Anda di halaman 1dari 6

KONSEP LANJUT USIA

1. Pengertian lanjut usia :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 :


Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

Lanjut usia didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan


terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan,
serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Aru, 2009).
Lansia merupakan seseorang yang berusia 60 tahun keatas baik pria maupun wanita,
yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari
nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher,
2009).
Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap konsisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).

2. Batasan Lanjut Usia


Pengertian Lansia Usia lanjut (lansia) adalah menurut WHO lanjut usia meliputi
a. usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 tahun sampai 59 tahun,
b. lanjut usia (elderly) yaitu usia 60 sampai 74 tahun,
c. lanjut usia tua (old) yaitu antara 75 tahun sampai 90 tahun dan
d. usia sangat tua (very old) yaitu diatas 90 tahun
(Nugroho, 2008).

Sehubungan dengan hal tersebut, Birren and Jenner (1977) mengusulkan untuk
membedakan antara: usia biologis, usia psikologis dan usia social.
 Usia biologis : yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya
berada dalam keadaan hidup tidak mati.
 Usia Psikologis : yang menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.

 Usia social ; yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau


diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

3. Teori Menua (menjadi tua).


Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan.
Ada eberapa factor yang mempengruhi proses penuaan antara lain :
 Hereditas = keturunan/genetic
 Nutrisi + makanan
 Status Kesehatan
 Pengalaman Hidup
 LIngkungan
 Stres

Menua (menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan


jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan memeprtahankan fungsi normalnya
sehinngga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(CONSTANTINIDES, 1994).
Menurut Undang-undang no.9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan pasal 8
ayat 2, berbunti: dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan lanjut usia.
Berdasarkan pernyataan ini, lanjut usia dianggap sebagai semacam penyakit. Hal ini
tidak benar. Gerontology berpendapat lain, sebab lanjut usia bukan suatu penyakit, melainkan
suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu: bayi, kanak-kanan, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena sesuatu penyakit, atau juga suatu
kecelakaan, atau menurut orang beragama, sebagai contoh dikatakan, dicabut nyawa
seseorang oleh malaikat Izrail atas kehendak Allah.
Sampai saat ini banyak sekali teori yangmenerangkan “proses menua,” mulai dari teori
degenerative yang didasari oleh habisnya daya cadangan vital, teori terjadinya atrofi, yaitu;
teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah proses evolusi, dan teori imunologik,
yaitu teori adanya produk sampah/waste products dari tubuh sendiri yang makin bertumpuk.
Tetapi seperti diketahui, lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan fisiologik
maupun psikologik. Yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat menghambat
atau memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya umur.

MATERI 3

PENDEKATAN PADA LANSIA


Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum dapat bagi klien lanjut usia dapat dibagi dua bagian, yakni:
 Klien lajut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hai masih mampu melakukan
sendiri.
 Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya. Keberhasilan perorangan (personal hygiene) sangat
penting dalam usaha mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan
membantu para klien lanjut usia untuk bernafas denga lancar, makan (termasuk memili dan
menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan,
duduk, merubah posisi tidur, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.

b. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap gejala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawar
hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan wkatu yang
cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanut usia merasa puas.
Perawat harus selalu memegang prinsip “Tripple S”, yaitu sabar, Simpatik dan service.
Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bisa melakukan secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung
mental mereka kea rah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini merka dapat merasa puas
dan bahagia.
c. Pendekatan social.
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat dalam
pendekatan social. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan social ini merupakan suatu
pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk social yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanjut usia maupun lanjut usia dan perawatan sendiri.
d. Pedekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungan dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian,
DR. Tony setyabudhi mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut
semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti ketidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering menyertainya, dan kegelisahan untuk
tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan sekitarnya.
Apabila kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga, perawat atau petugas
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun keluarga tadi ditinggalkan, masih ada orang
lain yang mengurus mereka. Sedangkan bila ada rasa bersalah selalu segera menghantui pikiran
lanjut usia (Guilty feeling), sebaiknya perawat ssegera menghubungi seorang rohaniawan untuk
dapat mendampingi lanjut usia dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-
pengakuannya.

Mitos-Mitos Lanjut Usia Dan Kenyataannya


Menurut Sheirea saul (1974):
1. Mitos Kedamaian dan katenangan
Lanjut usia dapat santai menikamti hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya, badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan sedah berhasil dilewati.
Kenyataan:
 Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena
penyakit.
 Depresi
 Kekhawatiran
 Paranoid
 Masalah psikotik

2. Mitos Konservatisme dan Kemunduran


Pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya:
 Konservatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa anak-anak
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Kenyataan: tidak semua lanjut usia bersikap dan berpikiran demikian

3. Mitos Berpenyakitan
Lanjut usia dipandang sebagai masa degenerative biologis yang disertai oleh berbagai
penderitaan akibat bermacam-macam penyakit yang menyertai proses menua. (lanjut usia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran).
Kenyataan:
 Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
metabolisme sehingga rawan terhadap penyakit.
 Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.

4. Mitos Senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
(banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat.

5. Mitos Tidak Jatuh Cinta


Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah kepada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan:
 Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan cinta tidak
berhenti hanya karena menjadi lanjut usia.

6. Mitos Aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat, dorongan,
gairah, kebutuhan, dan daya seks berkurang.
Kenyataan:
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang frekuensi
hubungan seksual menurun, sejalan dengan meningkatnya usia tetapi masih tetap tinggi.
7. Mitos Ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai usia tidak produktif.
Kenyataan:
Tidak demikian, banyak lanjut usia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan
produktifitas mental dan material.

Anda mungkin juga menyukai