Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK

“Lanjut Usia dengan Gout Arthritis”


Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :

IMAM RAHMADHAN
N2112317

CI INSTITUSI CI LAHAN

(..............................) (...........................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2022
A. Proses Penuaan Secara Umum
1. Definisi
Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemamuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti
dengan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara
alamiah).Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai
saat ini banyak sekali teori yang menerangkan proses menua. Mulai dari teori
degeneratif yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya
atropi yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi dan
teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan
perubahan fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa
aktivitas fisik dapat menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh
yang disebabkan bertambahnya umur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi : hereditas,
nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU
No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Sebenarnya lansia
merupakan suatu proses alami yang tidak dapat ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan
masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa yang
merupakan masa yang kurang menyenangkan.
2. Pembagian Lansia
Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-54 tahun
2. Lanjut suia (elderly) : antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
Di zaman sekarang lansia terbagi dalam beberapa tipe yaitu :
1. Tipe arif bijaksana
2. Tipe mandiri
3. Tipe tidak puas
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
Lansia dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe yang tergantung pada karakter,
pengalaman hidupnya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan
ekonominya.Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
3. Tipe putus asa
4. Tipe defensive
5. Tipe militan / serius
6. Tipe ketergantungan
7. Tipe marah / frustasi
Menurut kemampuan dalam berdiri sendiri para lansia dapat digolongkan dalam
kelompok antara lain :
1. Lansia mandiri sepenuhnya
2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lansia dibantu oleh badan social
5. Lansia panti sosal tresna werdha
6. Lansia yang dirawat di RS
7. Lansia yang menderita gangguan mental
3. Klasifikasi Lanjut Usia
Ciri-ciri Lansia
Menurut Depkes RI (2016), ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
1) Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis sehingga
motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansiayang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan
kegiatan, maka akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi
ada juga lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2) Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansiadan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senangmempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapiada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosialmasyarakat menjadi positif.
3) Menua membutuhkan perubahan peran perubahan peran pada lansia
sebaiknya dilakukan atas dasarkeinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di
masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak
memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.
4) Penyesuaian yang buruk pada lansia perlakuan yang buruk terhadap
lansia membuat mereka cenderung mengembangkankonsep diri yang
buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang
buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama
keluarga sering tidak dilibatkan untukpengambilan keputusan karena
dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yangmenyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkanmemiliki
harga diri yang rendah.
4. Tujuan Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
Tujuan pelayanan kesehatan pada lansia menurut Depkes RI (2016) terdiri
dari:
1. Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada taraf yang
setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas fisik dan
mental.
3. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia yang
menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat
mempertahankan kemandirian yang optimal.
4. Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan perhatian pada
lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat
mengadapi kematian dengan tenang dan bermartabat. Fungsi
pelayanan dapat dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia,
pusat informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat pengembangan
pelayanan sosial lansia dan pusat pemberdayaan lansia.

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan

1. Autonomy ( kemandirian )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berfikir
secara logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan seusatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntutpembedaan diri, dan
perawat haruslah bias menghargai dan menghormatikemandirian ini.
2. Benefecience ( Berbuat baik)
Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dalam melakukan pelayanan keperawatan.
3. Justice ( Keadilan)
Nilai ini direfleksikan keika perawat bekerja sesuai ilmu dan kiat keperawatan
dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik dan hukum yang berlaku.
4. Non-Malaficience ( tidak merugikan)
Prinsip ini berarti seorang perawat dalam melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu
dan kiat keperawatan dengan tidak menimbulkan bahaya/cidera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Veracity ( kejujuran )
Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti.Informasi yang diberikan harus akurat
,komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang
ingin ia tahu.
6. Fidelity ( menepati Janji)
Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan
,mencegah penyakit memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan, untuk
mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai
komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality ( kerahasiaan )
Kerahasiaan adalah infirmasi tentang klien harus dijaga privasi klien, dokumentasi,
tentang keadaan kesehatan klien hanya bias dibaca guna keperluan pengobatan. Upaya
peningkatan kesehatan klien dan atau atas permintaan pengadlan. Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan harus dihindari.
8. Accountabilty ( akuntabilitas).
Akuntabilitas adalah standar yang psati bahwa tindakan seorang professional dapat
dinilai dalam berbagai kondisi tanpa terkecuali.

