Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018. Prevalensi stroke


Global Stroke iskemik dan hemoragik secara global menjadi penyebab kematian
tertinggi kedua setelah penyakit jantung iskemik. Diperkirakan terdapat 12,2 juta
orang di dunia menderita stroke setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, lebih dari
16% kasus stroke mengenai populasi usia 15-49 tahun dan lebih dari 62% pada
usia di bawah 70 tahun. Setiap tahunnya, 47% stroke terjadi pada laki-laki dan
53% pada perempuan. Angka kematian stroke secara global per tahunnya
dilaporkan sebesar 6,5 juta orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh
Kementrian Kesehatan RI, prevalensi stroke di indonesia adalah sebesar 10,9%.
Sebanyak 713.783 orang menderita stroke setiap tahunnya. Selain itu, penderita
ditemukan paling banyak pada kelompok umur di atas 75 tahun. Menurut Sample
Registration System (SRS) Indonesia tahun 2016, stroke merupakan penyebab
kematian tertinggi, yaitu sebesar 19,9%. Prevalensi stroke di sumatera selatan
tahun 2018 berjumlah sebanyak 22.013 orang (10%), angka kejadian penyakit
stroke di Kota Palembang sendiri pada bulan agustus 2020 sebanyak 601 orang .
Sebanyak 28,5% penderita stroke meninggal dunia dan sisanya mengalami
kelumpuhan sebagian bahkan kelumpuhan total.

Masalah stroke dapat terjadi karena adanya gangguan pada aliran darah ke
bagian otak. Apabila ada daerah otak yang mengalami kekurangan pasokan darah
secara tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan sistem syaraf sesuai
daerah otak yang terkena, bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia),
berkurangnya kekuatan anggota tubuh sebelah (hemiparesis), gangguan bicara,
gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai (Fadhilah,
2022).
Berdasarkan penelitian Haqhqoo et al, (2013) menemukan sekitar 65,5%
penderita stroke mengalami ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupannya sehari-hari (AKS). Dampak
dari penyakit stroke tersebut bisa membuat pasien mengalami Perubahan
fungsional yang terjadi dikarenakan hilangnya sensori mengakibatkan penderita
stroke tidak mampu berbicara (11,52%), kesulitan berjalan (16,43%), berpakaian
(3,39%), mengendalikan buang air besar dan kecil (14,04%), mandi (14,04%), dan
makan (3,39%). Ketergantungan kepada orang lain membutuhkan seorang
pengasuh yang dapat mendampingi klien secara berkesinambungan.Pengasuh
klien akrab disebut Caregiver keluarga.Caregiver membutuhkan pelatihan secara
bertahap agar mampu memberikan asuhan dengan baik, sehingga klien dapat
melakukan perawatan diri secara mandiri (Suhardingsih, 2012).

Menurut American Nurse Association (ANA), telenursing adalah bagian


dari telehealth yang fokusnya pada praktek keperawatan yang terjadi ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar klien dengan menggunakan teknologi
informasi komunikasi dan sistem berbasis web. Telenursing juga didefinisikan
sebagai suatu proses pemberian, pengaturan dan koordinasi asuhan serta
pemberian layanan kesehatan melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Teknologi yang dapat digunakan dalam telenursing sangat bervariasi meliputi:
telepon, personal digital assistants, smartphone, mesin faksimili, tablet, komputer,
internet, video dan audio conferencing dan system informasi computer.
Telenursing efektif dalam peningkatan pelayanan keperawatan homecare pada
pasien stroke. Klien dapat menghemat biaya dan waktu perjalanan ke pelayanan
kesehatan. (Asiri, 2016).

Metode Penelitian Telenursing dapat digunakan pada pasien stroke yang


memerlukan perawatan yang lama (Homecare) serta dengan gangguan
degeneratif. Pelayanan telenursing untuk monitoring, konsultasi, edukasi, dan
pengkajian. Perawat, pasien dan keluarga dapat berinteraksi, berkonsultasi dengan
nyaman meskipun secara jarak jauh dan dapat mengurangi pembiaya Telenursing
efektif dalam peningkatan pelayanan keperawatan homecare pada pasien stroke.
Klien dapat menghemat biaya dan waktu perjalanan ke pelayanan kesehatan.(idha
nurfallah 2021)

Dari data diatas peneliti tertarik melakukan Study Kasus tentang


Dukungan Perawatan Diri pada Klien Stroke dengan Defisit Perawatan Diri
melalui metoda telenursing CCR

1.2. Rumusan Masalah

Menggambarkan Dukungan Perawatan Diri pada Klien Stroke yang Mengalami


Defisit Perawatan Diri melalui metoda telenursing Caregiver Cllas Room (CCR)
dengan menggunakan proses keperawatan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1.Tujuan Umum

Menggambarkan dukungan perawatan diri pada klien stroke dengan defisit


perawatan diri oleh caregiver melalui metoda telenursing Caregiver Cllas Room
(CCR)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan proses edukasi perawatan diri pada Caregiver melalui


metoda telenursing Caregiver Cllas Room (CCR)
2. Menggambarkan peran Caregiver dalam asuhan perawatan diri pada klien
stroke.
3. Menggambarkan evaluasi keperawatan klien stroke dengan Defisit
Perawatan Diri.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1.Bagi Program Studi Baturaja

Menjadi referensi bagi pembelajaran khususnya mata kuliah KMB pada kegiatan
Homecare melalui metoda telenursing
1.4.2.Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Bagi pengembangan ilmu pengetahuan praktek Homecare klien stroke melalui


telenursing ccr
1.4.3 Bagi Pasien dan Caregiver Keluarga

Bagi klien dan Caregiver manfaat telenursing meningkatkan kemampuan


perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai