keluarga dan masyarakat yang sudah bergeser pada jaminan

pada lansia. Keadaan ini tentu cukup menjadi gambaran sebuah tantangan keperluan panti

pelayanankeperawatan bagi lansia yang memadai dalam masyarakat. Demikian pula

Pemerintah Indonesia dengan UU No 13/1998 tentang Kesejahteraan Lansia mengharapkan

peran keluarga dan masyarakat masih menjadi yang utama.


DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz H. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC

Stanley, Mickey dkk. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2. Jakarta : EGC
Diposkan oleh yuneezone

Anda mungkin juga menyukai