C. Konsep Medis
1. Definisi
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis
konsentrasi asam urat di dalam plasma (Stepan, 2012). Arthritis gout muncul sebagai
serangan keradangan sendi yang timbul berulang.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus,
yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada
pria sering mengenai usia pertengahan sedangkan pada wanita biasanya mendekati
masa monopouse. (Kapita selekta,Hal:542).
2. Etiologi
Penyebab arthritis gout antara lain :
a. Belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi factor
genetik dan factor hormonal.
b. Nutrisi karena mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua
makanan yakni sayur, buah, dan kacang-kacangan ataupun daging, ikan,
sarden dan lainnya
c. Obat-obatan
d. Alkohol
3. Patofisiologi

Fase I
Tahap ini terjadi akibat peningkatan asam urat yang berasal dari
metabolisme purin yang berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh. Pada keadaan normal
asam urat yang terbentuk selanjutnya akan dipecah oleh enzim urikase menjadi substans
yang larut pada urin sehingga mudah diekskresikan. Tidak adanya enzim urikase ini dapat
menimbulkan peningkatan kadar asam urat.
Sekitar 90% peningkatan kadar asam urat ditimbulkan akibat ketidakmampuan
untuk mengekskresikan asam urat pada urin akibat defek genetik pada transporter anion
ginjal yang mengakibatkan reabsorbsi asam urat yang berlebihan. Hal ini juga bisa
disebabkan oleh penggunaan beberapa obat seperti aspirin, diuretik dan alkohol, serta
fungsi ginjal yang menurun.
Sekitar 10% peningkatan asam urat dapat terjadi akibat produksi asam urat yang
berlebihan akibat defek genetik enzim yang memecahkan purin, peningkatan
penghancuran DNA sel yang mengandung purin pada tindakan kemoterapi, serta asupan
diet yang tinggi purin

Fase II
Fase ini adalah serangan akut yang ditandai dengan tanda radang, biasanya
pada sendi metatarsofalang digiti I, dorsum kaki, mata kaki, lutut, pergelangan tangan, dan
sendi siku. [1] Fase ini terjadi akibat perpindahan monosodium urat ke cairan sendi dan
menimbulkan reaksi perlawanan dari sel neutrofil, sehingga mencetuskan reaksi radang
oleh beberapa sitokin inflamasi dan ditandai dengan sendi yang merah, nyeri, panas, dan
bengkak.[4,5]

Fase III
Fase ini sering dikenal dengan fase interkritikal asimptomatik yaitu fase tanpa
adanya gejala namun kristal monosodium urat tetap terdeposit pada cairan sendi. Keadaan
ini dapat berlangsung sampai 10 tahun. Tanpa penanganan asam urat yang baik dapat
menimbulkan serangan akut yang berulang akibat beberapa pencetus seperti trauma lokal,
diet tinggi purin, stress, dan pemakaian diuretik. [4,6]

Fase IV
Fase ini adalah fase arthritis gout kronik yang ditandai dengan munculnya tofus
(deposit monosodium urat pada beberapa sendi namun tanpa tanda radang). Tofus ini dapat
pecah sendiri dan sering menimbulkan infeksi sekunder. Pada fase ini sering terjadi
kerusakan sendi, gangguan fungsi ginjal dan gangguan kardiovaskuler.

5. Manifestasi Klinik
Artritis Gout akut Artritis Gout Kronik
- Biasanya timbul tiba-tiba, - Timbul dalam jangka waktu
- tanda-tanda awitan serangan gout adalah beberapa tahun
rasa sakit yang hebat dan peradangan - ditandai dengan rasa nyeri, kaku,
lokal. Kulit diatasnya mengkilat dengan dan pegal.
- reaksi sistemik berupa demam, - Akibat adanya kristal-kristal
urat maka terjadi peradangan
menggigil, malaise dan sakit kronik.
kepala. - Sendi yang bengkak akibat

- Yang paling sering terserang berbentuk noduler.


mula-mula adalah ibu jari kaki
(sendi metatarsofalangeal) tapi
sendi lainnya juga dapat
terserang.
- Serangan ini cenderung sembuh

6. Komplikasi
Komplikasi pada Artritis gout antara lain :
a. Deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan
tofi yang menyebabkan degenerasi sendi.
b. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan serum asam urat

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi


dalam darah (> 8 mg% ). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg%
dan pada Wanita 7mg%. pemeriksaan ini mengindikasikan hiperurisemia, akibat
peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi. Pemeriksaan kadar asam
urat dalam darah diperlukan untuk mengetahui apakah kadar asam urat dalam
darah berlebih (hiperusemia) dan juga untuk memantau hasil
pengobatan.pemeriksaan kadar asam urat dalam darah biasanya juga diminta
pada pasien-pasien yang mendapatkan kemoterapi tertentu. Penurunan berat badan
yang cepat yang mungkin terjadi pada kemoterapi tersebut dapat meningkatkan
jumlah asam urat dalam darah. Nilai normal pemeriksaan kadar asam urat dalam
darah antara 3,0 sampai 7,0 mg/dL. Tapi nilai normal tiap rumah sakit berbeda.
Angka leukosit, menunjukkan peningkatan yang
signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan akut. Selama periode
asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000- 10.000/mm3.

b. Urine specimen 24 jam


Urine dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seseorang mengekskresikan 250-750 mg/24 jam asam urat di dalam
urin. Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar
kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan
peningkatan serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
feses atau tissue toilet selama waktu pengumpulan biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada waktu itu
iindikasikan.

c. USG
Pemeriksaan ini penting untuk menilai ginjal pasien-pasien dengan hiperusemia dan
penyakit ginjal. Pemeriksaan ini untuk mengetahui ada tidak batu asam urat.
8. Penatalaksaan
- Analgesik
Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena dalam dosis
rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat
hiperurisemia.
- OAINS
OAINSyang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal 25- 50 mg
setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari).
b. Penatakasanaan non farmakologi
- Tirah baring
Merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam setelah serangan
menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.
- Diet
Hindari alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging
kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan asupan cairan
(banyak minum).

D. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan
yangsistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari data
primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh berupa data
dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.

a. Identitas klien

1) Identitas klien Meliputi: Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis


kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnose
medik.

2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin,


alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah,dan
impotensi.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan
pertanyaan tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta
biasanya: sakit kepala, pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak
teratur, nyeri dada.

d. Riwayat kesehatan Dahulu


Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal,
stroke. Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan
masalalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji di dalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit
metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan
penyakit menurun seperti diabetes militus,asma, dan lain-lain

f. Aktivitas/ istirahat

Gejala: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.


g. Sirkulasi
Gejala: giwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner
/katup ,penyakit serebrovaskuler.
Tanda: kenaikan TD, nadi (denyutan jelas), frekuensi / irama (takikardia,
berbagai disritmia), bunyi jantung (murmur, distensi vena jugularis,
ekstermitas, perubahan warna kulit), suhu dingin (vasokontriksi
perifer),pengisian kapiler mungkin lambat.
h. Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah,faktorstress multiple (hubungsn, keuangan, pekerjaan).
Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian,
tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata),peningkatan pola bicara.
i. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal).
j. Makanan/Cairan
Gejala: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan
diuretik.Tanda: BBnormal atau obesitas, edema, kongestivena,
peningkatan JVP, glikosuria.
k. Neurosensori
Gejala : keluhan pusing / pening, sakit kepala, episode kebas,
kelemahanpadab satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (penglihatan
kabur, diplopia),episodeepistaksis. Tanda: perubahan orientasi, pola nafas,
isi bicara, afek, proses pikir ataumemori (ingatan), respon motorik
(penurunan kekuatan genggaman), perubahan retinal optik.
l. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
m. Pernapasan
Gejala :dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda: distress respirasi / penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan (krekles,mengi), sianosis.
n. Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi, cara jalan Tanda: episode parestesia
unilateral transien.
o. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala : faktor resiko keluarga (hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal), factor resiko etnik,
penggunaan pil KB atau hormon lain, penggunaanobat/ alkohol.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Asietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan lansia
b. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan
N INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA STANDAR
O KEPERAWATAN

Nyeri Setelah dilakukan 1. Lansia dapat Manajemen nyeri


Akut intervensi menjawab Observasi
keperawatan pertanyaan 1. Identifikasi
selama 2x30 menit yang diberikan lokasi,
maka diharapkan 2. Lansia karakteristik,
tingkat nyeri dapat membawa durasi,
menurun dengan keluarga yang frekuensi,
kriteria hasil: sakit ke tempat kualitas,
1. Keluhan nyeri pelayanan intensitas
menurun kesehatan nyeri
2. Gelisah 3. Lansia 2. Identifikasi
menurun mampu skala nyeri
3. Kesulitan tidur merawat 3. Identifikasi
menurun anggota respon nyeri
4. Frekuensi nadi keluarga yang non verbal
membaik sakit 4. Identifikasi
factor yang
memperberat
ataupun
memperingan
nyeri
Teraupetik
5. Berikan teknik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
(mis. Terapi
music, terapi
pijat,
aromaterapi
kompres
hangat/
dingin)
6. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
7. Fasilitas
istirahat dan
tidur
Edukasi
8. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
9. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
10. Anjurkan
menggunakan
analgetic
secara tepat
11. Anjurkan
Teknik
nofarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kalaborasi
12. Kalaborasi
pemberian
analgetic, jika
Perlu
Setelah dilakukan 1. Lansia dapat m Dukungan tidur
Ganggu
Tindakan enjawab pertany Observasi
an pola
aan 1. Identifikas i
keperawatan
tidur pola aktifitas
selama 1x30 menit Yang diberikan
tidur pola tidur
diharapkan 2. Keluarga 2. Identifikasi
gangguan pola dapatmembawa factor
pengganggu
tidur
dengan kriteria sakitketempatpe Terapeutik
hasil: layanankesehata 3. Lakukan
1. Keluhan sulit n prosedur untuk
meningkatkan
tidur menurun 3. Keluargamampu kenyamanan
2. Keluhan sering merawatanggota Edukasi
terjaga keluargayang 4. Jelaskan
pentingnya
menurun. sakit tidur cukup
Keluha selama sakit
npola
tidur
beruba
h
menuru
n
Ansietas SetelahdilakukanK 4. Keluargadapatm Reduksi ansietas
Observasi
berhubu unjungan enjawabpertany
a. Monitor tanda-
ngan sebanyak 1 x 30 aan
tanda ansietas
dengan menit keluarga yangdiberikan
(verbal dan non
kurangn mampu 5. Keluarga verbal)
ya mengenal dapatmembawa Teraupetik
pengeta masalah keluarga yang a. Ciptakan
huan kesehatan sakitketempatpe suasana
keluarga tentang layanankesehata teraupetik
hipertensi n untuk
Dengan kriteria 6. Keluargamampu menumbuhkan
hasil: merawatanggota kepercayaan
a. Cemas keluargayang b. Pahami situasi
berkurang sakit yang membuat
b. Klien dan ansietas
keluarga tidak c. Gunakan
tegang pendekatan
yang tenang
dan
menyakinkan
d. Motivasi
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi
a. Jelaskan
prosedur
termasuk
sensasi yang
mungkin
dialami
b. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,
pengobatan dan
prognosis
c. Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
d. Anjurkan
mengungkapka
n perasaan dan
persepsi
2 Deficit setelah dilakukan - Keluargadapatm Edukasi
pengetahu kunjungan enjawabpertanya kesehatan
berhubung sebanyak 1 x 30 an Observasi
dengan menit keluarga yangdiberikan a. Agar klien
kurangnya mampu mengenal - Keluarga dapat
terpapar masalah kesehatan dapatmembawa menerima
informasi tentang hipertensi keluarga yang infoemasi
Dengan kriteria sakitke dengan abaik
hasil: tempatpelayanan sesuai dengan
- Cemas interupsi yang
berkurang kesehatan diberikan
- Klien dan - Keluargamampu b. Agar dapat
keluarga tidak merawatanggota memberikan
tegang keluargayang agar dapat
sakit mencegah dan
meningkatkan
motivasi
tersebut
Teraupetik
a. Agar klien dan
keluarga dapat
lebih mudah
memahami
informasi yang
diberikan
b. Agar klien dan
keluarga dapat
mempersiapkan
diri dengan
baik
c. Agar dapat
mengetahui
sejauh mana
pemahaman
klien tentang
informasi yang
diberikan

Edukasi
a. Agar klien
dapat
mencegah
terjadinya
resiko yang
dapat timbul
b. Hidup bersih
dan sehat dapat
meningkatkan
kesehajteraan
keluarga

4. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan
terencana tentang kesehatan lansia dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan lansia dan keluarga
dalam mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqim. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan system Muskuloskeletal. Jakarta, EGC.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga dilengkapi


Aplikasi Kasus Askep Keluarga. Terapi Herbal dan Terapi
Modalitas. Nuha Medika.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP
PPNI.

Smeltzer C. Suzannne, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GOUT ARTHRITIS DI
WILAYAH KEL.BUNGKUTOKO

A. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Ny. S
Tempat/tgl lahir : Bungkutoko, 07 Agustus 1954 (66 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku bangsa : Bugis
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Tidak bekerja
Diagnosa Medis : Gout Arthritis
Alamat : Kel.Bungkutoko
Tanggal pengkajian : 28 mei 2022
Sumber : Klien
2. Keluarga/ Orang Lain yang Lebih Penting/Dekat yang Dapat Dihubungi
Nama : Agustianingsih
Alamat : Kel.Bungkutoko
No. Telp : 081329xxxxxx
Hubungan dengan klien : Anak
3. Riwayat Pekerjaan Dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Tidak bekerja
Sumber pendapatan : Dari anak
Kecukupan pendapatan : Cukup
4. Aktivitas rekreasi
Hobi : Jalan-jalan,
Bepergian/wisata :Klien mengikuti anak-anak jika pergi berekreasi
Keanggotaan organisasi : Tidak mengikuti
B. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Saudara Kandung

Nama Keadaansaat ini Keterangan

Tn.L Meninggal dunia Kakak

Ny. S Hidup Kakak

Tn. S Hidup Adik

b. Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir) :


Nama : tidak ada
Umur :-
Penyebab Kematian :-
Kunjungan keluarga : dalam 1 tahun terakhir tidak ada kunjungan
C. STATUS KESEHATAN
1. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari
Nafsu makan : Baik
Jenis makanan : Nasi, sayur, lauk, buah, dan snack
Makanan yang tidak disukai : Tidak ada makanan yang tidak disukai
Alergi terhadap makanan : Tidak ada alergi makanan
Pantangan makan : Makanan yang asin/ tinggi garam dan purin
Keluhan makan : Tidak ada keluhan makan
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi dan waktu : 4 x sehari
Kebiasaan BAK pada malam hari : ya, lx semalam
Keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
b. BAB
Frekuensi dan waktu : lx dalam 2 hari, pada pagi hari
Konsistensi : Lembek
Keluhan BAB : Tidak ada keluhan
Pengalaman memakai pencahar : belum pemah
3. Personal Hiegiene
a. Mandi
Frekuensi dan waktu mandi : 2-3x sehari
Pemakaian sabun : Ya
b. Oral Hiegine
Frekuensi dan waktu gosok gigi : 3 kali (Pagi, siang, malam)
Menggunakan pasta gigi : Ya
c. Cuci Rambut
Frekuensi : 2x seminggu
Penggunaan sampho : Ya
d. Kuku dan tangan
Frekuensi gunting kuku : lx dalam 2 seminggu
Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun : tidak
4. Istirahat dan Tidur
Lama tidur : Jam 20.00-04.00 WIB ( + 8 jam)
Tidur siang : + 2 jam
Keluhan tidur : Tidak ada keluhan
5. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olahraga : Jarang
Nonton TV : Ya
Berkebun/memasak : Ya
Lain-lain : Tidak ada
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
Ketergantungan obat : Tidak
7. Uraian kronologis kegiatan sehari-hari

NO Jenis kegiatan Lamawaktu

1 Bersih-bersih,cuci baju,mandi 2 jam

2 Duduk-duduk,berbincang- 3 jam
bincang,tiduran
3 Sholat,tidur siang 2 jam

4 Mandi sore,nonton tv,santai 3 jam

5 Makan malam,sholat,tidur 2 Jam

D. HASIL PENGKAJIAN KHUSUS


1. Status Kesehatan Saat Ini
a. Keluhan utama dalam 3 tahun terakhir:
Klien mengeluh nyeri pada kedua lututnya
b. Gejala yang dirasakan:
Nyeri senut-senut saat digerakkan dengan skala 5, nyeri terasa hilang-
timbul.
c. Faktor pencetus:
Usia klien yang sudah cukup tua.
d. Timbul keluhan:
Timbul keluhan secara bertahap dan semakin sakit.
e. Waktu mulai timbulnya keluhan : + 3 tahun
f. Upaya mengatasi
Pergi periksa ke klinik pengobatan dan biasanya klien mengoleskan balsem
atau minyak pada daerah yang sakit.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pemah diderita : Hipertensi
b. Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
c. Riwayat kecelakaan : Tidak ada
d. Riwayat dirawat di rumah sakit: Tidak pemah
e. Riwayat pemakaian obat : Tidak ada
3. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum:
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis
Tanda-tanda Vital
TD: 170/19mmHg, N: 76x/menit, RR: 24x/menit, S:365’C
b. BB/TB : 60 Kg / 150 cm, BMI:
c. Rambut
Beruban, distribusi merata, sebagian rambut rontok, rambut bersih
d. Mata
Simetris kiri dan kanan, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
fungsi penglihatan kurang baik
e. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tidak terjadi penurunan fungsi pendengaran, tidak
ada penumpukan serumen
f. Mulut, gigi, dan bibir
Mulut bersih, tidak luka atau sariawan, mukosa bibir lembab, gigi ompong
g. Dada
 Paru
I: Pengembangan dada kanan = kiri, tidak ada retraksi, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan
P: Fremitusfocal kanan = kiri
P: Sonor seluruh lapang paru
A: Suara napas vesikuler
 Jantung
I: Ictuscordis tidak tampak
P: Ictuscordis teraba kuat
P: Pekak seluruh lapang jantung
A: SI dan S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan
h. Abdomen
I: Tidak ada asites, Tidak ada jejas/lesi
A: Peristaltik usus 12 x per menit
P: Tympani
P: Tidak ada pembesaran hati dan limfe, tidak ada nyeri tekan
i. Kulit
Warna sawo matang, kriput/ tidak elastis, capillary refil 2 detik, integritas
kulit utuh
j. Ekstremitas atas
Tangan kanan dan kiri dapat bergerak bebas
k. Ekstremitas bawah
Lutut kanan dan kiri terasa nyeri, tidak ada udem, kekuatan otot

E. HASIL PENGKAJIAN KHUSUS


1. Masalah kesehatan kronis
Klien memiliki penyakit rematik
2. Fungsi kognitif
Hasil dari pengkajian SPMQ klien mampu menjawab pertanyaan dengan 2
kesalahan dan 8 benar, sehingga klien memiliki fungsi kognitif yang masih baik
3. Status fungsional
a. Pengkajian MNA dengan skor 12 (Baik)
b. Pengkajian ADL Katz dengan skore 6 (Independent)
c. Pengkajian keseimbangan dan gaya berjalan dengan prosentase 50%
(Sedang)
4. Status psikologi
Pengkajian geriatric depression scale dengan score 1 untuk respon yang sesuai
(klien tidak menunjukkan depresi)
5. Dukungan keluarga
Jika Klien sakit keluarga sering membawanya ke dokter praktik
F. LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL
1. Kebersihan dan kerapihan ruangan
Ruangan atau kamar klien bersih dan tertata rapi, tempat tidur dan Lemari klien
selalu rapi, tidak ada tumpukan baju kotor atau tumpukan piring atau barang
kotor lainnya.
2. Penerangan
Terdapat lampu pada setiap ruangan termasuk kamar klien, terdapat ventilasi
yang baik apada setiap ruangan sehingga pencahayaan setiap ruangan sangat
baik pada siang hari.
3. Sirkulasi udara
Sirkulasi baik dan terdapat ventilasi.
4. Keadaan kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC dekat dengan kamar klien, cukup bersih.

5. Pembuangan air kotor


Terdapat saluran pembuangan air kotor.
6. Sumber air minum
Air minum klien menggunakan air sumur dengan cara dimasak.
7. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah terdapat disamping rumah dengan cara dibakar setiap 3
kali dalam seminggu tergantung cuaca jika hujan 1 kali dalam seminggu karena
sampah yang basah harus dikeringkan dulu lalu dibakar.
8. Sumber pencemaran
Tidak ada sumber pencemaran udara, air dan tanah.
9. Penataan halaman
Halaman depan tertata rapi.
10. Privasi
Privasi klien terjaga
11. Resikoinjury
Lantai ruangan tidak licin dan penerangan cukup.
ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif
1. Mengeluh nyeri pada kedua
lutututnya dirasakan sejak 3
tahun terakhir
2. Nyeri cenat cenut saat
digerakan, nyeri terasa
hilang timbul Kondisi
3. Timbul keluhan nyeri secara muskuloskeletal
Nyeri Kronis
bertahap dan semakin sakit kronis
Data objektif
1. Nyeri skala 5
Data Subjektif

1. Klien mengatakan bahwa


memiliki riwayat penyakit Perubahan pada
hipertensi. tekanan darah
Perfusi perifer tidak efektif
Data objektif

1. Didapatkan Tekanan darah


pada klien 170/119 mmHg
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri Kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d Perubahan pada tekanan darah
INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi


Nyeri Kronis b.d kondisi muskuloskeletal kronis Tujuan Manajemen Nyeri :
1. Tingkat nyeri Observasi
2. Control gejala 1. Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi, intensitas
3. Control nyeri nyeri
kriteria hasil : Setelah dilakukan 2. Identifikasi skala nyeri
tindakan 1 x 24 jam diharapkan : 3. Identifikasi factor yang memperberat dan
1. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
2. Kemampuan menggunakan 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
teknik farmakologis meningkat Terapeutik
3. Melaporkan nyeri terkontrol 4. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
meningkat nyeri (mis. Kompres hangat)
4. Kemampuan mengenali Edukasi
penyebab nyeri meningkat 1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Diagnosa Keperawatan Tujuan/Sasaran Intervensi
Perfusi perifer tidak efektif b.d Perubahan pada tekanan Tujuan Pemantauan Tanda-tanda vital
darah 1. Perfusi perifer Observasi
2. Status sirkulasi 1. Monitor tekanan darah
kriteria hasil : Setelah dilakukan 2. Identifikasi penyebab perubahan tanda-tanda vital
tindakan 1 x 24 jam diharapkan : Terapeutik
1. Tekanan darah sitolik 5. Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
membaik dan tekanan 6. Dokumentasikan hasil pemantauan
diastolik membaik Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Implementasi

Hari/tanggal Diagnosa keperaw EVALUASI


IMPLEMENTASI
atan (SOAP)
Hari 1 Nyeri Kronis b.d 1. Mengidentifikasi lokasi , karakteristik, durasi, S:
kondisi intensitas nyeri 1. Klien mengeluh nyeri pada bagian
muskuloskeletal 2. Mengidentifikasi skala nyeri kedua lututnya
kronis 2. Klien mengatakan bahwa nyeri yang
3. Mengidentifikasi factor yang memperberat dan
dirasakan yaitu nyeri senut-senut saat
memperingan nyeri
digerakan.
4. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
3. Klien belum mengetahui factor yang
hidup
dapat memperberat nyeri dan yang
5. Memberikan teknik non farmakologi untuk dapat meringankan nyeri pada
mengurangi nyeri (mis. Kompres hangat) lututnya
6. Menjelaskan penyebab periode dan pemicu 4. Klien mengatakan nyeri pada lutut
nyeri menyulitkan dia untuk berjalan
7. Menjelaskan strategi meredakan nyeri 5. Klin mampu melakukan kompres

8. Menganjurkan monitor nyeri secara mandiri hangat pada nyeri


6. Klien belum mampu memahami
9. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
pemicu nyeri
mengurangi rasa nyeri 7. Klien sedikit paham tentang strategi
meredakan nyeri
8. Klien belum mampu memonitor
nyeri secara mandiri
O: Skala nyeri 4
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Perfusi perifer tidak 1. Memonitor tekanan darah S:
efektif b.d 2. Mengidentifikasi penyebab perubahan tanda-tanda 1. Tekanan darah klien dalam kondisi
Perubahan pada vital normal
tekanan darah 2. Penyebab perubahan tanda-tanda
3. Mengatur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien vital belum diketahui
Hari 1
4. Mendokumentasikan hasil pemantauan 3. Pemantauan interval dalam proses
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan intervensi
6. Menginformasikan hasil pemantauan jika perlu 4. Hasil pendokumentasian klien
dalam proses pemantauan
5. Klien belum paham dengan
penjelasan tujuan dan proses
pemantauan yang sedang
dilakukan
6. Klien diberi informasi hasil
pemantauan selama intervensi
O: Tekanan darah 150/100 mmHg
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai